BAB IV PELAKSANANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
A. Praktik Akad Murabahah dan Wakalah di KJKS BMT Bahtera

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESESUAIAN ANTARA AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN FATWA DSN DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG RANTAUPRAPAT.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB III PEMBAHASAN. Penerapan Aspek 5C dan 1S pada Pembiayaan Murabahah di KJKS. Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo (PIW)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Bai Bitsaman Ajil Pada Pembiayaan Multiguna Di KSPPS BMT Walisongo Semarang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB III HASIL PENELITIAN. yang peduli terhadap perkembangan ekonomi umat. BMT PAM merupakan

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB IV PENERAPAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN PENSIUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG. A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN PADA PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan.

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra

Mura>bah}ah oleh BMT Dana Mentari, sebagaimana diterbitkan dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Murabahah di BPRS Bangun Drajat Warga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Akad Murabahah pada KJKS BMT Al Fath

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH BIL WAKALAH DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEJAHTERAAN NASABAH DI UJKS JABAL RAHMA

BAB V PENUTUP. Yogyakarta secara umum telah memenuhi ketentuan hukum syariah baik. rukun-rukun maupun syarat-syarat dari pembiayaan murabahah dan

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH. Wattamwil yaitu simpanan (funding) dan pembiayaan (financing).

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

BAB IV IMPLEMENTASI PRODUK PEMBIAYAAN BSM CICIL EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG ULAK KARANG PADANG

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB IV ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN DANA TALANGAN QORD WAL IJAROH UNTUK BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI PADA BMT NU SEJAHTERA KANTOR OPRASIONAL MANGKANG

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Transkripsi:

BAB IV PELAKSANANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG 1. Praktek pembiayaan murabahah di KJKS BMT Kecamatan Lubuk Begalung Adapun mekanisme pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh pihak KJKS BMT bukanlah dalam bentuk jual beli barang akan tetapi dalam bentuk pencairan dana pembiayaan untuk membeli langsung barang yang dibutuhkan berdasarkan akad wakalah. Pembiayaan murabahah yang terdapat pada KJKS BMT dilakukan dengan cara anggota terlebih dahulu mengisi formulir dengan mencantumkan jumlah anggaran yang dibutuhkan serta jenis barang yang akan dibeli dengan anggaran tersebut. Setelah satu atau dua hari kemudian, anggota melakukan akad murabahah yang berisi penentuan jangka waktu pengembalian pembiayaan dari anggota, biaya administrasi, barang serta bea materai dan pemberian uang. Setelah persyaratan dipenuhi oleh nasabah kemudian diserahkan kepada pihak KJKS BMT. Setelah diperiksa oleh pihak KJKS BMT lalu pihak KJKS BMT mencairkan dana yang dipinjam oleh nasabah, tetapi sebelum dicairkan nasabah harus membuka rekening tabungan terlebih dahulu yang mana rekening nasabah ada dua yaitu rekening simpanan dan rekening untuk pembiayaan(anggraini, 2017). Setelah nasabah mempunyai rekening maka diadakan kesepakatan kapan dana tersebut akan dicairkan serta berapa margin (keuntungan) yang akan dibayar oleh nasabah berdasarkan kesepakatan jangka waktu atau jatuh tempo. Adapun margin untuk pembiayaan murabahah ini adalah 15% sampai 20 %. Untuk murabahah pembayarannya dilakukan dengan cara cicilan yaitu untuk pembayaran tahap awal nasabah hanya membayar marginnya saja dan setelah itu nasabah membayar margin ditambah dengan modal sesuai dengan jangka waktu. 58

