1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mengamanatkan bahwa kewenangan dan urusan BKKBN tidak hanya terbatas pada masalah yang berhubungan dengan pembangunan keluarga berencana dan keluarga sejahtera, namun juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan pembangunan kependudukan. Kepanjangan BKKBN telah berubah menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, yang bertugas melaksanakan pengendalian penduduk dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk utama. Pengelompokan penduduk berdasarkan kedua karakteristik tersebut selalu diperlukan dalam menganalisis data. Melalui analisis komponen penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin di suatu daerah atau negara, dapat dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis kelamin (sex ratio), rasio jenis kelamin berdasarkan waktu lahir (sex ratio birth), rasio ibu dan anak (child women ratio), dan rasio beban ketergantungan (dependenty ratio). Komposisi penduduk di Indonesia termasuk model explosive atau umur muda.komposisi tersebut mengandung 1
2 masalah penyediaan lapangan kerja, pendidikan, dan beban kelompok produktif. (Arum & Sujiyatini, 2009, p. 4) Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Setiap keluarga dinamis memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Paradigma baru KB Nasional telah diubah visinya dari NKKBS menjadi Keluarga Berkualitas 2015 untuk mewujudkan keluarga berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, memiliki 2 anak lebih baik, berawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (Wiknjosastro, 2003, p. 902) Untuk menunjang program KB, dikenalkan alat kontrasepsi. Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas. (Wiknjosatro, 2005, p. 905) Beberapa metode kontrasepsi modern yang lazim digunakan di Indonesia terbagi menjadi metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi hormonal, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), metode kontrasepsi mantap dan metode kontrasepsi darurat.untuk kontrasepsi sederhana terbagi menjadi metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan dengan alat, sedangkan metode kontrasepsi hormonal terbagi menjadi kontrasepsi pil, suntikan, dan
3 implant, sedangkan untuk mantap terdiri dari MOP (Metode Operatif Pria) dan MOW (Metode Operatif Wanita). (Handayani, 2010, p. 35) AKDR atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (lippes loop) atau berbentuk lain-lain (CuT 380 A) yang terpasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus yang dilakukan oleh dokter atau bidan. AKDR mempunyai keuntungan dan kerugian, tetapi bagi akseptor lebih banyak keuntungannya antara lain efektifitasnya sangat tinggi (0,6 0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam tahun), efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang, tidak perlu lagi mengingatingat, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak ada efek samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Adapun kerugiannya antara lain, perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sakit. Tetapi perubahan tersebut umumnya terjadi pada 8 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan. (Saifudin, 2006, p.mk 63; 2010, pmk 75) AKDR efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir 100%, yang bergantung pada alatnya.akdr terbaru, seperti T 380A, memiliki angka kegagalan yang jauh lebih rendah pada semua tahap pemakaian tanpa ada kehamilan setelah 8 tahun pemakaian. (Everett, 2008, p. 197) Peserta KB aktif di Provinsi Jawa Tengah pada bulan Desember 2010 tercatat sebesar 5.155.761 (79,18%) dari jumlah PUS 6.511.254. Peserta KB aktif tersebut menggunakan kontrasepsi suntik 56,9%, pil 16,72%, implant
4 9,44%, IUD 8,28%, MOW 5,57%, MOP 1,16%, dan kondom 1,85%. Cakupan peserta KB aktif pada bulan Februari tahun 2011 tercatat sebesar 5.145.508 (77,12%) dari PUS sebanyak 6.672.508 dengan menggunakan metode kontrasepsi suntik 56,89%, pil 16,72%, implant 9,44%, IUD 8,30%, MOW 5,55%, MOP 1,16%, dan kondom 1,91%. (BKKBN, 2010, 2011) Menurut data Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BAPERMAS KB) di Kabupaten Demak per Desember tahun 2010 didapatkan hasil peserta KB baru dengan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) sebanyak 36.370 (90,9%) akseptor, sedangkan untuk akseptor Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) hanya sebanyak 3.633 (9,1%) akseptor dari jumlah PUS peserta KB baru sebanyak 40.003 akseptor, sedangkan data akseptor KB baru per Maret tahun 2011 didapatkan hasil peserta KB baru yang menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) sebanyak 9242 (91,5%) dan 855 (8,5%) akseptor baru yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dengan jumlah PUS peserta baru sebanyak 10.097 akseptor. Menurut data yang didapatkan di Puskesmas Karang Tengah per Desember tahun 2010 yang terdiri dari 17 desa terdapat jumlah PUS 13.256 orang. Yang menjadi akseptor aktif sebanyak 8.623 akseptor, meliputi akseptor non AKDR sebanyak 8.381 akseptor, akseptor AKDR sebanyak 242 akseptor. Dari 17 Desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah, Desa Kedunguter merupakan desa yang paling rendah untuk cakupan Alat
