BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian yang relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi, ditunjukkan
|
|
- Yulia Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah, karena pada dasarnya suatu penelitian tidak beranjak dari awal akan tetapi berasal dari acuan yang mendasarinya. Untuk mengetahui keaslian penelitian ini dipaparkan beberapa penelitian yang relevan yang telah dimuat dalam bentuk skripsi, ditunjukkan pula perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu : Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sita Resmi mahasiswa jurusan Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang pada tahun 2009 dengan judul Tindak Tutur Ekspresif Pada Wacana Humor Politik Verbal Tulis Presiden Guyonan Butet Kartaredjasa. Hasil penelitian tersebut mengkaji tuturan humor di dalam wacana humor politik ditemukan berbagai macam variasi tuturan. Berdasarkan jenis tindak tutur dalam tuturan ekspresif ditemukan tindak tutur ilokusi, tindak tutur perlokusi, tindak tutur langsung, tindak tutur tak langsung, tindak tutur harfiah, dan tindak tutur tak harfiah. Berdasarkan fungsi pragmatis ditemukan tindak tutur ekspresif fungsi mengkritik, fungsi ekspresif menyindir, fungsi ekspresif mengeluh, fungsi ekspresif menyanjung, dan fungsi ekspresif menyalahkan. Berdasarkan kemungkinan efek yang meliputi efek positif dan negatif. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Sitaresmi dengan penelitian kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan tindak tutur ilokusi ekpresif dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Sedangkan Ayu Sitaresmi menggunakan tindak tutur ekspresif pada wacana humor politik verbal tulis Presiden Guyonan Butet Kartaredjasa. 9
2 10 Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ruwanti Tri Utami mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015 dengan judul Tuturan Ekspresif Dalam Komik Onkel Dagobert Karya Carl Barks. Hasil penelitian tersebut mendeskripsikan bentuk tuturan ekspresif dalam komik Onkel Dagobert karya Carl Barks dan fungsi tuturan espresif dalam komik Onkel Dagobert karya Carl Barks. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Ruwanti Tri Utami dengan penelitian kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan tindak tutur ekpresif dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Sedangkan Ruwanti Tri Utami menggunakan tindak tutur ekspresif dalam komik Onkel Dagobert karya Carl Barks. Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Apriana Yuniarti Universitas Negeri Semarang pada tahun 2015 dengan judul Tuturan Ekspresif Pada Novel Nona Sekretaris Karya Suparto Brata. Hasil penelitian tersebut mendeskripsikan bentuk tuturan ekspresif yang terdapat dalam novel Nona Sekretaris. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Apriana Yuniarti dengan penelitian kali ini adalah terletak pada sumber datanya, yaitu menggunakan novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Sedangkan Apriana Yuniarti menggunakan novel Nona Sekretaris karya Suparto Brata. Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian yang telah dilakukan oleh Ayu Sitaresmi, Ruwanti Tri Utami, dan Apriana Yuniarti dengan penelitian kali ini memiliki perbedaan yang terletak pada sumber datanya. Ayu Sitaresmi menggunakan
3 11 sumber data tindak tutur ekspresif pada wacana humor politik verbal tulis Presiden Guyonan Butet Kartaredjasa, Ruwanti Tri Utami menggunakan sumber data tindak tutur ekspresif dalam komik Onkel Dagobert karya Carl Barks, dan Apriana Yuniarti menggunakan sumber data tindak tutur ekspresif pada novel Nona Sekretaris karya Suparto Brata. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan sumber data tindak tutur ilokusi ekspresif pada tuturan tokoh yang terdapat dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Maka dapat diketahui penelitian dengan judul Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Pada Tuturan Tokoh Dalam Novel Surga yang Tak Dirindukan 2 Karya Asma Nadia perlu dilakukan. Karena penelitian ini benar-benar berbeda dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain. B. Tindak Tutur 1. Pengertian Tindak Tutur Menurut Rohmadi (2004: 29) teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh Austin (1956) seorang guru besar di Universitas Harvard. Teori yang berwujud hasil kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1956) dengan judul How to Things with words?. Akan tetapi, buku itu baru berkembang secara mantap setelah Searle (1956) menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts An Essay in the Philosophy of Language. Menurut Searle dalam semua komunikasi linguistik terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar lambang, kata, atau kalimat. Tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur.
4 12 Chaer (2010: 27) mengatakan bahwa tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam tuturan itu. Lain halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh Tarigan (2009: 36) bahwa tindak tutur atau tuturan yang dihasilkan oleh manusia dapat berupa ucapan. Sementara Suwito (dalam Rohmadi, 2004: 30) menjelaskan jika peristiwa tutur merupakan gejala sosial dan terdapat interaksi antara penutur dalam situasi dan tempat tertentu, maka tindak tutur lebih cenderungsebagai gejala individual bersifat psikologis dan ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Chaer dan Leonie Agustina (2004: 50) berpendapat bahwa tindak tutur adalah gejala individu yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tindak tutur memusatkan perhatian pada cara penggunaan bahasa dalam mengkomunikasikan maksud dan tujuan tuturan. Sementara itu menurut Searle (dalam Rohmadi, 2004: 29) menyatakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu yang dapat berwujud pernyataan, perintah, atau yang lainnya. Sependapat dengan hal tersebut Chaer (2007: 49) menyatakan bahwa Tindak tutur (speech atcs) adalah gejala individual yang bersifat psikologi dan keberlangsungan ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Berdasarkan pengertian tindak tutur yang disampaikan oleh beberapa para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan tuturan dengan maksud tertentu. 2. Jenis Tindak Tutur Searle (dalam Leech, 2011: 316) mengemukakan bahwa secara pragmatis ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yaitu tindak lokusi
5 13 (ilocutionary act), tindak ilokusi (illocutionary act), dan tindak perlokusi (perlocutionary act). Dari pendapat tersebut, Austin (1962) juga mengemukakan tiga jenis tindakan dalam tindak tutur yang dapat diwujudkan oleh penutur secara pragmatis, yakni tindak lokusi, ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindakan-tindakan tersebut diatur oleh norma aturan penggunaan bahasa sesuai situasi tuturan atau percakapan. Ketiga tindakan itu lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: a. Tindak Tutur Lokusi Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu sebagaimana adanya atau The Act of Saying Something tindak untuk mengatakan sesuatu Austin (dalam Chaer, 2010: 27). Sementara Leech (2011: 316) menyatakan bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur memberikan tuturan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan itu mempunyai suatu makna dan acuan tertentu. Sedangkan menurut Rahardi (2005: 35) menyatakan bahwa tindak lokusi adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat. Contohnya yaitu sebagai berikut. (1) Jembatan Suramadumenghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Kalimat (1) di atas dituturkan oleh seorang penutur semata-mata hanya untuk memberikan informasi sesuatu belaka, tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu. Informasi yang diberikan pada kalimat (1) adalah mengenai jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Madura. Berdasarkan paparan para ahli dan contoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak tutur lokusi dituturkan oleh penuturnya semata-mata hanya memberikan suatu informasi saja.
