BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Strategi Anti Fraud Pembiayaan Dalam dunia perbankan pembiayaan atau perkreditan bukanlah bidang yang dapat dihindari oleh bank dan merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar bagi bank. Kunci utama dalam mencegah terjadinya fraud dalam pembiayaan atau perkreditan adalah dengan menerapkan prinsip Know Your Customer dan Know Your Employee. Untuk perkreditan sendiri, peraturan yang dapat dirujuk oleh bank umum untuk menghindari fraud di dalamnya adalah seperti PBI No. 7/3/2005 tentang BMPK dan SK BI No. 27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 perihal PPKPB. Dengan menerapkan ketentuan kedua peraturan tersebut, maka fraud dalam bidang pembiayaan atau perkreditan, khususnya dari pihak luar bank, kemungkinan dapat dicegah sejak dini. Sedangkan untuk fraud pembiayaan atau perkreditan yang melibatkan internal bank, dapat dicegah apabila bank menerapkan strategi anti fraud yang dikeluarkan BI dengan baik dan komperhensif. Dalam hal penerapan strategi anti fraud pembiayaan, ada beberapa tahap yang perlu dilakukan diantaranya : 1. Tahap Preventif (pencegahan) Perusahaan dapat menghindari kecurangan dengan pendekatan preventif atau pencegahan sebelum kecurangan itu terjadi. Pendekatan ini 58
59 memfokuskan bagaimana kondisi di dalam perusahaan agar tidak terjadi kecurangan. Langkah penerapan pencegahannya seperti : a. Melakukan verifikasi langsung terhadap agunan yang diajukan oleh calon nasabah debitur Salah satu bentuk metode yang dilakukan oleh BSM KC Pulau Punjung yaitu metode on the spot checking (OTS) yang mana BSM KC Pulau Punjung melakukan kunjungan langsung ke lokasi yang menjadi agunan nasabah debitur. OTS dimaksudkan untuk mengecek kebenaran data dengan melihat secara fisik agunan nasabah debitur sesuai atau tidak dengan informasi data yang diberikan kepada pihak bank. b. Melakukan survey terhadap identitas calon nasabah debitur Tujuan dilakukannya survey oleh BSM KC Pulau Punjung untuk memastikan kembali informasi yang diberikan calon nasabah sesuaikah dengan kondisi sebenarnya atau tidak, BSM KC Pulau Punjung menggunakan metode trade checking dan pengecekan Sistem Informasi Debitur (SDI), mulai dari tempat tinggal, lokasi usaha. Hal ini dapat dilihat dari riwayat hidup dan riwayat usaha yang diberikan calon nasabah debitur kepada pihak bank kemudian disesuaikan kembali ketika melakukan survey. c. Melakukan pemantauan berkala atas penggunaan pembiayaan oleh debitur, apakah sesuai permohonan atau tidak
60 Misalnya calon nasabah debitur mengajukan permohonan untuk menambah modal usaha dagangannya. Hal ini dapat diihat dari usahanya apakah ada penambahan barang dari usahanya dan seperti apa kondisi usahanya setelah mendapatkan pembiayaan dari BSM KC Pulau Punjung. Tujuan dilakukan pemantauan berkala ini sebenarnya agar BSM KC Pulau Punjung dapat melihat kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya sehingga usahanya berprospek baik, sehingga ketika ada permasalahan dalam usahanya pihak bank dapat mengetahui dan menindaklanjuti hal apa yang harus dilakukan pihak bank. d. Meninjau kembali secara berkala kebijakan internal terkait pembiayaan Tujuan dilakukan peninjauan kembali serta langkah-langkah dalam kebijakan internal mengenai pembiayaan pada BSM KC Pulau Punjung diharapkan dapat membuat potensi-potensi masalah di masa depan dan dapat dideteksi lebih awal atau bahkan dihindari. e. Pengetatan pengawasan dan verifikasi audit internal Salah satu bentuk yang dilakukan BSM KC Pulau Punjung melalui sistem internal yaitu melakukan BI Checking, hal ini dimaksudkan untuk mengecek informasi pembiayaan yang diperoleh debitur sebelumnya beserta kolektibilitasnya. Apakah sebelumnya nasabah debitur pernah melakukan pembiayaan di bank lain dan bagaimana kondisi sebelumnya pernah melakukan pembiayaan macet atau tidak.