59 Setelah itu pihak pengelola KJKS BMT memberikan uang kepada anggota secara tunai untuk membeli langsung barang yang dibutuhkan berdasarkan akad wakalah, yaitu pihak pengelola KJKS BMT mewakilkan pembelian barang kepada anggota. Berdasarkan keterangan dari pegawai dan anggota, ketika pembelian barang, anggota malah membeli barang yang berbeda dengan kebutuhan barang yang sebelumnya dicantumkan dalam akad murabahah dengan pihak pengelola KJKS BMT (Anggraini, 2016). Jadi, barang yang dibeli oleh anggota berbeda dari barang yang disebutkan dalam pembuatan akad dengan pihak pengelola KJKS BMT. Salah seorang anggota KJKS BMT Pitameh Tanjung Saba Kecamatan Lubuk Begalung bernama Chory Hariyani memberikan keterangan bahwa ketika ia mengajukan pembiayaan murabahah, ia mencantumkan dalam akad bahwa barang yang akan dibeli adalah bahan-bahan untuk usaha toko makanan dan minuman dengan jumlah anggaran sebanyak Rp. 5.000.000. Setelah ia menerima dana murabahah tersebut, ternyata ia tidak menggunakannya untuk usaha yang tercantum dalam akad tetapi ia alihkan dana tersebut untuk membeli peralatan tambahan untuk usahanya yang lain yaitu usaha bengkel yang dikelola oleh suaminya. Hal ini ia lakukan karena suaminya mendesak untuk membeli peralatan usaha bengkelnya(chory Hariyani, 2016). Dalam kasus tersebut pihak pengelola KJKS BMT tidak melakukan tindakan lebih lanjut untuk memperbaikinya. Mereka membiarkan saja walaupun sebenarnya mereka telah melakukan survei dengan melihat langsung dari jauh dan mendapatkan keterangan dari tetangga yang berada di sekitar tempat tinggal anggota tersebut. Pihak pengelola tersebut berpendapat bahwa yang penting itu adalah dengan adanya pembiayaan murabahah dapat membantu anggota KJKS BMT dalam melaksanakan usahanya dan pembayarannya lancar. Dari hasil wawancara penulis dengan pengelola pembiayaan yang bertugas di KJKS BMT dapat diketahui bahwa KJKS BMT pembiayaan pada nasabah, terlebih dahulu nasabah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1.1.1. Syarat-syarat umum yang harus diketahui

60 1.1.1.1. Beragama Islam Nasabah yang mengajukan pembiayaan pada KJKS BMT harus beragama Islam, KJKS BMT ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup Islam. 1.1.1.2. Mempunyai usaha yang layak dan produktif Usaha tersebut sudah berkembang lebih dari satu tahun, KJKS BMT ini tidak menyalurkan dana bagi usaha yang baru berdiri atau modal untuk mendirikan usaha 1.1.1.3. Mengisi blanko permohonan pembiayaan Nasabah harus mengisi blanko permohonan pembiayaan dengan jujur yang berisikan: 1. Keterangan permohonan pembiayaan (diisi khusus oleh nasabah perusahaan) 2. Keterangan permohonan pembiayaan perorangan ( diisi khusus oleh nasabah perorangan) 3. Data pekerjaan nasabah Nasabah harus memberi tahu pekerjaannya untuk bisa sebagai acuan pelunasan pembiayaan 4. Data suami/istri Nasabah yang belum kawin tidak bisa mendapatkan pembiayaan dari pihak KJKS BMT karena tidak ada yang menjaminnya 5. Simpanan di bank lain Nasabah harus memberitahukan simpanannya kalau ada di bank lain 6. Data jaminan atau menyerahkan barang jaminan Pada data jaminan inilah staf pembiayaan bisa menilai berapa besar flapon pembiayaan yang baru diterima oleh nasabah (setelah dilakukan survey oleh staf) 1.1.1.4. Bersedia disurvei ke lokasi usaha

