PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Hatinya yang

EMELDA SAVIONITA 1 EMELDA SAVIONITA ABSTRACT

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PPU-VIII/2010

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82 A. Kesimpulan 82 B. Saran. 86 DAFTAR PUSTAKA 88

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN MK NO 46/ PUU-VIII/2010, MEROMBAK HUKUM KELUARGA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Lex Privatum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU- VIII/2010 TERHADAP ANAK DARI PERKAWINAN SIRI. Oleh : Pahlefi 1

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB IV AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM HAK PEWARISAN ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DAN ANAK YANG PERKAWINANNYA TIDAK TERCATAT DI INDONESIA. Sukma Rochayat *, Akhmad Khisni **

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

Oleh : Dr.H.Chatib Rasyid,SH.,MH. (Ketua PTA BANDUNG) A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2012 lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci antara seorang laki-laki dengan

KAJIAN YURIDIS PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MUNGKID NOMOR PERKARA 0019/Pdt.P/2012/PA. Mkd TENTANG ITSBAT NIKAH DALAM MENENTUKAN SAHNYA STATUS PERKAWINAN

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

KEDUDUKAN ISTRI DAN ANAK DALAM PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH

KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN YANG DIAKUI. Oleh: Mulyadi, SH., MH. ( )

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perkawinan tidak dapat dikatakan sempurna apabila belum

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

HAK DAN KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Oleh : Dirga Insanu Lamaluta 2

BAB V PENUTUP. 1. Permohonan pengujian judicial review diajukan oleh Machica. kekuatan hukum dengan segala akibatnya. Machica dan putranya,

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB II PENGESAHAN ANAK LUAR KAWIN DARI PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERBEDA KEWARGANEGARAAN BERDASARKAN PARTICULARS OF MARRIAGE

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

Dwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah kasus mengenai penetapan asal usul anak:

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

PEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG)

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

P U T U S A N. Nomor : 0906/Pdt.G/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN TERHADAP PIHAK KETIGA (PASCA PUTUSAN MAHKMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015) Oleh

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010

BAB I PENDAHULUAN. mengenai anak sah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

Jurnal Ilmiah DUNIA ILMU Vol.2 No.1 Maret 2016

IMPLIKASI PERKAWINAN YANG TIDAK DI DAFTARKAN DI KANTOR URUSAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Suryani 2. Materi pasal yang diuji:

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Undang-Undang Perkawinan jo pasal

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

P E N E T A P A N. Nomor 0125/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri

BAB III AKTA NIKAH DALAM LINTAS HUKUM. A. Akta Nikah dalam Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974

AKIBAT PERKAWINAN & PUTUSNYA PERKAWINAN

HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN

FENOMENA NIKAH MASSAL DAN KORELASI TERHADAP ISBAT NIKAH ( Titik Singgung Wewenang 2 in 1 Pengadilan Agama dengan Kementerian Agama )

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO TENTANG DASAR HAKIM MEMUTUS PERKARA ITSBAT NIKAH POLIGAMI NOMOR 0370/Pdt.G/2012/PA.Mr.

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

P E N E T A P A N Nomor: 3/Pdt.P/2011/PA.Slk BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

Transkripsi:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI Anggyka Nurhidayana 1, Amnawati 2, Kasmawati 3. ABSTRAK Upaya perlindungan hukum dalam perkawinan sirri atau disebut perkawinan tidak dicatatkan sangat penting dalam terjaminnya hak-hak seorang anak. Penelitian ini membahas mengenai hak-hak seorang anak yang harus dilindungi dalam perkawinan sirri khususnya terhadap hak waris. Rumusan masalah ini adalah bagaimana perlindungan hukum, akibat hukum serta penyelesaian hukum dari hak waris anak yang dilahirkan dari perkawinan sirri. Penelitian ini adalah penelitian normatif dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data, rekontruksi data, dan sistematika data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teori anak yang lahir dari perkawinan sirri adalah anak yang sah secara hukum islam. hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Akibat hukum yang ditimbulkan ialah bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri memiliki banyak kerugian salah satunya adalah dalam hal pewarisan. Permasalahan hak waris anak pada perkawinan sirri secara teori, telah diselesaikan dengan dikeluarkannya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU/VIII/2010. Penyelesaian Hak waris anak dapat diselesaikan dengan cara melakukan permohonan itsbat nikah atau dengan diberi wasiat. Kata Kunci: Perlindungan Hukum, Perkawinan sirri, Hak Waris, Anak. 1 Mahasiswa Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung, 2 Dosen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 3 Dosen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 52