61 2. Tahap Deteksi Mendeteksi kecurangan dengan meneliti gejala-gejala kecurangan yang terjadi di dalam perusahaan. Khusus dalam pembiayaan pendeteksian berupa : a. Meningkatnya pembiayaan yang melampaui tanggal jatuh tempo Biasanya hal ini terjadi apabila nasabah perorangan atau perusahaan tidak mampu membayar pembiayaan pada BSM KC Pulau Punjung tepat waktu. Sebenarnya pembiayaan macet tidak menjadi masalah oleh pihak bank jika satu atau dua orang saja yang tidak disiplin dalam membayar angsuran tepat waktu, namun akan jadi permasalahan jika banyaknya nasabah melakukan pembiayaan macet karena berpengaruh terhadap NPF bank tersebut. Dalam hal ini pihak BSM Pulau Punjung dapat melakukan dengan melakukan pendeteksian dengan cara melihat apakah nasabah tersebut memang tidak menyanggupi membayar angsuran atau nasabah telah melakukan angsuran tidak dilakukan pencatatan oleh pihak bank. b. Meningkatnya jumlah pembiayaan yang signifikan meskipun tidak ada rencana pembiayaan dari bank Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pembiayaan diluar target yang direncakan oleh pihak BSM KC Pulau Punjung dalam melakukan pemberian pembiayaan.
62 c. Banyaknya pemberian pembiayaan yang di luar kebiasaan. Pendeteksian ini dapat dilihat dari banyaknya pembiayaan yang diberikan dengan tak terduga oleh pihak BSM KC Pulau Punjung, mulai dari pembiayaan untuk operasional bank maupun pemberian pembiayaan untuk peminjaman calon nasabah debitur. 3. Tahap Investigasi Tahap investigasi ini dilakukan perusahaan dengan menyelidiki proses dari pembuatan laporan keuangan hingga setiap akun dalam laporan apakah menunjukkan nilai yang wajar. Beberapa hal tindakan investigasi dengan melakukan metode di antaranya : a. Metode Red Flag/ tanda peringatan Metode ini dilakukan dengan cara memberikan tanda peringatan pada area tertentu pada BSM KC Pulau Punjung yang bersangkutan telah terdeteksi adanya indikator fraud. Pemberian red flag dapat dilakukan setelah terdapat beberapa indikator seperti : 1) Adanya perubahan gaya hidup karyawan, dapat dilihat dari gajinya berapa, biaya hidupnya berapa kecuali memang berasal dari keluarga kaya. 2) Adanya tekanan finansial yang dihadapi karyawan bank 3) Adanya ketidakwajaran dalam penurunan pendapatan dari BSM KC Pulau Punjung 4) Adanya ketidakwajaran dalam peningkatan biaya yang dikeluarkan BSM KC Pulau Punjung.
63 Metode red flag ini sangat penting bagi BSM KC Pulau Punjung, hal ini dikarenakan ada tidaknya penerapan metode ini dapat menentukan bertahan atau tidaknya BSM KC Pulau Punung di masa depan nanti. b. Metode Whistle Blower Metode whistle blower biasanya diterapkan setelah diketahui oknum-oknum yang dicurigai melakukan fraud, salah satu cara yang dilakukan BSM KC Pulau Punjung membuat oknum yang dicurigai bersedia memberikan informasi terkait fraud yang dilakukan dan siapa saja yang melakukannya. BSM memiliki Sistem Blower dimana siapapun yang melakukan fraud dapat terinput disistem. Dalam satu unit Bank terdapat dua user untuk sistem blower yang mana pada BSM KC Pulau Punjung yang memegang user tersebut Kepala Cabang BSM Pulau Punjung dan Branch operational & Service Manager. Dalam hal ini, apabila salah satu pihak pemegang user melakukan kecurangan maka pihak satu lagi dapat melaporkan hal tersebut begitu juga sebaliknya. 4. Tahap Monitoring/ Pemantauan Namun dalam hal ini dalam periodik tidak bisa ditentukan kapan waktunya tergantung resiko yang dihadapi. Tiap periodik yang berperan dalam memeriksa yaitu internal audit dan BCS (Bisnis Control Staff). Pada tahap pemantauan BSM Pulau Punjung tidak melakukan pemantauan secara periodik atau berkala yang bisa ditentukan kapan waktunya,
