BAB 1 PENDAHULUAN. disampaikan bisa melalui gestur, ekspresi, dan dialog. Setiap dialog yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari percakapan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah penerima informasi atau berita dari segala informasi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA WACANA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Debat adalah perbincangan antara beberapa orang yang. membahas suatu masalah dan masing-masing mengemukakan

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. itu dengan baik kepada pendengar atau pembaca. media ini pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pem bicara) dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian yang relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi, ditunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak tutur yang dilakukan manusia ketika berkomunikasi tentunya

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM

BAB II LANDASAN TEORI. tindak tutur direktif, bentuk-bentuk tindak tutur direktif, tayangan Reality Show Janji

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah media komunikasi massa yang relatif mudah diterima oleh masyarakat. Perpaduan suara dan gambar yang disajikan dapat memudahkan pembuat film dalam menyampaikan pesan kepada penontonnya. Pesan yang disampaikan bisa melalui gestur, ekspresi, dan dialog. Setiap dialog yang dilakukan oleh para tokoh tidak lepas dari aspek komunikasi. Komunikasi interpersonal adalah bagian terkecil dari komunikasi yang biasanya dalam sebuah film disebut dialog (Ismail, 1983). Dialog yang dilakukan para tokoh dalam sebuah film berfungsi sebagai penghubung antara cerita dan tokoh. Dialog merupakan sarana penyampaian informasi berupa pikiran, maksud, dan perasaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dialog tokoh digunakan untuk mengekspresikan sebuah maksud dan tujuan yang didukung oleh konteks tuturan. Film Ernest & Célestine adalah film animasi Prancis yang diproduksi pada tahun 2012 dan disutradarai oleh Stéphane Aubier, Vincent Patar dan Benjamin Renner. Film ini merupakan film yang diadaptasi dari serial buku cerita anak-anak oleh Gabriel Vincent dengan judul yang sama. Film tersebut bercerita tentang kisah tikus dan beruang yang menjadi sahabat karena sama-sama menjadi pelaku pencurian. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama dalam rangka bersembunyi dari kejaran polisi. Mereka berusaha membela satu sama lain karena 1

adanya permasalahan sosial yang terjadi di sekitar mereka. Permasalahan sosial tersebut adalah belum diterimanya pertemanan antara tikus dan beruang karena masih dianggap tidak sesuai dengan yang dianggap masyarakat normal. Film ini termasuk film animasi yang diminati banyak orang. Film ini juga banyak memenangkan penghargaan 1, seperti Cannes Film Festival 2012, Dubai International Film Festival 2012, Los Angeles Film Critics Association Awards 2013, dan masih banyak lagi. Film tersebut juga masuk sebagai nominasi pada penghargaan Oscar dalam kategori Best Animated Feature Film of The Year. Alasan peneliti memilih film Ernest & Célestine sebagai objek material penelitian adalah dialog tokoh dalam film tersebut berupa dialog yang ditujukan untuk anak-anak karena berupa ujaran yang sederhana, tetapi di lain sisi memiliki makna mendalam yang dapat dimengerti oleh orang dewasa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini guna memberikan pemahaman mengenai jenis dan penggunaan tindak tutur dalam dialog film yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan kajian pragmatik tindak tutur untuk meneliti makna dialog atau tuturan yang terikat konteks. Tindak tutur adalah perilaku berbahasa seseorang yang berupa tindak ujaran dalam situasi ujaran tertentu (Ibrahim, 1993). Peneliti berusaha memaparkan tuturan-tuturan sederhana dalam dialog antartokoh seperti kalimat yang hanya digunakan untuk sopan santun, kalimat yang memiliki maksud tertentu, dan bahkan kalimat-kalimat yang dapat memengaruhi lawan tutur. Berikut merupakan beberapa contoh tuturan: 1 http://www.imdb.com/title/tt1816518/awards?ref_=tt_awd 2

