BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EFEKTIVITAS DAN BIAYA TERAPI PENGGUNAAN OMEPRAZOL DAN PANTOPRAZOL SEBAGAI PROFILAKSIS STRESS RELATED MUCOSAL DISEASE DI ICU

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Peresepan Obat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA (COST EFF ECTIVENESS ANALYSIS) PADA PASIEN GASTRITIS KRONIK RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

STUDI PENGGUNAAN OBAT PROFILAKSIS STRESS ULCER PADA PASIEN BEDAH DI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.

BAB I PENDAHULUAN. sering kita jumpai di Intensive Care Unit (ICU) dan biasanya membutuhkan

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK PATOGENESIS DAN PROGRESIVITAS GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD) OLEH KAFEIN DALAM KOPI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cukup bulan (Reading et al., 1990). Definisi hipoalbuminemia pada neonatus berbeda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Sejarah perkembangan konsep penilaian pemakaian obat dalam kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering dijumpai dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

portal, ascites, spontaneous bacterial peritonitis (SBP), varises esofagus, dan ensefalopati hepatik (EASL, 2010). Menurut Doubatty (2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. PONV juga menjadi faktor yang menghambat pasien untuk dapat segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat, memberikan terapi serta menunjang fungsi-fungsi vital pasien yang

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

PENGGUNAAN PROTON-PUMP INHIBITORS (PPI) PADA ANAK DENGAN KASUS GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE (GERD)

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia merupakan infeksi akut di parenkim paru-paru dan sering

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

PR0GHlllltG. B00l( UPDATEIN GASTROENTERO-HEPATOLOGYPATIENT'S MANAGEMENT! FROMBENGHTO CLINICALPRACTICE

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

BAB I PENDAHULUAN kasus stroke ( stroke iskemik dan stroke. hemoragik) dengan kematian dari kasus ini (Ropper, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebagian besar kematian terjadi akibat komplikasi dehidrasi. Sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. Bell s palsy adalah paralisis saraf fasial unilateral akut yang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit gastritis pada manusia dan merupakan faktor etiologi gastric ulcer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penatalaksanaan nyeri pasien operasi selalu menjadi tantangan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Strata-1 Kedokteran Umum

BAB I. A. Latar Belakang. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada sepsis terjadi proses inflamasi sistemik atau systemic inflammatory

Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Aplikasinya Palembang, 13 September 2014

SINDROMA DISPEPSIA. Dr.Hermadia SpPD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kolonoskopi saat ini merupakan salah satu alat diagnostik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

Thera Rolavina S,S.Farm.,Apt

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, sekitar 15 juta bayi lahir prematur (sebelum

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

PENGGUNAAN VENTILATOR BUNDLE PADA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK DI ICU RSUP DR.KARIADI PERIODE JULI DESEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan ilmu kedokteran dan teknologi yang semakin canggih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. observasi, perawatan dan terapi pasien gawat karena penyakit, trauma atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejak beberapa dekade belakangan ini para ilmuan dibidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL

Rancangan Penelitian Kuantitatif

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

Eksperimen. Prof. Bhisma Murti

PERBANDINGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DISPEPSIA YANG MENGGUNAKAN LANSOPRAZOL DENGAN INJEKSI RANITIDIN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

ABSTRAK ETIOPATOGENESIS ULKUS PEPTIKUM. Nita Amelia, 2006, Pembimbing utama : Freddy T Andries, dr., M.S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal Disease (SRMD) pada pasien kritis pertama kali muncul lebih dari empat dekade lalu. Beberapa penelitian berikutnya mempelajari kondisi ini dan dampaknya terhadap prognosis pada pasien kritis. SRMD biasanya terjadi di lambung, esofagus, atau duodenum, kadang-kadang menyebabkan perdarahan gastrointestinal (GI). Penelitian sebelumnya melaporkan terjadinya perdarahan GI pada 5-25% dari pasien kritis (Alshamsi dkk., 2016) Pada tahun 1969, Skillman dan rekannya melaporkan adanya komplikasi dari SRMD hingga menyebabkan kematian pada 7 dari 150 (5%) pasien ICU. Pasien ini memiliki kesamaan kegagalan pernapasan, hipotensi, dan sepsis (Marik, 2010). Menurut Guillamondegui dkk. (2008) tingkat perdarahan pada saluran cerna bagian atas pada pasien ICU cukup rendah, dan saat ini jarang terlihat sebagai komplikasi dari penyakit kritis karena beberapa faktor potensial, termasuk rejimen profilaksis yang ketat. Penggunaan agen profilaksis dapat menyebabkan setidaknya penurunan secara signifikan sebesar 50% dalam perdarahan klinis. Sebuah studi RCT telah menyelidiki kelas yang berbeda dari obat untuk profilaksis SRMD. Baru-baru ini, sebuah studi meta-analisis dari 29 RCT menunjukkan bahwa profilaksis dengan proton pump inhibitor (PPI) atau antagonis histamin-2-reseptor (H2RAs) dikaitkan dengan risiko perdarahan yang lebih rendah pada GI dibandingkan dengan plasebo atau tanpa profilaksis, namun 1

