BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

dokumen-dokumen yang mirip
sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

There are no translations available.

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi

PERAN ASEAN MARITIME FORUM (AMF) DALAM KEAMANAN PERAIRAN DI ASIA TENGGARA

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB V KESIMPULAN. Tenggara, yakni Association South East Asian Nations atau yang dikenal

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

KEPENTINGAN INDONESIA DALAM KONVENSI ASEAN TENTANG PEMBERANTASAN TERORISME (ASEAN CONVENTION ON COUNTER TERRORISM) Disusun Oleh:

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi pemberitaan terorisme tidak pernah hilang menghiasi

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

NCB Interpol Indonesia - Teroris Di Indonesia Dan Usaha-Usaha Yang Diambil Untuk Mengalahkan Masala Sabtu, 20 September :35

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

MENGAPA TERORIS MUSLIM SEDIKIT? P r o j e c t. i t a i g. D k a a n. Rizal Panggabean. Edisi 012, Maret 2012 Review Buku

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

Narsum I 8.15 Sekjen Forum Umat Islam - KHMuhammad Al Khaththath-

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN Tanpa RDTL: Kegagalan Diplomasi Indonesia. Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2011 ini tinggal menghitung hari sebelum posisi itu

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. internasional sejak tragedi runtuhnya gedung WTC (World Trade Centre) yang

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara

PENUTUP. berbagai belahan dunia, di Malaysia ada Islam Hadhori di bawah pimpinan. Abdullah bin Ahmad Badawi dan di Yordania ada Islam Wasatiyyah yakni

BAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG

tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep :25

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

Chalengging Change : Non-Tradional Security, Democracy and Regionalism

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Isu Terorisme dan Beban Ancaman Keamanan Kawasan Asia Tenggara Pasca Runtuhnya WTC AS. Idjang Tjarsono

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

Budi Mulyana, Pengamat Hubungan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menelan banyak korban sipil tersebut. Media massa dan negara barat cenderung

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Dalam dua dekade terakhir, tren jumlah negara yang melakukan eksekusi hukuman mati menurun

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kategori kejahatan kemanusiaan (crime of humanity),apalagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada bukan hanya kepentingan domestic tetapi juga kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

Oleh Juwono Sudarsono

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah berhasil membawa persepsi bahwa ancaman dapat terjadi kapan saja dan memicu suasana kerusuhan, apalagi sekarang ketika masyarakat global sering disajikan dan terkejut dengan berita yang berkaitan dengan terorisme internasional. Konsekuensi dari kegiatan teroris ini telah membuat Amerika Serikat (AS) mengatur strategi untuk melawan terorisme internasional dengan mengorganisir kampanye dan menawarkan bantuan kepada sejumlah negara Asia Tenggara yang terkena dampak aksi terorisme internasional dalam memerangi teror. Selanjutnya AS telah mengirim pasukan militer mereka ke Afghanistan pada tahun 2002 dan Irak pada tahun 2003 yang mereka sebut sebagai perang melawan segala aksi tindakan teroris yang ada karena diduga bahwa kedua negara tersebut terkait dengan kelompok teroris dan juga serangan 11 September. Langkah yang diambil oleh AS telah menyebabkan peningkatan sentimen anti AS dan telah langsung diperkuat serangan yang dilakukan oleh kelompok teroris internasional. 1 Pelaksanaan perang melawan terorisme telah meningkatkan berbagai serangan yang semakin sulit untuk dipecahkan, dimana aktivitas terorisme internasional menyebar ke berbagai kawasan di dunia termasuk Asia Tenggara. 2 1 Mohamad, et all. Journal of Asia Pacific Studies (2009) Vol 1 no 1 27-48. 2 Massa, 29 September-5 Oktober 2001:43). 1