Konteks tuturan berikut dituturkan oleh ibu beruang yang terjadi di kamar anak beruang pada malam hari ketika anak beruang akan segera tidur. Kemudian ibu beruang berteriak karena melihat seekor tikus di kamar anaknya. Dalam adegan berikut terdapat interaksi antara ayah beruang dan anak beruang. (1) Maman d ours: Une souris! (00:12:02) Ibu Beruang: Tikus! Sang ibu beruang berusaha menginformasikan kepada ayah beruang dengan tujuan agar ayah beruang mengejar tikus tersebut dan mengusirnya keluar dari rumahnya. Tuturan tersebut mengandung dua jenis tindak tutur sekaligus, yaitu tuturan dengan maksud agar lawan tutur memahami tuturan tersebut dan melakukan tindakan sesuai situasi tutur yang diinginkan oleh penutur. Tuturan tersebut memiliki keberhasilan perlokusi dan dapat dibuktikan dengan munculnya tindakan yang dilakukan oleh lawan tutur. Tindakan tersebut merupakan efek dari tuturan yang dihasilkan oleh penutur. Adapun tindakan yang dilakukan adalah mengusir tikus yang dimaksud oleh penutur. Oleh karena itu, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Pada data berikut ini, tuturan terjadi ketika Célestine dan temannya sedang menunggu panggilan. Tikus kecil tersebut duduk di sebelah Célestine dan tibatiba mengenduskan hidungnya dan berkata; (2) Ça sent la poubelle, ici, non? (00.21.35) Seperti bau sampah disini, ya? Dari tuturan tersebut penutur berusaha mengutarakan tuturannya dengan gestur tertentu untuk menyindir lawan tutur yang bau. Salah satu karakter tindak tutur ilokusi adalah penutur mengucapkan suatu tuturan dengan disertai sebuah 3

tindakan. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi. Selain itu, dalam sebuah konteks, dapat pula terjadi keberhasilan tindak perlokusi setelah lawan tutur terkena efek dari tuturan tersebut. Efek yang dihasilkan bisa berupa tindakan, pikiran, atau pun perasaan. Dari tuturan tersebut, efek yang ditimbulkan adalah lawan tutur kemudian menjauhi penutur karena merasa tersindir dengan tuturan tersebut. Tuturan yang memiliki daya untuk mempengaruhi atau menghasilkan efek tertentu merupakan salah satu karakteristik dari tindak tutur perlokusi. Oleh karena itu, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi dan perlokusi. Berbeda dengan data berikut, konteks tuturan ini terjadi ketika Ernest sedang sendirian dan berteriak sambil mengatakan bahwa ia lapar. (3) Ernest : J ai faim! (00:16:04) Ernest : Aku lapar! Secara konteks ia tidak ada maksud atau tujuan apa pun karena penutur hanya sedang mengekspresikan apa yang ia rasakan, yaitu lapar. Tuturan tersebut mempunyai arti literal. Menurut Austin, tuturan yang memiliki maksud sesuai dengan tuturannya termasuk dalam karakteristik tindak tutur lokusi. Oleh karena itu, tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur lokusi. Tuturan selanjutnya terjadi ketika Ernest, seekor beruang besar, sedang kelaparan dan menemukan burung hinggap di jendelanya. Ia berusaha menangkapnya dengan pelan-pelan mendekati burung tersebut sambil berkata; (4) Gentil pioupiou, viens ici. Mon petit pioupiou, viens ici. Mon petit pioupiou. (00.08.48) Kemarilah burung kecil... Kemarilah burung kecilku 4

