BAB V PENUTUP. diatur berdasarkan ketentuan internal bank bjb yaitu SK Dir Nomor. dengan proses marketing yang dilakukan melalui pola Direct Sales

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PENUTUP. diatur berdasarkan ketentuan internal bank bjb yaitu SK Dir Nomor. dengan proses marketing yang dilakukan melalui pola Direct Sales"

Ratna Darmadi
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Pemberian kredit mikro utama dan KUR di bank bjb Cabang Tangerang diatur berdasarkan ketentuan internal bank bjb yaitu SK Dir Nomor 202/SK/DIR-MK/2012 tentang mikro utama dan SK Dir Nomor 1517/SK/DIR-MK/2010 tentang Standar Operational Prosedur (SOP) Kredit KUR. Alur pemberian kredit mikro utama di bank bjb di mulai dengan proses marketing yang dilakukan melalui pola Direct Sales Agency (DSA) dibantu oleh prosesor yang akan menyaring data marketing dan melalukan kunjungan awal hal ini dilakukan agar terjadi percepatan pertumbuhan portofolio kredit mikro, untuk proses selanjutnya analisa kredit dan penilaian agunan dilakukan oleh pihak bank bjb sampai pada tahap pimpinan kantor cabang pembantu atau pemimpin cabang. Berbeda dengan proses pemberian KUR bahwa proses penyaluran dilakukan langsung oleh staf bank bjb selain itu untuk keputusan kredit sampai pada tingkat pemimpin cabang hal ini dikarena adanya perbedaan plafond kredit dan batasan maksimum kewenangan pemberian kredit. Alur pemberian kredit tersebut dilakukan agar tercipta suatu proses pemberian kredit yang sehat secara kualitas serta sesuai dengan UU No. 10/1998 tentang perubahan UU 98

2 No. 7/1992 tentang perbankan, selain itu perbedaan proses pemberian kredit antara mikro utama dan KUR dimaksudkan agar adanya saling mendukung karena subjek yang dibiayai adalah pelaku UMKM dengan cara debitur yang belum memenuhi kriteria agunan secara bankable dapat diberikan fasilitas KUR dan ketika sudah berhasil dengan bertambahnya asset maka bila debitur tersebut dapat diajukan untuk mendapat fasilitas mikro. 2. Dalam pemberian kredit yang menjadi suatu landasan terdapat dalam Pasal 2 UU No. 10/1998 tentang perbankan yang menyatakan bahwa perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya mengunakan prinsip kehati-hatian hal ini dapat dilihat dalam pemberian kredit di bank bjb dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kewenangan yang diberikan serta juga dilakukan secara bertahap, mulai dari proses analisa yang akan dijadikan dasar untuk pemberian kredit serta rekomendasirekomendasi yang didapat berdasarkan hasil tinjauan dilapangan, keputusan dihasilkan berdasarkan komite kredit yang didalamnya terdapat analis kredit, officer mikro, sampai Pemimpin KCP/Pemimpin Cabang. Keputusan kredit juga berdasarkan besaran kredit yang diberikan, makin besar kredit yang diberikan maka pengambil keputusan naik satu tingkat dari yang seharusnya. Selain itu yang menjadi landasan dalam pemberian kredit dalam Pasal 8 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa bank dalam pemberian kredit harus mempunyai keyakinan berdasarkan analisis untuk kesanggupan debitur 99

3 melunasi utangnya, berdasarkan hal tersebut maka pemberian kredit harus berpedoman pada prinsip kepercayaan bahwa kredit yang disalurkan dapat manfaat bagi debitur sesuai peruntukannya dan yang paling penting bank percaya bahwa debitur dapat melunasi utang beserta bunga dalam waktu yang ditentukan sehingga uang masyarakat yang dipercayakan tersimpan di bank dapat dipertanggung jawabkan, di bank bjb hal tersebut dapat terlihat dari pemberian kredit dilakukan secara tertulis dan sebelumnya dilakukan analisa yang mendalam tentang kemampuan debitur untuk melunasi hutang dan membayar bunga. 3. Mitigasi risiko dilakukan sejak mulainya proses pemberian kredit mikro utama dan KUR hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko yang akan diterima bank kedepan terutama risiko kredit, mengelola risiko kredit harus dilakukan untuk mengurangi kerugian yang akan diterima oleh bank karena terjadinya gagal bayar oleh debitur yang menyebabkan kerugian serta naiknya NPL. Selain itu risiko hukum juga harus dapat dikelola terutama dari segi administrasi kredit yang diberikan jangan sampai kredit yang telah disalurkan tidak terdapat berkas persyaratan yang lengkap, perjanjian kredit yang tidak tertulis, bahkan agunan tidak dilakukan pengikatan sehingga bila terjadi masalah akan dapat menimbulkan resiko hukum bagi pihak bank. Saat ini mitigasi risiko yang dikelola masih harus ditingkatkan tidak hanya dilakukan analisa dengan berpedoman pada prinsip 5C serta prinsip lainya tetapi harus 100