I. PENDAHULUAN Perkawinan bagi umat muslim harus dilakukan berdasarkan ketentuan Hukum Islam dan perkawinan bagi non muslim harus dilakukan berdasarkan ketentuan hukum agamanya masing-masing. Keberadaan perkawinan pula perlu dilindungi oleh hukum negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, agar perkawinan yang dilakukan memiliki kekuatan hukum. Namun pada kenyataannya tidak semua umat muslim di Indonesia mematuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Banyak masyarakat muslim yang melakukan perkawinan sirri dengan berbagai macam faktor, baik itu dengan niatan yang baik maupun hanya untuk memiliki kepuasan nafsu belaka. Kurangnya kesadaran masyarakat akan hukum yang berlaku dan dampak yang akan ditimbulkan dari perkawinan sirri nya tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukan perkawinan sirri. Perkawinan sirri merupakan salah satu bentuk permasalahan dalam pencatatan perkawinan yang terjadi saat ini, akan tetapi perkawinan siri yang dilaksanakan tidaklah mengganggu keabsahan suatu perkawinan yang telah dilaksanakan sesuai dengan Hukum Islam. Rukun dan syarat perkawinan di dalam hukum Islam antara lain sebagai berikut: 1) adanya calon suami; 2) adanya calon istri; 3) Adanya wali nikah dari pihak perempuan; 4) Adanya dua orang saksi dan; 5) Dilaksanakannya ijab dan kabul. Perkawinan sirri atau perkawinan di bawah tangan ialah perkawinan yang dilaksanakan dengan tidak memenuhi persyaratan dan prosedur peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 1 Perkawinan di bawah tangan atau sirri adalah sah, asalkan telah terpenuhi syarat rukun perkawinan. Namun dari aspek peraturan perundangundangan perkawinan sirri ini belum lengkap dikarenakan belum dicatatkan Pencatatan perkawinan hanya merupakan perbuatan administratif yang tidak berpengaruh pada sah atau tidaknya suatu perkawinan. 2 Salah satu tujuan dari perkawinan adalah menuruti perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. Tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam menjadikan hidupnya didunia ini, juga mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat. 3 1. Abdul Shomad, 2010, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm. 309. 2. Ibid 3. Mardani, 2010, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Moder, Jakarta: Graha Ilmu, hlm. 11. 53

Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan kekayaan harta benda lainnya. Karenanya, anak sebagai amanah Tuhan Yang Maha Esa harus senantiasa dijaga dan dilindungi karena dalam diri anak melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagia manusia yang harus dijunjung tinggi. 4 Anak yang lahir memiliki hak dalam kehidupannya. Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. 5 Hak seorang anak dalam suatu keluarga salah satunya adalah untuk memperoleh harta warisan. Perkawinan yang tidak memiliki kekuatan hukum memiliki dampak yuridis terhadap hak-hak pelayanan publik yang seharusnya diberikan oleh instansi yang berwenang. Istri yang melakukan perkawinan sirri serta anak yang lahir dari perkawinan sirri tidak dapat memperoleh perlindungan dan pelayanan hukum. Status suami atau istri yang melakukan perkawinan sirri tidak tercatat dalam daftar kependudukan, sehingga anak yang dilahirkan tidak dapat memperoleh akta kelahiran, bahkan kelak apabila ayah kandungnya meninggal, anak tersebut tidak dapat menuntut hak warisnya. Masalah yang dihadapi adalah bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, anak yang lahir diluar perkawinan tidak memiliki hubungan perdata dengan ayahnya dan hanya memiliki hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya saja. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum hak waris anak pada perkawinan sirri, penulis akan memberikan pemaparan berupa perlindungan hukum, akibat hukum dan penyelesaian hukum dalam pewarisan terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri yang ditinjau dari hukum negara yang berlaku. 4. Ahmad Kamil dan Fauzan, 2010, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, hlm. 11. 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 54