Demikian dengan data berikut ini, tuturan di atas menjelaskan adanya karakteristik tindak tutur ilokusi, tetapi berbeda dengan data no 1 dan 2 yang menunjukkan adanya tindak ilokusi karena verba atau tuturan yang mengandung perintah. Tuturan tersebut merupakan tuturan yang didukung dengan adanya suatu tindakan. Penutur tidak secara langsung menyuruh burung tersebut untuk datang menghampirinya. Dalam tuturan tersebut, penutur melakukan suatu tindakan dalam menuturkan sesuatu. Tuturan yang didukung dengan adanya tindakan merupakan salah satu karakteristik tindak tutur ilokusi. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur ilokusi. Keempat contoh tuturan di atas menunjukkan adanya jenis-jenis tindak tutur dalam film yang akan digunakan sebagai data yang kemudian akan dianalisis sesuai dengan konteks dan permasalahan yang ada. 1.2 Rumusan Masalah Berbagai macam tindak tutur ditemukan dalam dialog film yang didukung dengan latar belakang dan konteks tuturan yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti menemukan rumusan permasalahan sebagai berikut: Jenis tindak tutur apa saja yang terdapat dalam film Ernest & Célestine dan bagaimana penggunaannya? Serta tindak tutur manakah yang terlihat paling berperan dari ketiga jenis tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian 5

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, dapat dituliskan bahwa tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah memaparkan penggunaan tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi, serta sehubungan dengan hal tersebut akan diketahui tindak tutur manakah yang paling berperan dalam film Ernest & Célestine. 1.4 Tinjauan Pustaka Penelitian dengan membahas suatu masalah melalui pendekatan pragmatik sebelumnya pernah dilakukan dengan judul Intonasi Dialog Dalam Film Intouchables oleh Kirana G. L. Hernanda, Sastra Prancis UGM, pada tahun 2015. Penelitian tersebut menggunakan teori tindak tutur dalam memaparkan konteks dan makna intonasi yang digunakan dalam film Intouchables. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa tindak tutur memiliki tindak verbal dan makna lain terkait dengan konteks yang bersangkutan. Pada tahun 2012, penelitian tentang tindak tutur pada film juga dilakukan oleh Mayasita Nurul Aini dalam tesisnya yang berjudul Tindak Tutur Direktif Bahasa Inggris Dalam Transkrip Dialog Film Nanny McPhee (Kajian Pragmatik) 2. Penelitian tersebut membahas tentang jenis tindak tutur direktif dan mendeskripsikan makna dari tindak tutur direktif tersebut, serta menjelaskan faktor munculnya tindak tutur direktif tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah tindak tutur direktif yang digunakan dalam berkomunikasi menunjukkan adanya tindak tutur langsung dan tidak langsung yang penggunaannya dengan modus kalimat imperatif, deklaratif dan interogatif. 2 http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=penelitiandetail&act=vi ew&typ=html&buku_id=56116&obyek_id=4 6

Selanjutnya ada penelitian yang ditulis oleh Swesti Intan Pramesti tahun 2013 yang berjudul Tindak Tutur Representatif Dalam Film Le Fabuleux Destin d Amelie Poulain Karya Jean Pierre Jeunet dan Guillaume Laurant 3 yang membahas tentang jenis-jenis dan fungsi tindak tutur representatif dalam film Le Fabuleux Destin d Amelie Poulain karya Jean Pierre Jeunet dan Guillaume Laurant, dengan menggunakan semua tuturan yang mengandung tindak tutur representatif yang terdapat dalam film Le Fabuleux Destin d Amelie Poulain sebagai objek penelitian. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat jenis tindak tutur representatif beserta fungsinya dalam film Le Fabuleux Destin d Amelie Poulain, yang kemudian menjelaskan bahwa tuturan representatif dalam film Le Fabuleux Destin d Amelie Poulain menunjukkan penggunaan tuturan untuk menginformasikan suatu hal kepada mitra tutur. Penelitian selanjutnya pada tahun 2016 merupakan skripsi dari Vinesya Rara Pradhipta, mahasiswa Sastra Prancis, yang berjudul Lirik Lagu Quand C est? Karya Stromae: Analisis Pragmatik 4, membahas tentang penggunaan konteks pada lirik lagu Prancis dengan judul tersebut. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui konteks tindak tutur secara situasional, pengetahuan latar belakang dan ko-teks, serta untuk mengetahui maksud tindak tutur yang digunakan oleh Stromae, penulis lirik lagu. Hasil dari penelitian tersebut adalah peneliti dapat memaparkan pesan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut yang banyak menggunakan perumpamaan-perumpamaan dalam bahasa Prancis 3 http://eprints.uny.ac.id/20090/1/swesti%20intan%20pramesti%2009204241024.pdf 4 http://digilib.fib.ugm.ac.id/files/view/8295ae3b4f537eaeeaf7150469cc5305.php#/58 7

