4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

Bentuk baku konstruksi pukat tarik lampara dasar

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Bentuk baku konstruksi pukat tarik cantrang

Bentuk baku konstruksi pukat hela arad

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

Bentuk baku konstruksi pukat hela ikan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA SIBOLGA

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALAT PENANGKAPAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

Bentuk baku konstruksi pukat hela ganda udang (double rigger shrimp trawl)

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI JEMBRANA KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 656 TAHUN 2003

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

7 KAPASITAS FASILITAS

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1 Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Karangantu

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI AREA

KEADAAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Sabang Visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

mungkin akan lebih parah bila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Bukan tidak mungkin hal tersebut akan mengakibatkan tekanan yang luar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

Perikanan: Armada & Alat Tangkap

4 KONDISI UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Cantrang Alat tangkap cantrang

Jaring Angkat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Kapal / Perahu

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dana Alokasi Khusus. Tahun Penggunaan Petunjuk Teknis.

rovinsi alam ngka 2011

STRUKTUR ONGKOS USAHA PERIKANAN TAHUN 2014

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

BAB VI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN OLEH NELAYAN KARIMUNJAWADAN NELAYAN JEPARA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi dan Keadaan Umum Kabupaten Tojo Una-una

Transkripsi:

20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang dari Utara ke Selatan mengikuti garis pantai di sebelah timur terdiri dari gunung dan lautan di barat. Wilayah Sibolga seluas 10,77 km 2 atau 1.077 ha yang terdiri dari daratan Sumatera 889,16 ha daratan kepelautan 187,84 ha. Secara geografis kawasan ini terletak diantara 1 0 44 4564 N dan 98 0 46 3164 E dengan batas-batas wilayah: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah; 2) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah; 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah; dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah Iklim di Kota Sibolga cukup panas karena hanya beberapa meter di atas permukaan laut dengan suhu maksimal 32 0 C dan minimum 21,6 0 C. Kota Sibolga terletak di atas permukaan laut 0-150 m, dan kemiringan lereng lahan bervariasi antara 0-2 persen sampai lebih dari 40 persen (Tabel 3). Tabel 3 Kemiringan lereng berdasarkan kawasan di Sibolga Kemiringan lereng (% ) Kawasan 0-2 Kawasan seluas 3,12 kilometer persegi atau 29,10 persen meliputi daratan Sumatera seluas 2,17 kilometer persegi dan kepulauan 0,95 kilometer persegi 2-15 Lahan seluas 0,91 kilometer persegi atau 8,49 persen yang meliputi daratan Sumatera seluas 0,73 kilometer persegi dan kepulauan seluas 0,18 kilometer persegi 15-40 Lahan seluas 0,31 kilometer persegi atau 2,89 persen terdiri dari 0,10 kilometer persegi wilayah daratan Sumatera dan kepulauan 0,21 kilometer persegi >40 Lahan seluas 6,31 kilometer persegi atau 59,51 persen terdiri dari lahan di daratan Sumatera seluas 5,90 kilometer persegi dan kepulauan seluas 0,53 kilometer persegi Sumber: Pemko Sibolga 2008

21 4.2 Kondisi Perikanan Tangkap di Sibolga 4.2.1 Sumberdaya manusia (SDM) nelayan Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (Undang-Undang [UU] Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Menurut DJPT 1997, nelayan diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang lainnya atau tanaman air; 2) Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air; dan 3) Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya, atau tanaman air. Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah nelayan Sibolga sebanyak 6.621 jiwa, dengan tingkat pendidikan relatif rendah atau rata-rata sekolah dasar (SD). Nelayan tersebut tergabung ke dalam beberapa rumah tanggan perikanan (RTP) sebagaimana pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4 Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang ada di kota Sibolga tahun 2006-2010 Jenis RTP Jumlah RTP 2006 2007 2008 2009 2010 Perahu Tampa motor 20 25 11 53 28 Motor Tempel 98 136 68 77 156 Armada Perikanan 0 10 GT 127 117 71 71 71 10 30 GT 106 112 126 126 126 >30 GT 116 67 45 45 45 Jumlah 467 457 321 372 427 Sumber: Dinas Perikanan Sibolga 2011 Kepemilikan unit penangkapan dapat dikelompokan berdasarkan nelayan pemilik dan nelayan buruh. Biaya operasional penangkapan ikan diperoleh dari nelayan pemilik armada penangkapan sedangkan nelayan buruh mendapatkan

