BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Tujuan utama dari usaha peternakan sapi potong (beef cattle) adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang


BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Lembaga dan Saluran Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

IV. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan RPHU Rawa Kepiting berbentuk kompleks dengan beberapa

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

IV. METODOLOGI PENELITIAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN KARANG ANYAR: MEMBANDINGKAN ANTARA POLA KEMITRAAN DAN POLA MANDIRI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam buras merupakan keturunan ayam hutan (Gallus - gallus) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III MATERI DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kerangka Teoritis Kelayakan Usahatani

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

[Pemanenan Ternak Unggas]

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

I Peternakan Ayam Broiler

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. Pengertian pasar telah banyak didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi. Pasar

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

II TINJAUAN PUSTAKA Itik Itik merupakan ternak yang termasuk ke dalam komoditas unggas dan sudah

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

Profil Pasar Daging Ayam Potong di Pasar Angso Duo Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

ANALISIS PEMASARAN SAPI POTONG DI PROPINSI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang

VI. TATANIAGA SAPI POTONG PT KARIYANA GITA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kerangka Teoritis 2.1.1. Pemasaran Pemasaran menarik perhatian yang sangat besar baik oleh perusahaan, lembaga maupun suatu negara. Terjadi pergeseran kebutuhan sifat dari distribusi penjualan menjadi pemasaran. Pemasaran merupakan kegiatan manusia dalam hubungannya dengan pasar. Pemasaran maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Kalau suatu pihak lebih aktif mencari pertukaran dari pihak lain maka pihak pertama adalah pemasar dan pihak kedua adalah calon pembeli. Pemasar mencari suatu tanggapan dari pihak lainnya baik menjual atau memberi sesuatu. Pemasar bisa menjadi pembeli atau penjual. Bila kedua belah pihak sama-sama aktif mencari suatu pertukaran, keduanya dapat disebut pemasar dan situasinya disebut pemasaran timbal balik. Dalam situasi normal pemasar adalah suatu perusahaan yang melayani suatu pasar pemakai ditengah kompetisi. Pengertian pemasaran adalah suatu proses perpindahan barang atau jasa dari tangan produsen ke tangan konsumen. Pemasaran merupakan semua kegiatan usaha yang berkaitan dengan arus penyebaran barang atau jasa dari produsen ke konsumen.

10 Menurut Sofyan Assauri (1987) pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Petani merupakan seorang pengusaha yang mengusahakan usaha taninya agar terus dapat berjalan lancar dan dapat mengikuti keadaan pasar. Petani sebagai pengusaha dapat menentukan penyaluran produknya melalui pedagang pengumpul dan menyalurkan ke pedagang pengecer atau ritel yang seterusnya menjual produk tersebut kepada pemakai atau komsumen. American Marketing Association, mendefenisikan pengertian Pemasaran adalah pelaksanan kegiatan usaha niaga yang diarahkan pada arus aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Walaupun demikian petani dapat pula langsung menjual produknya kepada pedagang pengecer maupun langsung ke konsumen besar dalam keadaan khusus tertentu. Menurut Limbong W. H. P. Sitorus, (1985), tataniaga adalah suatu gugus kegiatan untuk mengalirkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Distribusi merupakan anak gugus dari kegiatan. Tataniaga lebih bersipat dinamis karena mencakup segala aspek yang berhubungan dalam usaha pengaliran barang dari fase produksi sampai ke fase konsumsi. Kegiatan pemasaran suatu komoditi merupakan aktivitas dimana komoditi tersebut mengalir dari produsen hingga konsumen dengan biaya tertentu sehingga tercipta komoditi yang bernilai ekonomis. Hal tersebut didukung oleh sistim pemasaran komoditi yang diperjual belikan dan banyak fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran sehingga tercipta saluran pemasaran yang