61 Setelah semua dipenuhi lalu staf pembiayaan juga akan melakukan survei pada usaha yang sudah ada sebagaimana perjanjian bahwa usaha nasabah tersebut sudah berjalan lebih satu tahun(sebrina, 2017) 1.1.2. Syarat-syarat khusus 1.1.2.1. Nasabah harus berdomisili di kota padang Nasabah yang tidak bertempat tinggal di kota padang tidak bisa mendapatkan pembiayaan di KJKS BMT 1.1.2.2. Tempat usaha di kota padang Penyebab KJKS BMT mensyaratkan tempat usaha di kota Padang adalah supaya pihak KJKS BMT ini bisa memantau jalannya usaha nasabah serta bertujuan untuk mengatasi pembiayaan macet 1.1.2.3. Wilayah jaminan di kota Padang Tidak lain juga bertujuan untuk mengatasi pembiayaan macet, namun setelah nasabah diberi peringatan oleh pihak KJKS BMT atau SPI, SPII, SPIII maka dengan mudah pihak KJKS BMT akan mengeksekusi jaminan tersebut secara langsung. 1.1.2.4. Lama usaha sudah berjalan selama satu tahun minimal(sebrina, 2017). 1.1.3. Syarat-syarat administrasi Setelah nasabah memenuhi atau mengisi permohonan pembiayaan pada syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus maka nasabah harus melengkapi syarat-syarat administrasi: 1.1.3.1. Foto kopi KTP suami istri (masing-masing 2 rangkap)

62 1.1.3.2. Foto kopi kartu keluarga 1.1.3.3. Foto kopi buku nikah 1.1.3.4. Foto kopi surat berharga barang jaminan, seperti: 1.1.3.5. Sertifikat tanah 1.1.3.6. BPKB sepeda motor 1.1.3.7. BPKB mobil 1.1.3.8. Deposito atau tabungan(sebrina, 2017) Secara rinci Proses untuk mendapatkan pembiayaan pada KJKS-BMT Lubuk Begalung adalah : 1. Permohonan pembiayaan Setelah nasabah menjadi anggota, Surat permohonan ini untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan yang diajukan nasabah kepada KJKS-BMT. Dalam prakteknya pada KJKS-BMT Lubuk Begalung formulir pembiayaan telah disediakan, sehingga nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan dapat langsung mengisi formulir yang telah disediakan. 2. Melakukan wawancara kepada calon nasabah yang mengajukan pembiayaan. Adapun yang akan diwawancarai adalah hal-hal sebagai berikut: a. Jenis usaha nasabah b. lokasi usaha c. lama usaha dan kepemilikan usaha d. Jaminan 3. Sebelum mengisi formulir calon nasabah memilih jenis pembiayaan yang ada yaitu pembiayaan yang bersifat kelompok atau personal. Risiko pembiayaan perkelompok yang mungkin terjadi nantinya akan dipertanggungjawabkan secara bersama. Jaminan yaitu diambil dari 5% besarnya pembiayaan. Sedangkan secara personal risiko ditanggung sendiri dan diminta barang jaminan.

63 4. Mengisi formulir pembiayaan dengan melengkapi lampiran syarat-syarat sebagai berikut: lampiran syarat-syarat Pembiayaan kelompok : 4.1 Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Suami dan Istri 4.2 Foto Suami dan Istr 4.3 Foto copy Kartu Keluarga (KK) 4.4 Foto copy Surat Nikah 4.5 Keterangan Usaha dari kantor Lurah 4.6 Jaminan diambil dari 5% dari besarnya pembiayaan lampiran syarat-syarat Pembiayaan personal : 4.1 Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Suami dan Istri 4.2 Foto Suami dan Istri 4.3 Foto copy Kartu Keluarga (KK) 4.4 Foto copy Surat Nikah 4.5 Keterangan Usaha dari kantor Lurah 4.6 Jaminan 5 Untuk pengecekan kebenaran data yang diberikan nasabah, Pengelola dan pengurus KJKS-BMT Lubuk Begalung melakukan survei terhadap usaha nasabah yang mengajukan pembiayaan. 6 Setelah itu hasil dari survei dibahas dalam rapat antara pengurus, pengelola, pendamping, dan fasilitator kecamatan. Rapat ini bertujuan untuk mempertimbangkan kelayakan nasabah yang akan diberikan pembiayaan(roma, 2017). Pemberian pembiayaan dapat dilakukan jika hasil dari rapat tersebut adalah nasabah memiliki potensi yang bagus dan layak untuk diberikan pembiayaan. Daftar rincian dari pembiayaan murabahah yang diajukan dari pihak nasabah kepada KJKS BMT sebagai berikut:

64 1. Sesuai dengan tujuannya yaitu untuk pembelian barang konsumtif nasabah maka KJKS BMT memakai cara pelunasan dengan angsuran dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama. Daftar angsuran yang telah disepakati tersebut dilampirkan dalam akad pembiayaan murabahah. Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah 1. Negosiasi dan persyaratan 2. Akad jual beli 3. Pencairan dana KJKS BMT 6. Pembayaran angsuran Nasabah Supplier/Penjual 5. Terima barang dan dokumen 4. Pembelian barang 2. Nasabah dapat memilih tempat pembelian barang yang diinginkan dan pembayarannya dilakukan secara tunai oleh pihak KJKS BMT. 3. KJKS BMT bertindak sebagai penjual kepada nasabah dengan harga yang disepakati bersama yaitu harga pembelian ditambah dengan keuntungan, dan melakukan akad pembiayaan murabahah dengan jangka waktu pelunasan yang disepakati bersama.

65 4. Pada saat akad pembiayaan murabahah jatuh tempo, pembiayaan dilakukan dengan mendebet rekening nasabah (tabungan mudharabah). 5. Pencairan fasilitas pembiayaan murabahah dilakukan setelah penandatanganan akad murabahah. 6. Jangka waktu pengembalian pembiayaan murabahah ini merupakan pembiayaan jangka panjang dengan jangka waktu pembiayaan minimum 8 bulan dan maksimum 3 tahun Perhitungan waktunya dimulai semenjak penandatanganan akad pembiayaan murabahah. 7. Biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan transaksi murabahah menjadi tangggungan nasabah yang telah disepakati di awal akad pembiayaan murabahah. 8. Pembayaran dilakukan nasabah dengan menyetor setiap bulan ke rekening nasabah yang telah dibuka di awal perjanjian murabahah dan pengelola akan mendebet secara langsung tiap bulannya dari rekening tersebut. Mengenai pengendalian pembiayaan sebenarnya sudah dinilai dari sebelum pembiayaan diberikan kepada nasabah yaitu pada saat melakukan analisis calon nasabah. Dalam melakukan analisis terhadap pembiayaan ini KJKS BMT menggunakan metode analisis yang lazim digunakan oleh bank-bank pada umumnya yaitu 5C 1. Character (Karakter) Analisa ini merupakan analisa kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara kuantatif. Hal ini merupakan langkah awal proses persetujuan pembiayaan. Kesalahan dalam menilai karakter calon nasabah dapat berakibat fatal bagi KJKS BMT atas kemungkinan terjadinya pembiayaan bermasalah di masa datang. Untuk itu KJKS BMT menggunakan analisa pembiayaan untuk mengatasi hal-hal demikian, untuk memperkuat dalam analisa terhadap karakter nasabah biasanya KJKS BMT menggunakan teknik wawancara, di mana melalui wawancara ini karakter seorang nasabah dapat didektesi dengan melakukan verifikasi data.