Munculnya kelompok- kelompok teroris dan pelaku kekerasan di Asia Tenggara telah memposisikan kawasan ini sebagai kawasan yang rentan terhadap aksi terorisme. Aksi terorisme mengalami peningkatan sejak 11 September 2001, yang mengakibatkan munculnya berbagai kelompok-kelompok teroris seperti Jemaah Islamiyah (JI) di Indonesia, Kelompok Abu Sayaf (KAS) di Filipina Selatan dan Kelompok Militan Malaysia (KMM). Malaysia juga sering dikaitkan dengan kegiatan teroris ini. Oleh karena itu, wilayah Asia Tenggara sebagai fokus utama untuk melawan isu terorisme. 3 Bahkan, masalah yang lebih serius adalah bahwa beberapa pihak eksternal percaya bahwa terorisme terkait dengan Negara-negara tertentu. Sebagai contoh, Malaysia telah diberi label sebagai negara yang melindungi teroris dan memiliki banyak jaringan teroris internasional. 4 Dampak yang lebih ironis dari serangan 11 September adalah pada komunitas Muslim, dicap sebagai teroris oleh dunia Barat sehingga harus terus dipantau. Selain itu, menurut Sulaiman 5 doktrin jihad dalam Islam sering dikaitkan oleh Barat sebagai terorisme khusus. Munculnya aktivitas teroris di Asia Tenggara telah menarik perhatian AS, di mana AS telah menyelenggarakan kampanye dan memberikan bantuan kepada Negara-negara kawasan Asia Tenggara untuk melawan agresi ini. Sebagai contoh, Filipina telah menerima bantuan militer dari AS dalam hal keterampilan dan kekuatan militer untuk membasmi kelompok teroris seperti Front Pembebasan 3 Balakrishnan, K.S (2002). Keganasan Antarabangsa dan Kerjasama ASEAN (The International Terrorism and ASEAN cooperation). Jurnal Pemikir (29). July September 4 Rohan Gunaratna, 2006. Terrorism in Southeast Asia : Threat and Response, Center for Eurasian policy occasional research paper series II, No, 1 Hudson Institute diakses pada http://counterterrorismblog.org/site-resource/images/gunaratna-terrorism.pdf 5 Shaharom, Sulaiman T.M (2002). Terrorisme global, jihad dan radikalisme politik (Global terorrism, Jihad and political radicalism) Jurnal Pemikir (28). April-Jun. 2

Islam Moro (MILF) dan KAS yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok teroris internasional yang disebut Al-Qaeda. Aktivitas teroris ini telah meningkat melalui letusan serangkaian pemboman di beberapa lokasi yang memiliki hubungan dan kepentingan dengan AS di Asia Tenggara. Pada tahun 2002, Asia Tenggara terkejut oleh serangkaian pemboman JW Marriot Hotel di Bali, Indonesia, yang menewaskan wisatawan terutama kebanyakan berasal dari Barat. Teror ini terkait dengan kelompok Islam. Kejadian ini merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh Negara-negara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi terorisme sebagai musuh internasional. Aktivitas terorisme yang menewaskan banyak korban tersebut telah mempersatukan dunia melawan terorisme internasional. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya tragedi Bali tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan teror menimbulkan korban sipil terbesar di dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang. 6 Perang terhadap terorisme yang dipimpin oleh Amerika, mula-mula mendapat sambutan dari sekutunya di Eropa. Pemerintahan Tony Blair termasuk yang pertama mengeluarkan Anti Terrorism, Crime and Security Act, Desember 2001, diikuti tindakan dari Negara-negara lain yang pada intinya adalah melakukan perang atas tindak terorisme di dunia seperti Filipina dengan mengeluarkan Anti Terrorism Bill. 7 Negara-negara ASEAN menyadari perlunya meningkatkan konsolidasi, kohesivitas dan efektifitas kerjasama. Dimana kerjasama-kerjasama dalam 6 Indriyanto Seno Adji, Bali, Terorisme dan HAM dalam Terorisme: Tragedi Umat Manusia, (Jakarta: O.C. Kaligis & Associates, 2001), hal.51 7 Hilmar Farid, Perang Melawan Teroris, http://www.elsam.or.id/txt/asasi/2002_ 0910/05.html 3

ASEAN tidak lagi hanya berfokus pada kerjasama-kerjasama ekonomi namun harus juga didukung oleh kerjasama lainnya di bidang keamanan dan sosial budaya. Agar tercipta keseimbangan tersebut, pembentukan akan pengembangan ASEAN didasari dengan tiga pilar, yaitu Komunitas Politik Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), Komunitas Sosial Budaya ASEAN (ASEAN Socio- Cultural Community). 8 Keseimbangan baru ini diperlukan mengingat banyak masalah bilateral yang terus membayangi dan karena sensitivitasnya perlu di dorong oleh rasa kekitaan dan keterbukaan (we feeling) agar urusan tidak menjadi timbunan beban bersama. Dalam perjalanannya, ada tiga macam konflik yang sering mempengaruhi ASEAN, yakni: 1) perselisihan perbatasan atau teritorial, 2) perselisihan yang mengancam stabilitas keamanan dan 3) perselisihan yang muncul sehubungan dengan kebijakan pengelolaan. 9 Namun belakangan ini pemasalahan keamanan di kawasan Asia Tenggara lebih berat dengan munculnya serangkaian aksi serangan teroris di berbagai negara anggota ASEAN. Berbeda dengan konflik yang sering terjadi dimana saling melibatkan dua negara atau lebih, isu terorisme muncul sebagai musuh baru bersama yang dapat mengancam setiap negara dan harus ditanggulangi bersama. Sebagai organisasi regional, ASEAN adalah wadah dalam menyelesaikan permasalahan keamanan yang mengancam setiap anggotanya. Kalau sebelumnya ASEAN menghadapi perselisihan dua negara atau lebih mengenai perbatasan atau 8 Menunggu Implementasi Piagam ASEAN, http://harianberitasore.go.id diakses tanggal 14 Mei 2008 9 Asvi Warman Adam, dkk, Konflik Teritorial di ASEAN, Jakarta : PPW-LIPI, 1992, hal. 1-2 4

