Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun ekor naga (Rhaphidopora pinnata (L.f.) Schott.)

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

Lampiran 1. Hasil identifikasi sponge

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

Lampiran 1. Hasil identifikasi rumput laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Lampiran 1. Tanaman sirih dan daun sirih. Tanaman sirih. Daun sirih segar. Universitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan daun bangun-bangun (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MINDI (Melia azedarach L)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

ABSTRAK. Kata kunci : Flavonoid, fase n-butanol, Averrhoa bilimbi Linn, oxalidaceae, penapisan fitokimia, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr), Euphorbiaceae

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

Lampiran 1: Hasil identifikasi tumbuhan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 3 METODE PENELITIAN

Ratna Djamil, Wiwi Winarti, Nurul Istiqomah Fakultas farmasi universitas pancasila ABSTRAK

Lampiran 1. Surat keterangan sampel

SKRIPSI. SKRINING FITOKIMIA DAN ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DARI DAUN SIRIH MERAH (Piper porphyrophyllum N.E.Br.) Oleh: SISKA RIA NIM

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode eksploratif meliputi pengumpulan

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA SERTA ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DARI FRAKSI ETILASETAT DAUN GAHARU (Aquilaria malaccencis Lamk.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

TELAAH KANDUNGAN KIMIA EKSTRAK N-HEKSANA DAUN KINA (Cinchona ledgeriana L)

Lampiran 1 Bagan alir lingkup kerja penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

RatnaDjamil, WiwiWinarti, Indah Yuniasari FakultasFarmasiUniversitasPancasila, Jakarta 12640,Indonesia

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN SKRINING FITOKIMIA SERTA ISOLASI STEROID/TRITERPENOID DARI EKSTRAK ETANOL PUCUK LABU SIAM (Sechium edule (Jacq.) Sw.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Ethical clearance

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Ekstraksi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Simplisia Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius, Poepp)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JENIS SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE BUTANOL DARI EKSTRAK METANOL DAUN DARUJU

Lampiran 1. Hasil identifikasi teripang Holothuria atra Jaeger

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

Lampiran 1 Hasil Identifikasi Tanaman

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Fraksi n-butanol Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) DC) secara Spektrofotometri UV-Cahaya Tampak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN SKRIPSI KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN ISOLASI SENYAWA SAPONIN DARI BIJI TUMBUHAN GAMBAS (Luffa acutangula Roxb. L.)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

ANNISA RAHMAYANI TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Lampiran 1 Lampiran 2 67

Lampiran 2 Gambar 1. Tanaman ekor naga (Rhaphidophora pinnata Schott.) Gambar 2. Daun tanaman ekor naga (Rhaphidophoreae pinnatae Folium) 68

Lampiran 3 Gambar 3. Simplisia daun tanaman ekor naga (Rhaphidophorae pinnatae Folium) 69

Lampiran 4 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 4. Alat Soklet Keterangan: 1. Pendingin balik 5. Tabung soklet 2. Statif dan klem 6. Labu alas bulat 3. Air keluar 7. Mantel pemanas 4. Air masuk 70

Lampiran 5 Gambar 5. Pemeriksaan mikroskopik sayatan melintang daun tanaman ekor naga (Rhaphidophorae pinnatae Folium) Keterangan : 1. Kutikula 2. Epidermis atas 3. Kristal kalsium oksalat bentuk druse 4. Jaringan palisade 5. Berkas pembuluh 6. Jaringan bunga karang ( spons) 7. Epidermis Bawah 71

Lampiran 6 Gambar 6. Pemeriksaan mikroskopik sayatan membujur atas daun tanaman ekor naga (Rhaphidophorae pinnatae Folium) Keterangan : 1. Sel epidermis 2. Stomata tipe parasitik 72

Lampiran 7 Gambar 7. Pemeriksaan mikroskopik sayatan membujur bawah daun tanaman ekor naga (Rhaphidophoreae pinnata Folium) Keterangan : 1. Stomata tipe parasitik 2. Sel epidermis 3. Celah stoma 4. Sel penutup 5. Sel tetangga 73

Lampiran 8 Gambar 8. Mikroskopik serbuk simplisia daun tanaman ekor naga (Rhaphidophoreae pinnata Folium) Keterangan: 1. Kristal kalsium oksalat bentuk druse 2. Stomata tipe parasitik 3. Pembuluh kayu 74