66 2. Capacity (Kemampuan) Analisa ini sangat penting dilakukan oleh petugas pembiayaan untuk mengetahui dan memahami kemampuan seorang nasabah berbisnis. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan nasabah untuk memenuhi semua kewajibannya termasuk pelunasan pembiayaan. Untuk mengetahui kepastian atau kemampuan nasabah, KJKS BMT melihat beberapa aspek di antaranya adalah jumlah angka hasil produksi nasabah dan jumlah penjual dan pembeli. 3. Capital (Modal) Modal sangat diperlukan dalam melakukan sebuah usaha, analisa ini diarahkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan nasabah dalam menjalani usahanya. Melalui analisa modal ini pihak KJKS BMT dapat membatasi jumlah pemberian pembiayaan kepada nasabah, sehingga pihak KJKS BMT akan dapat terhindar dari kegagalan pelunasan pembiayaan dari seorang nasabah. Hal ini juga dapat meminimalisir kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa KJKS BMT dapat beroperasi. 4. Condition (kondisi) Analisa ini diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha nasabah. Ini perlu dilakukan karena KJKS BMT sebagai lembaga keuangan yang bergerak dalam kegiatan perekonomian dan perdagangan harus mempertimbangkan bagaimana kemungkinan yang timbul sebelum akad pembiayaan. 5. Collateral (Jaminan) Adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengaman atas resiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitor di kemudian hari, misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa hutang kredit(hermansyah 2009, 65).

67 2. Penyimpangan prinsip syari ah dan standar operasional dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah di KJKS BMT Lubuk Begalung 2.1. Indikasi yang menunjukkan penyimpangan prinsip syari ah dan standar operasional dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah di KJKS BMT kecamatan Lubuk Begalung 2.1.1. KJKS BMT Lubuk Begalung tidak memiliki Dewan Pengawas Syari ah (DPS) Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak pengelola KJKS BMT Pitameh Tanjung Saba Lubuk Begalung bernama Murni Yanti, ia mengatakan bahwa, KJKS BMT Pitameh Tanjung Saba ini belum memiliki DPS dan masih berencana untuk memilikinya. Begitu juga dengan Manajer KJKS BMT Pampangan Lubuk Begalung bernama Liani Sebrina yang menyatakan bahwa, KJKS BMT di sini belum memiliki DPS, karena kami tidak memiliki dana yang cukup untuk DPS tersebut dan juga untuk mengelola BMT ini kami juga masih butuh dana yang lebih. Pada KJKS BMT Koto Baru Lubuk Begalung yang dikelola oleh salah seorang pengelola bernama Riyanti Riza Yoma yang menyatakan bahwa, KJKS BMT Koto Baru ini tidak memiliki DPS, karena belum ada dana untuk itu. sambil menunjukkan struktur organisasi KJKS BMT tersebut yang tidak mencantumkan DPS(Roma, 2017) Hal ini tidak sesuai dengan aturan yang terdapat pada panduan pengelolaan KJKS BMT tersebut atau standar operasional KJKS BMT tersebut. Di dalam standar operasional tersebut pada bagian standar operasional manajemen kelembagaan disebutkan bahwa lembaga keuangan syari ah harus memiliki Dewan Pengawas Syari ah (DPS). Anggota DPS harus terdiri dari para ahli di bidang syari ah muamalah yang didukung oleh pemahaman terhadap pengetahuan umum di bidang operasional lembaga keuangan syari ah. Secara umum tugas dan tanggung jawab dari Dewan Pengawas Syari ah antara lain: 2.1.1.1. Mengawasi kegiatan usaha KJKS BMT agar tidak menyimpang dari ketentuan dan prinsip-prinsip syari ah.