6 14 b. Tindak Tutur Ilokusi 1) Pengertian Tindak Tutur Ilokusi Austin (dalam Chaer, 2010: 28) menyebutkan bahwa tindak tutur ilokusi selain menyatakan sesuatu juga menyatakan tindakan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tindak tutur ilokusi ini disebut The Act of Doing Something (tindakan melakukan sesuatu). Hal serupa juga diungkapkan oleh Wijana (1996: 18) sebuah tuturan selain berfungsi untuk menyatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu The Act of Doing Something. Tindak tutur ilokusi merupakan sentral untuk memahami tindak tutur. Hal tersebut dikarenakan harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur tersebut terjadi, dan sebagainya. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Chaer, (2007: 13) mengungkapkan bahwa tindak tutur ilokusi ini biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan, dan sebagainya. Berikut contoh kalimat dalam bentuk tindak tutur ilokusi. (2) Sudah hampir pukul tujuh. Kalimat (2) di atas bila dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya di pagi hari, selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu mengingatkan si istri bahwa si suami harus segera berangkat ke kantor; jadi minta disediakan sarapan. Berdasarkan contoh tersebut, jadi dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan dan melakukan sesuatu, menginformasikan, dan menyuruh untuk melakukan sesuatu.
7 15 2) Kategori Searle mengenai Tindak Tutur Ilokusi, yaitu: Klasifikasi yang dibuat oleh Searle mengenai tindakan ilokusi didasarkan pada berbagai kriteria. Secara garis besar kategori-kategori Searle ialah a) Representatif, b) Direktif, c) Ekspresif, d) Komisif, e) Deklaratif. Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agarmitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan. Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan. Deklaratif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal yang baru (Searle dalam Leech, 2011: ). Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai tindakan ilokusi berdasarkan kategori, yaitu: a) Representatif Representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga tindak tutur asertif. Tuturan yang memberikan pernyataan atau menyatakan termasuk tuturan representatif. Termasuk ke dalam jenis tindak tutur adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, dan sebagainya. Dalam tuturan itu, penutur bertanggung jawab atas kebenaran isi tuturannya. Contoh dari tindak tutur representatif adalah sebagai berikut. Penduduk desa ini 1350 jiwa. Informasi tersebut diucapkan oleh seorang kepala desa kepada seorang petugas sensus penduduk. Tuturan termasuk
8 16 dalam tindak tutur representatif karena tuturan mengikat penutur akan kebenaran tuturannya. Penutur bertanggung jawab memang benar bahwa jumlah penduduk yang ia pimpin berjumlah 1350 jiwa. Kebenaran tuturan itu diperoleh dari fakta yang ada di lapangan. b) Direktif Direktif adalah tindak tuturyang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tarigan (2009: 43) direktif dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek melalui tindakan sang penyimak, misalnya: memesan, memerintahkan, memaksa, memohon, menyarankan, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, menyarankan, termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini. Contoh tindak tutur direktif adalah sebagai berikut. Tolong belikan ibu garam di warung Pak Amin!. Informasi tersebut dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya. Tuturan tersebut termasuk dalam jenis tindak tutur direktif karena penutur menginginkan mitra tutur untuk melakukan sesuatu seperti yang terdapat dalam tuturannya. c) Ekspresif Menurut Tarigan (2009: 43) tindak tutur ekspresif mempunyai fugsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Tindak tutur ekspresif ini disebut juga sebagai tindak tutur evaluatif. Tuturan-tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, menyatakan belasungkawa, mengkritik mengeluh,
9 17 menyalahkan, mengucapkan selamat, menyanjung termasuk dalam tindak tutur ekspresif. Contoh tindak tutur ekspresif adalah sebagai brikut Sudah berhemat setengah mati tapi kita tidak kaya juga. Informasi tersebut dituturkan oleh seorang istri kepada suaminya. Tuturan di atas termasuk tindak tutur ekspresif karena tuturan itu dapat diartikan sebagai bentuk evaluasi terhadap hal yang telah mereka lalukan yaitu berhemat tapi hasil yang mereka harapkan untuk dapat kaya tidak terwujud juga. Isi dari tuturan tersebut berupa keluhan karenanya tuturan tersebut termasuk dalam tindak ekspresif mengeluh. d) Komisif Menurut Tarigan (2009: 43) tindak tutur komisif melibatkan pembicara pada beberapa tindakan yang akan datang. Misalnya:. Berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan merupakan tuturan yang termasuk dalam jenis tindak tutur komisif. Contoh tindak tutur komisif sebagai berikut Saya akan rajin belajar. Informasi tuturan seorang anak kepada ibunya setelah ia mendapatkan nilai rendah pada saat ulangan harian. Tuturan tersebut termasuktindak tutur komisif karena tuturan itu mengikat penuturnya untuk rajin belajar. Ikatan untuk rajin belajar dinyatakan penuturnya yang membawa konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhinya. Karena itu, tuturan tersebet berisi janji yang secara eksplisit dinyatakan, dan termasuk dalam tindak tutur komisif berjanji. e) Deklarasi Menurut Tarigan (2009: 43-44) tindak tutur deklarasi adalah ilokusi yang bila performansinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi
10 18 proposional dengan realitas. Misalnya: menyerahkan diri, membebaskan, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, memutuskan, membatalkan, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat menolong, mengampuni, memaafkan termasuk dalam tindak tutur deklaratif. Contoh tindak tutur deklaratif adalah sebagai berikut Jangan main didekat sumur!. Informasi tersebut dituturkan oleh seorang ibu kepada anaknya yang sedang bermain di belakang rumah. Tuturan tersebut termasuk jenis tindak tutur deklarasi karena dengan tuturan ini penutur menciptakan suatu keadaan yang baru yaitu berupa larangan bagi anaknya untuk bermain di dekat sumur. Sementara sebelum tuturan ini dituturkan oleh ibu, si anak boleh bermain dimana saa yang ia inginkan. Adanya perubahan status atau keadaan merupakan ciri dari tindak tutur deklarasi. Karena tuturan tersebut berisi larangan, maka tuturan ini termasuk tindak tutur deklarasi melarang. c. Tindak Tutur Perlokusi Austin (dalam Chaer, 2010: 28) menyebutkan bahwa tindak perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu. Hal serupa juga diungkapkan oleh Searle (dalam Wijana, 1996: 19) menyebutkan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai daya pengaruh atau efek terhadap lawan tutur atau orang yang mendengar tuturan itu. Tindak tutur perlokusi disebut sebagai The Act of Affective Someone (tindak yang memberi efek pada orang lain). Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Adapun contoh kalimat yaitu sebagai berikut.