Lampiran 9 Daun tanaman ekor naga (Rhaphidophorae pinnatae Folium) Disortasi basah Dicuci, ditiriskan Berat Basah = 6 kg Ditimbang Dikeringkan pada lemari pengering Disortasi kering Ditimbang Simplisia = 850 g Diserbuk Ditimbang Serbuk simplisia = 820 g Skrining fitokimia (± 7 g) - Alkaloid - Tripterpenoida/steroida - Flavonoida - Glikosida - Glikosida antrakinon - Saponin - Tanin - Minyak atsiri Karakteristik Simplisia (± 2 g) - Kadar air - Kadar sari yg larut dalam air - Kadar sari yang larut dalam etanol - Kadar abu total & tidak larut dlm asam K d b id k l dl Bagan 1. Penyiapan simplisia daun tumbuhan ekor naga Ekstraksi 75

Lampiran 10 50 g Simplisia (Rhaphidophoreae pinnatae Folium) diekstrakasi secara sokletasi dengan pelarut etanol 350 ml Filtrat Ampas diuapkan dengan penguap vakum putar dipekatkan Ekstrak Kering = 23,4 g Bagan 2. Ekstraksi senyawa flavonoida 76

Lampiran 11 Ekstrak kental 3,0 g Ditambahkan 100 ml air panas Ditambahkan 10 ml etanol Diekstraksi dengan 100 ml n-heksana Fraksi n-heksana Fraksi air/etanol Dipekatkan Fraksi n-heksana kental 90 ml Diekstraksi dengan 100 ml kloroform Fraksi kloroform Fraksi air/etanol Dipekatkan Fraksi kloroform kental 75 ml Diekstraksi dengan 100 ml Etil asetat Fraksi etil asetat Fraksi air/etanol Dipekatkan Dipekatkan Fraksi etil asetat kental 20,1 ml Fraksi air kental 13,0 ml Bagan 3. Ekstraksi Cair- Cair Senyawa Flavonoida dari Ekstrak Etanol 77

Lampiran 12 Fraksi etil asetat Di KKt preparatif dgn FG (asam asetat 50%) Fraksi I Fraksi II Fraksi III Di KKt dengan FG Di KKt dengan FG Kromatogram Diuji kemurnian KKt dua arah Diuji kemurnian KKt dua arah Isolat murni (F1) Isolat murni (F2) Isolat tidak murni (F3) Identifikasi secara spektrofotometri UV menggunakan pereaksi geser (shift reagent) Spektrum Bagan 4. Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Fraksi Etil Asetat 78

Lampiran 13 No. Pemeriksaan Karakterisasi simplisia Hasil 1 Penetapan kadar air 7,30% 2 Penetapan kadar sari yang larut dalam air 11,70% 3 Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol 10,99% 4 Penetapan kadar abu total 5,32% 5 Penetapan kadar abu yang larut dalam asam 0,43% Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia daun tanaman ekor naga (Rhaphidophorae pinnatae Folium) No. Golongan senyawa yangdiperiksa Hasil 1 Alkaloida + 2 Flavonoida + 3 Saponin + 4 Tanin + 5 Glikosida + 6 Glikosida Antrakuinon + 7 Steroida/Triterpensteroida + Keterangan: + = memberikan hasil - = tidak memberikan hasil Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia serbuk simplisia daun tanaman ekor naga (Rhaphidophoreae pinnatae Folium) 79

Lampiran 14. Penetapan Kadar Air Volume II Volume I Kadar Air = x 100% Berat sampel Sampel I Volume I = 1,8 ml Volume II = 2,15 ml Berat sampel = 5,000 g Kadar air 2,15 1,8 = x 100% 5,000 = 7 % Sampel II Volume I = 2,15 ml Volume II = 2,65 ml Berat sampel = 5,003 g Kadar air 2,65 2,15 = x 100% 5,003 = 7,795% % Sampel III Volume I = 2,65 ml Volume II = 3 ml Berat sampel = 5,001 g 3 2,65 Kadar air = x 100% 5,001 = 6,998 % Kadar air rata rata = 7 % + 7,795% + 6,998% 3 = 7,3% 80

