BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju,

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Analisis Implementasi Produk Jasa Letter of Credit (L/C) di Bank Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia dewasa ini berjalan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. peranan kredit dalan operasi bank sangat besar dan penting. Sebagian besar bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prinsip prinsip Islam

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH ANTARA AKAD MURA>BAH}AH DENGAN AKAD MUSHA>RAKAH MUTANA>QIS}AH DI BANK MUAMALAT CABANG DARMO SURABAYA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA TENTANG BANK. menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan dapat diartikan sebagai aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada nasabah, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar. Nasabah mendapat kepercayaan dari bank, sehingga nasabah berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan yang telah di terimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah di perjanjikan dalam akad pembiayaan. 1 Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit yang diberikan oleh bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return yang diberikan tidak berbentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai dengan akad-akad yang disediakan di bank syariah. Dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011) hal.105 10

11 Sedangkan bank syariah menyalurkan dananya kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan, bukan merupakan utang piutang, tetapi merupakan investasi yang diberikan bank kepada nasabah dalam melakukan usaha. Menurut Undang- Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah, pembiayaan adalah penyedia uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. B. Tujuan Pembiayaan Tujuan diberikannya pembiayaan adalah sebagai berikut: a) Membantu Nasabah Tujuan pembiayaan untuk membantu nasabah dimaksudkan untuk membantu nasabah yang memerlukan dana, baik dana yang nantinya diperuntukan sebagai investasi maupun modal kerja. Dana tersebut menjadikan nasabah untuk bisa lebih berkembang dalam bidang usaha dan maupun untuk pemakaian yang bersifat konsumtif lainnya. b) Membantu Pemerintah Banyaknya pembiayaan yang diberikan dari pihak perbankan memiliki dampak terhadap pemerintahan karena semakin banyaknya pembiayaan maka besar kemungkinan terjadi peningkatan pembangunan di berbagai sektor. 2 Pemerintahan yang baik akan mengontrol laju 2 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011) hal 110

12 perekonomian yang nantinya masyarakat yang mendapat pembiayaan bisa mengembalikan pembiayaan atau dengan kata lain untuk mengendalikan moneter. c) Mencari Keuntungan Tujuan mencari keuntungan dimaksudkan bahwa bank memperoleh hasil dari pembiayaan tersebut yang berbentuk bagi hasil sebagai balas jasa terhadap pihak bank dan sekaligus biaya administrasi yang dibebankan kepada nasabah. C. Jenis-Jenis Pembiayaan Salah satu tugas pokok bank yaitu memberikan pembiayaan, pembiayaan berupa fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Jenis-jenis pembiayaan bank syariah yaitu: a) Pembiayaan Modal Kerja Syariah Pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Pembiayaan modal kerja ini diberikan dalam jangka pendek yaitu selama-lamanya satu tahun. Kebutuhan yang dapat dipenuhi dari pembiayaan modal kerja meliputi yang menyangkut kelancaran operasional usaha maupun untuk menutupi piutang dari perusahaan. Perpanjangan fasilitas pembiayaan modal kerja dilakukan atas dasar hasil analisis terhadap debitur dan fasilitas pembiayaan secara keseluruhan. Fasilitas pembiayaan modal kerja dapat dilakukan kepada seluruh sektor, subsektor ekonomi yang dinilai prospek, tidak bertentangan dengan syariah Islam dan tidak dilarang oleh ketentuan

13 perundang-undangan yang berlaku serta yang dinyatakan jenuh oleh Bank Indonesia. Pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja kepada debitur dengan tujuan mengeliminasi risiko dan mengoptimalkan keuntungan bank. b) Pembiayaan Investasi Syariah Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah untuk pengadaan barang-barang modal (aset tetap) yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun. Pembiayaan investasi umumnya diberikan dalam nominal besar, serta jangka panjang dan menengah. Yang dimaksud dengan investasi adalah penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh imbalan, manfaat, dan keuntungan di kemudian hari. 3 Investasi dalam aktiva lancar maupun investasi dalam aktiva tetap dilakukan dengan harapan bahwa perusahaan dapat memperoleh kembali dana yang telah diinvestasikan tersebut. Yang menjadi pembeda antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar adalah terletak dalam soal waktu dan cara perputaran dana yang tertanam didalamnya. Sesuai dengan peranan bank dalam menunjang pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan, akan memiliki manfaat sosial ekonomi dari investasi tersebut yang akan mendorong peningkatan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, dan multiplier effect, dan lain-lain. 4 Bank dapat melakukan pembiayaan investasi, dengan ketentuan sebagai berikut: 3 Adiwaman A Karim, Bank Islam : Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) hal 237 4 Ibid, hal 237