II. PEMBAHASAN 1. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Waris Anak Pada Perkawinan Sirri Menurut Hukum Negara Perkawinan sirri yang dikenal masyarakat Indonesia sekarang ini adalah perkawinan yang dilakukan dengan memenuhi rukun dan syarat yang ditetapkan oleh agama, akan tetapi tidak dilakukan dihadapan pegawai pencatat nikah sebagai aparat resmi pemerintah. Perkawinan Sirri tidak dicatat di Kantor Urusan Agama bagi yang beragama Islam dan tidak dicatatkan di Kantor Catatan Sipil bagi yang tidak beragama Islam. Sebagaimana telah di atur dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dengan terpenuhinya rukun-rukun dan syarat-syarat nikah, maka perkawinan sudah dianggap sah menurut Hukum Islam dan menimbulkan segala kewajiban serta hak-hak antara suami dan isteri termasuk masalah harta dan keturunan, tetapi menurut hukum negara atau hukum positif di Indonesia, perkawinan tersebut belum dianggap sah bila belum dicatatkan oleh pejabat akta nikah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. 6 Perkawinan sirri tersebut menyebabkan anak yang dilahirkannya tidak dapat mendapatkan akta kelahiran. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 55 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan apabila akta kelahiran tidak ada maka pengadilan dapat mengeluarkan penetapan tentang asalusul seorang anak setelah di adakan pemeriksaan yang teliti berdasarkan buktibukti yang memenuhi syarat. Bukti-bukti syarat di sini salah satu nya adalah akta nikah. Berpedoman dari rumusan Pasal-Pasal yang dijelaskan di atas maka asalusul anak yang dimaksud adalah harus bisa dibuktikan dengan sebuah akta nikah kedua orang tuanya. Akta nikah tersebut menjadi dasar dari pengakuan dan pengesahan atas kejelasan status anak pada pejabat yang berwenang sehingga dapat dikeluarkan sebuah akta kelahiran. Menurut Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Pengadilan Agama diberi wewenang untuk mengeluarkan penetapan asal usul anak jika ibu dan ayahnya melakukan itsbat nikah untuk mengesahkan perkawinannya secara hukum dan dapat diajukan selanjutnya untuk menetapkan asal usul anak dengan ketentuan-ketentuan yang diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. 2. Akibat Hukum dari Anak Pada Perkawinan Sirri Terhadap Pewarisan Pada dasarnya anak luar kawin tidak memiliki kedudukan yang sempurna seperti anak dalam perkawinan yang dicatatkan jika di tinjau dari Undang-Undang Perkawinan. Dikatakan anak luar kawin, karena asal usulnya tidak didasarkan pada hubungan yang dapat diakui oleh hukum negara yaitu hubungan antara ayah dan ibunya tidak pada perkawinan yang dicatatkan. Dapat dikatakan bahwa perkawinan 6. Siti Aminah, 2014, Hukum Nikah di Bawah Tangan (Nikah Siri), Jakarta: Jurnal Cendikia, hlm. 24 55