11 19 (18) Rumah saya jauh sih. Tuturan (18) bukan hanya memebri informasi bahwa rumah si penutur itu jauh; tetapi juga bila dituturkan oleh seorang guru kepada kepala sekolah dalam rapat penyusunan jadwal pelajaran pada awal tahun menyatakan maksud bahwa si penutur tidak dapat datang tepat waktu pada jam pertama. Efek atau pengaruhnya yang diharapkan si kepala sekolah akan memberi tugas mengajar tidak pada jam-jam pertama, melainkan pada jam-jam yang lebih siang. C. Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif 1. Pengertian Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Searle (dalam Tarigan, 43) menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Misalnya: mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Hal serupa diungkapkan oleh Yule (2006: 93) bahwa tuturan ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, kesengsaraan, dan sebagainya. Kemudian Searle (dalam Leech, 1993: ) mengungkapkan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi. Misalnya; mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya. Sementara
12 20 Ibrahim (1993: 15) mengungkapkan bahwa tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur mengekspresikan perasaan yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tindak tutur ekspresif merupakan salah satu bentuk dari tindak ilokusi. Dari pengertian tindak tutur ekspresif tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan. Selain itu, tindak tutur ekspresif dapat pula mewakili perasaan yang sedang dirasakan oleh penutur itu sendiri. 2. Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Setiap tindak tutur mempunyai fungsi. Fungsi tuturan itu tampak pada maksud atau tujuan untuk apa tuturan itu disampaikan. Sedangkan tuturan ekspresif itu sendiri merupakan tuturan yang menggambarkan reaksi sang penutur. Tuturan terdiri atas dua macam, yaitu tuturan yang santun dan tuturan yang tidak santun. Sebuah tuturan disebut santun jika tuturan itu tidak terdengar memaksa atau tidak bernada angkuh, melainkan memberi pilihan pada lawan tutur, serta dapat membuat lawan tutur menjadi senang. Sedangkan tuturan yang tidak santun dapat menjatuhkan muka pelaku tutur. Menurut Abdul Chaer ( 2010: ) menyebutkan fungsi utama tuturan menjadi lima, yaitu fungsi tindak tutur menyatakan (deklaratif), fungsi tindak tutur menanyakan (interogatif), fungsi tindak tutur menyuruh (imperatif), fungsi tindak tutur meminta maaf, dan fungsi tindak tutur mengeritik. Berikut akan dijelaskan secara singkat mengenai fungsi tindak tutur ekspresif.
13 21 a. Fungsi Menyatakan (deklaratif) Fungsi menyatakan di dalam kajian gramatika dilakukan dalam bentuk kalimat deklaratif, yakni kalimat yang hanya menyampaikan berita atau kabar tentang keadaan di sekeliling penutur. Dengan tuturan deklaratif ini penutur tidak mengharapkan adanya komentar dari lawan tutur, juga memang tidak ada kewajiban lawan tutur untuk mengomentarinya. Namun, bukan berarti lawan tutur tidak boleh mengomentarinya. Komentar bisa saja disampaikan sehubungan dengan informasi tuturan yang disampaikan oleh penutur. Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia dapat merupakan tuturan langsung dan dapat pula merupakan tuturan tidak langsung. Dilihat dari maksud tuturannya, fungsi menyatakan digunakan untuk beberapa keperluan, misalnya menyatakan atau menyampaikan informasi faktual saja, untuk menyatakan keputusan atau penilaian, menyatakan selamat, menyatakan ucapan duka, menyatakan keputusan, menyatakan perjanjian, menyatakan pujian, menyatakan terima kasih, peringatan atau nasihat dan sebagainya. Fungsi menyatakan untuk beberapa keperluan lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut: 1) Menyatakan Selamat Fungsi tuturan untuk mengucapkan selamat adalah pernyataan selamat dari penutur atas apa yang telah diraih oleh mitra tutur. Fungsi untuk mengucapkan selamat digunakan untuk mengekspresikan ucapan selamat penutur kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menyatakan ucapan selamat atas keberhasilan lawan tutur dilakukan dengan kalimat deklaratif yang santun. Disamping itu untuk lebih menyantunkan tuturan, maka ucapan selamat harus disertai dengan gerak mimik wajah yang gembira. Misalnya ucapan selamat jalan, selamat mengerjakan sesuatu,
14 22 selamat karena meraih sesuatu, selamat ulang tahun, selamat datang, dan lain-lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi mengucapkan selamat merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan tuturan mengucapkan selamat. 2) Menyatakan Ucapan Duka/belasungkawa Tuturan dengan fungsi menyatakan ucapan duka atas musibah menimpa lawan tutur dilakukan dengan kalimat deklaratif yang santun. Disamping itu untuk lebih menyantunkan tuturan, maka ucapan duka harus disertai dengan gerak mimik wajah yang sedih. Misalnya ucapan duka atas meninggal dunia, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi menyatakan ucapan duka merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan tuturan menyatakan ucapan duka. 3) Menyatakan Pujian Tuturan dengan fungsi menyatakan pujian dilakukan dengan menggunakan kalimat deklaratif yang santun. Fungsi tuturan untuk menyatakan pujian adalah untuk mengekspresikan kekaguman penutur atas mitra tutur atau sesuatu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi menyatakan pujian merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan menyatakan pujian. 4) Menyatakan Terima Kasih Fungsi tuturan untuk berterima kasih adalah ucapan balas budi setelah menerima kebaikan. Selain itu, tuturan untuk berterima kasih dapat pula digunakan