4 disertai dengan pengawasan dari internal control untuk memantau apakah pemberian kredit telah sesuai dengan alur yang ditentukan, seperti pemberian kredit yang berjenjang mulai dari marketing, analisa, bahkan pemimpin cabang dalam mengambil keputusan. Monitoring kredit pun harus dilakukan agar perjalanan kredit yang telah diberikan dapat terpantau sehingga bila ada kredit yang mulai terlambat dalam pembayaran dapat langsung terpantau sehingga risiko gagal bayar akan lebih dahulu diketahui, apabila hal tersebut dapat dilakukan secara bersamaan maka mitigasi risiko yang dilakukan dapat menjadi lebih efektif karena seluruh bagian kerja melaksanakan fungsinya dengan baik. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, Peneliti ingin menyampaikan saran yang idealnya diterapkan dalam proses penyaluran kredit di bank bjb, bukan saransaran yang semakin mendukung pelaksanaan atau realisasi dari permasalahan yang dibahas dalam karya ilmiah ini, yaitu sebagai berikut: 1. Proses pemberian kredit mikro dan KUR harus dilakukan sesuai antara SOP yang telah ditentukan dan pelaksanaannya dilapangan sehingga kredit yang diberikan sesuai dengan aturan dan telah menjalan prinsipprinsip seperti 5C dan 4P dalam melakukan analisa, prinsip one obligor, prinsip consolidation exposure, dan prinsip four eyes, maka kredit yang diberikan dengan berpedoman pada SOP dan prinsip- 101

5 prinsip tersebut akan menghasilkan kredit yang lebih berkualitas. 2. Proses pemberian kredit dibank bjb harus dilakukan dengan baik dan tidak terburu-buru, karena kredit yang diberikan harus baik secara kualitas dan kuantitas yang ditentukan dengan rendahnya angka NPL sehingga kredit tersebut akan memberikan laba bukan kerugian. Karena pemberian kredit pada dasarnya perlandaskan pada Pasal 2, 8 ayat (1), (2) UU No. 10/1998 tentang perbankan yang pada pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa pemberian kredit berpedoman pada prinsip kehati-hatian dan prinsip kepercayaan, dengan menghasilkan kredit yang berkualitas bank dapat memberikan bunga kepada masyarakat yang mempercayakan dananya untuk disimpan bank. 3. Mitigasi risiko tidak hanya dilakukan pada saat proses pemberian kredit dengan diterapkannya prinsip-prinsip 5C, four eye principle one obligor principle, ataupun consolidation exposure, tetapi risiko juga harus dikelola dengan melakukan kebijakan salah satu caranya adalah dengan menggunakan grading model sehingga bank dapat menerapkan pemberikan kebijakan kredit yang sehat dengan menentukan probability default yang memungkinkan bank memastikan portofolio kredit tidak terkonsentarsi pada kredit yang berkualitas buruk. Bank juga hatus melakukan manajeman portofolio kredit agar kredit yang diberikan tidak terkonsentrasi pada salah satu industri atau wilayah geografis tertentu, untuk kredit yang sudah mengalami default bank dapat menugaskan bagian pemulihan kredit untuk menghasilkan 102

6 pemulihan dari kerugian yang diterima oleh bank sebagai bagian dari proses manajemen risiko kredit yang berkualitas tinggi, bagian tersebut di bank bjb dapat dilakukan oleh supervisi kredit dan tim PPK. 103

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpunan dana dari

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpunan dana dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kredit dalam suatu perbankan merupakan suatu hal yang sangat penting dikarenakan bank sebagai lembaga intermediasi yang menghimpunan dana dari masyarakat harus menyalurkannya