BAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 1 NOMOR 1 (ISSN: ) (Halaman 27-34)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kualitas pendidikanpun harus ditingkatkan (Lusiana, 2015:1). (PISA) terhadap kemampuan sains siswa berusia 15 tahun di

I. PENDAHULUAN. penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi salah satu fokus dalam penyelenggaraan negara. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar,

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan sikap atau nilai (Toharudin, dkk., 2011:179). pemecahan masalah belajar dan kesulitan dalam belajar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses aktualisasi siswa melalui berbagai pengalaman belajar yang mereka dapatkan.

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

I. PENDAHULUAN. globalisasi yang berkembang sangat pesat diperlukan praktek pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

S, 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) PADA SUB-KONSEP PENCEMARAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

PENDAHULUAN. pendidikan dapat tercapai. Proses pembelajaran, sering dipahami sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sains diartikan sebagai bangunan ilmu pengetahuan dan proses.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

I. PENDAHULUAN. penting dalam pembelajaran. Behrman, Kliegman, dan Arvin (2000: 130)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Heri Sugianto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH METODE INKUIRI TERBIMBING PADA PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA DALAM PRAKTIKUM ANIMALIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. siswa, oleh karena itu pembelajaran fisika harus dibuat lebih menarik dan mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hayati Dwiguna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada pengembangan peserta didik dan inovatif, melalui proses - proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Tujuan akhir dari pendidikan adalah terciptanya kualitas sumber daya manusia yang utuh secara intelektual, kemampuan dan moral. Keberhasilan dalam pendidikan tidaklah lepas dari kegiatan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar diperlukan suatu ketrampilan atau keahlian tertentu oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran. Belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran, keuletan, dan sikap terbuka di samping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif (Utami, 2012) Pembelajaran Biologi bertujuan untuk memahami hakikat Biologi. Hakikat Biologi adalah kumpulan konsep dan prinsip, proses memperoleh eksplanasi ilmiah fenomena alam, dan konteksnya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Biologi memberikan pengalaman belajar pada siswa yang ditekankan melalui peran aktif dalam menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya. Piaget dalam Sanjaya (2010) menyatakan bahwa pengetahuan bukanlah hasil pemberian orang lain seperti guru, tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap

2 individu. Oleh sebab itu, siswa yang secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dicirikan pada dua aktivitas yakni aktif dalam berpikir (minds-on) dan aktif dalam berbuat (hands-on). Pola Pembelajaran SMA lebih ditekankan bagaimana siswa tersebut dapat menganalisis, mensintesis dan mengevalusi pembelajaran melalui soal atau yang disebut dengan berfikir tingkat tinggi. Kemampuan berfikir tingkat tinggilah yang dinilai masih belum maksimal karena di beberapa instrument evaluasi belajar (soal) banyak dominan menggunakan kemampuan berfikir tingkat rendah. Berdasarkan data dari PISA (Programme for International Student Assessment) yang merupakan studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun memberikan hasil di tahun 2060 di Indonesia bahwa komposisi jawaban siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman terhadap konsep dasar sains (tidak bisa mengintreprestasi data, menerangkan hubungan kasual, memecahkan masalah), keterbatasan mengungkapkan pikiran, kemampuan nalar ilmiah masih rendah, lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep dasar sains dan keterkaitan terhadap fakta-fakta disekitarnya (Kemendikbud, 2009). Data tersebut mengindikasikan bahwa pendidikan di Indonesia masih cukup rendah. Hal ini ditambah dengan masih rendahnya kualitas guru di Indonesia. Berdasarkan data uji kompetensi guru (UKG) tahun 2012. Rata-rata sementara UKG hanya 44.55 dari 373.415 guru se indoneisa dengan nilai tertinggi 91,12 dan nilai terendah adalah nol. Proses pembelajaran pada diri seorang siswa juga bergantung dari faktor internal kondisi peserta didik itu sendiri. Hasil belajar siswa juga ditentukan bagaimana siswa itu belajar, hal ini berhubungan erat dengan kemandirian belajar. Didalam suatu proses pembelajaran peserta didik selalu diarahkan agar menjadi