teritorial, kini ASEAN menerima beban berat dengan munculnya masalah primordialisme yang dapat menimbulkan masalah terorisme. Isu terorisme adalah isu yang mengancam Negara-negara Asia Tenggara, meskipun lebih banyak terjadi di Indonesia tetapi tetap saja turut melibatkan negara lain khususnya negara tetangga di Asia Tenggara. Teror memang bukan hal baru di Asia Tenggara, sebab ada beberapa kelompok pemberontak yang kerap menggunakan kekerasan, seperti: Pattani (Thailand), Jemaah Islamiyah (Indonesia, Malaysia dan Thailand) dan Moro Islamic Liberation Front/MILF (Filipina Selatan) sehingga menyebarkan ketakutan di masyarakat. 10 Untuk mengantisipasi gerakan terorisme sebagai kejahatan lintas negara maka setiap organisasi internasional, Negara-negara dalam hal ini Thailand, Laos, Kamboja, Myanmar, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Filipina menaruh perhatian yang serius dalam hal penanganan isu terorisme tersebut. Berbagai perjanjian dan kesepakatan pun tak urung dibuat dengan tujuan mengkounter isu terorisme agar tidak berkembang menjadi ancaman yang nyata (real threatment), baik bagi kepentingan nasional sebuah negara maupun kepentingan kelompok organisasi dalam lingkup regional. Dalam hal ini ASEAN sebagai sebuah organisasi regional yang fokus terhadap permasalahan khususnya keamanan (security) juga menjadikan permasalahan terorisme ini menjadi agenda dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan termasuk dalam ide Komunitas ASEAN 2015. Dalam ASEAN Community khususnya dalam poin kerjasama ASEAN Security Community (ASC) 10 Ibid. 5

menempatkan permasalahan terorisme ini sebagai sebuah permasalahan bersama yang harus segera diatasi. 11 1.2 Rumusan Masalah Urgensi terciptanya keamanan regional mendapat porsi perhatian lebih oleh Negara-negara ASEAN. Dalam merespon hal tersebut, Negara-negara ASEAN berpegang teguh pada ASEAN Security Community (ASC). Munculnya aktivitas teroris di Asia Tenggara baik terorisme yang mengatasnamakan agama, politik maupun sosial budaya. Permasalahan keamanan di kawasan Asia Tenggara lebih berat dengan munculnya serangkaian aksi serangan teroris di berbagai negara anggota ASEAN. Berbeda dengan konflik yang sering terjadi dimana saling melibatkan dua negara atau lebih, isu terorisme muncul sebagai musuh baru bersama yang dapat mengancam setiap negara dan harus ditanggulangi bersama. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat mengajukan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana upaya yang dilakukan oleh ASEAN untuk mengatasi aksi terorisme dalam kerangka ASEAN Security Community? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk lebih mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh ASEAN untuk mengatasi aksi terorisme dalam kerangka ASEAN Security Community. 11 Asvi Warman Adam, dkk, Op.Cit., 6

2. Untuk lebih mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara dalam mengatasi tindakan dan aksi terorisme. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk: 1. Bagi Penulis penelitian ini sangat bermanfaat untuk melihat penerapan konsep-konsep ilmu hubungan internasional dalam kehidupan praktis dimasyarakat. 2. Secara akademis diharapkan bermanfaat bagi kalangan mahasiswa ilmu hubungan internasional untuk dapat menjadi sumber rujukan bagi pengembangan kegiatan ilmiah khususnya berkaitan dengan pengembangan konsep dan tindakan teorisme dalam hubungan internasional. 3. Membentuk pemahaman baru dalam lingkup hubungan internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara terkait masalah terorisme. 1.6 Studi Pustaka Penelitian terdahulu yang cukup relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2011) 12 yang berjudul ASEAN Community 2015 dan Keamanan Regional (Studi Kasus: Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Terorisme di Kawasan Asia Tenggara). Serangan terorisme yang diwarnai dengan ledakan bom yang menewaskan banyak korban di beberapa kawasan Asia 12 Lubis, Fuad Hasan.2011. ASEAN Community 2015 Dan Keamanan Regional (Studi Kasus : Upaya ASEAN Dalam Mengatasi Terorisme Di Kawasan Asia Tenggara). Skripsi. Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 7