64 tergantung resiko yang dihadapi. Dalam hal ini, apabila Bank sudah mulai mengalami pembiayaan macet lumayan banyak misal, pembiayaan bermasalah mengalami kemacetan secara signifikan. Dalam pelaporan harus dilihat terlebih dahulu limitnya. Untuk pembiayaan bermasalah macet diatas 1,5 Milyar maka yang memantau langsung audit dari kantor pusat yang memeriksa. Sedangkan untuk pembiayaan bermasalah di bawah 1,5 Milyar regional bisnis control dari kantor wilayah yang memeriksa dan memantau. 1 Berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Aqquinaldo Prima Indra selaku Branch Manager pada tanggal 22 Februari 2017 memaparkan bahwa BSM KC Pulau Punjung menerapkan beberapa hal untuk mencegah terjadinya fraud pembiayaan diantaranya 2 : 1. Fraunt End Mencakup segala hal mengenai bisnis yang dijalankan oleh BSM KC Pulau Punjung. Dalam kegiatan ini yang berperan dalam menjalankan bisnisnya adalah anggota marketing. Dalam pelaksanaan bisnis tsb setiap kegiatan marketing selalu ada pengawasan agar terhindar dari tindakan fraud. Apabila dalam suatu bisnis, ditemukan hal-hal yang mencurigakan/ tindakan kecurangan maka Area Bisnis Control (ABC) akan memeriksa dan menindak lanjuti kasus ini. Pihak ABC mempunyai kebijakan dimana setiap kegiatan yang dilakukan 1 Firdaus, Branch Operational & Service Manager, wawancara, 16 Februari 2017 2 Aqquinaldo Prima Indra, Branch Manager, wawancara, 22 Februari 2017
65 harus ada pelaporannya setiap hari yang akan diinput disistem oleh Back Office. 2. Midle End Mencakup tentang verification, pencairan dana, operational. Dalam tahap permohonan pembiayaan calon nasabah debitur harus mengikuti tahap berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh pihak bank diantaranya : a. Permohonan Pembiayaan Dalam pemberian pembiayaan, permohonan pembiayaan merupakan tahap pertama sebelum akhirnya pembiayaan diberikan oleh pihak bank. Mulai dari tahapan ini calon nasabah debitur harus menunjukkan itikad baiknya dengan memberikan segala data yang dibutuhkan oleh bank mengenai dirinya dengan jujur. Sebagai contoh, dari unsur 5C saja, unsur yang paling sering dilakukan fraud didalamnya oleh calon nasabah debitur adalah unsur character dan collateral. Fraud tersebut dilakukan dengan cara memberikan datadata yang dibutuhkan bank terkait kedua unsur tersebut dengan tidak jujur agar bank mau menyetujui permohonan pembiayaan yang diajukan. Ketidak jujuran dalam character misalnya dengan memberikan data riwayat hidup serta riwayat usahanya secara berbeda dengan kenyataan. Sedangkan dalam hal collateral calon nasabah debitur me-mark up nilai dari jaminan tersebut sehingga
66 nilai jaminan tersebut melebihi nilai pembiayaan yang dimohonkan. b. Penyelidikan dan Analisis Pembiayaan Setelah seluruh berkas isian dan wawancara awal dengan calon nasabah debitur dilakukan, tahapan kedua yaitu pelaksanaan penyelidikan serta analisis terhadap data-data calon nasabah debitur. Adapun bentuk dari fraud dalam tahap ini biasanya praktik suap yang dilakukan calon nasabah debitur agar analis pembiayaan yang bersangkutan mau meloloskan permohonan pembiayaannya dalam penyelidikan. c. Pemberian Keputusan atas permohonan Pembiayaan Sama halnya dengan tahapan penyelidikan dan analisis pembiayaam yang dimohonkan, dalam tahap ini fraud kemungkinan besar dapat terjadi seperti dilakukannya praktik suap, atau berupa praktik nepotisme yang dilakukan oleh pejabat terkait urusan pemberian pembiayaan dari bank yang bersangkutan. d. Pencairan Fasilitas Pembiayaan yang Dimohonkan Setelah permohonan pembiayaan disetujui, barulah fasilitas pembiayaan yang calon nasabah debitur mohonkan dapat dicairkan. Dalam tahapan ini, fraud dapat dikatakan paling besar kemungkinan dilakukan oleh pihak bank. Dalam pilar yang telah ditetapkan BSM KC Pulau Punjung pada midle end pihak analis
