4/8/2011 PEMETAAN GEOMORFOLOGI UNTUK GEOLOGI ATAU GEOFISIKA. Permasalahan atau. isu yang muncul : 1. Adanya berbagai persepsi. pemetaan geomorfologi?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

2.3.7 Analisis Data Penginderaan Jauh

KLASIFIKASI GEOMORFOLOGI. didasarkan pada kelerengan dan beda tinggi menurut van Zuidam & Cancelado (1979) (Tabel

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

Beberapa definisi tentang geomorfologi setelah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

SEARCH : Fisik dan Lingkungan Alam Geomorfologi Indonesia

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

NILAI KARAKTER PADA MATERI GEOMORFOLOGI. Oleh. Dr. Deasy Arisanty, M.Sc

Ilmu yang menguraikan tentang bentuk bumi, dengan sasaran utama relief permukaan bumi. Geomorphology is the study which describes landforms and the

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH CILEUNGSI DAN SEKITARNYA

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

GEOLOGI DAERAH KLABANG

01. Pendahuluan. Salahuddin Husein. TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi. Planet Bumi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

ACARA IV POLA PENGALIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Luas DAS Cileungsi

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Tujuan Pembelajaran Umum (kompetensi) : Mahasiswa memahami gambaran umum perkuliahan dan silabus morfologi resort

BAB II GEOMORFOLOGI 2. 1 Fisiografi Regional Jawa Tengah

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan geologi Papua diawali sejak evolusi tektonik Kenozoikum

PENGANTAR. geomorfologi. Arif Ashari, M.Sc. 2017

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATAGUNA LAHAN PERKEBUNAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geomorfologi Terapan INTERPRETASI GEOMORFOLOGI CITRA SATELIT SEBAGAI DASAR ANALISIS POTENSI FISIK WILAYAH SELATAN YOGYAKARTA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Karakteristik morfometri DAS Bulano dan DAS Paleleh yang meliputi. sungai; kerapatan pengaliran; dan pola pengaliran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

By. Lili Somantri, S.Pd.M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Peta Geomorfologi Daerah Istimewa Yogyakarta

PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI UNIT GEOMORFOLOGI DAERAH ALIRAN (DA) CI MANDIRI, SUKABUMI TAHUN

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN. Semarang, 18 April 2014 NIM NIM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA BENTANG ALAM

Peta Geologi dan Pengertian peta Geologi

Bab 7. Peta Topografi 2012

Konsentrasi Sistem Informasi Geografis,Teknik Informatika, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo

KAJIAN MORFOMETRI LERENG UNTUK KONSERVASI TANAH DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN GEOGRAFI FIS

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INTEGRASI DATA PENGINDERAAN JAUH CITRA LANDSAT 8 DAN SRTM UNTUK IDENTIFIKASI BENTUK LAHAN DOME KULONPROGO

BAB I PENDAHULUAN. geologi khususnya mempelajari tentang batuan sebagai objek utama, prosesproses

Nugroho Hari Purnomo Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial 1 Universitas Negeri Surabaya, 2015

Geomorfologi Daerah Majalangu dan Sekitarnya, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan 1.2 Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Lokasi Penelitian

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

Transkripsi:

PEMETAAN GEOMORFOLOGI UNTUK GEOLOGI ATAU GEOFISIKA Suroso Sastroprawiro Bambang Kuncoro Hadi Purnomo Jurusan Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Contact person: 08122953788 atau bbkuncoro_sda@yahoo.com Ada apa dengan pemetaan? Permasalahan atau? isu yang muncul : 1. Adanya berbagai persepsi tentang pemetaan 2. Adanya berbagai klasifikasi tentang satuan peta 3. Penyajian peta yang beragam 4. Kejelasan manfaat atau kegunaan peta? ISU 1 Bagaimana mengenai masalah persepsi tentang pemetaan? Apa itu, pemetaan? Kegiatan pemrosesan data survey sampai menyajikannya menjadi geo-informasi. Persepsi tentang pemetaan harus didekati dengan pemahaman yang baik dan benar berdasarkan konsep dasar. Geo-informasi adalah data karakteristik obyek alam atau buatan yang berada di bawah atau pada permukaan bumi yang sudah diolah. Posisi keberadaannya mengacu pada sistem koordinat nasional (mengidentifikasi lokasi geografis). Hasilnya berupa informasi geospasial tematik, sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan keruangan. Lalu, apa itu peta? Peta tematik yang menggambarkan permukaan bumi dalam satuan-satuan bentuklahan dengan selalu mempertimbangkan faktor jenis litologi, proses endogen dan eksogen dalam berbagai skala. ISU 2 Bagaimana dengan masalah klasifikasi? Klasifikasi satuan peta tentunya harus: 1. Mencakup aspek-aspek utama di dalam. 2. Sesuai dengan kondisi dominan yang berlangsung di Indonesia Jadi pemetaan dapat dilakukan langsung di lapangan (pengukuran dan pengamatan) atau di studio (interpretasi peta topografi, citra atau foto). 1

