KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PPU-VIII/2010
|
|
- Yuliani Sudirman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 199 KEDUDUKAN HUKUM ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PPU-VIII/2010 Oleh : Heru Drajat Sulistyo Fakultas Hukum Universitas Soerjo Ngawi A. ABSTRACT Konstitutional Court Decision No. 46 / PUU-VIII / 2010 has provoked lively debate in society. Basically the decision of the Constitutional Court has changed the order of laws governing child out of wedlock. This research is a normative juridical research, using qualitative descriptive data analysis. The purpose of this study was to determine kedudukkan illegitimate child after the Constitutional Court decision No. 46 / PPU-VIII / Position the child out of wedlock after the Constitutional Court decision is a change in the editorial of Article 43 paragraph (1) uu 1 Year 1974 on Marriage B. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehadiran anak merupakan suatu yang diinginkan dalam perkawinan. Mendapatkan keturunan merupakan salah satu tujuan pekawinan. Anak sebagai penerus keluarga dari orang tuanya. Kelahiran anak menimbulkan hubungan hukum berupa hak dan kewajiban antara anak dan orang tuanya. Hubungan hukum merupakan hubungan antara dua atau lebih subyek hukum yang mempertemukan antara hak dan kewajiban satu pihak dengan hak dan kewajiban pihakk lain ( R. Soeroso 2007:269). Hubungan hukum antara anak dan orang tuanya ini diatur dalam perundang-undangan, yang menjamin atas hak-hak anak yang meliputi hak untuk mendapat penghidupan yang layak, hak mendapatkan pendidikan, hak mendapat status yang jelas dari orang tuanya, hak mendapat warisan. Adanya putusan Mahkamah VIII/2012 terkait kedudukan hukum anak luar nikah telah merubah tatanan aturan hukum yang mengatur anak luar nikah. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2012 ini telah menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. 2. Permasalahan a. Bagaimanakah kedudukan hukum anak luar nikah sebelum putusan Mahkamah
2 200 VIII/2010? b. Bagaimanakah kedudukan hukum anak luar nikah pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU- VIII/2010? 3. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui kedudukan hukum anak luar nikah sebelum putusan Mahkamah VIII/2010. b. Untuk mengetahui kedudukan hukum anak luar nikah pasca putusan Mahkamah VIII/2010 C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang bertitik beratkan pada data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan (Ronny Hanitijo Soemitro 1994:54). Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan semua data selanjutnya data-data tersebut dikelompokkan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas. D. PEMBAHASAN MASALAH 1. Kedudukan hukum anak luar nikah sebelum putusan 46/PUU-VIII/2010. Hubungan hukum antara anak dan orangtuanya diatur dalam Pasal 42 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, menyatakan Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Jadi hubungan hukum yang terbentuk antara anak dan orangtuanya harus didasarkan atas adanya perkawinan yang sah dari orang tuanya. Perkawinan yang sah diatur dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, yaitu Pada ayat (1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masingmasing agama Pada ayat (2) tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku Jadi menurut Pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, bahwa perkawinan yang sah harus memenuhi 2 syarat yaitu : telah dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan dicatat. Dicatat disini adalah bagi yang beragama Islam dicatat di Kantor Urusan Agama (KUA), bagi beragama selain Islam dicatat di Pencatatan Sipil (Catatan Sipil) Pencatatan perkawinan ini berfungsi untuk menjamin kepastian hukum. Dalam hal perkawinan yang telah dilakukan menurut
3 201 hukum masing-masing agama tetapi tidak tercatat baik di Kantor Urusan Agama (KUA) maupun Pencatatan Sipil (Catatan Sipil), maka perkawinan tersebut tidak sah menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Akibat perkawinan tidak sah, hak dan kewajiban yang timbul dari perkawinan tersebut tidak dijamin oleh negara. Dalam konteks pencatatan perkawinan, banyak istilah yang digunakan untuk menunjuk sebuah perkawinan yang tidak tercatat, ada yang menyebut kawin siri, kawin di bawah tangan, kawin syar'i, kawin modin, dan kerap pula disebut kawin kiyai. Perkawinan tidak tercatat ini hanya memenuhi ketentuan Pasal 2 ayat (1) tetapi tidak memenuhi ketentuan ayat 2 pasal tetapi tidak memenuhi Pasal 2 ayat (2) ) Undang- Undang Nomor 1 Tahun Pada umumnya yang dimaksud perkawinan tidak tercatat adalah perkawinan yang tidak dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN). Perkawinan yang tidak berada di bawah pengawasan Pegawai Pencatat Nikah (PPN) dianggap sah secara agama tetapi