ayah dan ibunya tidak dicatatkan sebagaimana mestinya, sehingga perkawinan mereka dianggap tidak ada. Suami istri berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan mereka atau anak mereka. Sama halnya dengan pembagian harta warisan. Waris dibagi menjadi dua golongan yang berlaku di Indonesia yakni Hukum Waris Perdata dan Hukum Waris Islam. Didalam pembagian waris Perdata membedakan anak yang lahir diluar perkawinan dengan anak yang lahir di dalam ikatan perkawinan yang diakui oleh hukum negara. Anak luar kawin yang dibahas dalam penelitian ini adalah anak luar kawin yang telah diakui dengan sah oleh ayahnya. Namun, seorang anak hasil dari perkawinan sirri tidak mungkin mendapatkan harta warisan dari ayah nya apabila ayah tersebut tidak mengakui bahwa anak tersebut adalah anaknya. Seorang anak tidak dapat menggugat hak waris nya karena seorang anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak dicatatkan tidak memiliki bukti bahwa anak tersebut adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan ayah dan ibunya. Akibat hukum dari perkawinan sirri yaitu sebagai berikut: 1) perkawinan sirri mengakibatkan tidak tercatatnya perkawinan tersebut pada Pejabat Pencatat Nikah (PPN) atau tidak terdaftar di Kantor Urusan Agama (KUA), sehingga pernikahan tersebut tidak mempunyai kekuatan legal formal; 2) Perkawinan sirri dapat merugikan pihak istri dan anak yang diperoleh dari perkawinan sirri tersebut, misalnya ketika mengurus akta kelahiran mengalami kesulitan, ketika terjadi perceraian istri sulit untuk meminta harta gono-gini atau nafkah iddah yang diberikan mantan suami kepada mantan istrinya ke pengadilan agama karena pernikahannya tidak tercatat di Kantor Urusan Agama (KUA); 3) perkawinan sirri dapat merugikan istri dan anaknya bila suami atau ayahnya meninggal dunia dalam hal pembagian harta warisnya oleh pengadilan agama, karena tidak ada bukti bahwa ia adalah istri dari seorang suami yang meninggal dunia, atau anak tersebut adalah anak dari ayah yang meninggal dunia. 7 Akibat hukum dari anak yang lahir pada perkawinan sirri tidak berhak mendapatkan warisan jika dilihat dari hukum negara. Anak yang lahir dari perkawinan sirri dapat memperoleh waris dari ayahnya apabila ayahnya memberikan wasiat wajibah kepada anaknya. 3. Penyelesaian Hukum dalam Pewarisan Anak Pada Perkawinan Sirri a. Penyelesaian hukum pewarisan anak pada perkawinan sirri sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU/VIII/2010 Sebelum adanya Putusan Mahkamah Konstitusi anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan sirri status hukumnya adalah sama dengan anak luar kawin yakni hanya punya hubungan hukum dengan ibunya. Hal ini membawa akibat hukum, bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri secara hukum negara 7. Mardani, Op. Cit., hlm. 17. 56

tidak mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya. Hal tersebut akan terlihat dari akta kelahiran si anak. Selain itu, akibat hukum dari tidak ada hubungan antara ayah dan anak secara hukum juga berakibat anak luar kawin tidak mendapat warisan dari ayah biologisnya. Penyelesaian pembagian waris dibedakan dengan dua cara yakni secara hukum waris perdata bagi yang nonmuslim dan hukum waris Islam bagi yang beragama Islam. Didalam hukum waris perdata terdapat pembagian waris tersendiri bagi anak yang dilahirkan diluar perkawinan, sepanjang anak tersebut diakui oleh ayahnya. Sedangkan di dalam hukum waris Islam tidak mengenal istilah anak yang dilahirkan diluar perkawinan atau disebut anak luar kawin. Sehingga tidak ada pembagian untuk anak luar kawin, dengan kata lain anak luar kawin tidak berhak mendapatkan hak waris dari ayahnya kecuali ayahnya memberikan wasiat wajibah bagi si anak. b. Penyelesaian Hukum Pewarisan Anak Pada Perkawinan sirri Setelah Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU/VIII/2010 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 yang dilakukan dengan adanya permohonan yudicial revew yang diajukan Hj. Aisyah Mochtar alias Machicha binti H. Mochtar Ibrahim atas uji materil terhadap Undang-Undang Perkawinan, khususnya terhadap Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 43 ayat (1). Permohonan tersebut diajukan dengan memberi kuasa kepada Rusdianto Matulatuwa, Oktryan Makta dan Mifachul I.A.A, advokat dari Kantor Hukum Matulawa dan Makta di Jakarta. Adanya Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut berdampak pada hubungan keperdataan anak dari perkawinan sirri dengan ayah biologisnya, terutama terhadap pewarisan. Anak yang dilahirkan dari perkawinan sirri berhak atas warisan yang ditinggalkan oleh ayah biologisnya. Putusan Mahkamah Konstutusi memberi jalan terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan sirri untuk memperoleh waris selama anak tersebut tidak memiliki penghalang mewaris. Selama anak yang lahir dari perkawinan sirri tidak ada penghalang mewaris, maka anak tersebut berhak mendapatkan harta warisan dari ayahnya. Dasar bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri berhak memperoleh hak waris dari ayahnya adalah anak yang lahir dari perkawinan sirri pada dasarnya adalah anak dari perkawinan yang sah menurut Agama Islam. Pembuktian bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri adalah anak dari ayahnya yaitu dengan cara tes DNA atau dengan cara lain yang dapat membuktikan bahwa anak tersebut adalah anak biologisnya. Sebagaimana Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010, yang merubah makna dari Pasal 43 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan yakni menjadi anak yang dilahirkan diluar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya. Pada prakteknya Putusan Mahkamah Konstitusi ini tidak dapat dipraktekkan, karena belum adanya peraturan yang mengatur tentang perubahan Putusan Mahkamah Konstitusi ini. Sehingga anak yang lahir dari 57