kondisi dominan di Indonesia ASPEK-ASPEK UTAMA GEOMORFOLOGI (Verstappen, 1985) MORFOLOGI Morfografi: Susunan dari obyek alami yang ada di permukaan bumi, bersifat pemerian suatu bentuklahan, antara lain lembah, dataran, bukit, punggungan, beting, kipas dll Morfometri: Aspek kuantitatif dari suatu bentuklahan, yaitu kelereng an, bentuk dan panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk dan ukuran lembah, tingkat erosi, dan geometri pengaliran MORFOGENESA Asal usul pembentukan dan perkembangan serta proses-proses Morfostruktur pasif: litologi dan berhubungan dengan resistensi batuan/pelapukan Morfostruktur aktif: tenaga endogen (pengangkatan, perlipatan, pensesaran, dan intrusi) Morfodinamik: tenaga eksogen (proses air, fluvial, es, gerakan massa, kegunungapian) MORFOKRONOLOGI Merupakan urutan bentukan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil dari proses. Penekanannya pada evolusi (ubahangsur) pertumbuhan bentuklahan. MORFOASOSIASI Hubungan antara bentuklahan dan lingkungan, seperti hubungan antara bentuklahan dan unsur bentuklahan seperti batuan, struktur geologi, air, tanah, vegetasi, dan penggunaan lahan. PENELITI DASAR KLASIFIKASI Dana, 1863 Topografi mengarah deskripsi fisiografi Davis, 1884 Struktur geologi dan tingkat erosi Powel, 1895 Volkanisme, distrophisma, dan gradasi Davis, 1899-1900 Struktur horisontal dan terganggu (perlipatan/pensesaran) Johnson,1904 Konstruksional dan destruksional Herberton, Penutup permukaan struktur geologi dan 1911 bentuk permukaan Lobeck, 1939 Konstruksional dan destruksional Desaunnetes, Sistem pembentukan lahan, proses, dan 1977 topografi Verstappen, Mengkaitkan struktur geologi dan proses secara 1985 bersama disertai keterangan morfome- tri, morfografi,morfogenesa, morfokronologi Widyanto dan Suprapto D. (1991) Evaluasi dari berbagai dasar klasifikasi bentuklahan tersebut: 1. Dasar klasifikasi ada yang sama, berbeda-beda, dan saling melengkapi 2. Mempunyai tujuan sama, yaitu mempermudah dengan membagi kedalam satuan-satuan bentuklahan 3. Satuan bentuklahan mencakup 3 sifat perwatakan yang sama, yaitu struktur geologi, proses, dan kesan topografi 4. Bentuklahan dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu jenis litologi, proses endogen dan eksogen. Kenyataan di lapangan dapat terjadi salah satu faktor mendominasi faktor yang lain. 2

Lalu menggunakan klasifikasi yang mana? Klasifikasi yang diajukan oleh Verstappen (1970), Verstappen & Zuidam (1975), Zuidam & Cancelado (1979), Zuidam (1983), Verstappen (1985) mempunyai ciri: 1. Klasifikasi bersifat terbuka 2. Mencakup berbagai aspek 3. Penelitian banyak dilakukan di Indonesia 4. Penekanan satuan bentuklahan berdasarkan genesa 5. Sistem klasifikasi yang dibuat memungkinkan untuk diterapkan dalam berbagai skala dan tujuan kegunaan. Klasifikasi ITC Merupakan klasifikasi gabungan, yaitu mengakomodasi aspek kualitatif (genetik) dan kuantitatif (morfometri). Untuk tujuan kepentingan penelitian geologi dan terapan, maka klasifikasi ITC dapat dipergunakan ISU 3 Lalu, bagaimana dengan masalah penyajian peta? Penyajian peta harus didasarkan pada tujuan pembuatan peta dan skala peta yang akan digunakan ISU 4 Bagaimana dengan masalah manfaat peta? Manfaat peta tergantung pada tujuan pembuatan peta dan latar belakang disiplin si pembuat peta BAGAIMANA CARA MEMBUAT PETA GEOMORFOLOGI? Mengenal, memeri, melokalisir, menggambarkan setiap aspek bentuklahan berdasarkan kesamaan sifat dan perwatakan yang dicerminkan oleh struktur geologi dan kesan topografi. 3

