I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN PERDAGANGAN BEBERAPA KOMODITAS HASIL HUTAN BUKAN KAYU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Pembangunan Kehutanan

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi salah satunya fungsi ekonomi. Fungsi hutan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA SEMINAR DAN PAMERAN HASIL PENELITIAN DI MANADO. Manado, Oktober 2012

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I. PENDAHULUAN I. 1. Perumusan Masalah

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. 6.1 Kesimpulan. sektor kehutanan yang relatif besar. Simulasi model menunjukkan bahwa perubahan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. menonjol terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada periode

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan dari sumberdaya hutan dapat berupa manfaat ekologi dan manfaat ekonomi. Manfaat ekologi yang dimaksud mencakup tingkat lokal, regional maupun global, sedangkan manfaat ekonomi sumberdaya hutan dapat diperoleh dari produksi hasil hutan sebagai salah satu sumber devisa negara, pengembangan wilayah, penyerapan tenaga kerja serta sebagai sumber penghasilan masyarakat sekitar hutan. Salah satu manfaat ekologi yang yang dimiliki hutan dan berpotensi untuk menambah devisa negara adalah sebagai penyerap emisi karbon. Kemampuan hutan ini bermanfaat dalam menanggulangi masalah perubahan iklim yang tengah terjadi saat ini. Perdagangan karbon (carbon trade) merupakan mekanisme pasar yang diperuntukkan untuk menanggulangi pemanasan global, dimana salah satu unsur penyebab terbesar pemanasan global adalah emisi gas karbon dioksida (CO 2 ). Mekanisme ini merupakan salah satu kesepakatan yang dihasilkan pada KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro melalui Protokol Kyoto untuk mengurangi emisi pencemaran udara (gas rumah kaca). Indonesia merupakan salah satu Negara yang telah meratifikasi kebijakan yang terkandung dalam protocol Kyoto. Salah satu pengaruh langsung yang terjadi yaitu pada penurunan total volume ekspor komoditas hasil hutan kayu. Ilustrasi mengenai kecenderungan total volume ekspor hasil hutan kayu dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu 1

Luasan daratan kawasan hutan dan perairan Indonesia berdasarkan keputusan menteri kehutanan tentang penunjukkan kawasan hutan dan perairan serta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) dalam Statistik Kehutanan (2006) adalah seluas 137.090.468,18 ha, termasuk 3.395.783 ha kawasan perairan didalam kawasan suaka alam dan pelestarian alam. Kawasan hutan tersebut terdiri dari kawasan hutan lindung seluas 31,60 juta ha, hutan produksi terbatas seluas 22,50 juta ha, hutan produksi tetap seluas 36,65 juta ha, hutan produksi yang dapat dikonservasi seluas 22,79 juta ha dan hutan dengan fungsi khusus seluas 0,23_juta ha. Dengan luasan tersebut, sumberdaya hutan Indonesia memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan negara. Pemanfaatan potensi sumberdaya hutan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu dan jasa lingkungan. Pemanfaatan hutan alam di Indonesia yang telah dilakukan selama dua setengah dasarwarsa terakhir masih bertumpu pada hasil hutan berupa kayu. Dari komoditas kayu tersebut, pemerintah dan masyarakat telah memperoleh manfaat yang besar baik secara ekonomi maupun sosial. Sementara itu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang biasanya disebut non-timber forest products atau minor forest products, belum dapat diusahakan secara optimal. Hastoeti (2008) menyatakan bahwa Indonesia memiliki keanekaragam hayati yang luar biasa, terbesar ketiga setelah Brazilia dan Zaire. Di indonesia tumbuh sekitar 30.000 40.000 jenis tumbuhan yang menyebar di seluruh hutanhutan kepulauan Indonesia. Diantara ribuan jenis tumbuhan yang tumbuh di Indonesia, sebagian diantaranya merupakan penghasil Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang memiliki nilai jual yang cukup potensial, dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan masyarakat lokal dan sebagai sumber devisa negara. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati (nabati dan hewani) beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Yusliansyah dan Kholik (2006) menyatakan bahwa, keunggulan pengusahaan HHBK dibandingkan dengan kayu antara lain pemanenannya tidak merusak hutan atau ekosistem, dapat diusahakan dengan teknologi yang sederhana, tidak memerlukan modal yang besar, ketersediaannya 2

