IIS ARISKA 130511100090 MADURESE STUDIES _B FACULTY OF SOCIAL AND CULTURAL SCIENCES ENGLISH DEPARTMENT UNIVERSITY OF TRUNOJOYO MADURA
PENDAHULUAN Madura adalah salah satu pulau yang terletak di 7 0 LU 113 20 BT. Pulau dengan luas 5,168 km² berpenduduk 3.625.000 (per 2010) ini di diami oleh beberapa suku di antaranya adalah suku madura,jawa,kangean. Bahasa yang di gunakan oleh masyarakat madura umumnya adalah bahasa madura. Madura yang masih termasuk provinsi jawa timur ini terdiri dari empat kabupaten yaitu Bangkalan,Sampang,Pamekasan,Sumenep. Sebagai salah satu suku di Indonesia, Madura banyak menyimpan keunikan yang menjadi karakteristik Madura. Namun keunikan yang menjadi identitas madura itu, kini semakin hilang. Bahkan pada masyarakat Madura sendiri kekhasan madura sudah terlupakan. Terkikis oleh budaya luar. Hal itu juga diperparah dengan tidak adanya sarana prasarana untuk melestarikan budaya Madura. Jangankan Sarana resmi yang dinaungi pemerintah, dari pihak swasta atau masyarakat sendiri saja tidak ada yang menyediakan tempat atau wahana pelestarian budaya Madura. Walaupun ada, kelayakannya jauh dari kata standar. Kondisi seperti ini tentu mempersulit bagi anak muda Madura untuk mengenali budayanya sendiri. Belum lagi faktor luar yang mempengaruhi anak muda untuk membuat mereka mengenal, mencintai, dan memperaktekkan budaya luar yang jauh berbeda dengan dirinya. Budaya, satu kata yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah negara terlebih untuk Indonesia yang dikenal sebagai negara multikultural. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena semua aspek dalam kehidupan masyarakt dapat dikatakan sebagai wujud dari kebudayaan, misalnya gagasan atau pikiran manusia, aktivitas manusia, atau karya yang dihasilkan manusia. Budaya juga merupakan identitas bangsa yang harus dihormati dan dijaga dengan baik oleh para penerus bangsa. Budaya lokal Indonesia beranekaragam sesuai dengan potensi yang dimiliki Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari banyak pulau, suku, dan sumber daya lainnya.
Seperti yang kita ketahui Madura adalah pulau yang kaya akan budaya. Seperti tarian,upacara,adat, dan juga budaya keagamaan. Dalam tulisan ini saya akan memberikan informasi tentang budaya keagamaan yang ada di Pulau Madura. Budaya keagamaan ini tidak lepas dari para tokoh islam yang ada di Madura. Dalam tulisan ini saya lebih khusus menjabarkan salah satu tokoh agama yang ada di Pulau Madura yang dipercayai sebagai orang dekat dengan Allah yang biasanya masyarakat Madura menyebutnya dengan BHUJU. Predikat daerah santri sepertinya memang layak dinisbatkan kepada Madura. Kepatuhan masyarakatnya akan sosok pemuka agama atau kyai ternyata tidak hanya dilakukan saat kyai tersebut masih hidup di tengah-tengah mereka. Hingga kyai tersebut meninggal sejak puluhan hingga ratusan tahun pun, si santri tetap menaruh rasa hormat kepada Sang Kyai yang telah dianggap berjasa membimbing jalan hidupnya. Paling tidak, si santri akan selalu memanjatkan seraya mengharap berkah dari do a yang dibaca di samping makam Sang Kyai. Budaya masyarakat Madura yang menempatkan kyai sebagai figur panutan yang tetap dihormati meski telah lama meninggal itulah yang menyebabkan banyak terdapat makam kyai di Pulau Garam. Makam kyai juga seringkali dianggap sebagai tempat keramat yang dipercaya sebagai tempat paling tepat untuk berdoa kepada Tuhan dengan tujuan tertentu, di samping juga mendoakan arwah kyai yang bersangkutan. Masyarakat Madura umumnya menyebut makam tokoh agama tersebut dengan sebutan bujuk yang dalam bahasa Madura berarti orang yang sangat tua dan dituakan dalam silsilah keluarga. Namun dalam kontek sosial, Bujuk merupakan orang yang dituakan dan yang patut dituruti segala nasehat dan arahannya. Nama bujuk biasanya diambil dari nama tempat kyai tersebut berasal atau tinggal, nama bujuk juga ada yang diambil dari kebiasaan kyai saat hidup, atau dari hal-hal mistis yang berkaitan dengannya semasa hidup atau gelar yang diberikan kepada bhuju tersebut. Kita sebagai generasi muda harus mempunyai kesadaran untuk melestarikan akan budaya dan tokoh-tokoh agama dalam Madura ini. Tokohtokoh agama itu adalah para pendahulu kita yang perlu kita kenal dan patut kita hormati sebagai panutan dalam hidup kita. Mereka adalah orang-orang sholeh