68 2.1.1.2. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada pengurus, pengelola dan pengawas keuangan yang berkaitan dengan aspek syari ah. 2.1.1.3. Mengkaji aspek syariah terhadap produk dan pengembangan produk dan jasa keuangan yang ditawarkan oleh KJKS BMT(Pinbuk, 2011). 2.1.2. Pengelola KJKS BMT kurang memahami Fiqih Muamalah Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pengelola KJKS BMT Pampangan bernama Liani Sebrina bahwa, saya kurang tahu juga apa itu mudharabah dan musyarakah, karena yang paling banyak diminati oleh nasabah itu adalah pembiayaan murabahah. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa pengelola KJKS BMT tersebut kurang memahami bagaimana seharusnya pelaksanaan akad-akad yang terdapat pada KJKS BMT yang sesuai dengan fiqih muamalah atau ekonomi syari ah. Pengelola tersebut hanya memahami bahwa pembiayaan murabahah itu sebagai pencairan uang untuk nasabah dalam membeli barang-barang yang diperlukan oleh nasabah itu sendiri. Untuk akadakad lainnya seperti mudharabah dan musyarakah ia tidak memahaminya (Sebrina, 2017). Seorang manajer KJKS BMT Koto Baru bernama Riyanti Riza Roma menyatakan bahwa, murabahah itu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk mengembangkan usahanya kemudian nasabah membayar secara angsuran kepada KJKS BMT, yang penting itu nasabah membayar dengan lancar agar KJKS BMT tidak mengalami kerugian. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa pengelola KJKS BMT tersebut tidak memahami murabahah berdasarkan fiqih muamalah, tetapi hanya berdasarkan bagaimana prosedur pembiayaan yang berorientasi kepada keuntungan. Hal ini juga tidak sesuai dengan aturan yang terdapat pada standar operasional KJKS BMT. Aturan yang terdapat pada standar operasional KJKS BMT dalam hal ini adalah bahwa KJKS BMT dalam segala aspek operasional harus tunduk dan tidak boleh keluar dari tatanan syari ah maka dalam konteks ini menjadi suatu kewajiban bagi para

69 pengurus dan pengelola KJKS BMT mengetahui dan memahami ekonomi syari ah dan fiqih muamalah(pinbuk, 2011). 2.1.3. Pembiayaan murabahah dilakukan dengan pencairan dana tanpa akad wakalah Pada KJKS BMT Pitameh Tanjung Saba pembiayaan murabahah dilaksanakan tidak dengan cara penyediaan barang, akan tetapi dengan cara pencairan dana kepada nasabah tanpa menggunakan akad wakalah. Berdasarkan keterangan dari salah seorang pengelola KJKS BMT bernama Ayu Annira Anggraini menyatakan bahwa, dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah di KJKS BMT Pitameh Tanjung Saba kami tidak menggunakan akad wakalah, tetapi hanya dilaksanakan dengan cara pencairan dana kepada nasabah dan nasabah sendiri yang membeli barang yang diinginkannya. Hal serupa juga terdapat pada KJKS BMT Koto Baru. Seorang manajernya bernama Riyanti Riza Yoma menyatakan bahwa, dulu di awal pendirian KJKS BMT ini dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah kami memang menggunakan akad wakalah, namun setelah itu hingga sekarang penggunaan akad wakalah dalam pembiayaan murabahah tidak berjalan lagi karena kami percaya saja kepada nasabah dalam pembelian barang-barang yang dibutuhkannya, yang penting mereka (nasabah) lancar membayar angsurannya tiap bulan (Roma, 2017). Hal ini tidak sesuai dengan fiqih muamalah. Di dalam fiqih muamalah akad murabahah itu adalah penjualan suatu komoditas dengan harga yang si penjual telah membelinya dengan harga asli, ditambah dengan sekian laba yang diketahui oleh si penjual dan si pembeli(saeed 2006, 119). Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahibul mal dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap

70 suatu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan(mardani 2012, 136). Pada pembiayaan murabahah ini nasabah dan KJKS BMT seharusnya melakukan kesepakatan untuk melakukan transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli, di mana KJKS BMT bersedia membiayai pengadaan barang yang dibutuhkan nasabah dengan membeli kepada suplier dan menjual kembali kepada nasabah ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati, kemudian nasabah membayar sesuai dengan jangka waktu yang disepakati. 2.1.4. Terdapat unsur gharar dalam perhitungan pembiayaan murabahah Dalam perhitungan pembiayaan murabahah di KJKS BMT Lubuk Begalung, jumlah dana yang diterima oleh nasabah tidak sesuai dengan jumlah dana yang tercantum dalam akad murabahah. Hal ini disebabkan karena adanya pemotongan dana yang dilakukan oleh pihak KJKS BMT. Pemotongan dana tersebut akan digambarkan melalui contoh perhitungan pembiayaan murabahah yang terdapat pada KJKS BMT Pampangan berikut: Jumlah Pembiayaan= Rp. 2.000.000 dengan jangka waktu pengembalian 10 bulan Margin= 1,6 % per bulan= Rp. 32.000= Rp. 320.000/10 bulan Total pengembalian= Rp. 2.320.000 Pemotongan dana: Administrasi= 1% 2.000.000= Rp. 20.000 Bea Materai= Rp. 7.000 Cadangan Resiko= 1% 2.000.000= Rp. 20.000 Total pemotongan dana= Rp. 47.000