dapat dijaga dan untuk beberapa jenis HHBK nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kayu. Sebagian jenis komoditas HHBK yang memiliki nilai jual tinggi, telah dipasarkan ke luar negeri dalam beragam bentuk. Pemilihan jenis variasi produk yang akan diekspor ke berbagai negara tujuan ditentukan dengan beberapa pertimbangan, seperti peningkatan nilai tambah dengan pengolahan lebih lanjut, keterbatasan keterampilan dari pihak produsen dan permintaan konsumen luar negeri. Kecenderungan nilai ekspor selama enam tahun terakhir berdasarkan komoditas HHBK pilihan tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Kecenderungan Nilai Ekspor Komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia Tahun 2001-2006 Nilai Ekspor (US$) No Uraian 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Meubel rotan 256.948.021 270.933.516 292.040.098 335.021.351 354.584.802 344.808.970 2 Sirlak,Damar 1.866.317 1.508.696 2.057.142 2.524.467 4.667.529 7.692.080 3 Gambir 18.040.735 15.731.464 9.689.247 20.492.980 22.669.944 22.234.897 4 Terpentin 1.625.571 2.555.658 2.277.210 4.024.094 3.141.975 7.376.042 5 6 7 Anyaman rotan Rotan setengah jadi Arang kayu tempurung kelapa 64.254.088 57.418.857 48.765.214 37.455.605 29.357.688 25.657.782 13.844.480 13.692.736 20.588.536 23.050.888 16.513.932 21.105.707 6.224.699 4.641.210 5.504.771 2.748.127 607.097 120.636 8 Minyak atsiri 72.562.385 71.003.920 66.407.001 78.591.712 103.689.542 109.393.578 9 Bambu 1.231.506 1.067.645 1.885.934 2.183.483 1.844.370 3.008.922 10 Gabus 1.320.276 610.628 305.839 170.117 182.949 7.711 Sumber : Departemen Kehutanan (2008), diolah Berdasarkan data yang terdapat dalam Tabel 1, dapat dilihat lima komoditas HHBK yang memiliki nilai ekspor terbesar secara berturut-turut adalah meubel rotan, rotan setengah jadi, gambir, anyaman rotan dan minyak atsiri. Kecenderungan ekspor memperlihatkan nilai ekspor yang berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun sebagian diantaranya memiliki kecenderungan nilai dan volume ekspor yang meningkat. Beberapa komoditas HHBK yang telah dipasarkan ke berbagai negara tujuan ekspor ini ada yang telah dikenal dengan baik oleh konsumen luar negeri, seperti komoditas rotan, gambir dan berbagai macam komoditas minyak atsiri. 3

National Chemical Laboratory India (2001) menyatakan, terdapat 3000 jenis tumbuhan yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Indonesia sendiri memiliki 40 jenis minyak atsiri (sekitar 11 jenis telah dikembangkan), sedangkan di dunia sekarang ini beredar sekitar 70 jenis minyak atsiri. Manfaat strategis dalam pengembangan minyak atsiri diantaranya adalah minyak atsiri merupakan usaha yang bersifat padat karya sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan, dapat meningkatkan peluang usaha dan peningkatan pendapatan masyarakat, meningkatkan devisa negara dari ekspor produk minyak atsiri dan pengembangan potensi unggulan daerah mengingat potensi minyak atsiri ini tersebar di berbagai daerah dengan jenis minyak atsiri tertentu bahkan bersifat spesifik. Potensi lain yang tidak kalah penting adalah rotan. Indonesia memiliki 332 jenis rotan dengan jumlah spesies terpenting sebanyak 290 spesies dari 1500_spesies rotan. Rotan di Indonesia tumbuh hampir di semua pulau yang masih berhutan dan di areal perkebunan rakyat. Daerah yang terpenting adalah Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Beragamnya komoditas HHBK yang berpeluang untuk menghasilkan manfaat (baik secara ekonomi maupun sosial), memerlukan adanya perhatian lebih dalam hal aspek perdagangan agar dapat lebih meningkatkan beragam manfaat dan nilai tambah yang dapat diperoleh. I.2. Perumusan Masalah Peranan sektor kehutanan sebagai salah satu penyumbang devisa negara, ternyata tidak diimbangi dengan keberlanjutan manfaat yang dihasilkannya. Hal ini dapat dilihat dari semakin tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan yang terjadi selama kurun waktu yang cukup lama. Menurut data statistik Departemen Kehutanan (2006), jumlah deforestasi yang terjadi selama kurun waktu lima tahun terakhir adalah sebesar 5.447.800 ha, dengan laju rata-rata sebesar 1,089 juta ha pertahunnya. Ilustrasi mengenai kecenderungan laju deforestasi di Indonesia pada tahun pengamatan 2000 2005 dapat dilihat pada gambar berikut 4

