BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

TUGAS INDIVIDU MAKALAH BAHASA INDONESIA PENULISAN KATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGGUNAAN EJAAN. Oleh: Yayah Churiyah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN X

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

MENGAJARKAN EJAAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Pitasari Rahmaningsih SD Muhammadiyah Mulyodadi, Bantul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

THE ERROR ANALYSIS OF THE USE CAPITAL LETTERS AND PUNCTUATION ON SUMMARY THESIS OF PGSD STUDY PROGRAMS FORCE 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

EYD dan TANDA BACA. Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EJAAN DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA SWASTA TAMAN SISWA BINJAI TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB II LANDASAN TEORI. siswa agar kompetensi yang telah ditentukan dapat tercapai. Selain itu, kehadiran

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

EJAAN DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

Kata kunci: kesalahan ejaan, karangan siswa kelas V.

PENGGUNAAN TANDA BACA. Oleh AHMAD WAHYUDIN

ANALISIS PENGGUNAAN EYD DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 JUWIRING KLATEN NASKAH PUBLIKASI

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. termasuk keterampilan menulis (Abidin, 2012:6). keterampilan tersebut diantaranya keterampilan menyimak, keterampilan

PROSIDING SEMNAS KBSP V

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DALAM KARYA ILMIAH MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran yang menghasilkan interaksi antara guru dan anak

: Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Peguruan Tinggi

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

2/2/2015 KEBAHASAAN DALAM KTI 1

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi

PENGGUNAAN AFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK TAHUN AJARAN 2016/2017. (Skripsi) OLEH ISTI NURHASANAH

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Bahasa tulis memiliki karakteristik berbeda dengan karakteristik bahasa

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

Penulisan Huruf Kapital

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR

Transkripsi:

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) merupakan pembelajaran yang paling utama. Kompetensi hasil belajar siswa di sekolah telah telah dirumuskan secara nasional melalui penyusunan kurikulum pelajaran bahasa Indonesia. Sekolah dasar sebagai penyelenggara pendidikan dasar menjadi tumpuan utama dalam pengajaran bahasa permulaan secara formal. Pembelajaran bahasa pada umumnya dilaksanakan berurutan sesuai dengan tahap perkembangan usia anak, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dikembangkan melalui empat aspek keterampilan utama bahasa Indonesia yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis serta dua aspek penunjang yaitu kebahasaan dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. Melalui keempat aspek berbahasa, siswa diharapkan mampu menyerap semua informasi dan dapat menyampaikan hasil pikiran, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kemampuan berbicara lisan maupun tertulis seperti yang dikemukakan oleh Hartati (2006:184). Kemampuan tersebut dapat dilakukan jika seseorang telah memiliki pengetahuan yang memadai tentang kebahasaan, kosa kata yang cukup, serta didukung sikap positif terhadap bahasa dan sastra. Keempat aspek tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan ditunjang oleh dua aspek lainnya. Porses pembelajaran masing-masing aspek tersebut disesuaikan dengan kurikulum dan kompetensi yang telah disusun. 10

11 B. Hakikat Menulis Seluruh proses belajar siswa di sekolah tidak terlepaskan dari kegiatan tulis menulis. Menulis mempunyai beberapa pengertian seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa, diantaranya Tarigan (1994: 03) yang mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Sejalan dengan pendapat tersebut, Resmini (2011: 295) berpendapat bahawa menulis pada dasarnya adalah kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang kosong dan hasilnya berbentuk tulisan yang dapat dibaca dan dipahami isinya. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Cahyani (2008: 98) bahwa menulis adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan sesuatu baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain atau pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan menuangkan ide, gagasan, dan pesan melalui media tulis dengan menggunakan aturan penulisan yang sesuai agar bisa dipahami dan dimengerti oleh orang lain dengan baik. Siswa sekolah dasar umumnya melakukan kegiatan menulis sejak masih berada di kelas rendah.