15 23 sebagai bentuk kesopanan ketika menuturkan penolakan terhadap sesuatu. Contoh kalimat: Terima kasih telah membantuku. Tuturan tersebut merupakan tuturan ekspresif yang mempunyai fungsi untuk berterima kasih,hal ini diungkapkan sebagai ucapan balas budi setelah menerima kebaikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi mengucapkan terima kasih merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan mengucapkan terima kasih. b. Fungsi Menanyakan (Interogatif) Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Dengan kata lain, apabila seorang penutur bermaksud mengetahui jawaban terhadap suatu hal atau suatu keadaan, maka penutur akan bertutur dengan menggunakan kalimat interogatif kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan dilakukan dalam bentuk kalimat interogatif. Ciri utama kalimat interogatif dalam bahasa Indonesia adalah adanya intonasi naik pada akhir kalimat. Kalau ada intonasi: meskipun kalimatnya tidak lengkap, maka kalimat tersebut sudah sah sebagai kalimat interogatif atau tuturan yang mengemban fungsi menanyakan. Semua tuturan yang berfungsi menanyakan (interogatif) menghendaki adanya jawaban, terutama jawaban lisan; meskipun ada kemungkinan jawaban dilakukan dalam bentuk tindakan. Dilihat dari jawaban yang dikehendaki atau yang diberikan lawan tutur, dibedakan tuturan dengan fungsi menanyakan (interogatif) yaitu: 1) Menanyakan Meminta Pengakuan Kalimat interogatif merupakan kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan yang
16 24 meminta pengakuan atau jawaban ya atau tidak, atau ya atau bukan dari seorang penutur kepada lawan tutur dilakukan dalam bentuk kalimat interogatif. Dengan kata lain, kalimat interogatif mempergunakan kata tanya yang jenis dan macamnya ditentukan berdasarkan sifat objek yang dimaksudkan dalam kalimat interogatif tersebut. Apabila kalimat interogatif itu dimaksudkan untuk menanyakan orang atau hal yang diorangkan, kata tanya yang digunakan adalah siapa, dari siapa, untuk siapa, atau kepada siapa. Kalimat interogatif yang menanyakan benda, hewan, dan tumbuhan dapat menggunakan kata tanya apa, untuk apa, atau dengan apa. Sedangkan interogatif yang menanyakan tempat dapat menggunakan kata tanya di mana, ke mana, atau dari mana. Untuk menanyakan waktu digunakan kata tanya bila, bilamana, atau kapan, sedangkan untuk menanyakan suatu perbuatan digunakan kata tanya mengapa atau kenapa, dan berapa digunakan untuk menanyakan bilangan. 2) Menanyakan Meminta Alasan Kalimat interogatif meminta alasan merupakan kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi menanyakan yang meminta alasan atau sebab dilakukan dalam kalimat interogatif. Kalimat interogatif yang digunakan untuk menanyakan suatu perbuatan menggunakan kata tanya mengapa atau kenapa. Contoh kalimat: a) Mengapa mantan anggota DPR itu dilaporkan ke Polisi?, b) Bisa Anda jelaskan, mengapa mantan anggota DPR itu dilaporkan ke Polisi?. Dituturkan oleh seorang pimpinan kepada bawahannya. Apabila dibandingkan antara tuturan (a) dengan tuturan (b) pada contoh kalimat tersebut, tampak bahwa tuturan (b) bermakna lebih halus dibandingkan dengan tuturan (a).
17 25 (3) Menanyakan Meminta Pendapat Kalimat interogatif meminta pendapat merupakan kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Tuturan dengan fungsi untuk menanyakan pendapat atau buah pikiran yang diujarkan penutur kepada lawan tutur dilakukan dalam kalimat interogatif. Dalam hal ini, biasanya digunakan kata tanya bagaimana. Contoh kalimat: a) bagaimana kiat Anda untuk membuat rakyat sejahtera?, b) dapatkah Anda jelaskan, bagaimana kiat Anda untuk membuat rakyat sejahtera?. Tuturan-tuturan tersebut dituturkan oleh seorang pewawancara kepada calon pimpinan daerah. Apabila dibandingkan antara tuturan (a) dengan tuturan (b) pada contoh kalimat tersebut, tampak bahwa tuturan (b) bermakna lebih halus dibandingkan dengan tuturan (a). c. Fungsi Menyuruh (Imperatif) Kalimat imperatif mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan suatu sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar, sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu, sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Tuturan dengan fungsi memerintah dilakukan dalam kalimat imperatif. Tuturan dengan fungsi memerintah yang disampaikan oleh penutur kepada lawan tutur dengan harapan agar lawan tutur melaksanakan sesuai isi tuturan tersebut. Contoh: Monik baca!. Tuturan tersebut dituturkan oleh teman Monik pada saat ia menyuruh Monik untuk membaca buku yang baru saja dibelinya dari toko buku. Keduanya adalah teman satu kelas. Dari kalimat yang dituturkan oleh tokoh teman
18 26 dalam tuturan tersebut merupakan fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif imperatif. Tepatnya masuk dalam tindak tutur ilokusi ekspresif memerintah. Rahardi (2008: ) menuliskan kontruksi ujaran imperatif sebagai berikut: (1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah. Misalnya: (a) Rangkai puisi ini! (2) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan. Misalnya: (b) Coba hidupkan mesin mobil itu! (3) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan. Misalnya: (c) Tolong pamitkan, Mbak! (4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan. Misalnya: (d) Mohon tanggapi secepatnya surat ini! (5) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan. Misalnya: (e) Ayo, makan dulu! (6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan. Misalnya: Tolong, malam ini kamu rangkai puisi ini. (7) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif himbauan. Misalnya: (f) Jagalah kebersihan lingkungan! (8) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan. Misalnya: (g) Silakan saudara Monik! (9) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan. Misalnya: (h) Mbak, mari makan!. (10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin. Misalnya: (i) Bolehkah saya merangkai puisi ini. (11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik mengizinkan. Misalnya: (j) Silakan merokok di tempat ini.