11 efisien, yang pada akhirnya akan menjamin kontinuitas dan menentukan harga suatu komoditi kepada konsumen. 2.1.2. Sistim Pemasaran Dalam sistim pemasaran terdapat beberapa faktor yang saling mempengaruhi tergantung satu sama lain yaitu organisasi atau lembaga pemasaran, sesuatu yang dipasarkan, pasar yang dituju, juga faktor lingkungan berupa kondisi perekonomian, sosial, demografi, budaya, kekuatan politik, hukum, teknologi dan persaingan. Sistim pemasaran merupakan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang dan jasa, idea, orang dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi hubungann perusahaan dengan pasarnya. Sistim pemasaran sangat kompleks apalagi bila termasuk fakta resiko dan ketidakpastian. 2.1.3. Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran adalah kegiatan yang dilakukan guna memperlancar proses penyampaian barang atau jasa dari produsen hingga komsumen. Fungsi pemasaran tersebut dikelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Berikut akan diuraikan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh peternak, pedagang pengumpul, Rumah Potong Ayam (RPA), pemotong, pengecer dan pedagang pengecer. Untuk sub fungsi fasilitas yaitu fungsi pembiayaan dari

12 berbagai tingkat lembaga pemasaran akan di bahas dalam analisis margin pemasaran dan pembayarannya. A. Fungsi Pemasaran oleh Peternak Pada peternak sampai dengan konsumen ayam ras pedaging, dalam kegiatan pemasaran melakukan beberapa fungsi pemasaran. Fungsi pemasaran tersebut diantaranya fungsi pembelian, fungsi penjualan, fungsi penyimpanan, fungsi penanggung resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Pembelian merupakan fungsi pemasaran yang dilakukan oleh peternak untuk memperoleh input produksi seperti DOC (day old chicken), pakan, obat-obatan, vaksin, bahan bakar dan sekam. Pada peternak plasma, input produksi peternakan seperti DOC (day old chicken), pakan, obat-obatan dan vaksin diperoleh dari pihak inti yang juga bergerak di industri hulu (breeding dan feed mill). Input produksi tersebut dalam bentuk natura, peternak plasma hanya melakukan pada input produksi seperti bahan bakar dan sekam. Pada peternak non plasma, fungsi pembelian dilakukan pada saat akan melakukan produksi dan tergantung pada harga input produksi. Pembelian sapronak (sarana produksi ternak) dilakukan pada poultry shop dengan sistim tunai. Input produksi yang dibeli di poultry shop biasanya diantarkan sampai kandang ternak, tanpa ada biaya tambahan. Penjualan pada inti dan peternak non plasma rata-rata dilakukan setelah ayam ras pedaging berumur 35 hari dengan bobot rata-rata 1,50 Kg. Hasil wawancara dengan pihak inti masa panen berkisar anatara satu hingga empat hari.

13 Sistim pembayaran pada inti, dilakukan tunai. Pembayaran secara kredit, biasanya dilakukan pada pelanggan atau lembaga yang sudah mendapat kepercayaan dari pihak inti dan paling lambat pembayarannya dilakukan satu minggu. Pada peternak non plasma, pembayaran penjualan ayam yang biasanya dilakukan tunai. Hal tersebut karena umumnya pembeli melakukan pembelian dalam jumlah yang sedikit. Pada awal panen hingga ayam ras pedaging habis terjual, pihak inti dan peternak non plasma umumnya melakukan fungsi penyimpanan. Fungsi penyimpanan tersebut karena komoditi yang dijual berupa ayam hidup, sehingga dibutuhkan pakan tambahan untuk mengurangi resiko kematian. Fungsi informasi pasar adalah fungsi yang meliputi pengumpul informasi pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut. Berdasarkan wawancara maupun peternak non plasma, informasi pasar yang sangat berguna adalah informasi harga. Informasi tersebut berkaitan dengan waktu panen serta pengisian kandang. Pada petani inti maupun peternak non plasma, saat panen mereka biasanya memberikan informasi harga dan volume produksi pada pelanggan. Informasi penjualan ayan ras pedaging yang diperlukan antara lain adalah informasi tentang perkembangan harga jual ayam ras pedaging, pasar lokasi, jumlah dan kualitas, serta waktu yang tepat memasarkan ayam ras pedaging tersebut. Hal tersebut dimaksudkan agar pelanggan mengetahui waktu panen yang dilakukan peternak, dengan harga jual yang berlaku di pasar. Pada peternak inti dan peternak non plasma informasi harga baik harga sapronak maupun harga jual ayam ras pedaging, biasanya didapatkan dari sesama peternak, pedagang maupun poultry shop atau informasi yang dikeluarkan pinsar (pusat informasi pasar) dalam bentuk buletin.

