BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan perekonomian di Indonesia di nominasi oleh kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang dibandingkan dengan sektor industri. Permodalan menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

PEDOMAN PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN LKM-A TA. 2016

ALOKASI PUPUK UREA UNTUK KOMODITI HORTIKULTURA TAHUN 2015 Satuan: Ton

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis ini berlokasi di Jalan Raya Bukittinggi-

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

PEMBIAYAAN USAHA PERTANIAN: Peran dan Fungsi FP2S Dalam Akselerasi KUR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang membentang dari Sabang sampai Merauke

A. PRODUKSI PADI PALAWIJA 2015 (ASEM 2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REALISASI ANGGARAN APBN PER 31 DESEMBER TAHUN 2012

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian nasional.

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan satu dari. sekian banyak lembaga keuangan yang terbentuk dari program-program

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI. PERKEMBANGAN PUAP DAN MEKANISME KREDIT GAPOKTAN

Identifikasi varietas lokal dan uji adaptasi galur harapan padi sawah preferensi konsumen Sumbar (1 tek varietas)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. secara sosial dan ekonomis. Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut maka dituangkan

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2014 EKSISTENSI INDUSTRI KERIPIK PISANG DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN SIMPANAN POKOK KHUSUS SEBAGAI SALAH SATU SUMBER MODAL DI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS PINCURAN BONJO PAYAKUMBUH SUMATERA BARAT

PENGELOMPOKAN KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA BARAT BERDASARKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS GEROMBOL BERHIERARKI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

Bab Delapan Kesimpulan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian di Indonesia di nominasi oleh kegiatan pertanian. Hal ini di sebabkan Indonesia mempunyai lahan pertanian yang potensial yang bisa dikatakan masih belum terkelola dengan baik. Luasnya lahan pertanian ini memjadikan sebagian besar dari masyarakat berprofesi sebagai petani, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Berbagai usaha dan pembangunan sektor pertanian dilakukan, dari pemberian bantuan lahan pertanian, mengelola lahan pertanian di daerah terpelosok dengan melakukan transmigrasi, pemberian modal usaha tani, dan lain sebagainya. Namun pembangunan sektor pertanian masih mengalami permasalahan yang kompleks. Salah satunya adalah masih kurangnya ketersediaan modal usaha tani yang mudah dan cepat di akses. Meskipun ketersedian modal ini sudah tersedia pada lembaga keuangan komersial, modal tersebut hanya sampai pada para pemilik lahan dan pengusaha pertanian lainnya. Mereka meminjam modal berupa uang pada lembaga keuangan komersial, lalu mereka memberikan pinjaman kepada buruh tani dan petani-petani kecil, dengan bunga yang tinggi. Hal ini terjadi karena modal yang tersedia pada lembaga keuangan komersial tersebut memiliki sistem yang sulit dan bunga yang susah untuk dijangkau oleh para petani

2 kecil dan buruh tani. Sehingga hanya para pemilik lahan dan pengusaha di bidang pertanian saja yang dapat menikmati ketersediaan modal tersebut. Departemen Pertanian pada tahun 2010 menyatakan bahwa ketidak mampuan masyarakat pedesaan tidak dapat mengakses dana dari lembaga formal disebabkan oleh: 1. Keberadaan lembaga keuangan formal di pedesaan masih sangat terbatas, 2. Prosedur dan persyaratan yang diminta oleh lembaga keuangan formal dinilai sulit dan berat. 3. Petani tidak mampu mengakses kredit dengan aturan dan suku bunga seperti yang ditetapkan pada usaha komersial diluar agribisnis. Melihat dari permasalahan yang timbul, kementrian pertanian membuat sebuah program pertanian yang bertujuan untuk membantu para petani dalam mendapatkan modal usaha tani. Program yang dibentuk oleh kementrian pertanian tersebut adalah Program Pengembangan Agribisnis Pedesaan (PUAP) yang dibentuk pada tahun 2008. Kegiatan program ini adalah penyaluran dana sebesar Rp. 100 juta kepada petani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP yang digunakan untuk penguatan modal usaha. Dana yang telah disalurkan sebesar Rp. 5,2 Triliun kepada 52.186 Gapoktan/Desa di 34 Provinsi seluruh Indonesia. Tahun 2016 kementrian Pertanian melakukan moratorium terhadap Program Bantuan Lansung Masyarakat (BLM) PUAP, namun pembinaan terhadap