67 merupakan pihak yang paling berperan penting agar fraud pembiayaan tidak terjadi. 3. Back End ( Penagihan) Tahapan pelunasan merupakan tahap terakhir dalam suatu permohonan pembiayaan. Fraud yang dilakukan oleh nasabah debitur, contoh bentuknya keengganan nasabah debitur untuk melunasi pembiayaan yang telah diberikan bank kepadanya meskipun sebenarnya ia dalam keadaan mampu untuk melunasi pembiayaan tersebut. Atau ketika telah tiba tanggal periode pembayaran angsuran pihak nasabah debitur justru menghilang. Hal ini juga perlu diwaspadai agar fraud pembiayaan dapat diminimalisir. Dalam wawancara yang sama dengan Branch Manager KC Pulau Punjung, selain mengikuti anti fraud BI, BSM juga mencegah fraud dengan cara mengikuti ketentuan dalam SKBI PPKPB dan melakukan beberapa tindakan khusus lain yang bertujuan untuk meminimalisir terjadinya fraud dalam pembiayaan. Adapun ketentuan dalam SKBI PPKPB yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Membakukan Kebijakan Pemberian Kredit (KPB) sehingga menjadi pedoman yang jelas dalam pemberian pembiayaan. 2. Menyempurnakan KPB hingga mencakup pengaturan aspekaspek seperti : a. Prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan
68 Pihak bank terlebih dahulu harus memastikan calon nasabah debitur layak atau tidak sebelum akhirnya pembiayaan yang dimohonkan dapat diberikan. b. Organisasi dan manajemen pembiayaan Pelaksanaan aspek ini BSM KC Pulau Punjung memisahkan bagian kerja antara marketing dengan analis yang mana dahulunya pihak marketing juga berperan sebagai analis. Hal ini dilakukan agar fraud pembiayaan dapat diminimalisir. c. Kebijakan persetujuan pembiayaan Untuk aspek ini, bank menerapkan batas pemberian pembiayaan. Jadi setiap unit kerja yang diberikan kewenangan untuk memberikan pembiayaan memiliki batas jumlah tertentu atas pembiayaan yang diberikan. Misal, untuk pembiayaan micro BSM Pulau Punjung hanya membatasi plafond pembiayaan mulai dari Rp. 11.000.000 hingga Rp. 200.000.000. d. Dokumentasi dan administrasi pembiayaan Mengenai dokumentasi dan administrasi atas pembiayaan yang telah diberikan, nantinya seluruh hasil dokumentasi akan diberikan pada kantor wilayah bank BSM yang akan mendokumentasikan dan mengadministrasikan segala pemberian pembiayaan yang telah dilakukan.
69 e. Pengawasan pembiayaan Adapun yang bertindak sebagai pengawas terhadap pelaksanaan operasional pembiayaan adalah komite kebijakan pembiayaan. Jadi komite bertindak sebagai perumus kebijakan sekaligus pengawas. f. Penyelesaian pembiayaan bermasalah Terkait aspek ini, yang akan bertanggung jawab atas sistem pembiayaan adalah komite kredit. Nantinya komite kredit akan mengintruksikan unit kerja terkait untuk mengurus terlebih dahulu masalah pembiayaan tersebut dengan baik dan akhirnya melaksanakan eksekusi atas benda jaminan pembiayaan yang bermasalah tersebut apabila memang diharuskan. Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan bahwa penerapan strategi anti fraud pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri Cabang Pulau Punjung sudah termasuk baik, hal ini dapat dilihat dari adanya pemisahan unit kerja pembiayaan yang awalnya satu karyawan mengerjakan dua pekerjaan sekaligus dan kini telah dipisah yang mana sebelumnya marketing juga berperan sebagai analis. Selain itu dalam melakukan survey dan verifikasi calon nasabah debitur yang melakukan turun ke lokasi bukan hanya anggota marketing maupun analis, disini branch manager juga bikut serta dalam melakukan survey. Pada tahap ini branch manager bertugas mengawasi kegiatan marketing dan analis dalam survey agar terhindarnya adanya kasus suap yang dilakukan
70 nasabah debitur untuk meloloskan permohonan pembiayaannya. Dan setiap anggota marketing dan analis BSM KC Pulau Punjung harus melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan setiap harinya dan langsung terinput pada sistem. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya fraud pembiayaan.