pilihan Allah. Banyak sekali di Madura ini para toko agama pendahulu kita yang patut kita ketahui tentang riwayat dan sejarah hidup mereka. Dalam tulisan ini saya memberikan informasi tentang Bhuju Kiraman Katibin yang ada di Desa Bulay Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan Pulau Madura. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca. PEMBAHASAN Bhuju Kiraman Katibin Di Desa Bulay Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan, ada sebuah bhuju yang bernama KIRAMAN KATIBIN. Konon menurut cerita dan budayawan, asli dari Bhuju Kiraman Katibin ini berasal dari Kabupaten Sumenep. Bhuju ini, satu aliran dari Bhuju Rabha dan Bhuju Abdul Kidam yang terletak di Desa Sojhi Kecamatan Larangan. Ketiga Bhuju ini keturunan dari Mataram. Sama seperti dari salah satu pahlawan Madura yang terkenal yaitu Jokotole. Selain itu Bhuju Kiraman Katibin ini juga satu keturunan dengan Bhindhara Saot. Nama asli dari bhuju Kiraman Katibin adalah Abdul Jali. Bhuju Kiraman Katibin adalah gelar yang diberikan kepada beliau. Bhuju Kiraman Katibin dikenal sebagai orang yang sholeh dan sangat dekat dengan Allah. Beliau dikenal dengan penuh kesahajaan. Bhuju Kiraman Katibin ini mempunyai keturunan yang dikenal sampai saat ini yaitu K.H Zaini Mu id dan K.H Junaidi. K.H Zaini Mu;id adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadi yang terletak di daerah Paiton yang kita kenal sampai saat ini. Sedangkan K.H Junaidi adalah pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Genteng yang terletak di daerah Banyuwangi. Menurut cerita, Kiraman Katibin pernah kedatangan tamu dan kebetulan beliau tidak mempunyai apa apa untuk disuguhkan. Karena keinginan beliau yang sangat besar untuk menjamu tamunya, beliau mengambil suatu benda yang tidak masuk akal dan beliau memasukkan benda tersebut ke dalam tempat yang biasanya digunakan untuk menanak nasi, dan Wallahu alam benda tersebut
menjadi nasi. Dari kejadian ini, menunjukkan bahwa beliau merupakan orang dekat Allah. Beliau adalah orang terpilih yang mendapatkan karomah dari Allah. Pada saat Abdul Jali ( Bhuju Kiraman Katibin ) wafat, tidak ada seekor burung pun yang terbang diatas makam beliau, jika ada burung terbang di atas makan beliau burung tersebut akan jatuh dan meninggal. Jika ada orang yang akan mengikuti aduan kerapan sapi dan melawati jalan dekat makam beliau maka sapi itu akan mengalami kekalahan. Dan jika ada pencuri yang melewati jalan dekat makam beliau maka pencuri itu akan tertangkap. Sampai saat ini, Bhuju Kiraman Katibin banyak orang yang berziarah baik dari Madura itu sendiri maupun dari luar Pulau Madura. Makam Bhju Kiraman Katibin ini masih original,tidak diperbagus seperti makam makam yang kita ketahui pada masa kini. Karena setiap diperbagus makam ini akan rusak dengan sendirinya. Konon, bagi orang yang tau, sebelum berziarah ke makam makam Wali Songo terlebih dahulu berziarah ke makam Bhuju Kiraman Katibin karena Bhuju Kiraman Katibin ini dipercaya sebagai bhuju tertua. PENUTUP Madura memiliki budaya lokal yang bervariasi. Budaya lokal tersebut harus dijaga agar dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Selain itu kita harus memahami arti kebudayaan serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sebagai sumber kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa. Selain itu diperlukan pula antisipasi atau cara-cara agar budaya lokal tidak bercampur dengan budaya asing. Tokoh tokoh agama Madura yang tidak terkenal seperti Bhuju Kiraman Katibin juga perlu kita jaga dan rawat. Hal ini harus ada perhatian dari masyarakat sekitar terlebih dahulu. Harus ada pengenalan secara turun- menurun antar generasi. Apalagi sekarang kita hidup di dunia yang penuh dengan globalisasi. Kalau bukan generasi muda dan masyarakat sekitar siapa lagi yang mau melestarikan?. Kita sebagai generasi muda hendaknya tidak melupakan toko-tokoh agama yang bisa kita jadikan panutan. Sebagai generasi muda kita harus mempunyai rasa cinta sejarah terhadap sekitar kita terlebih dahulu. Kita jangan menutup mata
untuk mengetahui budaya, tokoh agama, wisata religi yang ada di Madura. Kita harus menjadi generasi muda Madura yang cinta akan hal tersebut. Semoga dengan adanya tulisan ini,kita generari muda Madura bisa open minded terhadap budaya, toko-tokoh agama, dan wisata religi yang ada di Madura ini. Karena jika kita telusuri dan mengetahui sejarah mereka akan menambah pengetahuan kita. Semoga dengan tulisan ini, bisa menumbuhkan rasa cinta terhadap Madura. REFERENSI Untuk menulis karya tulis ini saya mendapatkan referensi dengan mewawancarai narasumber. Beliau adalah K.H Kholil yang merupakan penduduk asli Desa Bulay. Beliau juga merupakan salah satu keturunan Bhuju Kiraman Katibin. Saya mewawancarai beliau pada saat liburan pra UTS. Beliau menceritakan secara mendetail sejarah tentang Bhuju Kiraman Katibin ini.