5 Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Di Desa tersebut terdapat PUS 503 orang, yang menjadi akseptor KB aktif sejumlah 385 akseptor meliputi akseptor KB suntik sebanyak 238 (61%) akseptor, implant sebanyak 124 (32,2%) akseptor, AKDR sebanyak 12 (3,1%) akseptor, pil sebanyak 11 (2,8%) akseptor, kondom sebanyak 4 (1,0%) akseptor. Dari penelitian Mamik, Desi Ismah A, Rozanna Al Kurnia Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya yang dilakukan di RT 12 RW 02 Kedinding Tengah Tanah Kali Kedinding Kenjeran Surabaya tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) terhadap 43 responden, didapatkan hasil bahwa dari 21 responden berpendidikan dasar (47,65) memiliki pengetahuan kurang baik dan sebagian kecil (4,8%) memiliki pengetahuan tidak baik, sedangkan dari 21 responden yang berpendidikan menengah sebagian besar (47,6%) memiliki pengetahuan cukup dan sebagian kecil (14,3%) memiliki pengetahuan baik. Pada kelompok responden yang berpendidikan tinggi (100%) memiliki pengetahuan kurang baik. Dari data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi dalam rahim di Desa Kedunguter Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak Tahun 2011. B. Rumusan Masalah Di Kabupaten Demak presentase total pencapaian peserta aktif menunjukkan bahwa realisasinya di atas 100% yaitu 124,99% dari 35
6 Kabupaten/Kota. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Demak peserta aktifnya paling tinggi. Dari 17 Desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Karang Tengah, Desa Kedunguter merupakan desa yang paling rendah untuk cakupan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yaitu sebanyak 12 akseptor dari 385 akseptor KB aktif. Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dirumuskan Bagaimana tingkat pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi dalam rahim di Desa Kedunguter Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Demak tahun 2011 berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi dalam rahim. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi dalam rahim berdasarkan umur. b. Mendeskripsikan pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kotrasepsi dalam rahim berdasarkan pendidikan. c. Mendeskripsikan pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi dalam rahim berdasarkan pekerjaan.
7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi profesi Diharapkan dapat menjadi masukan bagi profesi kebidanan dan tenaga kesehatan yang lain dalam upaya meningkatkan pelayanan keluarga berencana. b. Bagi peneliti Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tentang KB khususnya AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). c. Bagi pendidikan khususnya kesehatan Sebagai masukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya. d. Bagi masyarakat Menambah pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat dan peningkatan pemakaian AKDR. 2. Manfaat Teoritis Sebagai acuan pembelajaran mengenai metode KB terutama AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) dan diharapkan dapat menambah referensi untuk penelitian selanjutnya.
8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian No. Judul, Nama, Tahun Sasaran Variasi yang 1. Hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas dengan minat penggunaan IUD di BPS S. W (Seila Mardias, 2010). 2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) di Puskesmas Mijen Kota Semarang 2010. (Wahyu Nur. M, 2010). 3. Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap pasangan usia subur tentang pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim. (Nuraisah, 2009) Seluruh ibu nifas yang melahirkan di BPS S. W sebanyak 30 orang Ibu akseptor Kb baru yang mendapat pelayanan di Puskesmas Mijen 3 bulan terakhir yaitu dari bulan Maret sampai Bulan Mei tahun 2010 sejumlah 44 orang. Pasangan usia subur dimana usia istri antara 15-49 tahun dengan jumlah 32 pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim. ditelti Variabel bebas: tingkat pengetahuan ibu nifas Variable terikat: minat penggunaan IUD Variabel bebas: pendidikan kesehatan tentang AKDR, pekerjaan, pendapatan perkapita, pengetahuan ibu tentang AKDR. Variabel terikat: pemilihan metode kontrasepsi AKDR Variabel bebas: tingkat pengetahuan Variabel terikat: sikap pasangan usia subur tentang pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim Metode Analitik, pendekatan cross sectional Observasional analitik, pendekatan cross sectional Non eksperimental, pendekatan cross sectional Hasil Sebagian ibu nifas mempunyai pengetahuan yang baik tentang efek samping yaitu sebanyak 25 orang (83,3%), dan sebagian besar ibu nifas berminat menggunakan kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 23 orang (76,7%). Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan, pekerjaan responden, pendapatan perkapita, pengetahuan responden tentang alat AKDR dengan pemilihan metode kontrasepsi AKDR. Sebagian besar pengetahuan pasangan usia subur berada dalam kategori baik (56,3%),sedangka n sikap pasangan usia subur tentang pemilihan alat kontrasepsi dalam rahim sebagian besar dalam kategori baik/ memilih (86,8%).
9 Dari penelitian yang dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat perbedaan yaitu tempat penelitian, tahun penelitian, sasaran penelitian, metode penelitian, dan variabel penelitian. Pada penelitian yang akan dilakukan, sasaran penelitiannya yaitu pasangan usia subur dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih lanjut meneliti tingkat pengetahuan pasangan usia subur tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).