Terdapat beberapa keterkaitan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, diantaranya adalah penggunaan film sebagai data yang dianalisis dengan pendekatan pragmatik tindak tutur. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini membahas tentang bagaimana tindak tutur yang ditemukan dalam percakapan sehari-hari berdasarkan film Ernest et Celestine, sedangkan penelitian sebelumnya belum membahas hal tersebut. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan untuk memperluas wawasan di bidang pragmatik, khususnya tindak tutur pada film. 1.5 Landasan Teori Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai teori yang akan digunakan untuk menganalisis objek material penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kajian pragmatik. Menurut Geoffrey Leech dalam bukunya yang berjudul Prinsip-Prinsip Pragmatik (1993), pragmatik adalah studi mengenai makna ujaran dalam situasi-situasi tertentu. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi (Wijana,1996:1). Menurut Yule (1996), pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Studi pragmatik lebih banyak berhubungan dengan analisis tertentu mengenai apa yang dimaksudkan orang dengan tuturantuturannya. Menurut Wijana dalam buku Analisis Wacana Pragmatik Kajian Teori dan Analisis (2009:14-16), ada aspek-aspek makna yang harus dipertimbangkan 8

dalam studi pragmatik, yaitu penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Seperti yang sudah dijelaskan pada latar belakang, penggunaan bahasa dalam komunikasi akan menghasilkan tindak tutur. Menurut Chaer (2004:16), tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tindak tutur mempunyai maksud dan fungsi tertentu. Maksud dan fungsi tuturan dapat dipahami melalui hubungan antara bahasa dan konteks yang melatarbelakangi. Menurut Searle dalam bukunya Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language (1969:23-24) mengemukakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Ketiga jenis tindak tutur tersebut bisa ditemukan dalam semua wacana atau kalimat, tetapi hanya satu jenis tindak tutur saja yang paling dominan dari wacana tersebut.... a locutionary act, which is roughly equivalent to uttering a certain sentence with a certain sense and reference, which again is roughly equivalent to meaning in the traditional sense.... we also perform illocutionary acts such as informing, ordering, warning, undertaking, &c., i.e. utterance which have a certain (conventional) force.... we may also perform perlocutionary acts, what we bring about or achieve by saying something, such as convincing, persuading, deterring and even, say, surprising or misleading. (Austin, 1962: 108)... tindak lokusi, yang kira-kira setara dengan mengucapkan kalimat tertentu, yang setara dengan makna dalam maksud tradisional.... tindak ilokusi seperti menginformasikan, memerintah, peringatan, janji, dan lain-lain; yaitu tuturan yang memiliki daya tertentu....tindak perlokusi, apa yang kita dapat atau capai dengan mengatakan sesuatu, seperti meyakinkan, membujuk, menghalangi dan bahkan mengejutkan atau menyesatkan. 9