22 bagian dari bagi hasil yang telah ditentukan. Selain sebagai nelayan penangkapan ikan, adapun sebagian mata pencaharian masyarakat kota Sibolga adalah sebagai nelayan pengolah ikan sebanyak 125 unit usaha. Unit-unit pengolahan tersebut dapat menampung tenaga kerja sebanyak 625 orang. Pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat nelayan dalam penanganan produksi perikanan masih perlu ditingkatkan agar produk yang dihasilkan nilai dan daya saing yang lebih tinggi (Dinas Perikanan Sibolga 2011). 4.2.2 Armada penangkapan Kapal perikanan adalah kapal, perahu atau alat apung yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan-pelatihan perikanan dan penelitian atau eksplorasi perikanan (Undang-undang [UU] Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Kapal penangkapan ikan dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) Perahu tanpa motor (PTM) yaitu perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak dayung atau layar dan perahu tersebut berukuran sangat kecil. (2) Perahu motor tempel (PMT) yaitu kapal atau perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak mesin atau motor yang dipasang pada saat kapal dioperasikan dan dilepas pada saat selesai dioperasikan. (3) Kapal motor (KM) (Diniah 2008). Tabel 5 Jumlah dan jenis armada penangkapan ikan yang ada di kota Sibolga tercatat mulai tahun 2006-2010 Jenis Armada Jumlah (Unit) 2006 2007 2008 2009 2010 Perahu Tanpa motor 27 27 11 53 28 Motor Tempel 107 136 142 151 221 Armada Perikanan 0 10 GT 127 161 104 69 69 10 30 GT 132 125 149 149 149 >30 GT 215 137 122 122 122 Jumlah 608 586 528 544 579 Sumber : Dinas Perikanan Sibolga 2011

23 Jumlah armada penangkapan di Sibolga terjadi penurunan pada tahun 2006-2008. Armada penangkapan dengan perahu tanpa motor mengalami penurunan dikarenakan semakin jauh lokasi daerah penangkapan yang berpotensi sehingga nelayan beralih ke perahu tempel dan perahu motor dan pada tahun 2009-2010 terjadi peningkatan jumlah kapal tanpa motor. Hal ini disebabkan oleh naiknya harga BBM sehingga nelayan kembali ke kapal tanpa motor. Jumlah armada penangkapan ikan pada tahun 2010 adalah 579 unit sebagaimana tercantum pada Tabel 5. Perikanan Sibolga sebagian besar didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sibolga. PPN Sibolga merupakan prasarana perikanan tangkap milik pemerintah yang diberikan bagi semua penduduk khususnya masyarakat yang bergerak di sektor perikanan. Fasilitas yang ada di pelabuhan ini dibagi menjadi tiga jenis fasilitas yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas pendukung (Tabel 6). Prasarana-prasarana pada Tabel 6 dikelola oleh beberapa unit pelaksana teknis (UPT) dan perusahaan umum (Perum) yang memiliki wewenang langsung didalamnya. Unit pelaksanaan teknis (UPT) di pelabuhan memiliki instansi yang terkait seperti UPT pelabuhan perikanan, satuan kerja pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan, kesehatan pelabuhan, dan polisi air. PPN Sibolga terdapat Perum seperti Pertamina dengan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Perusahaan umum (Perum) adalah perusahan yang dibangun pemerintah untuk membantu menyediakan kebutuhan masyarakat sekitarnya dan tujuannya bukan komersil atau mendapatkan keuntungan.

24 Tabel 6 Fasilitas yang terdapat di PPN Sibolga Jenis Fasilitas Volume Fasilitas Pokok Kolam pelabuhan 2,1 ha Dermaga 247 m Turap beton 382 m Jalan kompleks 21.461 m 2 Tanah 12,4 ha Fasilitas Fungsional Pagar keliling 1.824 m 2 Gedung kantor 440 m 2 Gedung pelelangan ikan 864 m 2 Balai pertemuan nelayan 150 m 2 Gedung pemasaran BBM 159 m 2 Tangki BBM 3 unit Toilet umum 150 m 2 Gedung utility 200 m 2 Pos jaga 20 m 2 Lampu tanda pelabuhan 3 unit Pagar kolam limbah 125 m Gapura pelabuhan 1 unit Gudang ikan olahan 100 m 2 Instalasi air tawar 150 m 2 Instalasi listrik 82.5 KVA Gudang peralatan 200 m 2 Lapangan parker 4.500 m 2 Gorong-gorong 1 unit Drainase 2.575 m Radio SSB 1 unit Fasilitas Pendukung Rumah staf 7 unit Mess operator 150 m 2 Musholla 50 m 2 Sumber : PPN Sibolga 2008 4.2.3 Perkembangan jenis alat tangkap Perkembangan jenis alat tangkap ikan selama tahun 2006-2010 di Sibolga adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 7. Pada tahun 2010 terjadi peningkatan angka jumlah alat tangkap, hal ini disebabkan oleh banyaknya armada yang menambah jenis alat tangkapannya dalam satu unit kapal. Contoh penambahan jenis alat tangkap adalah bubu dan gillnet.