12 C. Pengertian Karangan Menulis karangan merupakan bagian dari pengajaran aspek berbahasa. Istilah karangan sendiri sebenarnya sudah kita kenal sejak berada di sekolah dasar. Karangan pada umumnya identik dengan sebuah tulisan yang berasal dari hasil pemikiran seseorang. Pengertian karangan menurut para ahli dikemukakan oleh Resmini (2006: 229) yang mengatakan bahwa karangan merupakan suatu hasil berpikir. Karangan merupakan hasil ungkapan ide, gagasan, dan perasaan yang diperoleh melalui kegiatan berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan menulis, membuat siswa akan memikirkan terlebih dahulu apa yang akan dituliskannya sehingga ide dan gagasan dapat ditulis dengan baik. Sejalan dengan pengertian di atas, Dalman (2014: 85) berpendapat bahwa mengarang adalah proses pengungkapan gagasan, ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur bahasa (kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana yang utuh) dalam bentuk tulisan. Kesimpulan yang didapat dari beberapa pendapat para ahli yaitu bahwa karangan merupakan bentuk pemikiran (ide, gagasan) manusia yang disampaikan secara tertulis dan sistematis. Karangan lahir karena adanya proses berfikir yang logis dan berkesinambungan sehingga menghasilkan cerita yang menarik dan dapat dipahami oleh orang lain. D. Jenis-Jenis Karangan Karangan menggambarkan gagasan dan ide seseorang sehingga tidak terpaut kepada pemikiran orang tertentu saja. Terdapat beberapa jenis

13 karangan yang masing-masing memiliki pengertian dan kriteria yang berbeda. Menurut Resmini (2006: 244) bentuk-bentuk karangan sebagai berikut: 1. Deskripsi, merupakan jenis karangan yang memaparkan suatu hal, peristiwa/kejadian seperti apa adanya. Siswa diharapkan dapat mengemukakan selengkapnya faktor-faktor yang dilihat, didengar, dan diamatinya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2. Narasi, yaitu jenis karangan yang menyajikan peristiwa-peristiwa dalam suatu waktu tertentu atau peristiwa yang dialami oleh seseorang, misalnya menulis narasi tentang pengalaman yang mengesankan. 3. Argumentasi, yaitu karangan yang berisi tentang alasan-alasan yang meyakinkan akan pentingnya sesuatu bagi pembaca, sehingga akhirnya pembaca mengikuti kebenaran ide/pesan yang ditulis. 4. Eksposisi, yaitu karangan yang berbentuk paparan, yang berusaha menjelaskan sesuatu. 5. Jenis karangan yang lain dikemukakan oleh Dalman (2014: 146) yang berpendapat bahwa selain karangan deskripsi, narasi, eksposisi, dan argumentasi, masih terdapat jenis karangan lain yaitu karangan persuasif. Karangan persuasif diartikan sebagai sebuah karangan yang isinya bertujuan untuk mempengaruhi perasaan pembaca agar pembaca yakin dan percaya tentang isi karangan tersebut sehingga pembaca mau mengikuti keinginan penulis. Jenis karangan ini sering dikatakan sebagai karangan yang sifatnmya membujuk dan sugestif, yaitu bertujuan untuk mempengaruhi pembacanya.

14 E. Karangan Narasi Karangan narasi merupakan salah satu jenis karangan yang harus dikuasai oleh siswa. Kriteria mengenai karangan narasi diterangkan menurut para ahli dalam mendefinisikan jenis karangan tersebut. Keraf dalam bukunya (2007: 135) mengemukakan bahwa narasi dapat dibatasi sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Secara singkat narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Resmini (2006: 244) bahwa karangan narasi dikatakan sebagai jenis karangan yang menyajikan peristiwaperistiwa dalam suatu waktu tertentu atau peristiwa yang dialami oleh seseorang, misalnya menulis narasi tentang pengalaman yang mengesankan. Karangan narasi merupakan sebuah cerita yang mengandung peristiwa yang dialami oleh seseorang. Cerita dalam karangan yang ditulis oleh siswa biasanya disesuaiakan dengan kebutuhan pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran harus mengacu kepada materi dan tema tertentu. Hasil dari karangan siswa dapat diamati dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan penilaian. Karangan narasi memiliki tujuan dan ciri-ciri terntentu sebagai berikut: 1. Tujuan Menulis Narasi Menurut Dalman (2014: 106) karangan narasi memiliki tujuan sebagai berikut:

15 a. Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami kejadian yang diceritakan. b. Berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiawa yang terjadi, serta menyampaikan amanat kepada pembaca. c. Untuk menggerakan aspek emosi. d. Membentuk citra/ imajinasi para pembaca. e. Memberi informasi kepada pembaca dan memperluas pengetahuan. f. Menyampaikan sebuah makna kepada pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya. 2. Ciri-ciri Karangan Narasi Menurut Keraf (2007: 136) ciri-ciri karangan narasi, yaitu: a. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan. b. Dirangkai dalam urutan waktu. c. Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?. d. Mengandung konflik. F. Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Kemampuan yaitu kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri, Alwi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 707). Menulis merupakan suatu kegiatan menuangkan ide, gagasan, dan pesan melalui media tulis dengan menggunakan aturan penulisan yang sesuai agar bisa dipahami dan dimengerti oleh orang lain dengan baik. Keterampilan

16 menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur seperti yang dikemukanan oleh Tarigan (1994: 03). Melalui kegiatan menulis karangan maka ide dan gagasan seseorang dapat dinyatakan dalam bentuk tulisan agar dapat dimengerti oleh orang lain. Kegiatan menulis, menghendaki adanya suatu keterampilan dari penulis dalam menyampaikan ide dan gagasannya. Keterampilan seseorang dalam menulis inilah yang menjadi pandangan bagaimana seseorang dapat menulis dengan baik dan benar meskipun penilaian terhadap suatu karangan berbedabeda sesuai dengan kebutuhan penilainya. Melalui kebiasaan menulis, maka keterampilan menulis seseorang dapat terus berkembang. Keterampilan yang dimaksud misalnya kemahiran seseorang dalam menuangkan gagasannya kemudian merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan yang ditulis dengan memperhatikan ketepatan aturan penulisan dan aturan lain yang ditentukan. Ketepatan seseorang dalam kegiatan menulis menggunakan aturan tata tulis menjadi kriteria penilaian terhadap hasil tulisan tersebut. Menulis karangan narasi harus memperhatikan aturan-aturan yang ditentukan agar sesuai dengan kriteria penulisan karangan yang baik dan benar. Nurgiyantoro (2001: 305) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek penting yang menentukan kriteria penilaian karangan narasi. Aspek penulisan karangan narasi tersebut yaitu ruang lingkup isi, organisasi dan penyajian isi, gaya dan bentuk bahasa, serta mekanik. Kualitas dan ruang lingkup isi mengandung kriteria yang berkaitan dengan pemilihan judul karangan. Pemilihan judul karangan menjadi hal

17 wajib yang harus dipikirkan oleh penulis. Judul karangan yang baik menggambarkan isi karangan secara keseluruhan. Aspek organisasi dan penyajian isi mengandung beberapa kriteria seperti kerangka karangan, penulisan kalimat dan penulisan paragraf. Keterpaduan penyusunan kalimat dalam suatu paragraf menjadi pertimbangan untuk mengembangkan karangan agar menjadi karangan yang logis dan sistematis. Kaitannya dengan pengembangan paragraf, juga harus memperhatikan urutan-urutan cerita yang berkesinambungan sehingga antara paragraf pertama dengan paragraf selanjutnya sesuai dan tidak menimbulkan kejanggalan. Urutan-urutan yang berkesinambungan ini akan membentuk cerita yang menggambarkan kronologis atau kejadian peristiwa sesuai dengan ciri-ciri karangan narasi. Hal yang tidak kalah penting dalam menulis karangan yaitu harus memperhatikan aturan tata tulis seperti aturan penulisan penggunaan ejaan dan tata bahasa. Kalimat-kalimat dalam karangan narasi yang sudah ditulis harus menggunakan tanda baca dan ejaan yang sesuai untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi cerita sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Kriteria penilaian yang berkaian dengan ejaan tersebut termasuk dalam kategori mekanik. Karangan siswa sekolah dasar menurut Resmini (2006: 281-282) memiliki dua kategori dalam penyekoran analis yaitu kategori isi dan kategori mekanikal yang dapat dikembangkan menjadi empat kategori seperti ide, organisasi, gaya, dan mekanik. Penyekoran pada hasil karangan siswa SD kategori-kategori yang digunakan tidak selalu sesuai dengan semua benuk