Hektar 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2003-2004 2004-2005 Tahun Gambar 2. Laju Deforestasi di Indonesia Tahun 2000 2005 Sumber : Statistika Departemen Kehutanan (2006), diolah. Dengan semakin kritisnya kondisi hutan tropis Indonesia, disertai dengan desakan dari dunia internasional untuk melakukan upaya konservasi terhadap kawasan hutan tropis yang ada serta adanya reformasi paradigma sistem pengelolaan di bidang kehutanan, menuntut agar pengelolaan hutan yang dilakukan memperhatikan kaidah keberlanjutan atau kelestarian hasil atau yang biasa dikenal dengan sistem pengelolaan hutan secara lestari (Sustainable Forest Management). Reformasi sistem pengelolaan hutan yang terjadi, merubah sistem pengelolaan hutan yang semula bertumpu atau memfokuskan pada hasil hutan berupa kayu (Timber Based Management) dan negara (State Based Forest Management) menjadi pengelolaan hutan yang berazaskan pada sumberdaya hutan yang berkelanjutan (Resources Based Management) dan berbasis masyarakat (Community Based Management). Implikasi dari perubahan paradigma tersebut menyebabkan fokus pembangunan kehutanan tidak lagi tertuju pada pemanfaatan hasil hutan berupa kayu, melainkan pada pemanfaatan hasil hutan lainnya yang dapat meningkatkan nilai guna dan manfaat (multiplier effect) dari hutan tersebut, termasuk hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pengembangan pengusahaan HHBK selain diharapkan dapat mencegah kerusakan hutan (deforestasi) dan pencurian kayu (illegal logging) juga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berdomisili di sekitar hutan. Sebagian jenis komoditas HHBK unggulan yang memiliki nilai jual tinggi telah dipasarkan ke luar negeri dalam beragam bentuk, akan tetapi aliran 5

perdagangan (permintaan ekspor) dari komoditas ini memiliki kecenderungan yang berfluktuasi. Ilustrasi kecenderungan aliran perdagangan beberapa komoditas utama hasil hutan bukan kayu Indonesia, disajikan pada gambar berikut. Gambar 3. Kecenderungan Aliran Perdagangan Lima Komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu Indonesia Tahun 2001-2006 Hastoeti (2008) menyatakan bahwa harga HHBK komoditi ekspor biasanya ditentukan oleh para buyer di luar negeri, karenanya para eksportir sebaiknya dapat mengetahui dan mampu memasarkan produk ke negara yang menerima nilai tinggi. Agar dapat mengantisipasi permintaan ekspor yang cenderung mengalami fluktuasi dan dapat meningkatkan volume dan nilai ekspor komoditas HHBK secara optimal, maka perlu adanya kajian yang mengamati dan menganalisis mengenai aliran perdagangan komoditas HHBK dari negara Indonesia menuju berbagai negara tujuan yang memiliki keragaman karakteristik. Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah penelitian ini dapat disederhanakan, sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kecenderungan volume ekspor HHBK Indonesia? 2. Faktor-Faktor apa sajakah yang mempengaruhi volume ekspor komoditas HHBK Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah : 1. Mendeskripsikan kecenderungan volume ekspor beberapa komoditas HHBK Indonesia. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan beberapa komoditas HHBK Indonesia. 6

1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang memiliki minat dalam pengelolaan dan pengembangan potensi sumberdaya hutan tropis Indonesia, khususnya komoditas hasil hutan bukan kayu. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Melihat beragamnya jenis komoditas HHBK yang termasuk kategori ekspor, keterbatasan data dan waktu penelitian, maka fokus penelitian ini diarahkan untuk mengamati kecenderungan aliran perdagangan yang terjadi pada periode tahun 2001-2006 dengan beberapa jenis komoditas HHBK yang memiliki volume dan nilai ekspor terbesar pada tahun 2006, yaitu : meubel rotan, rotan setengah jadi, anyaman rotan, gambir dan minyak atsiri. Variabel penelitian yang diamati meliputi harga ekspor, produk domestik bruto, nilai tukar, populasi dan jarak ekonomi. 7