Menurut Jakobson (1963), fungsi bahasa yang merupakan komunikasi untuk sekedar mengadakan kontak antara penutur dan lawan tutur, yang berfungsi untuk menguatkan atau menjaga kontak langsung dengan orang lain merupakan fungsi fatik bahasa. Selain itu, tuturan yang hanya sekedar basa-basi atau sopan santun juga termasuk dalam fungsi fatik bahasa, seperti menyapa, berpamitan, menanyakan kabar atau menanyakan cuaca. Karakter dari fungsi fatik bahasa berhubungan dengan karakteristik tindak tutur lokusi. Menurut Austin (1962:94-107), tindakan menginformasikan dan menyatakan sesuatu disebut dengan tindak lokusi. Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu, yang disebut sebagai The Act of Saying Something (Searle, 1969: 23-24). Dalam tindak tutur lokusi ini dihasilkan serangkaian bunyi bahasa yang berarti sesuatu (Ibrahim, 1993:15). Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan (Wijana, 2011: 22). Wujud tindak lokusi adalah tuturan-tuturan yang berisi pernyataan yang dituturkan sesuai dengan tuturannya. Tuturan yang diutarakan semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud dan tujuan tertentu. Contoh tuturan lokusi dalam bahasa Prancis apabila seseorang berkata: Il pleut Hujan Tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur hanya menyatakan bahwa situasi sedang hujan. Kalimat tersebut menunjukkan informasi suatu situasi ujar tanpa ada maksud untuk mempengaruhi lawan tutur. Tuturan tersebut hanya 10

berfungsi sebagai informasi bahwa keadaan sedang hujan. Penutur bisa saja hanya menuturkan tuturan tersebut dalam situasi tidak ada siapapun disekitarnya. Selain itu tuturan tersebut dapat dikategorikan dalam fungsi fatik bahasa yang tuturannya hanya digunakan sebagai sopan santun atau basa-basi saja. Tindak ilokusi disebut sebagai The Act of Doing Something (Austin, 1962: 94-107). Kalimat ilokusi cenderung tidak hanya digunakan untuk menginformasikan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu sejauh situasi tuturnya dipertimbangkan secara seksama (Wijana, 1996:18). Menurut Leech (1993: 316), tindak ilokusi berarti melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi karena berkaitan dengan siapa bertutur, kepada siapa, kapan dan di mana tindak tutur dilakukan. Sedangkan menurut Austin, tindak ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya ujar. Tindak ilokusi dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk menginformasikan dan melakukan sesuatu. Tindak ini dilakukan dengan menuturkan sebuah tuturan yang memiliki daya (paksaan tertentu yang menampilkan fungsi tuturan sesuai konteks tuturan tersebut, seperti memberitahu, memerintah, melarang, dsb. Konteks memiliki peran yang penting dalam tindak ilokusi. Tindak ilokusi ini merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur (Wijana, 2011: 24). Contoh dari tindak tutur ilokusi adalah sebagai berikut: We find the defendant guilty Kami nyatakan terdakwa bersalah (Yule, 2006:92) Konteks dari tuturan di atas adalah seorang hakim sedang mengetukkan palu di dalam persidangan sebagai tanda bahwa ia telah memberikan keputusan 11

kepada seorang terdakwa. Tuturan di atas termasuk dalam tindak ilokusi karena penutur menyatakan bahwa terdakwa bersalah dan akan diberikan hukuman disertai dengan tindakannya mengetuk palu hukum bahwa keputusan sudah ditetapkan. Tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur (Rustono, 1999:38). Tindak perlokusi disebut dengan The Act of Affecting Someone, yang merupakan tindakan memberikan pengaruh kepada mitra tutur atau menghendaki adanya hasil atau efek dari mitra tutur. Efek tersebut bisa terjadi karena kesengajaan ataupun ketidaksengajaan dari penutur. Menurut Tarigan (1987:35), ujaran yang diucapkan penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan ujaran yang diujarkan mengandung maksud dan tujuan tertentu yang dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh atau akibat terhadap lingkungan mitra tutur atau penyimak. Pengaruh yang dihasilkan bisa berupa perasaan, pikiran, tindakan, ataupun ucapan. Dapat dikatakan bahwa tindak tutur perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku monolinguistik (Chaer, 1995: 70). Contoh kalimat yang mengandung tindak tutur perlokusi adalah: Parlez peu fort, s il vous plait! Tolong kecilkan suaramu! Tuturan tersebut diucapkan oleh seorang penjaga perpustakaan kepada anak-anak yang sedang bercengkerama dengan suara keras di dalam perpustakaan. Dalam tuturan tersebut, penutur menginginkan agar lawan tuturnya mengecilkan suaranya, sehingga menimbulkan dampak bagi lawan tutur untuk segera diam atau berbicara dengan suara pelan. Keberhasilan perlokusi terjadi ketika lawan tutur 12