Tahapan analisis bentuklahan Interpretasi peta dasar (peta topografi) 1. Analisis dikerjakan secara bertahap 2. Mulailah dari hal yang bersifat umum hingga hal-hal yang bersifat khusus/ detil. 3. Lakukan analisis dari bentuk-bentuk yang paling diketahui (mudah) hingga bentuk-bentuk yang sulit atau belum diketahui 1.Awali dengan interpretasi pola pengaliran. Perhatian ditujukan kepada pola pengaliran dasar/ubahan, penyim pangan aliran, tekstur pengaliran dan bentuk lembah. Pada tahap ini telah memberikan petunjuk mengenai bentuklahan dan proses fluvial, litologi, dan struktur geologi. Interpretasi peta dasar (peta topografi) 2. Pemerian bentuklahan, apakah berupa datar an, teras, lembah, bukit, pegunungan, perbukitan, beting dll. Pada tahap ini aspek morfografi sudah dapat ditentukan. Interpretasi peta dasar (peta topografi) 3. Lakukan pengukuran lereng, bentuk lereng, panjang lereng, ketinggian, beda tinggi, bentuk lembah, relief, dan tingkat pengikisan. Pada tahap ini aspek morfometri sudah dapat ditentukan. Interpretasi peta dasar (peta topografi) Interpretasi 1e. INTERPRETASI PETA DASAR peta dasar (PETA TOPOGRAFI) (peta topografi) 4. Perhatikan ciri-ciri garis kontur, bagaimana pola kerapatannya, pola kemenerusannya, dan hubungannya dengan pola garis kontur pada sungai/lembah. Pada tahap ini telah memberi petunjuk mengenai bentuklahan, proses geologi, proses fluvial, resistensi batuan, litologi, bidang perlapisan, dan struktur geologi. Pada tahap 5 ini, maka aspek morfogenesa secara tidak langsung sudah dapat diketahui, yaitu melalui interpretasi pola pengaliran dan karakteristik garis kontur. Sampai tahap ini sudah dihasilkan peta tentatif. 4

KERJA LAPANGAN Bertujuan untuk memperoleh data dari setiap satuan bentuklahan, se- Kaligus menguji peta tentatif hasil tafsiran studio Hmm Pakai konsep apa ya..kok jadi pusing? Aku juga mumet.. Minta ampun panaaas! KERJA STUDIO/LABORATORIUM 1. Melakukan interpretasi ulang terhadap peta tentatif setelah mendapatkan data lapangan secara langsung. 2 Membetulkan hasil tafsiran yang tidak tepat atau menegaskan hal-hal yang masih ragu (batas satuan bentuklahan) Data satuan bentuklahan yg diperlukan: 1. Pengukuran morfometri di lapangan 2. Pengamatan litologi, kedudukan lapisan batuan, struktur geologi, dan proses-proses. Perbaikan peta dan Penyusunan laporan Klasifikasi bentuklahan Menyederhanakan bentuklahan di permukaan bumi yang komplek, menjadi satuan-satuan yang mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik: - struktur geologi - proses - ekspresi topografi - kesan topografi (konfigurasi permukaan) Klasifikasi berbasis genesa, berdasarkan kepada: 1. Morfografi 2. Morfometri 3. Morfostruktur Pasif 4. Morfostruktur Aktif 5. Morfodinamis 6. Morfokronologi 7. Morfoarangement 8. Morfoasosiasi ASPEK POLA PENGALIRAN Pola pengaliran Penyimpangan aliran Tekstur pengaliran Tempat mengalir Bentuk lembah sungai MAKNA GEOLOGI Fungsi dari lereng, litologi, dan struktur geologi Fungsi dari resistensi batuan, struktur geologi, dan bidang perlapisan Fungsi dari litologi (ukur an butir & permeabilitas) Fungsi dari proses fluvial Fungsi dari litologi (ukuran butir) MODEL Howard (1967) Howard (1967) Way (1968) Thornbury (1954) (Zuidam (1979) Aspek 1. Morfografi (konfigurasi permukaan) Data dan fakta Datar 2. Morfometri 0-2% Satuan bentuklahan 3. Morfostruktur pasif Material DATARAN (litologi) lepas ALUVIAL 4. Morfostruktur aktif (struktur geologi) 5. Morfodinamis (prosesproses) Lapisan horisontal Fluvial Aspek 1. Morfografi (konfigurasi permukaan) Data dan fakta Datar 2. Morfometri 0-2% 3. Morfostruktur pasif Material (litologi) lepas 4. Morfostruktur aktif (struktur geologi) Lapisan horisontal 5. Morfodinamis(proses2) Fluvial 6. Situs topografi (hubungan sekitar) Pada kaki gunung Satuan Bentuklahan KIPAS ALUVIAL 5