3 peserta didik yang mandiri. Untuk menjadi mandiri peserta didik harus belajar secara individu, dengan kemandirian yang dimiliki akan menjadikan peserta didik sadar akan kebutuhan belajar yang harus dilakukannya tanpa ada dorongan dari orang lain (Arikunto dalam Amir, 2010). Proses belajar merupakan suatu hal yang kompleks yang menentukan terjadi dan tidaknya belajar, sehingga siswa dituntut aktif dan mandiri dalam belajarnya. Perwujudan pembelajaran yang baik dapat dilihat dari aktivitas belajar dalam mengikuti pembelajaran. Dapat disimpulkan semakin tinggi aktivitas belajar semakin tinggi pula prestasi belajar dan hasil belajar. Disamping aktivitas belajar, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh kemandirian belajar. Kemandirian belajar merupakan salah satu unsur yang penting. Kemandirian menekankan pada aktivitas siswa dalam belajar yang penuh tanggung jawab atas keberhasilan dalam belajar. Untuk meningkatkan kemandirian dapat dipupuk dengan memberi tugas. Tugas-tugas yang diberikan guru sedapat mungkin dikerjakan oleh siswa secara mandiri untuk melatih pikiran dan sumber belajar yang ada. Sikap mandiri menunjukan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, mempunyai rasa percaya diri dan mempunyai rasa ingin tahu yang menonjol (Sutama, 2012) Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, siswa lebih cenderung untuk mencontek pekerjaan rumah teman ketika diberikan tugas rumah (PR). Selama aktivitas belajar banyak dari siswa yang tidak begitu memperhatikan pembelajaran sehingga ketika guru memberikan tugas. Banyak yang bingung dan bertanya kepada teman-teman lain. Kecenderungan inilah yang menandakan bahwa kemandirian belajar dari siswa masih kurang.

4 Pembelajaran IPA Biologi lebih banyak menekankan siswa untuk bersikap kritis atau ilmiah. Oleh karenanya, penggunaan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan dari pembelajaran tersebut. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai dengan kontens pembelajaran Biologi adalah metode Inquiry. Metode Pembelajaran inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan. Inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan (Trianto, 2010). Metode inquiry dapat di bagi menjadi beberapa model. Salah satu model atau tipe dari inquiry adalah open inquiry (inquiry terbuka atau bebas) dan guided inquiry (inquiry terbimbing). Keduanya merupakan inquiry dengan tipe berbeda. Open inquiry lebih menekankan siswa untuk bekerja sendiri dari mulai mencari masalah hingga menemukan jawabannya sehingga kemandirian siswa sangat diperhitungkan. Sementara guided inquiry dalam proses pembelajarannya siswa masih mendapatkan bantuan dari guru atau guru melakukan pembimbingan pada siswa secara penuh. Dengan membandingkan keduanya maka akan diperoleh hasil yang beragam dalam pembelajaran. Open inqury dan Guided inquiry juga dapat digunakan menjadi tolak ukur kemandirian siswa. Proses pembelajaran siswa dihadapkan pada langsung masalah Sains atau Biologi yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari hari.

5 Sehingga metode pembelajaran inquiry dapat digunakan sebagai alternative metode pembelajaran. Ardana (2000) mengemukakan bahwa paradikma belajar yang diinginkan abad pengetahuan adalah belajar berorientasi pada proyek, masalah, penyelidikan (inquiry), penemuan, dan penciptaan. Inquiry dapat mengajak siswa untuk mampu mengembangkan berbagai hipotesis dalam pikirannya, kemudian mampu berpikir divergen. Penggunaan model inquiry sangat berkaitan dengan peningkatan kemandirian siswa. Menurut Amin (2010) membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka dari bantuan orang lain. Penerapan sistem pembelajaran inquiry yang mana siswa mempunyai kewenangan penuh pada dirinya dalam menemukan konsep pengetahuan, merupakan bentuk peningkatan kemandirian yang bisa diterapkan pada siswa. Berdasarkan uraian dan gambaran umum di atas maka peneliti akan meneliti tentang Perbedaan model pembelajaran open inquiry dan guided inquiry berdasarkan kemandirian belajar dan berfikir tingkat tinggi pada mata pelajaran biologi MAN Tempursari - Ngawi 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Adakah perbedaan kemandirian belajar pada model pembelajaran open inquiry dan guided inquiry mata pelajaran biologi MAN Tempursari-Ngawi? 2. Adakah perbedaan berfikir tingkat tinggi pada model pembelajaran open inquiry dan guided inquiry mata pelajaran biologi MAN Tempursari-Ngawi?