perkawinan sirri masih belum dapat diakui oleh negara dan belum memperoleh perlindungan hukum terhadap hak-haknya. III. PENUTUP 1. Kesimpulan Perlindungan hukum terhadap hak waris anak pada perkawinan sirri menurut hukum negara dapat dilihat pula dari Pasal 171 huruf C Kompilasi Hukum Islam, yang mengatur bahwa seorang ahli waris adalah orang yang mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. Akibat hukum dari anak pada perkawinan sirri menurut hukum negara bahwa anak yang dilahirkan dari perkawinan sirri dimana perkawinan sirri tersebut dianggap tidak ada oleh negara karena tidak dicatatkan. Maka, anak yang lahir dari perkawinan sirri dianggap sebagai anak luar kawin meskipun anak tersebut dilahirkan dari perkawinan yang sah secara syari at Islam. Konsekuensi yang didapatkan adalah, anak yang lahir dari perkawinan sirri hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Penyelesaian hukum dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri menurut hukum negara sebelum adanya Putusan Mahkamah Konstitusi menjelaskan bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri adalah sama kedudukannya dengan anak luar kawin. Anak yang lahir diluar perkawinan menurut hukum negara hanya bisa memperoleh warisan dari ayahnya dengan cara diberi wasiat yang ditujukan kepadanya. Penyelesaian hukum dalam pewarisan anak pada perkawinan sirri menurut hukum negara setelah adanya Putusan Mahkamah Konstitusi menjelaskan bahwa anak yang lahir dari perkawinan sirri berhak mendapatkan waris dari ayahnya, selama dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya. 2. Saran Banyaknya masyarakat yang melakukan perkawinan sirri memberi dampak bahwa anak yang lahir di dalam perkawinan sirri sulit untuk membuktikan bahwa anak tersebut adalah anak yang sah. Salah satu penyebab banyaknya masyarakat yang melakukan perkawinan sirri adalah kurangnya pengetahuan masyarakat akan hukum. Maka perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat, dari pemerintah atau pemuka agama akan dampak-dampak negatif dari pernikahan sirri. KUA (Kantor Urusan Agama) sebagai instansi pemerintah yang bertugas melakukan pencatatan perkawinan harus berperan aktif dalam masyarakat yaitu mensosialisasikan bagaimana tata cara pencatatan perkawinan dan dampak yang ditimbulkan apabila suatu perkawinan tidak dicatatkan. Menghimbau kepada perempuan, agar perlu mempertimbangkan kembali untuk melakukan perkawinan sirri, karena dampak hukum dari perkawinan sirri sangat merugikan pihak perempuan dan anaknya kelak. 58

DAFTAR PUSTAKA Literatur : Aprilianti dan Rosida Idrus. 2013, Kapita Selekta Hukum Waris Berdasarkan KUHPerdata, Bandar Lampung: Lembaga Penerbit Universitas Lampung. Kamil, Ahmad dan Fauzan. 2010, Hukum Perlindungan dan pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers. Komite Fakultas Syariah. 2004, Hukum Waris, Jakarta: Senayan Abadi Publishing. Mardani. 2010, Hukum Perkawinan Islam di dunia Islam Modern, Jakarta: Graha Ilmu. Muhibbin, Moh. dan Abdul Wahid. 2000, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Sinar Grafika. Oemarsalim. 2000, Dasar-Dasar Hukum Waris di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta. Setiono. 2004, Rule Of Law (Supremasi Hukum), Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret. Shomad, Abdul. 2010, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Peraturan Perundang-Undangan : Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Jurnal : Aminah, Siti. 2014, Hukum Nikah di Bawah Tangan (Nikah Siri), Jakarta: Jurnal Cendikia. Volume12, No. 1. 59