2 efektivitas relatif dari dua kelas agen masih belum jelas. PPI lebih kuat untuk meningkatkan ph lambung dari H2RAs dan mempertahankan ph lambung antara 3,5 dan 5,0, serta dapat meminimalkan risiko cedera mukosa lambung. Dari empat meta-analisis yang membandingkan PPI dan H2RAs, tiga menyatakan bahwa PPI lebih unggul dari H2RAs dan satu tidak. Surviving Sepsis Campaign (SSC) menyarankan menggunakan profilaksis stres ulcer pada pasien sakit kritis dengan faktor risiko (misalnya, pasien ventilasi mekanik, dan pasien dengan koagulopati). Termasuk rekomendasi yang bersifat lemah untuk menggunakan PPI daripada H2RAs (Dellinger dkk, 2012). Saran ini sesuai dengan sebuah studi observasional terbaru yang menunjukkan bahwa PPI adalah agen profilaksis yang paling umum digunakan di ICU. Dalam hal dampak relatif dari PPI dan H2RAs, efek samping juga menjadi perhatian. Secara khusus, studi observasional retrospektif baru-baru ini lebih menyatakan bahwa penggunaan PPI pada pasien kritis berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi pada kejadian pneumonia dan infeksi Clostridium difficile dibandingkan dengan H2RA (Alshamsi dkk., 2016). Menurut Brett. (2004), agen ideal untuk profilaksis stres ulcer harus efektif dalam mengurangi risiko ulserasi dengan potensi rendah untuk efek samping dan interaksi obat, serta harus memiliki karakteristik farmakokinetik yang memfasilitasi penggunaannya pada pasien dengan disfungsi organ dan dengan biaya yang lebih rendah, termasuk biaya administrasi dan monitoring. Pantoprazol dan omeprazol injeksi merupakan salah satu agen PPI yang saat ini paling sering digunakan di rumah sakit, karena hanya kedua produk tersebut yang sudah tersedia dalam sediaan iv dan memiliki produk generik, sehingga

3 harganya akan lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat luas. Saat ini di Indonesia belum ada studi yang membandingkan tentang efektivitas penggunaan pantoprazol dan omeprazol, tetapi sebuah studi di Kroasia membandingkan efektivitas penggunaan omeprazol dan pantoprazol pada pasien dengan reflux aesofagitis. Studi single blind, membandingkan uji klinis secara acak efikasi antara pantoprazol (PAN) 40 mg / hari dan omeprazol (OME) 20 mg / hari pada pasien dengan kelas I dan II GERD (klasifikasi Savary-Miller). Sebanyak 120 pasien dilibatkan (PAN = 60 dan OME = 60). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pantoprazol dan omeprazol ditoleransi dengan baik tanpa efek samping yang serius terkait obat. Pantoprazol 40 mg / hari memiliki efektivitas terapi dan keamanan yang sebanding dengan omeprazol 20 mg / hari dalam pengobatan jangka pendek untuk refluks esofagitis (kelas I dan II) (Vcev dkk., 1999). Sebuah studi lain menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efektivitas antara penggunaan omeprazol dan pantoprazol, tetapi pantoprazol dapat digunakan tanpa penyesuaian dosis pada pasien dengan disfungsi organ dan memiliki potensi rendah untuk interaksi obat, oleh karena itu diantara agen yang tersedia saat ini pantoprazol mungkin memiliki keunggulan dalam profilaksis SRMD untuk kelompok pasien tertentu di ICU (Brett, 2004). Menurut Udeh dkk. (2010) bahwa omeprazol merupakan agen PPI yang penggunaan biayanya paling rendah dibandingkan agen PPI yang lain. Biaya penggunaan omeprazol sebagai profilaksis SRMD adalah US$ 12.390,77 untuk menghindari terjadinya perdarahan. Lanzoprazol merupakan agen dengan efektivitas biaya kedua sejumlah US$ 13.043,78 dan pantoprazol membutuhkan

4 biaya US$ 18.966,44 untuk menghindari terjadinya perdarahan. Hasil penelitian di atas belum tentu sama dengan di Indonesia, karena perbedaan genetik dan tempat penelitian yang berbeda. Mengingat tingginya penggunaan PPI sebagai profilaksis SRMD pada pasien di ICU. Sehingga peneliti ingin melihat, apakah ada perbedaan efektivitas terapi dan biaya antara pantoprazol dan omeprazol sebagai profilaksis SRMD. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Apakah efektivitas pengunaan pantoprazol lebih baik dibandingkan omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di Intensive Care Unit? 2. Apakah biaya pengunaan pantoprazol lebih besar dibandingkan dengan omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di Intensive Care Unit? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah efektivitas penggunaan pantoprazol lebih baik dibandingkan omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di Intensive Care Unit 2. Untuk mengetahui apakah biaya penggunaan pantoprazol lebih besar dibandingkan omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di Intensive Care Unit