71 Jadi, dana yang akan diterima oleh nasabah adalah sejumlah Rp. 1.963.000 (Anggraini, 2017). Berdasarkan perhitungan tersebut, pemotongan dana dari cadangan resiko mengandung unsur gharar. Hal ini disebabkan bahwa fungsi dari dana cadangan resiko tersebut digunakan untuk pelunasan pembiayaan bermasalah jika sewaktuwaktu di masa depan nasabah yang menerima pembiayaan meninggal dunia, kabur, dan keadaan yang tak terduga lainnya. Apabila pembiayaan murabahah berjalan dengan lancar, maka dana cadangan resiko tersebut tidak kembali kepada nasabah, melainkan tetap disimpan oleh KJKS BMT (Anggraini, 2017). Hal ini merupakan pengambilan dana yang digunakan untuk sesuatu yang belum pasti atau belum jelas yang akan terjadi di masa mendatang. Yang dimaksud dengan gharar adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti. Gharar dari segi fiqih berarti penipuan dan tidak mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak dapat diserahkan(sula 2004, 46).Rasulullah Saw. bersabda, و و ن ي وي ب ي ه و ن ي و وي رضي ي عني و واي:ي)ي و ي ولي و ه و هاي و ه لل ي ب ي صلي ي صلني وصلي و ن ي و ي نل ي ب ي و ن و و ي بي,ي و و ن ي و ي نل ي ب ي ول نغ و و ي بي م لي (يي و و ا هي ه ن ص ي ب Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang jual-beli dengan cara melempar batu dan jual-beli gharar (yang belum jelas harga, barang, waktu dan tempatnya). Riwayat Muslim. (Albani 2006, 18). 2.1.5. Tidak adanya pengawasan KJKS BMT terhadap pembelian barang oleh nasabah dalam pelaksanaan akad wakalah Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh manajer KJKS BMT Pampangan bernama Liani Sebrina bahwa, ketika akad murabahah dan wakalah telah selesai dilakukan, kami tidak mengetahui apakah barang yang dibeli oleh nasabah sesuai dengan barang yang dicantumkan dalam akad wakalah, namun kami telah melakukan survei ke lapangan untuk melihat jenis usaha yang dimiliki

72 nasabah sebelum memberikan pembiayaan di awal dulu dan yang penting itu mereka telah lancar membayar angsuran. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa pihak KJKS BMT tidak melakukan pengawasan dalam hal itu, baik dalam bentuk melihat langsung ke lapangan maupun dalam bentuk pemberian bukti kuitansi pembelian barang. Hal ini tidak sesuai dengan fatwa DSN MUI yang menyatakan bahwa akad wakalah itu harus dilakukan sebelum dilakukannya akad murabahah yang berarti pihak KJKS BMT paling tidak harus mengetahui terlebih dahulu jenis barang yang akan menjadi objek akad murabahah (Sebrina, 2017). Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 pada bagian pertama tentang ketentuan umum murabahah angka 9 yang berbunyi, jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi miliki bank. Berdasarkan fatwa tersebut, KJKS BMT hendaknya melakukan akad wakalah terlebih dahulu, dan setelah barang tersebut menjadi milik KJKS BMT, barulah akad murabahah dilakukan antara pihak KJKS BMT dengan nasabah. 2.2. Faktor Pengelola KJKS BMT Tidak Menjalankan Kegiatannya Sesuai dengan Prinsip Syari ah dan Standar Operasional dalam Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Ada beberapa faktor yang menyebabkan pengelola KJKS BMT Kecamatan Lubuk Begalung tidak menjalakan kegiatannya sesuai dengan prinsip syari ah khususnya dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah. Alasan tersebut di antaranya adalah: 2.2.1. Minimnya dana untuk memiliki DPS KJKS BMT di kecamatan Lubuk Begalung tidak memiliki DPS untuk mengawasi prinsip-prinsip syari ah yang ada pada KJKS BMT. Hal ini disebabkan karena tidak adanya dana yang tersedia untuk pemberian gaji kepada anggota yang terlibat dalam DPS tersebut(sakti, 2017).