3 program ini tetap dilakukan baik oleh pusat maupun daerah penerimaan program. 1 Kebijakan kementrian ini bertujuan untuk menanggulangi dan mengawasi pembiayaan pertanian di pedesaan. Program PUAP ini berjalan dari tahun 2008-2015, pembinaan, pemberdayaan dan penguatan kelembagaan dilakukan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang berguna untuk mengembangkan program tersebut. Hasil dari pengembangan PUAP tersebut adalah terbentuknya sebuah lembaga keuangan mikro yang berpatokan pada bidang Agribisnis yang bernama Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A). Persyaratan dari pembentukan LKM-A ini adalah unit pengelolaan kredit mampu berjalan lancar yang terlihat dari bertambahnya total dana BLM PUAP minimal 15 persen (dari Rp. 100 juta menjadi Rp.115 juta), baik dalam bentuk tunai maupun bentuk aset lainnya yang dimiliki Gapoktan. 2 Keberadaan LKM-A ini menjadi salah satu solusi dalam pembiayaan dalam sektor pertanian pedesaaan. Karena LKM-A mempuyai peran strategis dalam penghubung aktivitas perekonomian masyarakat pertanian. LKM-A bukan hanya berperan sebagai penyedia dana, namun juga berperan sebagai penguat kelembagaan petani dalam pengembangan 1 Kementrian pertanian. Direktorat pembiayaan pertanian, pedoman pemberdayaan dan penguatan LKM-A TA.2016, ( Jakarta:Kementrian Pertanian, 2016 ), h. 1 2 Dikutip dalam jurnal Agrin Ade Supriatna Vol.16 No.2. Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) dan Adopsi Teknologi Kentang Pada Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), (Jawa Barat: 2012), h. 102

4 agribisnis yang tidak lepas dari lemahnya akses petani terhadap berbagai sumber daya produktif, yaitu: modal, teknologi, dan informasi pasar. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) berdiri disetiap daerah di seluruh Provinsi di Indonesia. Sama halnya dengan daerah lainnya pengembangan pertanian di Sumatera Barat mempunyai permasalah yang hampir sama, baik itu secara teknis maupun secara non teknis. Beberapa masalah/isu pokok, yang harus dicarikan jalan keluarnya adalah: 1. Penguatan permodalan petani 2. Masalah ketersediaaan benih bermutu dan varietas unggul baru bersifat lokalitas 3. Optimalisasi pemanfaatan lahan 4. Pengembangan komoditas ekspor 5. Peningakatan produktifitas dan kualitas hasil 6. Percepatan adopsi inovasi teknologi 7. Pengembangan pertanian organik 8. Kelembagaan pasar 9. Peningkatan nilai tambah. 3 Sedangkan sistem pelayanan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Kepada anggota LKM-A dapat menentukan sistem pelayanan yang cocok dan sesuai dengan kondisi setempat, antara lain: 3 Nasrul Hosen, Hardiyanto, dan Nurnayetty, Pemberdayaan Gapoktan Mendukung Pengembangan Usaha Perdesaan di Sumatera Barat (Sumatera Barat: 2012), h. 500-501

5 1. Sistem/pola Pelayanan Keuangan Syariah Sistem/pola Pelayanan Keuangan Syariah atau bagi hasil antara LKM-A dengan anggota atau para pihak yang terkait dengan penyimpanan dana atau pembiayaan yang dinyatakan dengan Sistem/pola Syariah, antara lain pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan dengan penyertaan modal (Musyarakah) dan prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntunngan (Murabahah) dan lainnya. 2. Sistem Pelayanan Keuntungan Konvensional Sistem pelayanan Keuangan menggunakan prinsip Konvensional adalah pelayanan pemberian pinjaman/kredit dan penyediaan jasajasa terkait dengan pelayanan kebutuhan anggota dengan menggunakan sistem bunga (Persentase). Penentuan sistem pelayanan keuangan yang dilakukan oleh LKM-A ditentukan melalui musyawarah antara pengurus dengan anggota, tentu dengan memilih sistem mana yang terbaik dan mudah dilaksanakan oleh LKM-A dan dapat dipahami oleh anggota. 4 Jauh sebelum adanya Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Sumatera Barat sudah berdiri beberapa lembaga keuangan pertanian. Lembaga tersebut tersebar di beberapa kabupaten di Sumatera Barat yaitu Kabupaten Pasaman Barat (LKM-A sukma karsa), Agam (Prima tani), dan Dhamasraya (LKM-A dharmastani). LKM-A tersebutlah yang 4 Kementrian pertanian. Direktorat pembiayaan pertanian, Op.cit., h. 13