Lampiran 15. Penetapan Kadar Abu Total Berat abu Kadar abu = x 100% Berat sampel Sampel I Berat sampel = 2,007 g Berat abu = 0,1030 g 0,1030 Kadar abu = x 100% 2,007 = 5,15 % Sampel II Berat sampel = 2,0010 g Berat abu = 0,1089 g 0,1089 Kadar abu = x 100% 2,0010 = 5,44 % Sampel III Berat sampel = 2,0013 g Berat abu = 0,1078 g 0,1078 Kadar abu = x 100% 2,0013 = 5,38% Kadar abu total rata rata = 5,15% + 5,44% + 5,38% 3 = 5,32 % 81

Lampiran 16. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut dalam Asam Berat abu Kadar abu yang tidak larut dalam asam = x 100% Berat sampel Sampel I Berat sampel = 2,0016 g Berat abu = 0,0080 g 0,0080 Kadar abu = x 100% 2,0016 = 0,39 % Sampel II Berat sampel = 2,0010 g Berat abu = 0,0076 g 0,0076 Kadar abu = x 100% 2,0010 = 0,38 % Sampel III Berat sampel = 2,0012 g Berat abu = 0,0086 g 0,0086 Kadar abu = x 100% 2,0012 = 0,43 % Kadar abu total rata rata = 0,39% + 0,38% + 0,43% 3 = 0,4 % 82

Lampiran 17. Penetapan Kadar Sari yang Larut dalam Air Berat sari 100 Kadar sari larut dalam air = x x 100% Berat sampel 20 Sampel I Berat sampel = 5,000 g Berat sari = 0,115g 0,115g 100 Kadar sari larut air = x x 100% 5,000 g 20 = 11,5 % Sampel II Berat sampel Berat sari = 5,000 g = 0,120 g 0,120g 100 Kadar sari larut air = x x 100% 5,000 g 20 = 12 % Sampel III Berat sampel Berat sari = 5,000 g = 0,116 g 0,116 g 100 Kadar sari larut air = x x 100% 5,000 g 20 = 11,6 % Kadar rata rata = 11,5% + 12% + 11,6% 3 = 11,7 % 83

Lampiran 18. Kadar Sari Larut dalam Etanol Berat sari 100 Kadar sari larut dalam etanol = x x 100% Berat sampel 20 Sampel I Berat sampel Berat sari = 5,001 g = 0,109 g 0,109 g 100 Kadar sari larut etanol = x x 100% 5,001 g 20 = 10, 8978 % Sampel II Berat sampel = 5,002g Berat sari = 0,115 g 0,115 g 100 Kadar sari larut etanol = x x 100% 5,002 g 20 = 11,4954 % Sampel III Berat sampel Berat sari = 5,005 g = 0,106 g 0,106 g 100 Kadar sari larut etanol = x x 100% 5,005 g 20 = 10,5894 % Kadar rata rata = 10,8978% + 11,4954% + 10,5894% 3 = 10,994 % 84

Lampiran 19. Kromatogram Hasil Fraksinasi dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak BAA Keterangan 1. Ekstrak etanol 4. Fraksi etil asetat 2. Fraksi n-heksana 5. Fraksi air 3. Fraksi kloroform 85

Lampiran 20. Kromatogram Hasil fraksinasi dengan kromatografi kertas menggunakan Fase gerak Forestal Keterangan 1. Ekstrak etanol 4. Fraksi etil asetat 2. Fraksi n-heksana 5. Fraksi air 3. Fraksi kloroform 86

Lampiran 21. Kromatogram Hasil Fraksinasi dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak Asam asetat 50% Keterangan : 1.Ekstrak etanol 3. Fraksi kloroform 5. Fraksi air 2. Fraksi n-heksana 4. Fraksi Etil asetat 87

Lampiran 22. Kromatogram Ekstrak Etanol dengan Kromatografi Kertas Keterangan: 4. Pengembang BAA 3. Pengembang Asam asetat 50% 5. Pengembang Forestal 88

Lampiran 23. Kromatogram Fraksi n- heksana dengan Kromatografi Kertas Keterangan: 1. Pengembang BAA 3. Pengembang Asam asetat 50% 2. Pengembang Forestal 89