tidak mempunyai kekuatan hukum karena tidak memiliki bukti-bukti perkawinan yang sah menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian perkawinan semacam ini menjadi tidak sah menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun Suatu perkawinan yang tidak tercatat akan menghilangkan hak istri untuk menuntut secara hukum. Dengan kata lain, wanita tidak mendapat perlindungan hukum. Perkawinan yang demikian bertentangan dengan aspek kesetaraan jender, selanjutnya perkawinan yang tidak tercatat merupakan salah satu bentuk pelecehan terhadap perempuan karena dapat menghilangkan hak-hak kaum perempuan. Pencatatan perkawinan menjadi landasan hukum dalam hubungan hukum antara dua orang yang melangsungkan perkawinan. Pencacatan perkawinan ditinjau dari segi kemanfaatan umum maka pencacatan perkawinan menjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat. Dengan dilakukan pencacatan perkawinan selain untuk mewujudkan ketertiban hukum juga dapat untuk mencegah agar tidak terjadi penyimpangan perkawinan menurut ketentuan agama
4 202 perundang-un- maunpu dangan. Mahkamah Konstitusi melalui putusan nomor 46/PUU-VIII/2010 menguatkan pencacatan perkawinan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (2) ) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Menurut Mahkamah Konstitusi, Pasal 2 ayat (2) ) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan sebagai kewajiban administrasi yang berdasarkan undang-undang. Pertimbangan Mahkamah Konstitusi tersebut dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, pencacatan dimaksud sebagai kewajiban dalam rangka memenuhi fungsi negara untuk memberikan jaminan perlindungan, pemenuhan dan penegakan hak-hak asasi manusia yang bersangkutan yang merupakan tanggung jawab negara dan harus dilakukan sesuai prinsip negara hukum sebagaimana yang dimuat pada Pasal 28 I ayat (4) dan ayat (5) UUD Sekiranya pencacatan dianggap pembatasan, maka pembatasan yang demikian tidak bertentangan dengan ketentuan konstitusi karena pembatasan dimaksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain. Kedua, pencacatan secara administratif yang dilakukan oleh negara dimaksud agar perkawinan sebagai perbuatan hukum penting yang berimplikasi terjadinya akibat hukum yang sangat luas, dan kemudian hari perkawinan itu dapat dibuktikan dengan bukti yang sempurna denga suatu akta autentik. Perkawinan yang tidak tercatat mengakibatkan perkawinan yang dilangsungkan menjadi tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Perkawinan yang mempunyai kekuatan hukum adalah perkawinan yang memiliki bukti-bukti perkawinan yang sah menurut undanng-undang yang berlaku. Perkawinan yang tidak tercatat maka akibat hukum dalam perkawinan berupa hak dan kewajiban tidak dapat dijamin oleh negara. Tidak tercatatnya perkawinan menyebabkan status suami istri, status anak, status harta bersama tidak mendapat perlindungan dari negara. Tidak adanya kekuatan hukum terhadap perkawinan mengakibatkan anak yang lahir dari perkawinan tersebut
5 203 dapat dikatagorikan anak luar nikah. Jadi anak yang dapat dikatagorikan anak luar nikah menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yaitu : anak yang lahir dari perkawinan yang tidak dicatat oleh negara (di KUA atau Pencacatan Sipil). Ketentuan hukum terhadap Kedudukan hukum anak luar nikah sebelum putusan 46/PUU-VIII/2012, diatur dalam Pasal 43 ayat (1) Undang undang Nomor 1 tahun 1974, menyatakan Anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. 2. Kedudukan hukum anak luar nikah pasca putusan 46/PUU-VIII/2010 Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mochtar Ibrahim dan anaknya Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap Pasal 2 ayat(2) dan Pasal 43 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan. Mahkamah Konstitusi dengan putusan nomor 46/PUU-VIII/2010, menyatakan Pasal 43 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan bertentangan dengan UUD 1945 secara bersyarat (conditionally unconstional). Dasar dilakukan permohonan ini karena Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mochtar Ibrahim telah menikah dengan Moerdiono tetapi tidak tercatat, sehingga status perkawinan dan hak-hak dari anak dari perkawinan menjadi jelas. Putusan Mahkamah Kontitusi bersifat final dan mengikat sebagaimana diatur dalam Pasal 24 C ayat (1) UUD Putusan Mahkamah VIII/2010, menyatakan Pasal 43 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan harus dibaca sebagai berikut : Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya. Putusan Mahkamah VIII/2010 telah mengubah dasar hukum kedudukan anak luar nikah. Menurut pertimbangan Mahkamah Konstitusi, tidak tepat dan tidak adil jika seorang laki-laki yang telah menyebabkan hamilnya seorang wanita sehingga terjadi kelahiran dapat terlepas dari beban dan tanggung jawab sebagai bapaknya kepada anak tersebut.