14 Pada fungsi penanggung resiko berdasarkan hasil wawancara, inti maupun peternak non plasma tidak menanggung resiko kematian pada ayam hidup yang dijual kepada lembaga pemasaran. Di sini peternak inti dan peternak non plasma mempunyai resiko di dalam perusahaan harga pasar yang negatif, atau biaya produksi yang dikeluarkan lebih besar dibanding dengan harga jual. Sedangkan untuk peternak plasma, harga jual tidak mempengaruhi kegiatan volume produksi selanjutnya. Peternak plasma hanya mendapatkan bonus atau insentif yang diberikan pihak inti yaitu apabila nilai Indeks Prestasi Skore (IPS) minimal 220. B. Fungsi Pemasaran oleh Pedagang Pengumpul Fungsi pembelian ayam ras pedaging dilakukan oleh pedagang pengumpul untuk dijual kembali kepedagang pemotong, sekaligus pengecer. Pada pembelian ayam ras pedaging, pengangkutan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang dilakukan pedagang pengumpul. Fungsi pengangkutan dilakukan untuk mengangkut ayam dari peternak hingga ketempat penampungan ayam. Pembelian baik pada inti maupun peternak non plasma adalah berkisar antara 1.000 hingga 5.000 ekor per hari dengan bobot ayam rata-rata 1,50 Kg. Pengangkutan ayam dilakukan dengan menggunakan mobil bak terbuka dan truk elef yang mampu mengangkut 20 sampai 80 keranjang, tiap keranjang berisi rata-rata 20 ekor dengan bobot 1,40 hingga 1,60 Kg per ekor. Sistim pembayaran peternak plasma pada inti biasanya dilakukan sebelum melakukan pengambilan ayam pada peternak plasma. Pedagang pengumpul menyimpan uang sejumlah tertentu kemudian diberi surat D.O. untuk mengambil ayam di kandang peternak plasma. Sedangkan pada pedagang pengumpul yang

15 membeli pada peternak non plasma, pembayaran biasanya dilakukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pada pedagang pengumpul fungsi penyimpanan yang dilakukan adalah dengan memberikan pakan dan minum pada ayam yang tidak terjual pada hari itu. Namum penyimpanan ini umumnya tidak berlangsung lama, karena biasanya pedagang pengumpul hanya membeli ayam sesuai dengan permintaan pasar. Pada penjualan ayam ras pedaging, pedagang pengumpul biasanya menjual ayam dalam keadaan hidup. Sementara jumlah kematian akibat pengangkutan serta perlakuan fisik menjadi salah satu resiko pedagang pengumpul sebagai pembeli dengan ratarata kematian antara satu hingga tiga persen. Guna menghindari resiko kematian yang tinggi, lembaga ini biasanya melakukan pengangkutan ayam pada pagi atau sore hari serta mengurangi tingkat kepadatan tiap keranjang. Pasar di tingkat pedagang pengumpul adalah pemotong yang sebagian besar juga berperan sebagai pengecer. Pedagang pengumpul menditribusikan ayam di lokasi pemotong dengan sistim pembayaran sesuai dengan volume permintaan. Hasil wawancara, umumnya pedagang pengumpul memberikan tenggang waktu satu hari kepada pemotong pengecer dalam melakukan pembayaran. Apabila ayam diantarkan sore atau malam hari, pembayaran akan dilakukan pada sore hari berikutnya. C. Fungsi Pemasaran oleh Pemotong Pengecer Fungsi pembelian yang dilakukan pemotong pengecer bertujuan untuk persediaan. Pemotong pengecer membeli ayam dalam keadaan hidup hingga kemudian di jual kembali dalam bentuk karkas atau daging. Pada pembelian ayam