25 Tabel 7 Perkembangan jenis alat tangkap ikan di Sibolga Jenis Alat Tangkap 2006 2007 2008 2009 2010 Pukat Cincin 164 102 105 105 105 Bagan Terapung 96 74 104 104 104 Bagan Tancap 25 25 64 42 42 Rawai Tetap 39 5 1 1 1 Gill Net 125 124 53 53 62 Pukat Ikan 38 30 20 20 20 Pancing Ulur 80 141 168 168 168 Bubu 206 392 340 340 340 Tramel Net 21 26 6 6 6 Serok - 18 37 37 37 Jumlah 794 937 898 876 885 Sumber : Dinas Perikanan Sibolga 2011 4.3 Potensi Sumberdaya Ikan Teri di Sibolga Produksi ikan teri berdasarkan alat tangkap pada tahun 2006-2010 berubah-ubah seperti yang terdapat pada Tabel 8. Tabel 8 Produksi ikan teri di perairan Sibolga pada tahun 2006-2010 Tahun Triwulan Jumalah produksi (ton) Bagan apung Pukat ikan 2006 I 726,22 295,94 II 505,48 275,84 III 561,50 276,97 IV 648,70 289,35 2007 I 740,88 319,02 II 557,26 293,15 III 561,50 301,02 IV 672,26 290,31 2008 I 983,80 440,49 II 819,80 367,70 III 885,40 373,23 IV 655,80 392,78 2009 I 1149,50 540,90 II 1126,50 530,10 III 976,90 459,80 IV 1011,50 476,00 2010 I 535,10 251,80 II 497,70 234,20 III 825,1 262,7 IV 551,10 261,4 Sumber : Dinas Perikanan Sibolga 2011

26 Hasil tangkapan ikan teri yang didaratkan di Perairan Sibolga ditangkap dengan menggunakan alat tangkap bagan apung dan pukat tarik. Jumlah produksi ikan teri selama 5 tahun lebih didominan ditangkap dengan bagan apung. Setiap triwulannya jumlah produksi ikan teri berfluktuasi setiap tahunnya. Pada Tabel 8 terlihat bahwa jumlah produksi ikan teri tertinggi pada triwulan I. 4.4 Unit Penangkapan Ikan Teri di Sibolga Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri sangat beragam, alat tangkap yang digunakan tergantung pada iklim, letak geografis, dan topografi lautan. Alat tangkap yang banyak digunakan adalah bagan, jaring pantai, pukat kantong dan jermal (Hutomo et al. 1987). Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Sibolga untuk menangkap ikan teri adalah bagan apung dan pukat tarik ikan. 4.4.1 Bagan apung Bagan merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikanikan pelagis. Subani dan Barus (1989) mengklasifikasikan bagan ke dalam jaring angkat, pengoperasian bagan biasanya menggunakan lampu yang digunakan untuk memikat ikan agar berada di dalam jaring. Dilihat dalam pengoperasian dan bentuk, bagan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu bagan tancap, bagan rakit dan bagan perahu. Bagan apung di Perairan Sibolga terdiri dari bagian-bagian yang penting seperti rumah bagan, jaring bagan, serok, dan lampu. 1) Rumah bagan terbuat dari bambu dan kayu dan pada bagian belakang rumah bagan terdapat alat pengulung yang berfungsi menurunkan dan menaikkan jaring bagan pada saat penangkapan; 2) Jaring bagan umumnya terbuat dari bahan nilon atau benang katun Jaring tersebut diikat pada bingkai berbentuk bujur sangkar yang terbuat dari bambu atau kayu, tapi kadang juga tanpa diberi bingkai pada bagan perahu; 3) Serok, berfungsi sebagai alat bantu dalam mengambil hasil tangkapan; dan 4) Lampu, ciri khas penangkapan dengan bagan ialah menggunakan lampu (light fishing). Pengoperasian bagan dilakukan pada malam hari, sehingga