6 204 Kewajiban atas kedua orangtuanya untuk mewujudkan terpenuhinya hak-hak anak merupakan suatu akibat yang harus ditanggung oleh kedua orang tuanya, tidak hanya bagi ibu dan keluarga ibunya. Putusan Mahkamah VIII/2010 mempunyai tujuan melindungi hak-hak anak, sebagaimana pertimbangan nomor 13, yaitu : Anak yang dilahirkan tanpa memiliki kejelasan status ayah sering kali mendapatkan perlakuan tidak adil dan stigma di tengah-tengah masyarakat. Hukum harus memberi perlindungan dan kepastian hukum yang adil terhadap status seorang anak yang dilahirkan dan hak-hak yang ada padanya, termasuk terhadap anak yang dilahirkan meskipun keabsahan perkawinannya masih dipersengketakan. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010, menyatakan anak luar nikah mempunyai hubungan keperdataan dengan ibu dan bapaknya. Selanjutnya menurut putusan 46/PUU-VIII/2010, menyatakan hubungan keperdataan antara anak dengan seorang laki-laki sebagai bapaknya dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah. Putusan Mahkamah VIII/2010, menimbulkan keraguan umat muslim dalam mengartikan anak luar nikah. Anak luar nikah menurut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 adalah anak yang dilahirkan dari perkawinan yang tidak tercatat. Anak dari perkawinan yang tidak tercatat ini meliputi anak yang dilahirkan dari perkawinan yang biasa di masyarakat disebut sebagai kawin siri, kawin di bawah tangan, kawin syar'i, kawin modin, kawin kiyai yang sebagaimana terjadi pada Pemohon (Hj. Aisyah Mochtar alias Machica binti H. Mochtar Ibrahim dan anaknya Muhammad Iqbal Ramadhan bin Moerdiono ), dan anak yang lahir dari orang tua yang sama sekali tidak memiliki hubungan perkawinan (anak hasil zina). Mahkamah Kontitusi tidak membedakan anak yang lahir dari perkawinan yang sah menurut agama (kawin siri, kawin modin) dengan anak yang lahir dari hubungan perzinahan (anak yang lahir dari orang tua yang sama sekali tidak memiliki hubungan perkawinan). Selanjutnya Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengeluarkan Fatwa Nomor : 11 tahun 2012, Tentang Kedudukan Anak hasil Zina Dan Perlakuan Terhadapnya, sebagai respon atas putusan 46/PUU-VIII/2010. Majelis Ulama Indonesia dalam Fatwa Nomor : 11 tahun 2012, Tentang Kedudukan Anak hasil Zina Dan Perlakuan
7 205 Terhadapnya tersebut membedakan antara anak yang lahir dari perkawinan yang tidak tercatat dengan hubungan perkawinan (zina). Anak hasil zina adalah anak yang lahir sebagai akibat dari hubungan badan diluar pernikahan yang sah menurut agama Islam. Anak yang dikatagorikan sebagai anak hasil zina, tidak mempunyai hubungan nazab dengan laki-laki yang menyebabkan kelahirannya. Anak hasil zina hanya mempunyai hubungan nazab dengan ibunya dan keluarga ibunya. Majelis Ulama Indonesia dalam Fatwa Nomor : 11 tahun 2012, Tentang Kedudukan Anak hasil Zina Dan Perlakuan Terhadapnya, berpendapat ayah biologis tetap dibebankan tanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya terhadap anak hasil zina. Laki-laki yang telah menyebabkan kelahiran seoarang anak tetap harus bertanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya terhadap anak tersebut. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Fatwa Nomor : 11 tahun 2012 tersebut menyatakan, untuk mencukupi kebututuhan anak maka pemerintah dapat menggunakan dengan memberi hukuman kepada ayah biologis. Bentuk hukuman bagi ayah biologis dapat dilihat pada Bagian Ketentuan Nomor 5 dalam Fatwa Nomor : 11 tahun 2012 tersebut, yaitu : Pemerintah berwenang menjatuhkan hukuman ta zir kepada lelaki pezina yang mengakibatkan lahirnya anak dengan kewajiban untuk : a. Mencukupi kebutuhan hidup anak tersebut. b. Memberikan harta setelah ia meninggal melalui wasiat wajibah Selanjutnya pada Bagian Ketentuan Nomor 6 Fatwa Nomor : 11 tahun 2012, Tentang Kedudukan Anak hasil Zina Dan Perlakuan Terhadapnya, menyatakan adanya pembebanan kewajiban kepada ayah biologis bukan merupakan bentuk adanya pengakuan hubungan keperdataan antara anak dengan ayahnya, yang teks lengkapnya yaitu Hukuman sebagaimana dimaksud nomor 5 bertujuan melindungi anak, bukan untuk mengesahkan hubungan nazab antara anak tersebut dengan lelaki yang mengakibatkan kelahirannya. Dengan demikian hubungan keperdataan dari seorang anak dengan ayahnya berdasarkan adanya hubungan darah hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya terikat perkawinan yang sah menurut agama Islam tetapi belum atau tidak tercatat. Bagi anak yang lahir dari orang tua yang tidak terikat perkawinan mendapatkan hubungan keperdataan dengan ayahnya. E. PENUTUP 1. Kesimpulan a. Kedudukan hukum anak luar nikah sebelum putusan 46/PUU-VIII/2010, diatur pada Pasal 43 ayat (1)
8 206 Undang undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, menyatakan Anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya b. Kedudukan hukum anak luar nikah pasca putusan 46/PUU-VIII/2010, diatur pada Pasal 43 ayat (1) Undang undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, yang teksnya telah dirubah menjadi Anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan/atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya 2. Saran-saran a. Perkawinan hendaknya dilaksanakan berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. b. Pemerintah hendaknya segera membuat Peraturan Pelaksana (PP) yang mengatur pelaksanaan Pasal 43 ayat (1) Undang undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan yang sudah diubah Mahkamah Konstitusi. DAFTAR PUSTAKA Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004 Jaih Mubarok, Modernisasi Hukum Perkawinan di Indonesia, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, Mukhlisin Muzarie, Kontroversi Perkawinan Wanita Hamil, Pustaka Dinamika, Yogyakarta, 2002 R.Soeroso,Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, Ronney Hanintijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia, Jakarta, Witanto, Hukum Keluarga : Hak Dan Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca Keluarnya Putusan MK Tentang Uji Materiil UU Perkawinan,Prestasi Pustakaraya, Jakarta, Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945 Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Mahkamah Konstitusi, Putusan tanggal 17 Pebruari 2012.
HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN
HAK UNTUK MEMPEROLEH NAFKAH DAN WARIS DARI AYAH BIOLOGIS BAGI ANAK YANG LAHIR DARI HUBUNGAN LUAR KAWIN DAN PERKAWINAN BAWAH TANGAN oleh Bellana Saraswati I Dewa Nyoman Sekar Hukum Bisnis Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus keluarga. Anak juga merupakan aset bangsa yang sangat berharga; sumber daya manusia yang berperan penting
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu membentuk
Lebih terperinciOleh : Dr.H.Chatib Rasyid,SH.,MH. (Ketua PTA BANDUNG) A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2012 lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan
Oleh : Dr.H.Chatib Rasyid,SH.,MH. (Ketua PTA BANDUNG) A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2012 lalu, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan putusan yang cukup mengejutkan banyak pihak, yaitu putusan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Permohonan pengujian judicial review diajukan oleh Machica. kekuatan hukum dengan segala akibatnya. Machica dan putranya,
106 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Permohonan pengujian judicial review diajukan oleh Machica Mochtar, artis yang menikah secara sirri dengan Mantan Menteri Sekretaris Negara di Era Orde Baru Moerdiono.
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 82 A. Kesimpulan 82 B. Saran. 86 DAFTAR PUSTAKA 88
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah.. 4 C. Tujuan Penelitian. 4 D. Manfaat Penelitian.. 5 E. Metode Penelitian...
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Pertimbangan Putusan MK No 46/PUU-VIII/2010 Penulis akan memaparkan dalam bab-bab ini adalah tentang pertimbangan dari Pemerintah, DPR, dan MK tentang Putusan MK
Lebih terperinciIMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU- VIII/2010 TERHADAP ANAK DARI PERKAWINAN SIRI. Oleh : Pahlefi 1
IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU- VIII/2010 TERHADAP ANAK DARI PERKAWINAN SIRI Oleh : Pahlefi 1 Abstrak Putusan Mahkamah Konstitusi ini tentu saja telah membawa paradigma baru dalam sistem
Lebih terperinciDwi Astuti S Fakultas Hukum UNISRI ABSTRAK
KAJIAN YURIDIS PASAL 43 AYAT 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN SETELAH ADANYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP KEDUDUKAN ANAK DI LUAR NIKAH Dwi Astuti S Fakultas
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI Anggyka Nurhidayana 1, Amnawati 2, Kasmawati 3. ABSTRAK Upaya perlindungan hukum dalam perkawinan sirri atau disebut perkawinan tidak dicatatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengabulkan sebagian permohonan uji materi terhadap Pasal 2 ayat (2) dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian terhadap hukum perkawinan akhir-akhir ini menjadi menarik kembali untuk didiskusikan. Hal ini terjadi setelah Mahkamah Konsitusi mengabulkan sebagian permohonan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung jawab.