19 27 (12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan. Misalnya: (k) Jangan merangkai puisi ini. (13) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan. Misalnya: (l) Harap tenang, ada ujian sekolah. (14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan. Misalnya: (m) Mampus kamu sekarang! (15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran. Misalnya: (n) Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di almari. d. Fungsi Meminta Maaf Tuturan dengan fungsi meminta maaf biasanya dilakukan oleh penutur ataupun lawan tutur karena penutur atau lawan tutur merasa punya kesalahan atau telah dan akan melakukan ketidaknyamanan terhadap mitra tuturnya. Di dalam bahasa Indonesia cuma ada sebuah kata untuk meminta maaf, yaitu kata maaf. Penggunaan kata maaf di dalam tindak tutur meminta maaf biasanya disertai dengan kata (kategori) fatis, seperti ya, dan kata interjeksi, seperti wah dan aduh, serta penggunaan kata sapaan, seperti Bapak dan Ibu. Penggunaan kata fatis ya, digunakan untuk meminta persetujuan atau pendapat lawan tutur, sedangkan penggunaan kata interjeksi aduh dan wah menyiratkan rasa sakit, sedih, sesal, kecewa, dan sebagainya atas perbuatan itu. Contoh berikut menunjukkan penggunaan kata fatis, kata interjeksi, dan sapaan. (1) Maaf ya, saya terlambat. (2) Aduh, maaf Bu, tidak sengaja. (3) Wah, maaf ya, tidak sengaja.
20 28 e. Fungsi Mengeritik Dalam tuturan sehari-hari, mengeritik berarti menyebutkan keburukan, kekurangan, kekeliruan, atau kesalahan seseorang. Tuturan mengeritik bisa mengancam muka negatif lawan tutur kalau dilakukan secara lugas. Oleh karena itu untuk menghindari muka negatif lawan tutur, maka penutur harus menggunakan kalimat yang memberi dampak lebih santun. Contoh kalimat: masakan ini sangat pedas, tidak enak. Tuturan di atas merupakan tuturan yang berfungsi untuk mengeritik. Penutur mengeritik bahwa masakan mitra tutur tidak enak karena pedas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi mengeritik merupakan tuturan yang mengikat penuturnya untuk mengekspresikan sikap psikologis yang dimaksudkan agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi dengan mengeritik. D. Tuturan 1. Pengertian Tuturan Efektif tidaknya penggunaan bahasa bergantung pada pemahaman terhadap makna-makna yang tersirat dalam tuturan. Dari sebuah tuturan, maksud dan tujuannya tidak selalu sama dengan apa yang diharapkan tetapi justru sering berbeda dengan apa yang sebenarnya dituturkan. Dengan kata lain, bahwa dalam bertutur atau berkomunikasi dalam menyampaikan maksud tidak selalu disampaikan secara langsung. Pada dasarnya, tindak tutur yang dihasilkan bergantung pada tujuan atau arah tuturan untuk mencapai tujuan, tindak tutur harus disesuaikan dengan situasi tuturan. Situasi tuturan tersebut merupakan situasi sosial yang aktual karena terjadi dalam lingkungan masyarakat yang luas dan berbeda.
21 29 Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (Leech, 2011:20). Sependapat dengan hal tersebut Rustono (1999: 32) menyimpulkan bahwa tindak ujar merupakan kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan. Sementara itu, Austin (dalam Leech, 2011:280) menyatakan bahwa semua tuturan adalah performantif dalam arti bahwa semua tuturan merupakan sebuah bentuk tindakan dan tidak sekedar mengatakan sesuatu tentang dunia. Tuturan dapat dikatakan sebagai realisasi dari bahasa yang birsifat abstrak. Dalam realisasinya, karena penutur suatu bahasa terdiri dari berbagai kelompok yang heterogen, maka tuturan dari suatu bahasa menjadi tidak seragam. Bahasa (langue) tidak sama dengan tuturan yang oleh Ferdinand de Saussure diberi istilah parole. Bahasa bersifat abstrak, karena tidak dapat diamati secara empiris. Sedangkan tuturan dapat diamati secara empiris, yaitu dengan didengar karena tuturan bersifat konkret. Dari beberapa pengertian tuturan yang disampaikan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa situasi tutur dapat mempengaruhi tercapai tidaknya tujuan tuturan. 2. Aspek-Aspek Situasi Tutur Tuturan adalah suatu ujaran dari seorang penutur terhadap mitra tutur ketika sedang berkomunikasi. Tuturan dalam pragmatik diartikan sebagai produk suatu tindak verbal (bukan tindak verbal itu sendiri) (Leech, 2011:20). Kemudian Sperber dan Wilson (dalam Wijana, 1996:10) menjelaskan bahwa sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya. Dengan demikian, tuturan tidak harus mempunyai makna langsung (eksplisit), namun juga
22 30 mempunyai makna tidak langsung (implisit). Pemaknaan makna langsung dan tidak langsung berkaitan dengan aspek-aspek situasi tutur yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, Leech (dalam Wijana, 1996:10) membagi aspek-aspek situasi tutur atas lima bagian, a) penutur dan lawan tutur, b) konteks tuturan, c) tujuan tuturan, d) tindak tutur sebagai bentuk tindakan, dan e) tuturan sebagai produk tindak verbal, yaitu sebagai berikut. a. Penutur dan Lawan Tutur Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi pragmatis tertentu di dalam proses komunikasi. Sementara itu, lawan tutur adalah orang yang menjadi sasaran atau sekaligus kawan penutur di dalam penuturan. Dalam peristiwa tutur, peran penutur dan lawan tutur dilakukan secara silih berganti. Semula berperan sebagai penutur dalam tahap bertutur selanjutnya dapat menjadi lawan tutur, demikian sebaliknya. Aspek-aspek terkait dengan komponen penutur dan lawan tutur antara lain: usia, latar belakang sosial, ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat keakraban. b. Konteks Tuturan Konteks tuturan dalam tata bahasa mencakup semua aspek fisik atau latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut koteks.sementara itu, konteks latar sosial lazim dinamakan konteks. Di dalam pragmatik, konteks itu berarti semua latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tuturnya.