Lampiran 24. Kromatogram Fraksi Kloroform dengan Kromatografi Kertas Keterangan: 1. Pengembang BAA 3. Pengembang Asam asetat 50% 2. Pengembang Forestal 90

Lampiran 25. Kromatogram Fraksi Etil asetat dengan Kromatografi Kertas Keterangan : 1. Pengembang BAA 3. Pengembang Asam asetat 50% 2. Pengembang Forestal 91

Lampiran 26. Kromatogram fraksi Air dengan Kromatografi Kertas Keterangan: 1. Pengembang BAA 2. pengembang forestal 3. Pengembang Asam asetat 50% 92

Lampiran 27. Kromatogram Fraksi Etil asetat dengan Kromatografi Kertas Preparatif Keterangan: F1 = pita I, F2 = pita 2, F3 = pita 3, Tp = Titik penotolan, bp = batas penotolan 93

Lampiran 28. Kromatogram Pita F1 dengan Kromatografi Kertas menggunakan Pengembang Asam Asetat 50 % UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 5%/ UV 94

Lampiran 29. Kromatogram pita F1 dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak BAA UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 5 %/UV 95

Lampiran 30. Kromatogram Pita F1 dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak Forestal UV 366nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 5%/UV 96

Lampiran 31. Kromatogram Pita F2 dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak Asam asetat 50% UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 5%/UV 97

Lampiran 32. Kromatogram Pita F2 dengan Kromatografi kertas menggunakan Fase gerak BAA UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 5%/UV 98

Lampiran 33. Kromatogram pita F2 dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak Asam asetat 50% UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 /UV366 99

Lampiran 34. Kromatogram Pita F3 dengan Kromatografi Kertas menggunakan fase gerak Asam asetat 50% UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 5%/UV 100

Lampiran 35. Kromatogram Pita F3 dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak BAA UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 /UV 101

Lampiran 36. Kromatogram Pita F3 dengan Kromatografi Kertas menggunakan Fase gerak BAA UV 366 nm Uap NH 3 /UV AlCl 3 /UV 102

Lampiran 37. Kromatogram hasil uji kemurnian Isolat dengan Kromatografi Kertas Dua Arah Keterangan: Fase diam : Whatman no. 1 Fase gerak 1 : BAA Fase gerak 2 : Asam asetat 50% Fluoresensi Ungu Bp I : Batas Pengembangan 1 Bp II : Batas pengembangan 2 Penampak Bercak AlCl 3 103

Lampiran 38. kromatogram hasil Uji Kemurnian isolat F2 dengan Kromatografi Kertas Dua Arah Keterangan: Fase diam : Whatman no. 1 Fase gerak 1 : BAA Fase gerak 2 : Asam asetat 50% Fluoresensi Biru Bp I : Batas Pengembangan 1 Bp II : Batas pengembangan 2 Penampak Bercak AlCl 3 104

Lampiran 39 Ketarangan: : MeOH Gambar 28. Spektrum Ultraviolet dari Isolat F1 dalam Metanol Spektrum isolat F1dalam metanol Peak λ (nm) Abs 354 0,2421 267 0,5717 Valley 105

Lampiran 40 Ketarangan: : MeOH + NaOH : MeOH Spektrum isolat F1 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 354 0,2421 267 0,5717 Valley Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan NaOH Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 378 0,2986 213 0,3128 273 0,5576 106

Lampiran 41 Ketarangan: : MeOH + NaOH : MeOH + NaOH setelah 5 menit Gambar 30. Spektrum ultraviolet isolat F1 dalam metanol Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan NaOH Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 378 0,2986 213 0,3128 273 0,5576 Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan NaOH setelah 5 menit Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 379 0,2980 211 0,3160 274 0, 5581 107

Lampiran 42 Ketarangan: : MeOH : MeOH + AlCL 3 /HCl Gambar 31. Spektrum ultraviolet larutan isolat F1 dalam metanol dan setelah penambahan AlCl 3 /HCl Spektrum isolat F1 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 354 0,2421 267 0,5717 Valley Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan AlCl 3 /HCl Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 331 0,3269 216 3,3513 274 0,5676 108