Lebih terperinciKajian Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Anak Luar Kawin Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010
1 Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Terhadap Anak Luar Kawin Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Juridical Study Law Protection To Child From Out Of Marriage According On The
Lebih terperinciHUBUNGAN KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010
1 HUBUNGAN KEPERDATAAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 Oleh : Suphia, S.H., M.Hum. Abstract The birth of a child is a legal event. Legal events such as births due
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebaik-baiknya dan merupakan tunas-tunas bangsa yang akan meneruskan cita-cita
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah dambaan suatu keluarga dalam suatu perkawinan yang sah, baik itu sebagai generasi penerus ayah dan ibunya. Anak adalah harta dunia yang sekaligus juga
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI DI LUAR PERKAWINAN. A. Sejarah Mahkamah Konstitusi (MK)
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN A. Sejarah Mahkamah Konstitusi (MK) Lembaran sejarah pertama Mahkamah Konstitusi (MK) adalah diadopsinya
Lebih terperinciBAB IV AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM HAK PEWARISAN ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN
52 BAB IV AKIBAT HUKUM PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM HAK PEWARISAN ANAK YANG DILAHIRKAN DALAM PERKAWINAN Perkawinan dibawah tangan banyak sekali mendatangkan kerugian daripada kebaikan terutama terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sah dan anak tidak sah. Menurut Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1
BAB I PENDAHULUAN Anak menurut hukum dibedakan menjadi dua, yaitu antara anak sah dan anak tidak sah. Menurut Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yaitu : Anak yang sah adalah anak
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015
AKIBAT HUKUM HAK MEWARIS ANAK DI LUAR PERKAWINAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA 1 Oleh : Fahmi Saus 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aturan
Lebih terperinciJurnal Ilmiah DUNIA ILMU Vol.2 No.1 Maret 2016
KEDUDUKAN HUKUM ANAK TIDAK SAH SEBELUM DAN SETELAH PUTUSAN MAHKMAAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU/VII/2010 Oleh : Vivi Hayati. SH.,MH Dosen Fakultas Hukum Universitas Samudera Langsa ABSTRAK Seperti kita ketahui
Lebih terperinciAKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Oleh Sukhebi Mofea*) Abstrak
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN SIRI DALAM UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Oleh *) Abstrak Perkawinan merupakan suatu kejadian yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Ikatan perkawinan ini, menimbulkan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu perkawinan tidak dapat dikatakan sempurna apabila belum
BAB I PENDAHULUAN 1.7. Latar Belakang Masalah Suatu perkawinan tidak dapat dikatakan sempurna apabila belum dikaruniai anak. Anak adalah amanah dan anugerah yang diberikan Allah kepada setiap manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci antara seorang laki-laki dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci antara seorang laki-laki dengan seorang wanita untuk membentuk keluarga bahagia. Pensyariatan perkawinan memiliki tujuan
Lebih terperinciPEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG)
PEMAHAMAN AKTIVIS PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG STATUS ANAK LUAR KAWIN (STUDY DI MALANG) Fatikhatun Nur Fakultas Syari ah UIN Maulana Malik Ibrahim
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Putusan Mahkamah Konstitusi
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONTITUSI. TENTANG STATUS ANAK di LUAR NIKAH
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONTITUSI TENTANG STATUS ANAK di LUAR NIKAH 1. Latar Belakang Lahirnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU- VIII/2010 Status Anak di Luar Nikah Putusan Mahkamah Kontitusi
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP ANAK HASIL PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP ANAK HASIL PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DAN IMPLIKASI TERHADAP HUKUM PERDATA INTERNASIONAL INDONESIA TENTANG ANAK HASIL PERKAWINAN CAMPURAN
Lebih terperinciANALISIS KEDUDUKAN ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM KEWARISAN
ANALISIS KEDUDUKAN ANAK YANG LAHIR DARI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM KEWARISAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum Oleh: RENDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun Hal ini berarti bahwa dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara hukum sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar tahun 1945. Hal ini berarti bahwa dalam penyelenggaraan Negara,
Lebih terperinciPENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
PENTINGNYA PENCATATAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NO.1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN Oleh: Wahyu Ernaningsih, S.H.,M.Hum. Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Abstrak Putusan Mahkamah Konstitusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak bersentuhan dengan titah dan perintah agama atau kewajiban yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem hukum apapun, lembaga perkawinan selalu memiliki peranan yang sangat penting bagi perjalanan hidup manusia, baik karena sifatnya yang banyak bersentuhan
Lebih terperinciLex Privatum Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017. STUDI KOMPARASI PERKAWINAN SIRI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN Oleh : Natasia Abigail Gaus 2
STUDI KOMPARASI PERKAWINAN SIRI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 1 Oleh : Natasia Abigail Gaus 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaturan kawin
Lebih terperinciPUTUSAN MK NO 46/ PUU-VIII/2010, MEROMBAK HUKUM KELUARGA DI INDONESIA
PUTUSAN MK NO 46/ PUU-VIII/2010, MEROMBAK HUKUM KELUARGA DI INDONESIA Christiana Tri Budhayati SH MHum Abstract The decision of the Supreme of Constitution No. 46/PUU- VIII/2010 has provided excellent
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria
Lebih terperinciBAB III KEWARISAN TERHADAP ANAK DI LUAR NIKAH PASCA- PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/ PUU-VIII/ 2010
BAB III KEWARISAN TERHADAP ANAK DI LUAR NIKAH PASCA- PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/ PUU-VIII/ 2010 A. Sekilas Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani kehidupan sebagai suami-isteri hanya dapat dilakukan dalam sebuah ikatan perkawinan. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, arah
Lebih terperinciHAK DAN KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Oleh : Dirga Insanu Lamaluta 2
HAK DAN KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1 Oleh : Dirga Insanu Lamaluta 2 Abstrak Setiap anak yang dilahirkan atau dibuahkan dalam ikatan perkawinan sah adalah anak sah. Anak
Lebih terperinciMonica Putri M.C. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
IMPLEMENTASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU- VIII/2010 TERHADAP ANAK YANG LAHIR DI LUAR PERKAWINAN (Putusan Sengketa antara Jessica Iskandar dengan Ludwig Franz Willibald di Pengadilan Negeri
Lebih terperinciBAB III LEGISLASI ANAK LUAR NIKAH MENURUT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) Anak merupakan harapan untuk menjadi sandaran di kala usia
BAB III LEGISLASI ANAK LUAR NIKAH MENURUT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) A. Anak Luar Nikah menurut Fatwa MUI Anak merupakan harapan untuk menjadi sandaran di kala usia lanjut sebagai modal untuk
Lebih terperinciANALISIS TERHADAP ISTBAT NIKAH OLEH ISTRI YANG DI POLIGAMI SECARA SIRRI (Studi Putusan Mahkamah Syar iah Nomor: 206/Pdt.G/2013/MS.
