BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KAWIN ALAM DAN INSEMINASI BUATAN TERHADAP PERSENTASE KEBUNTINGAN, LAMA BUNTING, LITTER SIZE DAN BOBOT LAHIR KELINCI NEW ZEALAND WHITE

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

TEKNOLOGI KAWIN SUNTIK(INSEMINASI BUATAN) PADA TERNAK KELINCI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

3. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

Spermatogenesis dan sperma ternak

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Ternak Manunggal IV Dusun

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

DAYA HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMA ENTOK (Cairina moschata) YANG DITAMPUNG 3 DAN 6 HARI SEKALI DALAM PENGENCER YANG BERBEDA SKRIPSI.

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

BAB III MATERI METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

BAB IV METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilakukan dengan purposive sampling, menggunakan 25 ekor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 1999 sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di kandang ayam petelur Varia Agung

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

BAB III METODE PENELITIAN

L.N. Varasofiari, E.T. Setiatin, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

MATERI DAN METODE. Gambar 7 Metode penampungan semen babi : a) Metode manual (glovehand method); b) Alat penampungan semen.

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Tampilan Ferning Pre-Post Inseminasi Buatan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2015 sampai 25 Mei 2015.

5 KINERJA REPRODUKSI

UJI KU <klitas SPERMA DAN PENGHITUNGAN JUMLAH PENGENCER DALAM UPAYA MENENTUKAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Rodalon

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 bertempat

BAB III METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Reproduksi Lele dumbo. Tabel 4 Karakteristik fisik reproduksi lele dumbo

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

Inseminasi Buatan (IB)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

Transkripsi:

8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta. 3.1. Materi Materi yang digunakan adalah 32 ekor kelinci betina dari bangsa New Zealand White umur 6 bulan 2 tahun, bobot badan 1,6-3,0 kg. Selain itu digunakan pula 2 ekor kelinci jantan dari bangsa New Zealand White umur 6 bulan-2 tahun, bobot badan 1,6-3,0 kg, sudah pernah mengawini, memiliki libido tinggi, dan memiliki catatan reproduksi baik. Kelinci penelitian dipelihara pada kandang individu. Pakan kelinci berupa bekatul diberikan pukul 07.00 WIB, jerami kacang tanah diberikan pukul 12.00 WIB, dan pelet diberikan pukul 15.00 WIB. Air minum diberikan secara ad libitum. Kandang dibersihkan setiap pagi pukul 07.00 WIB dan sore pukul 15.00 WIB. Sisa pakan dibuang pada saat pembersihan kandang di pagi hari. Alat yang digunakan antara lain vagina buatan, tabung penampung semen, mikroskop, pipet tetes, kertas label, object glass, cover glass, hemocytometer, bunsen, ph indikator, Beaker glass, spuit, kateter, alumunium foil, handuk dan alat tulis. Bahan-bahan pendukung antara lain adalah eosin 2%, eosin 0,2%, aquabidest, NaCl 0,9%, dan HCG.

9 3.2. Metode Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan dua perlakuan dan dua kelompok (Mas, 2009). Perlakuan pertama (T0) untuk kelinci NZW yang dikawinkan secara alami, dan perlakuan kedua (T1) untuk kelinci NZW yang dikawinkan secara inseminasi buatan. Pengelompokan ini berdasarkan indikator status fisiologis ternak, kelompok pertama untuk kelinci dara (P0) dan kelompok kedua untuk kelinci induk (P1). Setiap perlakuan terdiri dari 16 ekor kelinci NZW (8 ekor kelinci dara dan 8 ekor kelinci dara). Pejantan yang digunakan berjumlah 2 yang merupakan pejantan terbaik dari 6 pejantan yang sudah dievaluasi semennya baik secara makroskopis maupun mikroskopis. 3.2.1. Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dua tahap. Tahap pertama yaitu seleksi kelinci induk dan tahap kedua adalah seleksi kelinci pejantan. Pada tahap pertama, kriteria kelinci induk yang dipilih adalah kelinci dari bangsa NZW yang memiliki bobot badan 1,6-3,0 kg, umur 6 bulan-2 tahun dan sehat. Jumlah kelinci induk yang dipakai sebanyak 32 ekor yang diseleksi dari 600 ekor kelinci. Pada tahap kedua, kriteria kelinci jantan yang dipilih adalah dari bangsa NZW yang sudah pernah mengawini dan memiliki bobot badan 1,6-3,0 kg, umur 6 bulan- 2 tahun, sehat, memiliki libido tinggi, memiliki catatan reproduksi yang baik dan memiliki kualitas semen yang baik pada saat pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis

10 Kualitas semen kelinci diketahui melalui pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis. Semen kelinci ditampung terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan. Proses penampungan dilakukan di didalam kandang kelinci jantan dengan menggunakan kelinci betina sebagai pemancing. Pada saat kelinci pejantan terangsang, pejantan akan menaiki betina, pada saat pejantan ereksi, vagina buatan disorongkan kearah penis pejantan hingga terjadi ejakulasi, sebelumnya vagina buatan yang sudah dipasangkan pada tabung penampung diisi air hangat dengan suhu 39 o -41 o C dan diolesi pelicin serta ditutup kain pada bagian tabung penampung. Penampungan semen dilakukan pada ejakulasi pertama. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari pengukuran volume, bau, warna, pengukuran PH dan memeriksa kekentalan. Volume semen kelinci yang tertampung dapat langsung terbaca pada tabung penampungan semen yang berskala (Irwansyah, 2015). Volume juga dapat digunakan dalam menentukan jumlah sperma per ejakulasi bila dikalikan dengan konsentrasi. Bau, warna dan kekentalan dinilai sebelum pengukuran ph. Indikator ph yang digunakan adalah ph paper. Semen berkualitas baik biasanya lebih condong ke asam (ph rendah) daripada semen dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah (Lestari, 2013). Pemeriksaan mikroskopis terdiri dari gerakan massa, gerakan individu, konsentrasi, mortalitas dan abnormalitas. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan bantuan alat mikroskop. Gerakan massa diperiksa dengan meneteskan satu tetes semen segar ke dalam object glass lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gerakan massa semen kelinci dinilai dalam persentase. Gerakan individu diperiksa dengan meneteskan satu tetes semen segar ke

11 dalam object glass lalu meneteskan satu tetes NaCl 0,9% kemudian ditutup dengan cover glass dan mengamatinya di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Gerakan individu semen kelinci dinilai dalam persentase. Konsentrasi semen kelinci diukur dengan menghitung jumlah spermatozoa dalam satu ml semen. Langkah dalam pengukuran ini yaitu dengen menyedot semen kelinci dengan pipet eritrosit sampai angka 0.5, lalu menyedot larutan eosin 0,2% dengan menggunakan pipet eritrosit yang sama sampai angka 1.01, menutup kedua ujung pipet eritrosit dengan tangan dan mengocoknya membentuk angka 8 selama 3 menit, membuang 2 tetes semen dengan cara membuka salah satu ujung pipet yang dekat dengan angka 0.5 lalu meneteskannya pada bilik hitung yang sudah ditutup dengan cover glass, menghitung jumlah sperma yang ada pada bilik hitung dengan menggunakan mikroskop perbesaran 400x. Bilik hitung terdapat 25 kotak besar dan dalam 1 kotak besar terdapat 16 kotak kecil dengan volume pada setiap kotak kecil sebesar 0,1 mm 3 dan pengenceran sebanyak 200 kali. Jumlah spermatozoa dihitung pada 5 kotak besar. 4 kotak besar berada pada setiap pojok kotak dan 1 kotak besar yang berada di tengah kotak. Metode perhitungannya adalah Y spermatozoa yang terdapat pada 5 kotak besar tersebut. Sperma yang dihitung adalah sperma yang tidak melewati batas kotakdan tidak pada batas kotak. Rumus perhitungan konsentrasi spermatozoa menurut Kartasudjana (2001) yaitu: Y x 400 80 x 200 0,1 = Y x 10.000/mm3 = Y x 10 juta/ml Keterangan: Y = Jumlah spermatozoa pengamatan dalam 5 kamar