6 3. Bagaimanakah kemandirian belajar setelah perlakuan model pembelajaran open inquiry dan guided inquiry pada mata pelajaran biologi MAN Tempursari Ngawi? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui perbedaan kemandirian belajar pada model pembelajaran open inquiry dan guided inquiry mata pelajaran biologi di MAN Tempursari-Ngawi 2. Untuk mengetahui perbedaan berfikir tingkat tinggi pada model pembelajaran open inquiry dan guided inquiry mata pelajaran biologi MAN Tempursari-Ngawi 3. Untuk mengetahui bagaimanakah kemandirian belajar setelah perlakuan model pembelajaran open inquiry dan guided inquiry mata pelajaran biologi MAN Tempursari Ngawi 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa a. Memberikan pengalaman secara langsung yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. b. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan menginterpretasikan terhadap pembelajaran biologi. c. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih termotivasi dalam belajar.

7 2. Bagi guru a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penerapan model open inquiry dan guided inquiry b. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif strategi pembelajaran yang dapat digunakan. 3. Bagi sekolah a. Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran. b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan proses pembelajaran pada tahap berikutnya. 1.5 Definisi Operasional Untuk menghindari timbulnya pengertian ganda maka penulis perlu memberikan definisi operasional sebagai berikut : 1. Model Pembelajaran Inquiry adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berfikir kritis dalam suatu kegiatan eksperimen atau penemuan untuk menemukan jawabannya. Model pembelajaran inquiry yang digunakan adalah open inquiry dan guided inquiry yang dimana perbedaan dari dua jenis inquiry terletak dari peran guru dalam sintaks pembelajaran. 2. Open Inquiry yaitu model inquiry yang digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan model inquiry. Model ini menekankan siswa untuk mandiri dengan bekerja sendiri untuk menemukan permasalahan,

8 menyusun hipotesis, merancang prosedur pemecahan masalah hingga penyelidikan hasil tanpa peran guru. 3. Guided inquiry yaitu suatu model pembelajaran inquiry yang dalam pelaksanaannya siswa mendapat bimbingan atau arahan guru dari penyajian masalah, menyususn hipotesis, merancang prosedur pemecahan masalah hingga penyelidikan. 4. Kemandirian Belajar adalah aktivitas siswa dimana terdapat inisiatif diri sendiri untuk belajar tanpa adanya ketergantungan dari orang lain dan memiliki rasa percaya diri terhadap dirinya sendiri dalam pembelajaran. 5. Hasil Belajar adalah tingkat penguasaan siswa dalam bentuk kemampuan tertentu dari pengalaman belajar setelah mengikuti serangkaian pembelajaran. Hasil belajar diukur dengan tes formatif. 6. Berfikir Tingkat Tinggi adalah bentuk dari hasil belajar yang dimana mengukur hasil belajarnya dengan tes formatif dengan aspek soal C4, C5 dan C6 1.6 Batasan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, agar penelitian ini terpusat atau terarah pada pokok permasalahan maka peneliti membatasi pokok permasalahannya. Pada penelitian ini batasan penelitiannya yaitu: 1. Penelitian ini dilakukan di MAN Tempursari Ngawi yaitu pada siswa kelas XI IPA 2. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inquiry dengan tipe Open Inquiry dan Guided inquiry. Model pembelajaran inquiry menekankan pada proses penyelidikan suatu permasalahan dengan langkah

9 pembelajaran: penyajian masalah, pengumpulan data (pembuatan hipotesis), melakukan eksperimen, membuat penjelasan, membuat kesimpulan 3. Model Open inquiry menekankan siswa bekerja sendiri dalam proses penyelidikan. Guru tidak memberikan bantuan dalam proses pembelajaran hanya memberikan materi atau topik pada siswa dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran. Langkah berikutnya siswa bekerja sendiri. 4. Model Guided inquiry menekankan pada guru memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Dengan memberikan bimbingan disetiap langkah-langkah pembelajaran. 5. Kemandirian belajar diukur berdasarkan indikator percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, inisiatif sendiri, hasrat bersaing dan semangat belajar. Yang diukur dengan menggunakan data angket dan data observasi siswa. 6. Hasil belajar diukur dengan tes formatif (berfikir tingkat tinggi) sesuai dengan taksonomi blomm yaitu C4, C5 dan C6