EKO PERMANA DALIMUNTHE 1 ANALISIS TERHADAP ISTBAT NIKAH OLEH ISTRI YANG DI POLIGAMI SECARA SIRRI (Studi Putusan Mahkamah Syar iah Nomor: 206/Pdt.G/2013/MS.Sgi) EKO PERMANA DALIMUNTHE ABSTRACT Seen from
Lebih terperinciKEDUDUKAN ISTRI DAN ANAK DALAM PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
NASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ISTRI DAN ANAK DALAM PERNIKAHAN DI BAWAH TANGAN MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010) Disusun oleh: RISCHI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pegertian anak sah menurut Pasal 42 Undang-Undang Perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegertian anak sah menurut Pasal 42 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 (UUP) adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah. Menurut
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN MENJADI ANAK SAH
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN MENJADI ANAK SAH NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciABSTRAK. Adjeng Sugiharti
ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN STATUS ANAK DILUAR KAWIN DALAM SISTEM HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA DAN KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MEMBERIKAN STATUS KEPADA ANAK LUAR KAWIN (KASUS MACHICA
Lebih terperinciA. Tenripaang Chairan. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare
A. Tenripadang Chaeran, Hak Kewarisan Anak Luar Nikah... 194 HAK KEWARISAN ANAK LUAR NIKAH BERDASARKAN HUKUM ISLAM DENGAN UNDANG-UNDANG PERKAWINAN No.1/1974 (Analisis Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Lebih terperinciEMELDA SAVIONITA 1 EMELDA SAVIONITA ABSTRACT
EMELDA SAVIONITA 1 KEWENANGAN KURATOR VENTRIS UNTUK MEWAKILI KEPENTINGAN ANAK DALAM KANDUNGAN JANDA DARI PERNIKAHAN SIRI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 EMELDA SAVIONITA ABSTRACT
Lebih terperinciJudicial Review atas UU No. 1/1974 dan Implikasi Hukumnya. Lina Kushidayati
Judicial Review atas UU No. 1/1974 dan Implikasi Hukumnya Lina Kushidayati ABSTRACT Hj. Aisyah Mochtar a.k.a. Machica Mochtar suddenly becomes a superstar when the Constitutional Court in 17 February 2012
Lebih terperinciSTATUS ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) NOMOR: 46/PUU-VIII/2010
STATUS ANAK LUAR NIKAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI (MK) NOMOR: 46/PUU-VIII/2010 Oleh: Dr. H. Adnan Murya, SH., MM. Aris Supomo, SH., MH. Fakultas Hukum Universitas Wiralodra Marriage essentially
Lebih terperinciBAB III KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA
BAB III KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Dasar Pertimbangan Hukum Putusan Mahkamah Konstitusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Dalam kehidupannya manusia memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk bertahan
Lebih terperinciOuter Children Marriages Status After Constitutional Court Decision No: 46/PUU- VII/2010
Available online at: Outer Children Marriages Status After Constitutional Court Decision No: 46/PUU- VII/2010 Perlindungan Hukum Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No: 46/PUU-VIII/2010
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah kasus mengenai penetapan asal usul anak:
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berikut ini adalah kasus mengenai penetapan asal usul anak: - Putusan perkara perdata No. 0069/Pdt.P/2015/PA.Bantul 1. Identitas para pihak Adapun
Lebih terperinciDAMPAK PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP HAK WARIS ANAK PERKAWINAN SIRI
Law Review Volume XIII No. 1 - Juli 2013 DAMPAK PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP HAK WARIS ANAK PERKAWINAN SIRI Iyah Faniyah Fakultas Hukum Universitas Ekasakti, Padang ifaniyah@ymail.com
Lebih terperinciAnalisis Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Tentang Status Anak Luar Kawin
JURNAL NANGGROE ISSN 2302-6219 Volume 4 Nomor 1 (April 2015) Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh ARTIKEL LEPAS Analisis Pelaksanaan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010
Lebih terperinciBAB II LEGISLASI ANAK LUAR NIKAH MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI. A. Anak Luar Nikah dalam Mahkamah Konstitusi
BAB II LEGISLASI ANAK LUAR NIKAH MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI A. Anak Luar Nikah dalam Mahkamah Konstitusi Anak yang dilahirkan luar pernikahan ialah hubungan antara seseorang laki-laki dan seseorang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU- VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN
BAB IV ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU- VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN A. Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Tentang Kedudukan Anak Di Luar
Lebih terperinciMOHAMAD ROULLY PARSAULIAN LUBIS ABSTRACT
MOHAMMAD ROULLY PARSAULIAN LUBIS 1 KEDUDUDKAN HUKUM ANAK LUAR KAWIN MENURUT UNDANG UNDANG PERKAWINAN NO 1 TAHUN 1974 PASCA LAHIRNYA PUTUSAN MK RI NO 46/PUU-VII/2010 TERHADAP IBU KANDUNG DAN AYAH BIOLOGIS
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA
BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA A. Status Nasab Dan Kewajiban Nafkah Anak Yang Di Li an Menurut Hukum
Lebih terperinciIMPLIKASI PUTUSAN MK TERHADAP STATUS HUKUM ANAK DI LUAR NIKAH. Abdul Halim Musthofa *
IMPLIKASI PUTUSAN MK TERHADAP STATUS HUKUM ANAK DI LUAR NIKAH Abdul Halim Musthofa * Abstrak Status anak di luar nikah yang menurut undangundang hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya dan keluarga
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DAN ANAK YANG PERKAWINANNYA TIDAK TERCATAT DI INDONESIA. Sukma Rochayat *, Akhmad Khisni **
Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol. 12. No. 1 Maret 2017 Perlindungan Hukum Terhadap Wanita Dan Anak ( Sukma Rochayat) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WANITA DAN ANAK YANG PERKAWINANNYA TIDAK TERCATAT DI INDONESIA
Lebih terperinciSTATUS ANAK DI LUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU -VIII/2010
Status Anak di Luar Perkawinan Pasca Putusan MK. STATUS ANAK DI LUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU -VIII/2010 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang e-mail: rokhmadi66@yahoo.com
Lebih terperinciHeader halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 TENTANG JUDICIAL REVIEW TERHADAP UNDANG-UNDANG PERKAWINAN Yusuf Mardhani Program Studi S-1 Ilmu Hukum, Jurusan PMP-KN, Fakultas Ilmu Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu upaya manusia untuk bisa mendapatkan hal tersebut. Dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya tentu memiliki keinginan untuk dapat melanjutkan garis keturunannya. Perkawinan merupakan salah satu upaya manusia untuk bisa mendapatkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. atas, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: Nomor:415/Pdt.P/2010/PA.Kab.Mlg, keduanya memberikan hubungan anakbapak
A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasannya dalam beberapa bab di atas, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Putusan Nomor: 408/Pdt.G/ 2006/PA.Smn maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (uji materil) undang-undang terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkamah Konstitusi sebagai sebuah institusi kekuasaan kehakiman di Indonesia memiliki salah satu wewenang untuk melakukan judicial review (uji materil) undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk
Lebih terperinciBAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH
BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI DASAR HUKUM PUTUSAN Pengadilan Agama Kendal telah memeriksa dan memberi
Lebih terperinciIMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM
IMPLIKASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN TERHADAP KOMPILASI HUKUM ISLAM Oleh Candraditya Indrabajra Aziiz A.A Gede Ngurah Dirksen Ida Bagus Putra Atmadja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1 Hatinya yang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Anak dalam agama Islam, merupakan amanah sekaligus karunia Allah SWT, bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan, oleh karena itu anak harus dijaga dan dilindungi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017 Wilayah Jabatan Notaris I. PEMOHON Donaldy Christian Langgar II. OBJEK PERMOHONAN Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris
Lebih terperinciH.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6
BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon
I. PEMOHON RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: Muhammad Ainul Syamsu, SH.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang
Lebih terperinciRINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian
Lebih terperinciANALISIS TERHADAP PUTUSAN MK TENTANG STATUS ANAK DI LUAR KAWIN
Analisis Terhadap Putusan MK Risalan Basri Harahap ANALISIS TERHADAP PUTUSAN MK TENTANG STATUS ANAK DI LUAR KAWIN Oleh Risalan Basri Harahap Dosen Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Padangsidimpuan Email:
Lebih terperinciP E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon
I. PEMOHON RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: Muhammad Ainul Syamsu, SH., MH.,
Lebih terperinciFarhan Asyhadi 1.