Aspek 1. Morfografi Datar 4. Morfostruktur aktif (struktur geologi) 5. Morfodinamis (proses) 6. Situs geografi (morfoasosiasi) Data dan fakta 2. Morfometri 0-2% 3. Morfostruktur pasif Material (litologi) lepas Lapisan horisontal Fluvial Muara sungai Satuan bentuklahan DATARAN DELTA PERSYARATAN TEKNIS Penyusunan peta SNI 13-6185-1999 Peta dapat dibuat berdasarkan hasil interpretasi inderaan jauh, peta topografi dan atau pengamatan/penelitian lapangan yang disajikan dalam ben- tuk gambar, melalui proses dan kaidah kartografi. Ada tiga hal utama di dalam persyaratan teknis pembuatan peta, yaitu penyiapan peta, penyajian peta, dan simbol. PENYIAPAN PETA Sumber data yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan peta, diantaranya : peta rupa bumi, foto udara, citra satelit dll. Peta rupa bumi yang digunakan mengacu pada sistem penomoran lembar peta Bakosurtanal. Ukuran lembar peta batas ukuran dan luas lembar peta ditentukan berdasarkan kooordinat, untuk skala 1 : 250.000 adalah 1,5 x 1 derajat, skala 1 : 100.000 adalah 30 x 30 menit, skala 1 : 50.000 adalah 15 x 15 menit, sedangkan untuk skala 1 : 25.000 adalah 7,5 x 7,5 menit. PENYIAPAN PETA Sistem referensi koordinat mengacu kepada sistem referensi geodetik nasional yang telah ditetapkan oleh Bako. Pemerian Geomorfologi unsur yang tercantum dalam peta meliputi satuan geomorgologi (bentukan asal dan bentukan lahan ), jenis batuan, proses, tanah/soil, dan tutupan lahan. Penyajian peta: disusun menurut bagan tata letak (lihat gambar). Perubahan tata letak dapat dilakukan selama proses pengkartografian, dengan ketentuan peta memuat: 1. Judul peta 2. Nama & nomor lembar peta 3. Instansi penerbit / pimpinan instansi 4. Peta 5. Garis penampang (A-B-C ) 6. Peta lokasi daerah pemetaan 7. Lokasi indek lembar peta 8. Skala peta 9. Cakupan foto udara/ citra satelit 10. Nama penyusun dan tahun terbitan 11. Daftar istilah toponimi 3 2 A 5 B 4 6 7 8 9 12. Penampang 13. Pemerian satuan 14. Simbol 15. Sumber data 16. Nama penelahaan/penyunting dll 10 11 12 C 1 13 14 15 16 SIMBOL Simbol merupakan tanda yang dipergunakan untuk mengutarakan informasi pada peta, berupa huruf dan angka, warna, garis dan corak, yaitu : Huruf dan angka: Digunakan untuk menunjukkan satuan. Huruf digunakan untuk menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuklahan. Angka digunakan untuk menunjukkan jenis bentuklahan pada masing-masing bentukan asal. Contoh penamaan satuan, misal V 1.1, artinya V adalah bentukan asal gunungapi dan angka 1 adalah jenis bentuklahan (kerucut gunungapi ), sedangkan.1 adalah bentuklahan rinci. 6

SIMBOL Warna : Digunakan untuk membedakan satuan bentukan asal. Untuk masing-masing bentuklahan diberi simbol warna gradasi dari tua ke muda sesuai dengan warna dasar bentukan asal Garis: Digunakan untuk mengekspresikan elemen-elemen dan batas satuan peta UNIT UTAMA KODE / HURUF WARNA Bentukan asal struktur S (Struktur) Ungu Bentukan asal gunungapi V (Volkanik) Merah Bentukan asal denudasi D (Denudasi) Cokelat Bentukan asal laut M (Marin) Biru Bentukan asal sungai/ fluvial F (Fluvial) Hijau Bentukan asal angina A (Aeolian) Kuning Bentukan asal K (Karst) Bentukan asal glasial G (Glasial) Biru terang Selamat menyongsong fajar menyingsing 7