18 tulisan. Berkaitan dengan pembelajaran kebahasaan di sekolah dasar, Hartati (2006: 187) mengemukakan bahwa pembelajaran kebahasaan di sekolah dasar belum diberikan secara khusus seperti di SLTP, tetapi disajikan melalui konteks yang termasuk kebahasaan. Aspek menulis sekolah dasar, untuk pembelajaran kebahasaan dilakukan melalui penggunaan imbuhan dalam kalimat, pragraf, dan penulisan ejaan yang benar. G. Pedoman Penskoran Penilaian Karangan Penskoran penilaian karangan menjadi pedoman dan langkah awal dalam proses pengolahan hasil karangan narasi siswa. Penskoran tersebut dikukan berdasarkan hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan karangan yang kemudian dapat diubah menjadi angka-angka. Rincian penskoran dapat diolah menjadi sebuah nilai akhir yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menulis karangann narasi. Peoman penskoran merujuk pada kriteria karangan siswa di sekolah dasar seperti yang sudah dikemukakan Resmini (2006: 281-282) terkait kategori dalam penyekoran analis yaitu kategori isi dan kategori mekanikal yang dapat dikembangkan menjadi empat kategori seperti ide, organisasi, gaya, dan mekanik. Aspek dalam penilaian karangan narasi di sekolah dasar meliputi beberapa kriteria yang disesuaikan dengan ketentuan penilaian karena kategori-kategori yang digunakan tidak selalu sesuai dengan semua benuk tulisan karangan narasi. Kriteria penskoran juga dapat mempergunakan interval skala seperti pada contoh pedoman penskoran menulis karangan narasi menurut

19 Nurgiyantoro (dalam Iskandarwassid 2008: 250) yaitu dengan pedoman seperti tabel sebagai berikut: Tabel. 1 Pedoman Penskoran Menulis Karangan Narasi Abjad Aspek Kriteria Deskriptor Skor A. Kualitas 1. Kesesuaian Kesesuaian judul karangan 3 dan Ruang Lingkup Pemilihan Judul dengan tema tepat. Kesesuaian judul karangan 2 Isi Karangan dengan tema kurang tepat. Kesesuaian judul karangan 1 dengan tema tidak tepat. 2. Kesesuaian Isi karangan sesuai dengan 3 Isi dengan Judul judul yang dipilih. Isi karangan kurang sesuai 2 Karangan dengan judul yang dipilih. Isi karangan tidak sesuai dengan judul yang dipilih. 1 B. Organisasi 1. Tata tulis Mengetahui tata cara 3 dan Penyajian dan alur paragraf penulisan judul dan paragraf yang baik, dapat dibedakan Isi antara judul dengan isi karangan, antara paragraf satu dengan yang lain. Mengetahui tata cara 2 penulisan judul dan paragraf yang baik, kurang dapat dibedakan antara judul dengan isi, antara paragraf satu dengan yang lain. Tidak mengetahui tata cara 1 penulisan judul dan paragraf C. Gaya dan bentuk bahasa 2. Pengembangan Kalimat Menjadi Paragraf Narasi yang baik. Paragraf mempunyai dua atau lebih kalimat penjelas yang sesuai dengan kalimat utama. Paragraf hanya terdiri dari satu kalimat penjelas dan ada yang tidak sesuai dengan kalimat utama. Paragraf tidak sesuai 1 Penulisan kata Pemilihan kata tepat, 3 menguasai pembentukan kata. 3 2

20 Abjad Aspek Kriteria Deskriptor Skor Pemilihan kata dan 2 penguasaan pembentukan kata kurang tepat tapi tak menggangu. Sering terjadi kesalahan 1 penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna. D. Mekanik 1. Penulisan Menguasai aturan penulisan 3 (Ejaan) Huruf Huruf dan Kapitalisasi. Kurang menguasai aturan 2 penulisan Huruf dan Kapitalisasi. Banyak terjadi kesalahan 1 penulisan Huruf dan Kapitalisasi. 2. Penguasaan Menguasai penulisan tanda 3 Tanda Baca baca, hanya terdapat beberapa kesalahan. Kurang menguasai 2 penulisan tanda baca, tetapi tidak mengaburkan makna. Tidak menguasai tanda baca, makna menjadi, makna membingungkan atau kabur. 1 Kerapihan Karangan ditulis secara 3 rapih, bersih, dan menarik. Karangan kurang rapih 2 sehingga kurang menarik. Karangan tidak rapih, tidak 1 menarik. Jumlah skor maksimal 24 Setelah skor didapatkan maka selanjutnya yaitu menghitung nilai dengan penghitungan menurut Arifin (2011: 229) sebagai berikut: Jumlah skor yang diperoleh Nilai = x 100 Jumlah skor maksimal Setelah ditemukan nilai akhir maka dapat dihitung nilai rata-rata kelas dengan rumus jumlah semua skor dibagi jumlah subjek, Nurgiyantoro