12 400 = Total kotak kecil dalam kamar hitung 80 = Jumlah kotak kecil dalam 5 kotak besar 200 = Pengenceran 200 kali 0,1 = Volume kotak hitung (mm 3 ) Mortalitas merupakan perhitungan kematian spermatozoa yang dinyatakan dalam persen. Spermatozoa yang mati memiliki ciri-ciri berwarna merah muda hingga merah jika dicampur dengan larutan eosin, sedangkan spermatozoa hidup tidak berwarna. Cara membuat preparat untuk perhitungan mortalitas sperma yaitu, meletakkan satu tetes semen ke object glass lalu meneteskan satu tetes larutan eosin 0,2+2% ke object glass yang sama dan mencampurnya, mengulas campuran tersebut pada object glass dengan menggunakan object glass lain yang diarahkan maju dengan sudut 30 0, mengeringkan ulasan lalu mengamatinya dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Spermatozoa hidup dan spermatozoa mati dihitung jumlahnya. Perhitungan jumlah spermatozoa yang hidup dan mati minimal 200 spermatozoa. Mortalitas didapatkan dari membandingkan jumlah spermatozoa mati dengan spermatozoa terhitung dan dinyatakan dalam persen. Abnormalitas merupakan perhitungan spermatozoa yang tidak normal dan dinyatakan dalam persen. Preparat yang digunakan adalah preparat yang sama yang digunakan dalam perhitungan mortalitas sperma. Jumlah antara sperma yang normal dan tidak normal minimal 200 sperma. Spermatozoa abnormal bisa dilihat dari bentuk morfologi spermatozoa itu sendiri, yaitu kepala terlalu besar atau kecil, ekor putus, ekor bercabang, ekor melingkar. Rata-rata kualitas semen kelinci jantan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

13 Tabel 1. Kualitas Semen Kelinci New Zealand White Kualitas Semen Jumlah Makroskopis Volume ejakulat (ml) 0,8 Warna Putih Bau Amis Kekentalan Kental PH 7,6 Mikroskopis Gerakan massa (%) 70 Gerakan individu (%) 70 Konsentrasi (10 7 ) 76,5 Mortalitas (%) 6,25 Abnormalitas (%) 7,25 3.2.2. Prosedur penelitian Sebelum perkawinan, dilakukan induksi ovulasi pada semua kelinci penelitian. Waktu yang tepat untuk induksi ovulasi adalah 5-6 jam sebelum dilakukan kawin alam dan inseminasi buatan. Hormon yang digunakan adalah Human Chorionic Gonadotropin (HCG) secara intravena dengan dosis 30 IU/ekor. Perkawinan secara alami, induk kelinci yang estrus dimasukkan ke dalam kandang kelinci jantan dan dibiarkan untuk dikawini pejantan. Ciri-ciri perkawinan terjadi adalah jika pejantan menjatuhkan tubuhnya dengan posisi penis masih melakukan penetrasi ke vagina (kopulasi). Setelah terjadi dua kali perkawinan, induk dikembalikan ke kandangnya. Pada perkawinan secara inseminasi buatan dilakukan melalui 3 tahap yaitu penampungan semen kelinci, pengenceran semen, dan inseminasi buatan. Proses penampungan dilakukan di dalam kandang dengan menggunakan kelinci betina

14 sebagai pemancing. Pada saat kelinci pejantan terangsang, pejantan akan menaiki betina, pada saat pejantan ereksi, vagina buatan disorongkan kearah penis pejantan hingga terjadi ejakulasi, sebelumnya vagina buatan yang sudah dipasangkan pada tabung penampung diisi air hangat dengan suhu 39 o -41 o C dan diolesi pelicin serta ditutup kain pada bagian tabung penampung. Penampungan semen dilakukan pada ejakulasi pertama. Pengenceran dilakukan dengan perbandingan 1:4 untuk semen : pengencer. Bahan pengencer yang digunakan adalah NaCl fisiologis 0,90%, karena larutan ini memiliki tekanan osmotik yang ekuivalen dengan darah. Dosis yang digunakan untuk inseminasi buatan pada kelinci NZW adalah 0,5 cc/ekor dengan konsentrasi sperma sebesar 75 x 10 7 sel spermatozoa/ml. Inseminasi buatan dilakukan 5 jam setelah penyuntikan hormon HCG. Semen cair hasil pengenceran diisap dengan kateter khusus yang dirancang untuk ternak kelinci sebanyak 0,5 cc, kemudian kateter dimasukkan ke dalam vagina dengan ujung yang membengkok diarahkan ke punggung induk kelinci, setelah bagian yang membengkok masuk, kateter diputar 180 o dan terus didorong secara hati-hati sampai menyentuh serviks uteri. Selanjutnya semen cair disemprotkan perlahanlahan dan kateter ditarik keluar. 3.2.3. Parameter yang diamati Parameter yang diamati yaitu persentase kebuntingan, lama bunting, litter size, dan bobot lahir. Persentase kebuntingan diperoleh dari perbandingan jumlah