23 31 Konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam menafsirkan maksud yang ingin dinyatakan oleh penutur. Pragmatik memandang konteks sebagai pengetahuan bersama antara pembicara dengan pendengar dan pengetahuan tersebut mengarah pada interpretasi suatu tuturan. Pengetahuan atau konteks tertentu dapat mengakibatkan manusia mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur yang berbeda-beda. c. Tujuan Tuturan Tujuan tuturan adalah apa yang ingin dicapai penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Komponen ini menjadikan hal yang melatarbelakangi tuturan karena semua tuturan memiliki suatu tujuan. Dalam hal ini bentuk tuturan yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama. Atau sebaliknya, berbagai macam maksud dapat diutarakan dengan tuturan yang sama. Bentuk tuturan pagi, selamat pagi, met pagi dapat digunakan untuk menyatakan maksud yang sama, yakni menyapa lawan tutur yang ditemui pada pagi hari. Selain itu, selamat pagi dengan berbagai variasinya bila diucapkan dengan nada tertentu dan situasi yang berbeda-beda dapat juga digunakan untuk mengejek teman yang datang terlambat, atau siswa yang terlambat masuk kelas dan sebagainya. d. Tindak Tutur Sebagai Bentuk Tindakan atau Aktivitas Gramatika tutur sebagai bentuk tindakan atau kegiatan. Gramatika menangani unsur-unsur kebahasaan sebagai editor yang abstrak, seperti kalimat yang ada dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik dan sebagainya. Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal yang terjadinya dalam situasi tertentu. Dalam
24 32 hubungan ini, pragmatik menangani bahasadalam tingkatannya dibanding dengan tata bahasa. Tindak tutur sebagai bentuk tindakan atau aktivitas adalah bahwa tindak tutur itu merupakan suatu tindakan juga. Tindak tutur sebagai suatu tindakan tidak ubahnya sebagai tindakan mencubit dan menendang. Hanya saja, pada tindakan mencubit dan menendang, bagian tubuh yang berperan berbeda dengan tindak bertutur. Pada tindakan mencubit tanganlah yang berperan, pada tindakan menendang kakilah yang berperan, sedangkan tindakan bertutur alat ucaplah yang berperan. e. Tuturan Sebagai Bentuk Tindak Verbal Tuturan yang digunakan di dalam rangka pragmatik seperti yang dikemukakan dalam kriteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang dihasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh kalimat apakah rambutmu tidak terlalu panjang? dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada perbedaan mendasar antara kalimat (sentence) dengan tuturan (utturance). Tuturan itu merupakan hasil suatu tindakan. Tindakan manusia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu verbal dan tindakan non-verbal. Berbicara atau bertutur adalah tindakan verbal, karena tercipta melalui tindakan verbal. Tindakan verbal adalah tindak mengekspresikan kata-kata atau bahasa. E. Tokoh 1. Pengertian Tokoh Dalam karya sastra, terutama cerita fiksi seperti novel terdapat tokoh yang berfungsi sebagai penggerak jalannya cerita. Menurut Nurgiyantoro (2010: 165) tokoh mengacu pada pelaku cerita, atau orang di dalam cerita. Tanpa adanya tokoh di dalam
25 33 cerita, maka besar kemungkinan alur tidak akan pernah sampai pada bagian klimaks ataupun akhir cerita. Sementera itu Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 165) tokoh adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sependapat dengan hal tersebut Sayuti (2006: 68) mengatakan bahwa seorang tokoh cerita memiliki kehidupan atau berciri hidup dan mempunyai kemiripan dengan kehidupan manusia sesungguhnya (lifelike). Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh merupakan pelaku atau orang dalam sebuah karya fiksi. Tokoh diciptakan oleh pengarang dan dijadikan sebagai perantara untuk menyampaikan nilai-nilai sosial bagi pembaca. Selain itu tokoh merupakan unsur yang sangat penting di dalam karya fiksi, sehingga tokoh yang diciptakan oleh pengarang tidak semata-mata bersifat khayal, tetapi haruslah memiliki relevansi dengan pengalamaan hidup manusia di kehidupan masyarakat atau dapat mencerminkan aktifitas manusia di kehidupan nyata. 2. Macam-Macam Tokoh Dalam membaca sebuah novel, biasanya kita dihadapkan pada sejumlah tokoh yang dihadirkan oleh pengarang didalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan keseluruhan cerita, peranan masing-masing tokoh tersebut tidak sama. Tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus. Menurut Nurgiyantoro (2010: ) tokoh dapat dibedakan
26 34 menjadi beberapa bagian yaitu (1) berdasarkan peran, (2) berdasarkan perwatakan, (3) berdasarkan fungsinya, dan (4) berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan. a. Berdasarkan Peran atau Tingkat Pentingnya Tokoh Pertama, tokoh utama (central) merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam suatu cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2012: 176). Sama halnya dengan Nurgiyantoro, Thobrin (2013: 84) mengatakan bahwa tokoh utama adalah tokoh yang ditampilkan terus menerus, memiliki peran penting dalam cerita, dan mendominasi cerita. Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Artinya, tokoh utama sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik. Kedua, tokoh tambahan (periferal) adalah tokoh yang kehadirannya lebih sedikit dibanding tokoh utama. Kehadirannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung (Nurgiyantoro, 2012: 176). Thobrin pun berpendapat sama dengan Nurgiyantoro bahwa tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya ditampilkan sesekali atau beberapa kali dalam cerita dengan penceritaan yang sangat pendek. Tetapi tokoh ini dapat saja mempengaruhi tokoh utama meskipun kemunculannya tidak intens. Artinya, hanya beberapa kali saja secara langsung ataupun tidak langsung dan hanya tampil menjadi latar belakang cerita.