21 (2001: 326). Nilai ubahan menurut Nurgiyantoro (2013: 253) menyebutkan penentuan kriteria dengan penghitungan persentase untuk skala empat sebagai berikut: Interval persentase tingkat Nilai ubahan skala empat penguasaan 1-4 D-A Keterangan 86-100 4 A Baik Sekali 76-85 3 B Baik 56-75 2 C Cukup 10-55 1 D Kurang H. Ejaan Ejaan memiliki peran penting dalam tata tulis untuk menggantikan unsur non bahasa yang tidak bisa diadakan seperti dalam interkasi langsung. Kesesuaian ejaan yang digunakan dalam tata tulis menjadikan tulisan menjadi bermakna dan mudah dipahami. Menurut Chaer (2011: 152) secara umum ejaan bisa diartikan sebagai konvensi grafis, yaitu semacam perjanjian diantara para penutur suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya. Jadi, bunyibunyi bahasa yang seharusnya dilafalkan lalu diganti dengan lambanglambang berupa huruf-huruf dan tanda-tanda baca lainnya. Sejalan dengan Chaer, Muslich (2008: 136) mengemukakan pengertian ejaan sebagai keseluruhan peraturan penggambaran bunyi-bunyi bahasa dengan standarisasi kaidah tulis-menulis. Apabila diklasifikasikan, ejaan mempunyai tiga aspek yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad; aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan morfemis dan kata; aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca. Lebih lanjut, dalam

22 aspek fonologis, ejaan memberikan arahan bagaimana huruf-huruf yang terdapat dalam abjad dipakai sebagai lambang fonem tertentu dan cara penulisannya dalam konteks kebahasaan. Dalam aspek morfologis, ejaan memberikan arahan cara penulisan berbagai tipe kata dalam konteks kebahasaan. Dalam aspek sintaksis, ejaan memberikan arahan cara pemakaian tanda-tanda baca sebagai cermin ujaran dalam konteks kebahasaan. Ketiga aspek tersebut terlihat pada aturan tentang pemakian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Pengertian yang lain dikemukakan oleh Keraf (1984:47), menyatakan bahwa ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana hubungan antar lambanglambang itu (pemisahan dan penggabungannya) dalam suatu bahasa. Pemakaian ejaan disesuaiakan dengan kebutuhan untuk menggantikan peran unsur non bahasa agar suatau bahasa menjadi jelas dan tidak menimbulkan makna ganda. Pemakaian ejaan yang kurang tepat bahkan dapat menimbulkan suatu kata atau kalimat bermakna ambigu bahkan apabila pemakaiaanya tidak tepat menjadi tidak bermakna sama sekali. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ejaan merupakan serangkaian aturan yang disepakati bersama untuk dijadikan standar penulisan dalam tata tulis. Aturan ejaan yang digunakan dalam penulisan di Indonesia adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Berikut adalah EYD yang berlaku dalam peraturan tata tulis di Indonesia menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:

23 1. Penggunaan Huruf a. Penulisan Huruf Kapital Huruf kapital mempunyai kegunaan yang bermacam-macam dalam sistem penulisan. Penggunaan huruf kapital dalam penulisan antara lain (1) dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat, (2) dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan, (3) dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Pada penulisan tertentu, huruf kapital tidak dipakai dalam penulisan yaitu tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Selanjutnya, pada penulisan nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan, huruf kapital digunakan sebagai (1) huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu, (2) dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya, (3) namun huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu. Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang, namun dalam hal ini huruf kapital tidak dipakai sebagai

24 huruf pertama seperti pada de, van, dan der (dalam nama Belanda), van (dalam nama Jerman), atau da (dalam nama Portugal), serta tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti. Penggunaan huruf kapital dalam penulisan singkatan dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran namun tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Kaitannya dengan penulisan nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa seperti penulisan kata suku Sunda. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan seperti pada penulisan kata keinggris-inggrisan kejawa-jawaan. Penulisan huruf kapital yang berkaitan dengan waktu, maka aturan penggunaanya yaitu (1) dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya, (2) dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama peristiwa sejarah, (3) namun tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama. Sedangkan kaitannya dengan penulisan unsur geografi, huruf kapital dipakai sebagai (1) huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi, (2) dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi, (3) kemudian huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata

25 yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya, (4) namun tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh nama diri geografi dan tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan sebagai penjelas nama jenis seperti pada penulisan kata apel malang. Huruf kapital juga dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk namun tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan, kemudian dipakai sebagai huruf penama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Huruf kapital selanjutnya dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri serta dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik, dan Paman, yang digunakan dalam

26 penyapaan atau pengacuan namun tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan. Terakhir, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan. b. Penulisan Huruf Diftong Menurut Alwi, dkk (2003: 52) diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya. Huruf diftong dalam bahasa Indonesia antara lain ai, au, dan io. Contoh pemakaian diftong dalam penulisan kata misalnya pada penulisan malaikat dan pandai. c. Gabungan Huruf Konsonan Gabungan huruf konsonan merupakan dua huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi konsonan. Gabungan huruf konsonan dalam bahasa Indonesia yaitu kh, ng, ny, sy. Contoh dalam sebuah kata misalnya: khusus, akhir, bangun, siyarat, banyak. 2. Pemakaian Tanda Baca Tanda baca dalam penulisan mempunyai kegunaan yang berbedabeda tergantung jenis tanda bacanya. Berikut ini disebutkan penggunaan atau pemakaian tanda baca dalam penulisan. a. Tanda Titik (.) Penggunaan tanda titik antara lain (1) tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan namun tidak digunakan pada akhir kalimat yang unsur akhirnya sudah bertanda

27 titik, (2) tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar namun tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf, (3) tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam. Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam tetapi tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Aturan penulisan daftar pustaka juga identik dengan penggunaan tanda titik yaitu dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit. Penulisan bilangan juga berhubungan dengan tanda titik misalnya untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah namun tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah serta tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, label, dan sebagainya. Penggunaan tanda titik kaitannya dengan penulisan surat, tanda titik tidak dipakai di belakang (a) nama dan alamat penerima

28 surat, (b) nama dan alamat pengirim surat, dan (c) di belakang tanggal surat. Namun, tanda titik dipakai pada penulisan singkatan. b. Tanda Koma (,) Tanda koma juga mempunyai fungsi pemakaian yang bervariasi dalam penulisan. Pemakaian tanda koma antara lain (1) dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian, (2) dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali kemudian, dan (3) dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya namun tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Tanda koma juga dipakai dalam penulisan antara lain (1) dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, (2) kemudian dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wan, aduh.dm kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat, dan (3) dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat namun tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat

29 jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Aturan penggunaan tanda koma selanjutnya dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan penulisan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Tanda koma juga dipakai dalam penulisan untuk (1) memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam penulisan daftar pustaka, (2) dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir, (3) dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keiuarga, atau marga, (4) selanjutnya dipakai dimuka angka desimal atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka, kemudian (5) dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatya tidak membatasi seperti pada kalimat semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan serta selanjutnya (6) dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat seperti pada kalimat Atas perhatian Saudara, kami sampaiakan terima kasih. d. Tanda Titik Dua (:) Penggunaan tanda titikdua antara lain: 1) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemberian namun tidak dipakai jika rangkaian atau pemberian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

30 2) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerincian. 3) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang meminjukkan pelaku dalam percakapan. 4) Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. e. Tanda Hubung (-) Penggunaan tanda hubung antara lain: 1) Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris. 2) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris. 3) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang. 4) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu. 5) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.

31 6) Tanda hubung dipakai untuk merangkai: a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, b) ke- dengan angka, c) angka dengan -an, d) kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital, e) kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan f) gabungan kata yang merupakan kesatuan. Misalnya pada kata se-indonesia dan kata peringkat ke-2 7) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. f. Tanda Pisah (-) 1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat. 2) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya kcterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. 3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'. Penulisan dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. g. Tanda Tanya (?) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya dan dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

32 h. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat. i. Tanda Petik ( ) Tanda petik dipakai dalam penulisan antara lain: 1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah. 2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. 3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Keterangan penulisan tanda petik sebagai berikut: a) Tanda petik penutup mengikuti landa baca yang mengakhiri petikan langsung, b) Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dcngan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. c) Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

33 d) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar. j. Tanda Kurung ((...)) Penggunaan tanda kurung dalam penulisan antara lain: 1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Contoh penulisannya misalnya pada kalimat Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk). Namun, dalam penulisan harus didahulukan bentuk lengkap setelah itu bentuk singkatnya. 2) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat. 3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. 4) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan. 5) Pemakaiana tanda kurung tunggal dapat dipakai untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusim ke bawah. k. Tanda Garis Miring (/) 1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.