27 diperlukan lampu untuk menarik perhatian ikan agar berada di bagian atas jaring. Alat tangkap bagan yang mengunakan kapal dalam pengoperasiannya adalah bagan perahu, sedangkan jenis bagan yang lain misalnya bagan tancap tidak menggunakan kapal. Nelayan bagan tancap hanya menggunakan kapal sebagai alat transportasi menuju bagan dan kembali ke pantai. Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap bagan berjumlah 3-5 orang. 4.4.2 Pukat tarik ikan Pukat tarik ikan (fish net) adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan dengan cara cara menyapu dasar perairan atau menyaring kolom air dan ditarik oleh kapal (Diniah 2008). Pukat tarik ikan yang di operasikan di perairan Sibolga memiliki bentuk yang sama dengan trawl. Alat tangkap ini berbentuk kantong yang terdiri dari dua bagian sayap, badan jaring dan kantong. Bagian-bagian dari pukat tarik ikan adalah: 1) Sayap/kaki jaring adalah bagian jaring terpanjang yang terletak di ujung depan pukat tarik. Sayap jaring terdiri dari sayap atas dan sayap bawah; 2) Badan jaring adalah bagian jaring yang terpendek dan terletak diantara bagian kantong dan bagian sayap jaring; 3) Kantong jaring adalah bagian jaring yang terletak di ujung belakang dari pukat tarik; 4) Palang rentang adalah kelengkapan pukat tarik yang berbentuk batang bambu/kayu atau besi yang dugunakan sebagai alat pembuka mata jaring; 5) Papan rentang adalah kelengkapan pukat tarik yang berbentuk papan empat persegi panjang yang digunakan sebagai alat pembuka mulut jaring; 6) Tali iris bawah adalah tali yang berfungsi untuk menghubungkan kedua sayap jaring bagian bawah melalui mulut jaring bagian bawah; 7) Tali iris atas adalah tali yang berfungsi untuk menggantungkan dan menghubungkan kedua sayap jaring bagian atas, melalui bagian square jaring; dan

28 8) Tali selembar (warp rope) adalah tali yang berfungsi sebagai penghela di belakang kapal yang sedang berjalan dan penarik pukat tarik ke atas geladak kapal. Pukat tarik ikan menggunakan kapal untuk menarik jaring sehingga menyapu kolom perairan. Jumlah kapal yang digunakan biasanya satu sampai dua kapal. Nelayan yang mengoperasikan pukat tarik ikan sebanyak 5-10 orang yang memiliki tugas yang berbeda. 4.5 Metode Pengoperasian 4.5.1 Metode pengoperasian bagan apung Pengoperasian bagan di Sibolga dilakukan dengan cara menurunkan jaring, selanjutnya dengan menyalakan lampu yang telah dipasang di sekitar rumah bagan. Setelah banyak ikan yang berkumpul di permukaan maka lampu dipadamkan, tetapi ada satu lampu yang tetap menyala. Tujuan dari pemadaman lampu adalah agar ikan berkumpul di permukaan air yang masih terkena cahaya lampu. Penurunan jaring oleh nelayan Sibolga dilakukan hingga kedalaman 10-15 m di bawah permukaan air. Pengangkatan jaring pada saat ikan sudah berkumpul banyak di bawah lampu yang masih menyala. Pengangkatan jaring tersebut tidak bergantung pada lamanya waktu, tetapi bergantung pada jumlah ikan yang sudah berkerumun dibawah lampu sehingga waring dinaikkan ke atas dengan bertahap menggunakan troller. Ikan-ikan yang tertangkap kemudian disimpan di keranjang. 4.5.2 Metode pengoperasian pukat tarik ikan Teknik pengoperasian pukat tarik di Sibolga dapat dilakukan dengan penurunan jaring terlebih dahulu. Penurunan jaring dilakukan dari bagian buritan kapal dan kapal bergerak maju dengan bantuan atau perentakan tali selambar. Panjang tali selambar disesuaikan dengan kedalaman perairan. Setelah jaring berada di dasar perairan maka dilakukan penarikan tali selambar pada buritan kapal. Penarikan jaring dilakukan selama 1-3 jam dengan kecepatan hela 2-4 knot. Pengangkatan jaring dilakukan dari buritan kapal atau sisi lambung kapal dengan menarik tali selambar.