27 35 b. Berdasarkan Perwatakannya Pertama, tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak tertentu saja (Nurgiyantoro, 2012: 181). Aminuddin (2010: 82) juga berpendapat bahwa simple character ialah pelaku tidak banyak menunjukkan adanya kompleksitas masalah. Pemunculannya hanya dihadapkan pada masalah tertentu, ia memiliki sifat dan tingkah laku yang dapat memberikan efek kejutan bagi pembaca. Sifat dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton, dan biasanya hanya mencerminkan satu watak tertentu. Watak yang telah pasti itulah yang mendapat penekanan dan terus menerus terlihat dalam fiksi yang bersangkutan. Selain itu, tokoh sederhana lebih muda dikenali dan dipahami, lebih familiar dan stereotip. Kedua, tokoh bulat merupakan tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat diformulasikan, namun ia pun dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam atau karakteristik yang beragam (Nurgiyantoro, 2012: 183). Oleh karena itu, perwatakannya pun pada umumnya sulit dideskripsikan secara tepat. Dibandingkan dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih menyerupai kehidupan manusia yang sesungguhnya. Dengan kata lain, tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Jadi, ada perkembangan sikap atau karakter yang terjadi pada tokoh ini. c. Berdasarkan Fungsinya Tokoh Pertama, tokoh protagonis yaitu tokoh yang dikagumi. Tokoh protagonis ini dikenal juga dengan sebutan hero, di mana tokoh ini merupakan pengejawentahan
28 36 norma-norma dan nilai-nilai yang ideal bagi kita (pembaca) (Nurgiyantoro, 2012:178). Sama halnya dengan pendapat Thobrin (2013: 88) bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi. Ia merupakan perwujudan norma, nilai, atau watak ideal yang diinginkan pembaca. Dengan kata lai, tokoh protagonis dapat menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan pembaca, harapan-harapan kita sebagai pembaca. Maka, pembaca sering mengenalinya memiliki kesamaan dengan diri pembaca. Kedua, tokoh antagonis. Menurut Thobrin (2013: 89) tokoh antagonis merupakan tokoh yang berperilaku kurang mengenakan yang digambarkan sebagai sosok yang jahat. Biasanya tokoh antagonis merepresentasikan perbuatan yang tidak mesti dicontoh bagi pembaca,serta menjadi sosok yang yang bertentangan dengan tokoh utama. Tokoh antagonis ini dapat pula sebagai tokoh yang dapat memicu terjadinya konflik di dalam cerita. Dengan kata lain, tokoh antagonis merupakan tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta memiliki watak yang jelek. Tetapi yang perlu diingat ialah bahwa tokoh antagonis belum tentu memiliki watak yang jahat. Terkadang protagonis dan tokoh antagonis sulit dibedakan. Karena tidak jarang tokoh-tokoh yang tak membawakan nilai moral kita atau berdiri di lain pihak justru diberi simpati oleh pembaca. d. Berdasarkan Berkembang atau Tidaknya Perwatakan. Pertama, tokoh statis yaitu tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh ini biasanya memiliki watak dan sikap yang relatif tetap, tidak berkembang sejak awal sampai akhir cerita (Nurgiyantoro, 2012: 188). Tokoh jenis
29 37 ini tampak seperti kurang terlibat dan tidak terpengaruh oleh adanya hubungan antarmanusia. Artinya, ia tetap pada pendiriannya sendiri dalam melakukan aktivitas dalam kehidupan di lingkungannya. Kedua, tokoh berkembang yaitu tokoh cerita yang mengalami perubahan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan (Nurgiyantoro, 2012: 188). Biasanya tokoh ini secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Baik lingkungan sosial, alam, maupun yang lainnya yang kesemuanya itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah lakunya. Sikap dan watak tokoh berkembang, dengan demikian akan mengalami perkembangan dan atau perubahan dari awal, tengah, dan akhir cerita sesuai dengan tuntutan koherensi cerita secara keseluruhan. F. Novel 1. Pengertian Novel Kata novel berasal dari bahasa latin yaitu novellus. Kata novellus dibentuk dari kata novus yang berarti baru. Dikatakan baru karena dikaitkan dengan kenyataan bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang baru muncul setelah adanya cerita-cerita pendek dan roman (Suyitno, 2009: 35). Sementara Redyanto Noor (2010: 27) mengungkapkan bahwa novel adalah cerkan yang panjang, yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur. Pendapat lain juga diungkapkan oleh Sayuti (2006: 11) mengatakan bahwa novel disebut karya fiksi karena peristiwa didalamnya merupakan potret dari realitas di sekitar kehidupan pengarang yang kemudian dikembangkan dan dituangkan melalui medium bahasa dengan imajinasinya. Novel lebih panjang dibandingkan
30 38 dengan cerpen. Maka dari itu di dalam novel dapat mengemukakan sesuatu secara lebih bebas dan kompleks. Sebagai genre fiksi, novel juga memiliki struktur pembangun seperti halnya karya sastra yang lain, struktur tersebut ialah unsur intrinsik dan ekstrinsik yang menempati posisi sangat penting di dalam novel. Di sisi lain, novel menurut Nurgiyantoro (2010: 14) umumnya terdiri dari sejumlah bab yang berisi cerita yang berbeda. Hubungan antarbab, kadang-kadang merupakan hubungan seba akibat,atau hubungan kronologis biasa saja. Bab yang satu merupakan kelanjutan dari bab yang lain. Artinya, jika kita membaca hanya satu bagian saja di dalam sebuah novel secara acak, maka kita tidak akan mendapat cerita yang utuh. Novel sebagai salah satu genre fiksi memiliki jumlah kata yang lebih banyak dibandingkan dengan cerpen. Selain itu, permasalahan yang ada di dalam novel juga lebih kompleks (lebih dari satu persoalan) serta menonjolkan perwatakan dari tokoh-tokohnya secara lebih utuh dibanding dengan cerpen yang biasanya hanya memiliki satu permasalahan saja di dalamnya. Dari beberapa pengertian novel yang disampaikan para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis dalam narasi, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya. 2. Ciri-ciri Novel Novel sebagai bacaan yang banyak digemari semua kalangan, sebab di dalam novel terdapat cerita yang inspiratif, dan dapat menambah wawasan. Berbeda dengan cerpen yang hanya dapat dibaca dalam sekali duduk, novel memilki ciri-ciri cerita