5 D. Manfaat Penelitian Penelitian penggunaan pantoprazol dan omeprazol sebagai profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di ICU ini belum pernah dilakukan RS Bethesda Yogyakarta. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat bagi rumah sakit a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan jenis PPI yang dapat dimasukkan dalam formularium Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan standart terapi penggunaan PPI untuk pofilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) di ICU RS Bethesda Yogyakarta. c. Dapat sebagai masukan untuk Rumah Sakit dalam mengevaluasi biaya anggaran belanja PPI di RS Bethesda Yogyakarta. 2. Manfaat bagi peneliti Menambah pengetahuan baru dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peneliti. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kajian efektivitas dan biaya penggunaan omeprazol dan pantoprazol untuk terapi profilaksis Stress Related Mucosal Disease (SRMD) yang pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1. Penelitian-penelitian sebelumnya banyak membandingkan antara PPI ataupun PPI dengan H2RAs pada penanganan reflux esophagitis, sedangkan penelitian ini tentang profilaksis pada SRMD. Agen

6 terapi yang digunakan pada penelitian sebelumnya banyak membandingkan antara PPI dengan H2RAs, tetapi tidak ada yang membandingkan antara omeprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis pada SRMD. Selain perbedaan diatas, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain adalah dalam hal waktu pengambilan data dan tempat penelitian.

7 Tabel 1. Daftar penelitian sebelumnya terkait dengan penggunaan PPI sebagai SRMD Nama Peneliti, Tahun Judul Metode Penelitian Hasil Vcev dkk,. (Vcev dkk., 1999) Zheng., (Zheng, 2009a) Barkun dkk., (Barkun dkk., 2013) Dewi (Dewi, 2016) Pantoprazole versus omeprazole in the treatment of reflux esophagitis Comparative study of omeprazole, lansoprazole, pantoprazole and esomeprazole for symptom relief in patients with reflux esophagitis Cost-Effectiveness Analysis: Stress Ulcer Bleeding Prophylaxis with Proton Pump Inhibitors, H2RAs Kajian Efektivitas dan Biaya Terapi Penggunaan Omeprazol dan Ranitidin Sebagai Profilaksis Stress Ulcer pada Bangsal ICU Prospective. single blind, randomized clinical trial Prospective, randomized control trial randomized trials Retrospektif Kedua obat ditoleransi dengan baik tanpa efek samping terkait obat yang serius. Pantoprazol 40 mg / hari lebih aman dan efektif dibanding dengan omeprazol 20 mg / hari dalam pengobatan jangka pendek untuk refluks esofagitis (kelas I dan II). Rata-rata nilai heartburn pada pasien yang diobati dengan esomeprazol lebih cepat menurun dibandingkan mereka yang menerima PPI lainnya. resolusi lengkap heartburn juga lebih cepat pada pasien yang diobati dengan esomeprazol selama 5 hari dibandingkan dengan omeprazol. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara empat kelompok di tingkat penyembuhan endoskopi refluks esofagitis pada minggu ke 8. PPI profilaksis adalah strategi profilaksis yang paling efisien pada pasien dengan risiko tinggi terjadinya Stress Ulcer Bleding ( SUB) bila dibandingkan dengan menggunakan H2RAs. Omeprazol lebih efektif tetapi lebih mahal jika dibandingkan dengan ranitidin sebagai terapi profilaksis stress ulcer Perbedaan Penelitian ini untuk pasien dengan GERD grade 1 dan 2. Sedangkan yang akan diteliti adalah profilaksis untuk Stress Related Mucosal Disease (SRMD) Penelitian ini dilakukan pada pasien dengan erosive reflux esophagitis, Sedangkan yang akan diteliti adalah profilaksis untuk Stress Related Mucosal Disease (SRMD) Pada penelitian ini tidak menyebutkan secara spesifik PPI yang digunakan. Sedangkan yang akan diteliti lebih spesifik membandingkan antara omeprazol dan pantoprazol. Penelitian ini membandingkan efektivitas dan biaya antara omeprazol dan ranitidin. Sedangkan sedangkan yang akan diteliti membandingkan efektivitas dan biaya antara omeprazpl dan pantoprazol

8 Lanjutan Tabel 1 Nama Judul Peneliti, Tahun Octavia Kajian Efektivitas dan (Octavia, Biaya Terapi 2016) Penggunaan Lanzoprazol dan Pantoprazol Sebagai Profilaksis Stress Ulcer pada Bangsal ICU Metode Penelitian Retrospektif Hasil Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara lanzoprazol dan pantoprazol sebagai profilaksis stress ulcer. Biaya untuk profilaksis stress ulcer lebh rendah pada penggunaan pantoprazol dibandingkan lanzoprazol. Perbedaan Penelitian ini membandingkan efektivitas dan biaya antara Lanzoprazol dan Pantoprazol. Sedangkan peneliti membandingkan efektivitas dan biaya antara omeprazol dan pantoprazol. Selain itu peneliti menggunakan produk generik pada kedua obat, sedangkan studi diatas menggunakan produk branded pada lanzoprazol dan produk generik pada pantoprazol