73 2.2.2. Pengelola KJKS BMT tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi syari ah Pengelola KJKS BMT di kecamatan Lubuk Begalung kurang memahami ekonomi syari ah atau fiqih muamalah dalam melakukan tugasnya menjalankan operasional KJKS BMT seperti pelaksanaan akad murabahah khususnya, akad mudharabah, musyarakah dan lainnya. Hal ini disebabkan karena pengelola KJKS BMT tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi syari ah baik itu manajer maupun petugas pembukuan dan hal ini dapat diketahui melalui gelar akademik yang dimiliki oleh pengelola KJKS BMT tersebut. Gelar akademik yang dimiliki oleh pengelola KJKS BMT tersebut bermacam-macam dan mayoritas memiliki gelar akademik sarjana ekonomi dan minoritas memiliki gelar akademik seperti sarjana sosial, sarjana sastra, dan lain-lain(sakti, 2017). 2.2.3. Pengelola KJKS BMT merasa bahwa menyediakan barang bagi nasabah adalah tugas yang sulit dan khawatir barang yang disediakan tidak sesuai keinginan nasabah Penyebab pengelola KJKS BMT tidak menyediakan barang pada pembiayaan murabahah adalah pengelola KJKS BMT merasa kesulitan dalam melakukan penyediaan barang untuk nasabah. Pengelola KJKS BMT menganggap bahwa dalam penyediaan barang, pengelola KJKS BMT tersebut merasa kerepotan untuk menyediakan barang yang diinginkan nasabah. Selain itu, penyebab lainnya adalah pengelola KJKS BMT khawatir jika barang yang disediakan oleh mereka tidak sesuai dengan keinginan nasabah. Oleh sebab itu, mereka hanya menyerahkan dana kepada nasabah dan nasabah sepenuhnya yang menggunakan dana tersebut(yoma, 2017). 2.2.4. Pengelola KJKS BMT lebih berorientasi kepada keuntungan Alasan pengelola KJKS BMT melakukan pemotongan dana pembiayaan murabahah terhadap nasabah adalah agar KJKS BMT dapat memperoleh keuntungan yang lebih banyak lagi dari profit pembiayaan(yoma,2017). Pengelola KJKS BMT khawatir jika tidak dilakukan pemotongan dana pada pemberian pembiayaan

74 tersebut, maka KJKS BMT akan mengalami kerugian. Untuk mengantisipasi hal tersebut, KJKS BMT berinisiatif untuk melakukan pemotongan dana tersebut. 2.2.5. Pengelola KJKS BMT menganggap pengawasan terhadap nasabah dalam pelaksanaan akad wakalah itu tidak perlu Alasan pengelola KJKS BMT tidak melakukan pengawasan terhadap nasabah dalam pelaksanaan akad wakalah adalah karena pengelola KJKS BMT menganggap hal tersebut tidak perlu. Pengelola KJKS BMT menilai bahwa hal yang penting itu adalah nasabah dapat membayar angsuran pembiayaannya dengan lancar dan tidak bermasalah. Untuk masalah barang yang dibeli oleh nasabah sesuai dengan akad atau tidak, hal tersebut tidaklah perlu(sebrina, 2017).