31 39 yang panjang dan dikhususkan menjadi satu buku yang didesain dengan cover yang disesuaikan dengan isinya. Berikut penjelasan singkat mengenai ciri-ciri novel menurut Sayuti (2006: 10-11). a. Novel cenderung bersifat expands meluas. Novel yang baik cenderung menitikberatkan munculnya complexity kompleksitas. b. Novel tidak dapat selesai dibaca dalam sekali duduk, karena panjangnya sebuah novel secara khusus memiliki peluang yang cukup untuk mempermasalahkan karakter tokoh dalam sebuah perjalanan waktu, kronologi. c. Novel juga memungkinkan adanya penyajian secara panjang lebar mengenai tempat (ruang) tertentu. d. Novel umumnya berisi empat puluh lima ribu kata atau lebih. G. Kerangka Berfikir Pada penelitian ini peneliti mengangkat judul fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif pada tuturan tokoh dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Pada penelitian ini, berfokus pada ilmu bahasa yaitu teori pragmatik dan objek analisis adalah tindak tutur dalam novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia sebagai data. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif yang terkandung pada tuturan tokoh dalam novel karya Asma Nadia. Data penelitian ini adalah tuturan yang terdapat pada novel karya Asma Nadia yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif berdasarkan klasifikasinya. Sumber data penelitian ini adalah novel Surga yang Tak Dirindukan 2 karya Asma Nadia. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, tahap yang pertama adalah penyediaan data menggunakan metode simak yaitu dengan membaca tuturan dalam
32 40 novel. Teknik yang digunakan selanjutnya adalah teknik catat, yaitu mencatat tuturan yang mengandung fungsi tindak tutur ilokusi ekspresif agar mempermudah ketika proses menganalisa sesuai permasalahan. Tahap kedua adalah analisis data dengan menggunakan metode padan ortografis dan metode padan pragmatis. Tahap ketiga adalah penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal. Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti. Jadi, secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir (Sugiyono, 2010: 60).
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi
BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI
TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)
TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;
Lebih terperinciBAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan
BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan dengan sesama anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur
Lebih terperinciTUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS
TUTUR PUJIAN GURU DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN DI KELAS Ahmad Fadilahtur Rahman Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Situbondo Email: fadilahtur_rahman@yahoo.com Abstract: This study aimed to describe the form
Lebih terperinciBAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan
1 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN 5.1 Kesimpulan Bahasa merupakan produk budaya yang paling dinamis dalam pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan pemikiran, permintaan, dan perasaan
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun
Lebih terperinciTINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA
TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012
TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciTINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS
TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM DIALOG NASKAH DRAMA NYARIS KARYA N. RIANTIARNO, RELEVANSI PENELITIAN DENGAN PEMBELAJARAN MENDESKRIPSIKAN PERILAKU MANUSIA MELALUI DIALOG NASKAH DRAMA, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Austin membagi tuturan berdasarkan jenisnya menjadi tiga jenis, yaitu tuturan lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Maka
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK
TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut
Lebih terperinciTindak tutur ilokusi novel Surga Yang Tidak Dirindukan karya Asma Nadia (kajian pragmatik)
Linguista, Vol.1, No.1, Juni 2017, hal 6-11 ISSN (print): 2579-8944; ISSN (online): 2579-9037 Avaliable online at: http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/linguista 6 Tindak tutur ilokusi novel Surga Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Berbahasa dalam bentuk berbicara merupakan bagian dari keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.
7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang sangat penting peranannya bagi masyarakat Jawa. Penggunaan Bahasa Jawa di masyarakat semakin beragam dan kreatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pragmatik adalah salah satu bagian dari ilmu linguistik. Pragmatik adalah kajian mengenai arti dalam hubungannya dengan situasi pada saat tuturan diucapkan
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra berupa novel. Novel dibangun melalui beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia nyata
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama
BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah media komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Hal itu berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciTINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah
0 TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk ujaran atau tuturan. Tuturan-tuturan yang digunakan tersebut biasanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi manusia pasti menggunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Bahasa dalam komunikasi itu digunakan manusia dalam bentuk ujaran atau tuturan.
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH
TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan saling terhubung. Berkomunikasi pada umumnya melibatkan dua
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO
ANALISIS TINDAK TUTUR DAN GAYA BAHASA PADA DIALOG-DIALOG NASKAH DRAMA REPUBLIK BAGONG KARYA N. RINATIARNO Ida Hamidah dan Yusuf Maulana Akbar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL HATI SINDEN
ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM NOVEL HATI SINDEN KARYA DWI RAHAYUNINGSIH KAJIAN PRAGMATIK DAN RELEVANSINYA TERHADAP BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA MATERI DRAMA DI SMA Yenita Niken Larasati Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lain, alat yang
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang
II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata
BAB II LANDASAN TEORI Seperti yang telah disebutkan dalam bab pendahuluan bahwa sastra adalah suatu karya seni yang berhubungan dengan ekspresi dan keindahan. Dengan kata lain, kegiatan sastra itu merupakan
Lebih terperinciFUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA
i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Lebih terperinciUNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang
UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang Abstrak: Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan dari dua pertanyaan penelitian dan pembahasan pada pada Bab 4. Bab ini diawali dengan simpulan dan ditutup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)
TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK) RACHMAN Abhyrachman1707@gmail.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur merupakan tindakan yang terjadi dalam setiap proses komunikasi dengan menggunakan bahasa. Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan alat komunikasi sebagai
Lebih terperinci