16 ras pedaging hidup, pemotong pengecer biasanya membeli dengan jumlah antara 100 hingga 400 ekor per hari dengan rata-rata 1,50 Kg pembayaran pembelian dilakukan setelah satu hari pengiriman ayam ras pedaging dari pedagang pengumpul. Pada lembaga pemasaran pemotong pengecer, fungsi pengolahan yang dilakukan adalah merubah fisik ayam hidup menjadi karkas. Pada pemotong pengecer produk yang dijual biasanya karkas kosong dan sampingan. Karkas kosong adalah yang telah disembelih dan dikurangi darah, bulu, alat-alat tubuh bagian dalam (jeroan), kepala dan kakinya. Biasanya paru-paru dan ginjal menjadi bagian dari karkas. Sedangkan produk sampingan yaitu produk lain selain karkas, contohnya antara lain adalah produk hati, jantung, ampela, ceker dan usus. Dalam melakukan fungsi pengolahan, biasanya bobot ayam susut antara 10 hingga 11 persen per satu ekor ayam. hal tersebut menjadi salah satu resiko yang diambil oleh pedagang pemotong selain kematian ayam sebelum dipotong untuk dijadikan karkas. Pada penjualan karkas dan sampingan, pemotong pengecer biasanya menjual di kios di pasar tradisional (Pasar Kebon Kampung, Pasar Kecamatan, Pasar Kabupaten dan Pasar Pusat/Sentral) dengan sistim pembayaran tunai. Konsumen pemotong pengecer antara lain adalah industri pengolahan makanan seperti rumah makan, dan konsumen rumah tangga dengan pembelian berkisar antara 1 hingga 15 Kg per hari. Fungsi pengangkutan dilakukan pada saat pemotong pengecer membawa karkas dari tempat pemotong ke pasar. Pengangkutan ada yang dilakukan dengan menggunakan kenderaan bak terbuka atau menyewa angkutan umum dengan biaya tertentu.

17 Fungsi penyimpanan yang dilakukan oleh pemotong pengecer adalah pada saat karkas tidak habis terjual pada saat yang sama. Karkas atau sampingan tersebut di simpan di lemari pendingin atau diberi es agar terlihat segar. Fungsi standarisasi yang dilakukan oleh pemotong pengecer adalah pada saat ayam pada pedagang pengumpul. Dari hasil wawancara dengan pemotong pengecer, mereka biasanya membeli ayam dengan ukuran ayam hidup 1,50 Kg, sehingga bobot daging ayam rata-rata 1,20 Kg. selain itu pemotong pengecer juga memisahkan sampingan dengan harga yang berbeda. Sementara informasi pasar, baik informasi harga beli ayam ras pedaging maupun harga jual daging, biasanya di dapatkan dari semua pedagang. D. Fungsi Pemasaran oleh Rumah Pemotong Ayam (RPA) Rumah pemotongan ayam mendapat suplai ayam ras pedaging langsung dari peternak. Pembelian pada peternak plasma dilakukan dengan menggunakan surat delivery order (D.O.) yang diperoleh dari pihak inti. Pembayaran pada inti dilakukan sebelum RPA melakukan pengambilan ayam dikandang peternak plasma. Volume pembelian ayam pada RPA berkisar antara 400 hingga 500 ekor dengan berat ratarata 1,50 Kg. Pembelian ayam ras pedaging RPA pada peternak non plasma dilakukan tanpa menggunakan surat D.O., dan dilakukan secara tunai atau sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Volume pembelian RPA pada peternak non plasma berkisar antara 350 hngga 400 ekor dengan berat rata-rata 1,50 Kg.. Sistim penjualan yang dilakukan lembaga RPA adalah menjual ayam pada pedagang pengecer dan industri pengolahan makanan dalam bentuk karkas dan