6 dijadikan sebagai acuan pembelajaran untuk mengembangkan dan mendirikan LKM-A pada daerah Kabupaten di Sumatera Barat lainnya. Melalui masing-masing Gapoktan di daerah-daerah tersebut dilakukan pelatihan dan pengurusan anggotanya untuk penumbuhan dan pembinaan LKM-A Gapoktan PUAP. Khusus untuk mendukung penguatan LKM-A, kementrian pertanian menunjuk dan menempatkan sejumlah tenaga kerja pendamping yaitu penyelia mitra tani (PMT). PMT mempunyai fungsi sebagai pelayanan jasa keuangan merupakan faktor kunci keberhasilan Gapoktan dalam mendorong pengembangan usaha pertanian dan agar manfaatnya dirasakan oleh petani dan mesyarakat di wilayah kerja nagari/kelurahan/desa. Tabel. 1 Jumlah LKM-A Gapoktan Pada Wilayah Sumatera Barat Tahun 2008-2012 dalam (unit) NO Kabupaten / Kota Jumlah Gapoktan Jumlah LKM-A 1 Dhamasraya 66 51 2 Pesisir Selatan 111 79 3 Sijunjung 68 54 4 Agam 88 79 5 Pasaman 41 39 6 Pasaman Barat 64 60 7 Lima Puluh Kota 98 93 8 Solok Selatan 38 36 9 Kabupaten Solok 74 68 10 Padang Pariaman 78 76

7 11 Tanah Datar 71 68 12 Kota Padang 48 34 13 Kota Pariaman 65 55 14 Kota Payakumbuh 33 29 15 Padang Panjang 15 9 16 Kota Solok 9 2 17 Kota Sawah Lunto 14 4 18 Kota Bukittinggi 14 6 Jumlah 995 842 Sumber : Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumbar Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa perkembangan LKMA di Sumatera Barat dari sejak tahun 2008 sampai pada tahun 2012 mengalami respon yang cukup baik dari masyarakat. Hal ini terlihat dari perkembangan awal LKMA yang ada berawal dari 3 buah LKMA di sumatera barat berkembang sampai mencapai 842 LKMA yang tersebar diseluruh kabupaten/kota di Sumatera Barat. Pada seluruh kabupaten yang tercantum diatas, Kabupaten Agam menjadi salah satu kabupaten yang menjadi mencetak LKMA terbanyak yaitu 79 LKMA setelah Kab. Lima Puluh Kota. Salah satu LKMA di Kab. Agam tersebut adalah LKMA prima tani di Kanagarian Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Pada tahun 2005 Kecamatan Baso Kabupaten Agam mempunyai produk unggulan berupa ubi jalar (ketela rambat) yang pada saat itu mencapai 56 ton per hektar. Bukan hanya itu, pada daerah lainnya mempunyai produk unggulan sendiri seperti, Tabek Panjang produk unggulan pisang dan palawija, Padang Tarok produk unggulan padi, Simarasok produk unggulan

8 padi dan kulit manis, Bungo Koto Tuo padi dan palawija. Dan Koto Tinggi khusus ketela rambat, kopi, dan kulit manis. Hal inilah yang menjadi landasan berdirinya LKMA di Kabupaten Agam. Salah satunya tadi adalah prima tani. Dimana LKMA ini berdiri pada tahun 2002 namun setelah empat tahun berjalan pada tahun 2006 telah diresmikan. Pencetus dari berdirinya LKMA ini yang bernama Masril koto. Tujuan dari masril mendirikan LKMA ini adalah untuk mempermudah para petani-petani di daerahnya untuk mendapatkan akses modal. Sehingga mempermudah para petani tersebut untuk menambahkan modal dalam usaha tani mereka. Setelah beberapa tahun berjalan LKMA prima tani tersebut sudah menjadi salah satu pencetus berdirinya beberapa LKMA di daerah lainnya di Sumatera Barat. LKM-A berfungsi sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat tani sehingga LKM-A Prima tani secara fungsi dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Fungsi Bisnis Melakukan kegiatan pengembangan usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil antara lain dengan menolong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

9 2. Fungsi sosial Menggalang dana-dana sosial yang ada di masyarakat untuk kemudian disalurkan kepada yang berhak menerima terutama sekali dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pemberiaan pembiayaan, modal, pelatihan, pengembangan usaha kepada masyarakat, pihak lembaga keuangan mikro agribisnis ini mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Beraklak jujur dam amanah. b. Peminjaman adalah perorangan anggota LKMA, di utamakan yang sudah menjadi petani anggota. c. Setiap peminjaman harus mempunyai usaha yang jelas. d. Setiap peminjaman harus lunas simpanan pokok dan simapanan wajib. e. Peminjam adalah termasuk kepada masyarakat yang kurang mampu. Selain itu pendampingan bagi pengurus atau pengelola LKM-A, Pemerintah pusat melaksanakannya melalui tenaga Penyelia Mitra Tani (PMT) dengan melakukan kontrak kerja pendampingan yang dilaksanakan di titik beratkan pada substansi: 1. Aspek Manajemen Keuangan Pengelolaan manajemen keuangan harus dilakukan dengan baik dan transparan, khususya bagi pengelola (Manager) LKM-A harus