34 2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun. 3) Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah. 3. Pemenggalan Kata a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut: 1) Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. 2) Huruf diftong ai, au, dan oi tidak dipenggal. 3) Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan) diantara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu. 4) Jika di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu. 5) Jika di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. a) Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.

35 b) Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal) di awal atau akhir baris. b. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu. Keterangan pemenggalan kata dengan imbuhan sebagai berikut: (1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasaraya mengalami perubahan dilakukan seperti pada kaia dasar. (2) Akhiran -i tidak dipisahkan pada pergantian baris. (3) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. (4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal. c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar. Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah). Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan. 4. Penulisan Kata, antara lain: a. Kata Dasar, kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. b. Bentuk kata ulang 1) Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.

36 a) Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama saja. Misalnya pada kata surat kabar ditulis menjadi surat-surat kabar b) Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda. Misalnya pada kata orang besar dapat ditulis menjadi orang-orang besar dan orang besar-besar. 2) Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang. Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah. c. Kata depan di, ke dan dari Kata depan di, ke dan dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai suatu kata seperti kepada dan dari mana. d. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan nya Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata ku, -mu dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh penulisan dalam sebuah kalimat misalnya Buku ini boleh kaubaca. e. Penulisan Angka dan bilangan Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Angka dan bilangan

37 dalam tulisan yang lazim digunakan yaitu angka Arab atau angka Romawi. Aturan penulisan angka dan bilangan yaitu: 1) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai sccara berurutan seperti dalam perincian atau paparan. 2) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapai ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat. 3) Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. 4) Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. a) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal. b) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$,, dan tidak diakhiri dengan tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya, kecuali di dalam label. 5) Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. 6) Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

38 7) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya: a) pada awal abad XX (angka Romawai kapilal) dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab) pada awal abad kedua puluh (huruf) kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi) di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab) di tingkat kedua gedung itu (huruf). Penulisan dengan bilangan romawi yaitu: a) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah. b) Angka Romawi digunakan uncuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan. c) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I dalam naskah dan buku. f. Singkatan dan Akronim Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Aturan penulisan singkatan yaitu (1) singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu, (2) singkatan gabungan kata yang tcrdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik, (3) ambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang

39 tidak diikuti tanda dengan titik dan (4) singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik dengan aturan sebagai berikut: 1) Singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. 2) Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. Penulisan akronim yang benar yaitu (1) akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsurunsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik, (2) akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan huruf awal capital, dan (3) akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. I. Tata Bahasa Bahasa mencakup berbagai aspek yang dibatasi dengan peraturanperaturan kebahasaan. Menurut Keraf (1984:28) tata bahasa merupakan suatu himpunan dari patokan-patokan umum berdasarkan struktur bahasa yang meliputi bidang-bidang fonologi, morfologi dan sintaksis. Penelitian ini

40 menganalisis tata bahasa bidang morfologi. Keraf (1984: 50) juga mengemukakan bahwa morfologi merupakan bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk kata. Sejalan dengan pendapat di atas, Tarigan (2009:4) mengartikan sebuah morfologi sebagai bagian darilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tata bahasa bidang morfologi merupakan bagian ilmu bahasa yang mempelajari dan mengatur penulisan bentuk kata dan perubahannya agar memiliki makna yang benar. Unsur tata bahasa bidang morfologi yang akan diteliti antara lain perfiks, sufiks, konfiks, gabungan imbuhan, infiks dan partikel. Berikut ini adalah kajian tentang unsur tata bahasa yang akan dibahas dalam penelitian yaitu: 1. Bidang morfologi, meliputi: a. Prefiks Menurut Keraf (1984: 90-118) prefiks atau awalan adalah unsur yang secara struktural diikatkan di depan sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Menurut Putrayasa (2010: 10-23) penulisan prefiks sebagai berikut: 1) Prefiks men- Prefiks men- dapat berubah menjadi me-, mem-, men-, meny-, meng, menge-. Keenam bentuk perubahan prefiks mentersebut disebut alomorf dari prefiks men-. Kaidah perubahan men- tersebut adalah sebagai berikut,