14 1) Melakukan penilaian atas proyek yang akan dibiayai dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pemberian pembiayaan yang sehat. 2) Memperhatikan peraturan Pemerintah tentang analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). 3) Jangka waktu pembiayaan maksimal 12 tahun. 4) Memenuhi ketentuan-ketentuan bankable yang berlaku (seperti persyaratan penerima pembiayaan dan jaminan). c) Pembiayaan Konsumtif Syariah Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah untuk membeli barang-barang keperluan pribadi dan tidak untuk keperluan usaha. Dengan demikian yang dimaksud pembiayaan konsumtif adalah jenis pembiayaan yang diberikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat peroranagan. Pembiayaan konsumsi dapat berupa pendirian rumah dan lain-lain. 5 Dalam menetapkan akad pembiayaan konsumtif, langkah-langkah yang dilakukan bank sebagai berikut: 1) Apabila kegunaan pembiayaan yang dibutuhkan nasabah adalah unuk kebutuhan konsumtif semata, harus dilihat dari sisi apakah pembiayaan tersebut berbentuk pembelian barang atau jasa. 2) Jika untuk pembelian barang, faktor selanjutnya apakah barang tersebut berbentuk ready stock atau good in process. Jika ready stock pemberian yang diberikan adalah pembiayaan murabahah. Namun 5 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011) hal 113

15 jika good in process dipengaruhi oleh jangka waktu proses barang tersebut, jika dibawah 6 bulan maka pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan salam. Akan tetapi jika lebih dari 6 bulan, pembiayaan yang diberikan adalah pembiayaan istshna. 3) Jika pembiayaan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan nasabah di bidang jasa, pembiayaan yang diberikan adalah ijarah. d) Pembiayaan Sindikasi Pembiayaan sindikasi merupakan pembiayaan yang diberikan oleh lebih satu lembaga keuangan bank untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pada umumnya, pembiayaan ini diberikan bank kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi yang sangat besar. e) Pembiayaan Berdasarkan Teke Over Salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan bank syariah adalah membantu masyarakat untuk mengalihkan transaksi nonsyariah yang telah berjalan menjadi transaksi yang sesuai dengan syariah. Dalam hal ini, atas permintaan nasabah, bank syariah melakukan pengambil alihan hutang nasabah di bank konvensional dengan cara memberikan jasa hiwalah atau dapat juga menggunakan qard, disesuaikan dengan ada atau tidaknya unsur bunga dalam hutang nasabah kepada bank konvensional. Setelah nasabah melunasi hutang di bank konvensional maka transaksi yang dilakukan adalah transaksi antara nasabah dengan bank syariah. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pembiayaan take over adalah pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over terhadap

16 transaksi nonsyariah yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah. f) Pembiayaan Letter of Credit (L/C) Secara defenitif, yang dimaksud dengan pembiayaan letter of credit (L/C) adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor nasabah. 6 Pada umumnya, pembiayaan L/C dapat menggunakan beberapa akad, yaitu: 1) Pembiayaan L/C Impor Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 34/DSN- MUI/XI/2002, akad yan digunakan untuk pembiayaan L/C Impor adalah wakalah bil ujrah wakalah bil ijrah dengan qardh, murabahah, salam atau istishna dan muabahah, wakalah bil ujrah dan murabahah, musyarakah, wakalah bil ujrah dan hawalah. 2) Pembiayaan L/C Ekspor Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 5/DSN- MUI/IX/2002, akad yang dapat digunan untuk pembiayaan L/C ekspor adalah wakalah bil ujrah, wakalah bil ujrah dan qardh, wakalah bil ujrah dan murabahah, musyarakah, ba I dan wakalah. D. Penilaian Pembiayaan Penilaian pembiayaan merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pihak bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan oleh calon nasabah. dengan melakukan penilaian permohonan pembiayaan, bank 6 Adiwaman A Karim, Bank Islam : Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) hal 252

17 syariah akan memperoleh keyakinan bahwa nasabah yang akan dibiayai layak (feasible). Bank melakukan penilaian pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Penilaian pembiayaan merupakan salah satu fakor yang sangat penting bagi bank syariah dalam mengambil keputusan untuk menyetujui atau menolak permohonan pembiayaan. Penilaian yang baik akan menghasilkan keputusan yang tepat. Penilaian pembiayaan faktor yang sering digunakan oleh bank sebagai acuan untuk meyakini kelayakan atas permohonan pembiayaan nasabah. Dalam memutuskan permohonan pembiayaan sebelumnya perlu dilakukan peninjauan prinsip dasar 5C. Hal ini bertujuan agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan kepada nasabah dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjiakan. Adapun yang dimaksud dengan prinsip penilaian 5C sebagai berikut: 1. Character Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah. Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah dengan tujuan untuk mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar kembali pembiayaan yang telah diterima hingga lunas. Bank ingin meyakini willingness to repay dari calon nasabah, yaitu keyakinan bank terhadap kemauan calon nasabah mau memenuhi kewajibannya sesuai dengan jangka waktu yang telah diperjanjikan. Bank ingin mengetahui bahwa karakter