15 induk yang bunting dengan jumlah induk yang dikawinkan dan dinyatakan dalam persen. Rumus persentase kebuntingan adalah sebagai berikut. % Kebuntingan = jumlah induk bunting jumlah induk yang dikawinkan x 100% Lama kebuntingan dinyatakan dalam hari dan dihitung mulai pada hari kelinci dikawinkan sampai pada hari kelinci melahirkan. Litter size dinyatakan dalam ekor dengan cara menghitung jumlah anak yang lahir. Bobot lahir kelinci didapatkan dengan cara menimbang anak kelinci satu persatu kemudian dijumlahkan dan dibagi jumlah anak yang lahir, bobot lahir dinyatakan dengan gram. Cara menimbang anak kelinci yaitu, pertama kotak melahirkan yang berisi anak kelinci dikeluarkan dari kandang, lalu anak kelinci ditimbang satu persatu. 3.3. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu analisis deskriptif, independent sample t-test, dan uji Mann-Whitney u-test. Parameter persentase kebuntingan dianalisis dengan analisis deskriptif. Parameter lama bunting dan litter size dianalisis dengan independent sample t-test dan Mann- Whitney u-test, Mann-Whitney u-test di sini digunakan untuk menganalisis pengaruh status fisiologis terhadap lama bunting dan litter size yang dikawinkan secara inseminasi buatan saja, untuk data lainnya menggunakan analisis independent sample t-test. Parameter bobot lahir dianalisis dengan independent sample t-test. Ada 3 syarat dalam analisis independent sample t-test yaitu 1) data harus berdistribusi normal; 2) kedua sampel yang digunakan independent; 3) data

16 numerik. Uji normalitas data, uji independent t-test, dan uji Mann-Whitney u-test dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Misbahudin dan Hasan (2013) menyatakan bahwa prosedur dalam uji statistik independent sample t-test ini adalah sebagai berikut: a. Menentukan formulasi hipotesisnya Hipotesis yang digunakan adalah H0 = Tidak adanya pengaruh perbedaan sistem perkawinan terhadap lama bunting, litter size dan bobot lahir kelinci NZW H1 = Adanya pengaruh perbedaan sistem perkawinan terhadap lama bunting, litter size, dan bobot lahir kelinci NZW b. Menentukan taraf nyata (α) dan t tabel Taraf nyata yang digunakan biasanya 5% (0,05). Nilai t tabel memiliki derajat bebas (db) = n1 + n2 1. c. Menentukan kriteria pengujian 1) Untuk H0 : tidak ada perbedaan positif antara lama bunting, litter size, bobot lahir kelinci yang dikawinkan secara alami dan inseminasi buatan H1 : ada perbedaan positif antara lama bunting, litter size, bobot lahir kelinci yang dikawinkan secara alami dan inseminasi buatan H0 : diterima (H1 ditolak) apabila t0 t H1 : diterima (H0 ditolak) apabila t0 < t 2) Untuk H0 : tidak ada perbedaan negatif antara lama bunting, litter size, bobot lahir kelinci yang dikawinkan secara alami dan inseminasi buatan

17 H1 : ada perbedaan negatif antara lama bunting, litter size, bobot lahir kelinci yang dikawinkan secara alami dan inseminasi buatan H0 : diterima (H1 ditolak) apabila t0 -t H1 : diterima (H0 ditolak) apabila t0 < -t 3) Untuk H0 : tidak ada perbedaan antara lama bunting, litter size, bobot lahir kelinci yang dikawinkan secara alami dan inseminasi buatan H1 : ada perbedaan antara lama bunting, litter size, bobot lahir kelinci yang dikawinkan secara alami dan inseminasi buatan H0 : diterima (H1 ditolak) apabila -tα/2 t0 tα/2 H1 : diterima (H0 ditolak) apabila t0 > tα/2;(db) atau t0 < -tα/2 4) Menentukan nilai uji statistik (nilai t0) t = X 1 X 2 X 1 2 ( X 1) 2 n 1 + X 2 2 ( X 2) 2 n 2 n 1 + n 2 2 ( n 1+n 1 n 1 n 2 ) 5) Membuat kesimpulan Menyimpulkan H0 diterima atau di tolak