18 diantarkan ke konsumen. Pembayaran penjualan pada pedagang pengecer biasanya dilakukan setelah ayam habis terjual atau sore hari. Sedangkan untuk industri pengolahan makanan, pembayaran biasanya dilakukan secara tunai. Fungsi pengangkutan pada RPA dilakukan pada saat pembelian juga penjualan. Pengangkutan pembelian ayam rata-rata dilakukan berkisar antara 15 hingga 20 keranjang dengan isi tiap keranjang rata-rata 20 ekor, begitupun dengan menggunakan penjualan. Dalam penjualan komoditi yang dijual RPA sudah berbentuk karkas sehingga perlakuan distribusi yang dilakukan berbeda dengan pengangkutan pada saat pembelian ayam pada peternak. Biasanya RPA dalam melakukan penjualan karkas dikemas dalam plastik dengan berat sesuai dengan pesanan konsumen. Karkas dimasukkan dalam wadah (kotak kayu atau ember) yang di isi dengan es yang kemudian diantarkan. Resiko yang ditanggung oleh RPA di dalam melakukan fungsi pemasaran adalah susut ayam dan kematian ayam selama perjalanan. Kematian ayam tersebut salah satunya adalah karena situasi dan kondisi jalan serta suhu panas sehingga membuat ayam stres dan mati. E. Fungsi Pemasaran oleh Pengecer Pedagang pengecer membeli ayam pada RPA dalam bentuk karkas dengan pembelian berkisar antara 10 hingga 80 Kg per hari. Pedagang pengecer tidak melakukan pemotongan, tiap membeli untuk dijual kembali dalam bentuk karkas atau daging segar. Pembayaran pembelian daging pedagang pengecer ke RPA

19 umumnya dilakukan setelah ayam habis terjual atau maksimal dilakukan pada sore hari. Penjualan daging ayam oleh pedagang pengecer dilakukan di kios-kios di pasar tradisional, kaki lima atau grobak dengan berkeliling di perumahan. Pembayaran pedagang pengecer dilakukan dengan tunai, karena umumnya konsumen pedagang pengecer atau rumah tangga. Dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen diperlukan kegiatan-kegiatan yang memperlancar proses penyampaian barang atau jasa yang bersangkutan. Kegiatan tersebut dinamakan sebagai fungsi-fungsi pemasaran. Menurut Limbong dan Sitorus (1987) fungsi-fungsi tersebut dapat kelompokkan menjadi tiga fungsi yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Fungsi pertukaran yaitu kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dari barang dan jasa yang dipasarkan. Fungsi fisik yaitu semua tindakan yang behubungan langsung dengan barang dan jasa sehingga menimbulkan kegunaan tempat bentuk dan waktu. Fungsi ini meliputi penyimpanan, fungsi pengolahan dan fungsi pengangkutan. Fungsi fasilitas yaitu semua tindakan yang berhubungan dengan kegiatan pertukaran yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas terdiri dari fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggung resiko, fungsi pembayaran dan fungsi informasi pasar. Fungsi standarisasi adalah suatu ukuran atau penentuan mutu suatu produk dengan berbagai ukuran, warna, bentuk, kadar air, kematangan, rasa dan kriteria lainnya. Sedangkan grading adalah kegiatan penggolongan suatu produk menurut standarisasi yang diinginkan oleh pembeli.

20 2.14. Lembaga Pemasaran Menurut Mc. Carthy and Perreault (1993) lembaga pemasaran adalah badanbadan yang menyelenggarakan pengaliran dari produsen ke konsmen sehingga terselenggara kegunaan atau fungsi pemasaran. Saluran pemasaran merupakan setiap rangkaian perusahaan atau orang yang ikut serta dalam menyalurkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dalam pemasaran barang atau jasa terlihat badan produsen, lembagalembaga perantara dan konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987) hal tersebut karena jarak antara produsen sering berjauhan dengan konsumen, maka fungsi badan perantara sangat diharapkan kehadirannnya untuk menggerakkan barang atau jasa tersebut dari titik produsen ke titik konsumen. Saluran distribusi untuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen ke konsumen atau pemakai industri. Adapun lembaga-lembaga yang ikut mengambil bagian dalam penyaluran barang tersebut adalah produsen, perantara dan konsumen akhir atau pemakai industri (Swastha B dan Sukotjo. 1979) Penentuan saluran distribusi merupakan salah satu diantara keputusan manajemen yang paling penting dibidang pemasaran, karena : Saluran yang dipilih sangat mempengaruhi beberapa penyalur tunggal atau sejumlah besar pedagang eceran. Saluran yang dipilih melibatkan perusahaan dan ikatan kewajiban yang relatif lama dengan perusahaan lain. Bila penyalur telah menunjuk sebuah