18 calon nasabah memiliki karakter yang baik, jujur dan mempunyai komitmen terhadap pembayaran kembali pembiayaannya. 7 2. Capacity Penilaian terhadap capacity ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya setelah bank memberikan pembiayaan. Kemampuan keuangan calon nasabah sangat penting karena merupakan sumber utama pembayaran. Semakin baik kemampuan keuangan calon nasabah, maka semakin baik kemungkinan kualitas pembayaran, artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan yang diberikan bank dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. 3. Capital Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon nasabah atau jumlah dana yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai. Semakin besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh calon nasabah dalam objek pembiayaan akan semakin meyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan dan pembayaran kembali. 8 7 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011) hal 120 8 Ibid, hal 121

19 4. Collateral Collateral merupakan agunan yang diberikan calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Agunan merupakan sumber pembayaran kedua. Hal ini dimaksudkan bahwa apabila nasabah tidak dapat membayar angsurannya, maka bank dapat melakukan penjualan terhadap agunan. Hasil penjualan agunan digunakan sebagai sumber pembayaran kedua untuk melunasi pembayarannya. Bank tidak memberikan pembiayaan melebihi dari nilai agunan, kecuali untuk pembiayaan tertentu yang dijamin pembiayaannya oleh pihak tertentu. Dalam menganalisis agunan, faktor yang sangat diperhatikan adalah purnajualdari agunan yang diserahkan kepada bank. Bank perlu mengetahui peminat pasar terhadap agunan yang diserahkan oleh calon nasabah. Bila agunan merupakan barang yang diminati oleh banyak orang (marketable), maka bank yakin bahwa agunan yang diserahkan calon nasabah mudah diperjualbelikan. 5. Condition of Economy Merupakan analisis terhadap kondisi terhadap perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Bank perlu memperkirakan dampak kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah dimasa yang akan datang, untuk mengetahui pengaruh kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah. 9 9 Ibid, hal 125

20 E. Tujuan Penilaian Pembiayaan Penilaian sebelum memberikan pembiayaan dilakukan guna untuk: 1. Mendapatkan keyakinan Hal ini dimaksudkan bahwa bank harus mengetahui calon nasabah untuk memiliki itikad baik dalam menggunakan pembiayaan dan pengembaliannya. Itikad baik diartikan bahwa calon nasabah mempunyai kemauan baik untuk menyelesaikan pembayaran dari pembiayaan yang diberikan bank sesuai jangka waktu yang disepakati. Calon nasabah dan pihak bank harus memiliki tujuan yang sama guna menghindari salah satu pihak untuk mengambil keuntungan sendiri. 2. Kesanggupan calon nasabah Hal ini dimaksudkan bahwa calon nasabah diyakini memiliki sumber dana yang dapat diperhitungkan untuk pengembalian pembiayaan. Dengan kata lain usaha atau proyek yang dibiayai harus diyakini menghasilkan keuntungan guna untuk mampu mengembalikan pembiayaan. 10 3. Menghindari kerugian salah satu pihak Dimaksudkan bahwa apabila terjadi hal yang tidak diinginkan bank atau nasabah, yang bila mana terjadi kegagalan dari usaha atau proyek nasabah, maka bank memiliki jalan untuk nasabah agar bisa melunasi utang dari pembiayaannya dengan salah satu cara mencairkan agunan yang telah disepakati. 10 H. M. Syarif Arbi, Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nasabah, (Jakarta: Djambatan, 2001) hal 118

21 F. Pengertian Pembiayaan Griya ib Hasanah Pembiayaan Griya ib Hasanah merupakan salah satu produk yang disediakan oleh Bank BNI Syariah Kantor Cabang padang. Pembiayaan Griya ib Hasanah merupakan Fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan perbankan syariah kepada anggota masyarakat yang akan membeli, membangun, merenovasi rumah tinggal atau kavling siap bangun (KSB) sesuai dengan prinsip syariah yang didasarkan pada akad jual beli (murabahah). 11 Pembiayaan ini merupakan pembiayaan yang diperuntukan untuk mewujudkan keinginan nasabahnya memiliki rumah di lokasi yang strategis, proses yang relative cepat, syarat mudah dan sesuai syariah dan jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun. G. Dasar Hukum Pembiayaan Griya Fiqih yang sering digunakan perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. Rasulullah SAW dan para sahabatnya sering menggunkan transaksi murabahah. Transaksi murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). 12 Murabahah dalam defenisinya disebut adanya keuntungan yang disepakati, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi tahu 11 http;//www.bnisyariah.co.id/produk pembiayaan konsumtif /bni-syariah-kpr-syariah 12 Adiwaman A Karim, Bank Islam : Analisis fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013) hal 113

22 pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut. Dalam Al-Quran dijelaskan juga mengenai hukum pembiayaan Griya yaitu : 1. Al-Quran a) Surat An-Nisa ayat 29 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. b) Surat Al-Baqarah ayat 275 Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang

kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 23