melakukan tindakan seperti yang diharapkan oleh penutur, yaitu berbicara dengan suara pelan. Berdasarkan pengertian-pengertian menurut ahli yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah suatu tuturan yang dapat berbentuk tulisan ataupun diucapkan dalam bentuk kalimat. Tuturan tersebut tidak hanya memiliki maksud sesuai tuturannya tetapi ada juga yang mengharapkan adanya pemahaman dan reaksi yang timbul dari tuturan tersebut, sehingga terjadilah keberhasilan tindak tutur sesuai yang diharapkan penutur kepada mitra tuturnya. Menurut George Yule pada bukunya yang berjudul Pragmatik yang diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni (2006: 101), manfaat dari analisis tindak tutur ini adalah menggambarkan jenis-jenis sesuatu yang dapat kita lakukan dengan kata-kata dan pengidentifikasian beberapa bentuk tuturan konvensional yang kita gunakan untuk menampilkan tindakan khusus. 1.6 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa metode, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat atau tuturan yang di dalamnya mengandung tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Kalimat yang diambil sebagai data adalah kalimat-kalimat yang memiliki karakteristik dari tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Karakteristik tersebut adalah tuturan yang tidak memiliki maksud tertentu dalam penyampaiannya, kemudian tuturan yang 13

didukung dengan adanya suatu tindakan tertentu sejauh situasi tuturnya, dan yang terakhir adalah tuturan yang memiliki makna atau efek tertentu atau mengindikasikan sesuatu dalam rangka mempengaruhi lawan tutur, mempengaruhi dalam arti membuat lawan tutur melakukan sesuatu, mengubah pikirannya atau mengucapkan sesuatu sejauh situasi tutur yang diharapkan oleh penutur. Sumber dari objek material yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari film animasi Prancis yang berjudul Ernest & Célestine. Pertama, peneliti membagi film menjadi 3 bagian, bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Pembagian ini didasarkan pada struktur skenario 3 babak yang merupakan satu jenis pola bercerita yang dipakai untuk menyusun konstruksi dramatik dalam 3 bagian cerita. Menurut Wells Root, proses sampainya tokoh utama ke puncak konflik ini terbagi dalam 3 babak, yaitu babak pertama yang berisi pembukaan, babak kedua yang berisi inti cerita (puncak konflik), dan babak ketiga yang berisi penyelesaian masalah dan akhir dari cerita tersebut (Root, 1980). Selanjutnya metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode simak, yaitu dengan menyimak penggunaan kalimat yang terdapat dalam film dengan menonton film tersebut berulang-ulang, kemudian mencatat semua data yang diperlukan pada komputer. Setelah data terkumpul, peneliti membaca dengan seksama kemudian mengklasifikasikan data sesuai dengan jenis tindak tutur lokusi, ilokusi, perlokusi. Setelah itu peneliti dapat menemukan tindak tutur manakah yang dominan dalam setiap bagian filmnya. Kemudian dalam tahap 14

penyajiannya, data akan disajikan dalam bentuk informal, yaitu dalam bentuk deskripsi dengan kaliimat dalam pembahasan dan analisis data. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 bab. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, sumber dan metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian. Bab 2 merupakan analisis data dari permasalahan. Kemudian, bab 3 berisi kesimpulan dari analisis tindak tutur yang terdapat dalam film Ernest & Célestine. 15