Farhan Asyhadi Anak Luar Nikah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46/PUU-VIII/2010 Berkaitan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Keperdataan Anak Di Luar Perkawinan Abstrak Farhan Asyhadi
Lebih terperinciPutusan Nomor 46/PUU-VIII/2010 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
Putusan Nomor 46/PUU-VIII/2010 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sesuai dengan isi Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
Lebih terperinciPrinsip Tanggung Jawab Orangtua Biologis terhadap Anak Di Luar Perkawinan
Prinsip Tanggung Jawab Orangtua Biologis terhadap Anak Di Luar Perkawinan Rachmadi Usman Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat Jalan Brigjen. H. Hassan Basry Banjarmasin e-mail: rachmadiu@yahoo.co.id
Lebih terperincimelakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba- Nya melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Secara umum anak adalah seorang
Lebih terperinciNAFKAH ANAK LUAR KAWIN MENURUT KONSEP HIFZHU AL-NAFS THE ALIMONY OF CHILD BORN OUT OF WEDLOCK UNDER THE CONCEPT OF HIFZHU AL-NAFS
NAFKAH ANAK LUAR KAWIN MENURUT KONSEP HIFZHU AL-NAFS Kajian Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 THE ALIMONY OF CHILD BORN OUT OF WEDLOCK UNDER THE CONCEPT OF HIFZHU AL-NAFS An Analysis of
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah norma atau peraturan mengikat bagi sebagian atau seluruh masyarakat yang harus dipatuhi untuk mewujudkan suatu tatanan kemasyarakatan. Indonesia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg
BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg A. Analisis Pertimbangan dan Dasar Hukum Majelis Hakim Pengadilan Agama Malang Mengabulkan Permohonan Itsbat
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian
Lebih terperinciPEMBUKTIAN ANAK DENGAN BAPAK BIOLOGISNYA MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO : 46/PUU-8/2010
PEMBUKTIAN ANAK DENGAN BAPAK BIOLOGISNYA MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO : 46/PUU-8/2010 Diah Ayu Sulistiya Ningrum Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik ABSTRAK Pasca terbitnya
Lebih terperinciHAK WARIS ANAK DILUAR NIKAH A. PENDAHULUAN DITINJAU MENURUT UU 1 TAHUN
HAK WARIS ANAK DILUAR NIKAH DITINJAU MENURUT UU No. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 Oleh : Hongko T. Gombo 2 ABSTRAK Anak sah menempati kedudukan (srata) yang paling tinggi dan paling sempurna di mata
Lebih terperinciKEDUDUKAN HUKUM ANAK TIDAK SAH SEBELUM DAN SETELAH PUTUSAN MAHKMAAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU/VII/2010. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT
KEDUDUKAN HUKUM ANAK TIDAK SAH SEBELUM DAN SETELAH PUTUSAN MAHKMAAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU/VII/2010 Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT Child are generation who are the continuer of nation. Every child have the
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai I. PEMOHON Drs. H. Choirul Anam dan Tohadi, S.H., M.Si. KUASA HUKUM Andi Najmi Fuadi, S.H., M.H, dkk, adalah advokat
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Pendapat hakim Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu mengenai hubungan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendapat hakim Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu mengenai hubungan keperdataan antara anak dengan orang tua dari perkawinan di bawah tangan menurut UU No.1 tahun 1974
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketentuan syari'at sesuai dengan maksud pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam pencatatan perkawinan, banyak istilah yang digunakan untuk menunjuk sebuah perkawinan yang tidak tercatat, ada yang menyebut kawin di bawah tangan, kawin syar'i, kawin
Lebih terperinciPENDAPAT HAKIM PA BANGKALAN DAN PA SIDOARJO MENGENAI STATUS ANAK LUAR KAWIN
PENDAPAT HAKIM PA BANGKALAN DAN PA SIDOARJO MENGENAI STATUS ANAK LUAR KAWIN Siti Dalilah Candrawati Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya E-mail: dalilah@uinsby.ac.id Abstract: This paper
Lebih terperinciJURNAL IMPLIKASI PUTUAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP BAGIAN WARIS ANAK LUAR KAWIN
JURNAL IMPLIKASI PUTUAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010 TERHADAP BAGIAN WARIS ANAK LUAR KAWIN Diajukanoleh : Gratia Nathania Tanuraharja NPM : 120510921 Program Studi Program Kekhususan : IlmuHukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga tinggi negara yang juga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahkamah Konstitusi adalah salah satu lembaga tinggi negara yang juga merupakan pemegang kekuasaan kehakiman di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 24
Lebih terperinciPandangan Hakim Pengadilan Agama Palembang Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Tentang Status Anak di Luar Nikah
Pandangan Hakim Pengadilan Agama Palembang Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010 Tentang Status Anak di Luar Nikah Arne Huzaimah Fakultas Syari ah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciULJ 4 (1) (2015) UNNES LAW JOURNAL.
ULJ 4 (1) (2015) UNNES LAW JOURNAL http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ulj TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU VIII/2010 TENTANG KEDUDUKAN ANAK DILUAR NIKAH YANG DIAKUI DALAM
Lebih terperinci