Lampiran 43 Ketarangan: : MeOH + AlCl 3 : MeOH + AlCl 3 /HCl Gambar 32. Spektrum ultraviolet larutan isolat F1 dalam metanol setelah penambahan AlCl 3 /HCl Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan AlCl 3 Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 330 0,2911 218 3,4070 274 0, 5778 Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan AlCl 3 /HCl Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 331 0,3269 216 3,3513 274 0, 5676 109

Lampiran 44 Ketarangan: : MeOH : MeOH + NaOAc Gambar 33. Spektrum ultraviolet larutan isolat F1 dalam metanol dan setelah penambahan natrium asetat Spektrum isolat F1 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 354 0,2421 267 0, 5717 Valley Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan natrium asetat Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 365 0,3622 208 0,2336 266 0, 5613 110

Lampiran 45 Ketarangan: : MeOH +NaOAc/H 3 BO 3 : MeOH Gambar 34. Spektrum ultraviolet larutan isolat F1 dalam metanol dan setelah penambahan natrium asetat/asam borat Spektrum isolat F1 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 354 0,2421 267 0, 5717 Valley Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan natrium asetat Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 365 0,3896 209 0,2916 262 0, 5886 111

Lampiran 46 Ketarangan: : MeOH Gambar 35. Spektrum ultraviolet dari isolat F2 dalam metanol Spektrum isolat F2 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 330 1,0747 216 1,6420 Valley 112

Lampiran 47 Ketarangan: : MeOH +NaOH : MeOH Gambar 36. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam metanol dan setelah penambahan NaOH Spektrum isolat F dalam metanol Peak λ (nm) Abs 330 1,0747 216 1,6420 Valley Spektrum isolat F2 dalam metanol dengan penambahan NaOH Peak λ (nm) Abs 373 0,1472 218 1,8947 Valley 113

Lampiran 48 Ketarangan: : MeOH + NaOH setelah 5 menit : MeOH + NaOH Gambar 37. Spektrum ultraviolet isolat F2 dalam metanol Spektrum isolat F2 dalam metanol dengan penambahan NaOH Peak Valley λ (nm) Abs 373 0,9508 216 1,6420 Spektrum isolat F2 dalam metanol dengan penambahan NaOH setelah 5 menit Peak λ (nm) Abs 378 0,1472 218 1,8947 Valley 114

Lampiran 50 Ketarangan: : MeOH + AlCl 3 /HCl : MeOH Gambar 38. Spektrum ultraviolet larutan isolat F2 dalam metanol dan setelah penambahan AlCl 3 /HCl Spektrum isolat F2 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 330 1,1949 218 1,8097 Valley Spektrum isolat F2 dalam metanol dengan penambahan AlCl 3 /HCl Peak λ (nm) Abs 376 1,0431 219 1,7909 Valley 115

Lampiran 51 Ketarangan: : MeOH + AlCl 3 : MeOH + AlCl 3 /HCl Gambar 39. Spektrum ultraviolet larutan isolat F2 dalam metanol setelah penambahan AlCl 3 /HCl Spektrum isolat F2 dalam metanol dengan penambahan AlCl 3 Peak Valley λ (nm) Abs 375 1,0520 218 1,8097 Spektrum isolat F2 dalam metanol dengan penambahan AlCl 3 /HCl Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 376 1,0431 219 1,7909 116

Lampiran 52 Ketarangan: : MeOH + NaOAc : MeOH Gambar 40. Spektrum ultraviolet larutan isolat F2 dalam metanol dan setelah penambahan natrium asetat Spektrum isolat F2 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 373 0,9508 216 1,6420 Valley Spektrum isolat F2 dalam metanol dengan penambahan natrium asetat Peak λ (nm) Abs 372 0,9403 215 1,6271 Valley 117

Lampiran 53 Ketarangan: : MeOH + NaOAc/H 3 BO3 : MeOH Gambar 41. Spektrum ultraviolet larutan isolat F2 dalam metanol dan setelah penambahan natrium asetat/asam borat Spektrum isolat F2 dalam metanol Peak λ (nm) Abs 373 0,9508 216 1,6420 Valley Spektrum isolat F1 dalam metanol dengan penambahan natrium asetat/asam borat Peak Valley λ (nm) Abs λ (nm) Abs 375 1,0520 218 1,8097 118