10 propesional. Sehingga mampu meningkatkan kinerja LKM-A yang mereka pimpin serta mampu meningkatkan partisipasi anggota serta membangun kerja sama yang sinergis mulai dari tahap perencanaan, Pelaksanaan dan evaluasi sehingga resiko usaha dapat di nimalisir. 2. Aspek Teknis Lembaga Untuk membangun pola dan budaya kerja LKM-A yang standar. Untuk itu diperlukan proses magang pada LKM yang sudah berhasil. Dari peranan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Mikro Agibisnis diharapkan dapat meningkatkan pendapatan anggota, melalui pengelolaan dana terhadap usaha yang dilakukan. Mencermati fenomena diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap bagaimana perananan LKM-A Gapoktan Tabek Panjang, Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Hal ini akan penulis tuangkan dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul : Peranan Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) Prima Tani,Terhadap Petani Ketela Rambat di Kanagarian Tabek Panjang, Jorong Koto Malintang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah peneliti adalah:

11 Bagaimana Peranan Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Prima Tani Terhadap Petani Ketela Rambat di Kec. Baso C. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan sebagaimana disebutkan diatas, maka diperlukan pembatasan masalah. Hal ini di maksudkan agar penelitian menjadi lebih terarah. Oleh karena itu penelitian ini dibatasi pada masalah Peranan Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro terhadap Petani Ketela Rmbat, yang ada pada Kelompok Tani di Kanagarian Tabek Panjang Koto Malintang Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Karena masih terbatasnya akses Pembiayaan terhadap Petani Ketela Rambat. Berdasarkan pada pembatasan yang telah peneliti kemukakan diatas, maka selanjutnya akan peneliti kemukakan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Peranan Pembiayaan LKM-A Prima Tani, Terhadap Petani Ketela Rambat di Kanagarian Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam?

12 D. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentang : 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Pembiayaan LKM-A Prima Tani, di Kanagarian Tabek Panjang, Kecamatan Baso, Kabupaten Agam, Terhadap Petani Ketela Rambat di Kec. Baso? 2. Untuk mengetahui bagaimana tumbuh dan berkembangnya LKM-A Prima Tani, di Kanagarian Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam? E. Manfaat Penelitian Ada beberapa mamfaat dari penelitian: 1. Manfaat Akademis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan kajian berkenaan dengan lembaga keuangan mikro agribisnis di pedesaan. b. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai tambahan bahan kajian bagi para akademika dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. c. Untuk melengkapi salah satu persyaratan guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang. 2. Manfa at Praktis

13 a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi pemerintahan dan kementrian pertanian terkait dengan kebijakan yang diambil berkenaan dalam pemberdayaan LKM-A di pedesaan, baik itu dalam mendapatkan modal dan memberantas kemiskinan b. Dalam rangka pengembangan serta pembinaan disiplin ilmu ekonomi islam yang penulis miliki. F. Penjelasan Judul 1. Peranan Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa 5 2. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Lembaga Keuangan Mikro adalah upaya penyediaan jasa keuangan, terutama simpanan dan kredit, dan juga jasa keuangan lain yang diperuntukkan bagi keluarga miskin dan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki akses terhadap bank komersial. 6 3. Pertanian Suatu kegiatan manusia dalam memamfaatkan sumber daya hayati untuk dapat menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri untuk mengelola lingkungan. 7 4. Tabek Panjang/Koto Malintang 5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ke-3), (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 854 6 Lincolin Arsyad, lembaga keuangan mikro institusi, kinerja, dan sustanabilitas, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2008), h. 41 7 Siswono Yudo Husodo, Pertanian Mandiri (Pandangan Strategis Para Pakar untuk Kemajuan Pertanian Indonesia), (Jakarta: Penebar Swdaya, 2004), h. 23

14 Salah satu daerah yang terletak di Kecamatan Baso, Kabubaten Agam Provinsi Sumatera Barat. G. Sistematika Penulisan Agar lebih jelas dan memudahkan dalam proses penelitian, penulis akan menyusun sistematika penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut: Bab pertama, merupakan Pendahuluan, yang memuat latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, serta sistematika penulisan. Bab kedua, merupakan landasan teoritis, yang terkandung di dalamnya tentang pengertian lembaga keuangan mikro (LKM), agribisnis, prinsip dan strategi pengembangan agribisnis, pembiayaan, program pengembangan usaha agribisnis pedesaan (PUAP), lembaga keuangan mikro agribisnis (LKM-A), landasan teori pembiayaan/permodalan usahatani. penelitian relevan, kerangka berfikir. Bab ketiga, metode penelitian menjelaskan tentang jenis dan metode penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan keabsahan data. Bab keempat, merupakan hasil penelitian dan pembahasan, meliputi; Bagaimana Peranan Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) Terhadap Petani Ketela Rambat, Kelompok Tani (Gapoktan) di Kanagarian Tabek Panjang, Jorong Koto Malintang Kecamatan Baso. Bab kelima, merupakan penutup, meliputi kesimpulan dan saran.