21 perusahaan dagang sebagai penyalur tunggal maka perusahaan produsen tersbut tidak lagi dapat mengangkat penyalur didaerah penjualan yang sama. Sementara Suharno (2000) secara khusus menbagai saluran pemasaran ayam ras pedaging menjadi dua yaitu peternak industri dan peternak rakyat. Peternak industri umumnya memasok ayam untuk konsumsi segmen ke atas, sedangkan peternak rakyat jalur distribusinya bermuara di pasar tradisional. 2.1.5. Biaya dan Margin Pemasaran Sifat dari margin pemasaran adalah : margin pemasaran berbeda antara satu komoditi hasil pertanian dengan komoditi lainnya. Hal tersebut karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari petani hingga pengecer, yang kedua margin pemasaran produk cendrung naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani (famer s share). Alasannya anatara lain, pengolahan dan jasa tataniaga cenderung mempergunakan padat karya (labor intensive), serta bertambah tinggi pendapatan mesyarakat akibat kemajuan pembangunan ekonomi, biasanya konsumen lebih menginginkan kualitas produk yang lebih baik dari pada kuantitasnya, dan yang ketiga margin pemasaran relatif stabil dalam jangka pendek terutama dalam hubungannnya dengan berfluktuasinya harga-harga pruduk hasil pertanian. Stabilnya margin tataniaga ini dalam jangka pendek adalah disebabkan dominannya faktor upah dan tingkat keuntungan yang diambil oleh lembaga tataniaga yang relatif konstan persentasenya dibandingkan dengan berfluktuasinya harga-harga produk hasil pertanian tersebut (Azzaino, 1982).

22 Perbedaan kegiatan pemasaran dari setiap lembaga, akan menyebabkan perbedaan harga jual dari lembaga yang lain sampai ketingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyalurran suatu komoditi dari titik produsen sampai ke titik konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditi tersebut di titik produsen dibandingkan dengan harga yang akan dibayar oleh konsumen. Perbedaan harga komoditi di tingkat produsen dengan tingkat konsumen ini disebut sebagai margin pemasaran (Limbong dan Sitorus,1987) Semakin besar perbedaan harga antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat, terutama antara harga yang terjadi di tingkat eceran dengan harga yang diterima petani, maka semakin besar pula margin pemasaran dari komoditi yang bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena dengan semakin banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat, akan semakin banyak pula perlakuan yang diberikan kepada barang tersebut yang mengakibatkan biaya pemasaran meningkat. Berdasarkan proses tataniaga maka biaya dibagi menjadi biaya pengumpulan, biaya tansportasi, marketing loss dan biaya distribusi. Margin tataniaga adalah perbedaan selisih harga yang dibayar oleh konsumen akhir dan harga yang diterima produsen untuk produksi yang sama. Margin tataniaga termasuk semua ongkos yang menggerakkan produk tersebut mulai dari produsen sampai ketangan konsumen akhir. Jika penyaluran suatu barang melibatkan terlalu banyak lembaga, maka margin tataniaga tersebut merupakan jumlah margin-margin antara lembaga-lembaga bersangkutan.

23 2.1.6. Efisiensi Pemasaran Efisiensi pemasaran secara operasional dapat dilihat dari margin pemasaran yang diperoleh. Margin pemasaran yang relatif cukup besar dibandingkan biaya pemasaran yang dikeluarkan memperlihatkan bahwa secara umum lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat cukup efisiensi secara opoerasional (Purmanto dalam Silvadewi, 2000). Pasar yang tidak efisiensi akan terjadi apabila biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi jika : (1). Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, (2). Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi, (3). Tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan (4). Adanya kompetisi pasar yang sehat. Umumnya di negara-negara berkembang, empat kriteria diatas tersebut digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran (Soekartawi,1991). Konsep efisiensi pemasaran sangat luas sehingga beberapa pakar ekonomi pertanian menyebutkan pengertian masing-masing. Menurut Mubyarto (1972), sistim pemasaran atau tataniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat : Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani (produsen) kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya. Mampu mengadakan pembagian yang adil daripada keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada semua yang pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga baru ini.