41 a) Prefiks men- berubah menjadi meng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /khl dan semua vocal (a,i,u,e,o, ). Fonem /k/ mengalami peluluhan. Contoh: men- + ambil men- + ikat mengambil mengikat b) Prefiks men- berubah menjadi me- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /I/, /m/, /n/, /ny/, /n/, /r/, /y/, dan /w/. Contoh: men- + latin men- + makan melatih memakan c) Prefiks men- berubah menjadi men-jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/mengalami peluluhan. Contoh: men- + datang men- + tanam mendatang menanam d) Prefiks men- berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/. Fonem /p/ mengalami pe-luluhan. Contoh: men- + bantu men- + pukul membantu memukul

42 e) Prefiks men- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d, /j/, /s/, dan /sy/. Fonem /s/ mengalami peluluhan Contoh: men- + sayang + i men- + sadar + kan men- + suci + kan menyayangi menyadarkan menyucikan f) Prefiks men- berubah menjadi menge- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu. Contoh: men- + tik men- + bom mengetik mengebom 2) Prefiks pen- Seperti halnya prefiks men-, prefiks pen- juga mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi bentuk dasar yang mengikutinya. Prefiks pen- dapat berubah menjadi pe-, pen-, pern-, peng-, peny-, dan penge. Keenam bentuk tersebut merupakan alomorf dari prefiks pen-. a) Prefiks pen- berubah menjadi peng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/ dan semua vocal (a,i,u,e,o,). Fonem /k/ mengalami peluluhan. Contoh: pen- + ambil pen- + ukur pengambil pengukur

43 b) Prefiks pen- berubah menjadi pe- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/, dan /w/. Contoh: pen- + latih pen- + makan pelatih pemakan c) Prefiks pen- berubah menjadi pen- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/. Fonem /t/ mengalami pe luluhan Contoh: pen- + datang pen- + tanam pendatang penanam d) Prefiks pen- berubah menjadi pem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/, /f/. Fonem /p/ mengalami peluluhan. Contoh: pen- + bantu pen- + pukul pembantu pemukul e) Prefiks pen- berubah menjadi peny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/. Fonem /s/ mengalami pelu luhan. Contoh: pen- + sayang pen- + sandar penyayang penyandar

44 f) Prefiks pen- berubah menjadi penge- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu. Contoh: pen- + tik pen- + bom pengetik pengebom 3) Prefiks ber- Prefiks ber-juga dapat mengalami perubahan bentuk. Terdapat tiga bentuk yang dapat terjadi jika prefiks berdilekatkan pada bentuk dasar. Ketiga bentuk tersebut adalah be-, ber-, dan bel-. Kaidah perubahan bentuk prefiks ber- adalah sebagai berikut. a) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditempatkan pada bentuk dasar yang bermula dengan fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/ Misalnya: ber- + ranting ber- + rantai beranting berantai b) Prefiks ber- berubah menjadi ber- (tidak mengalami perubahan) jika ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak ber-mula dengan fonem /r/ atau suku pertamanya tidak mengadung /er/. Misalnya: ber- + main ber- + pakai + an bermain berpakaian

45 c) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika dilekatkan pada bentuk dasar ajar. ber- + ajar belajar 4) Prefiks ter- dan di- Prefiks ter- mempunyai alomorf ter- dan tel-. Bentuk telhanya terjadi pada kata-kata tertentu seperti telanjur dan telentang, sedangkan prefiks di-tidak pernah mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan bentuk lain. 5) Prefiks per- Prefiks per- sangat berkaitan erat dengan prefiks ber-. Jika kata kerjanya berawalan ber- dan tidak pernah ditemukan dalam bentuk men-, kata bendanya menjadi per-. Misalnya: kata dasar tapa Bentuk ber- dari kata tersebut adalah bertapa (kata kerja) dan tidak pernah ditemukan bentuk men- dari kata tersebut, yaitu menapa. Oleh karena itu,kata bendanya adalah pertapa. (pada kitab-kitab lama ditemukan kata pertapa dan tidak pernah ditemukan kata petapa). 6) Prefiks ke- Prefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk pada saat digabungkan dengan bentuk dasar. Hal yang perlu diperhatikan adalah perbedaan antara ke-sebagai prefiks dan ke- sebagai kata depan. Ke- sebagai kata depan kedudukannya sama dengan kata depan di dan dari. Oleh karena itu, sebagai kata depan penulisannya dipisahkan.

46 7) Prefiks se- Prefiks se- berasal dari kata sa yang berarti satu, tetapi karena tekanan struktur kata, vokal a dilemahkan menjadi e. Bentuk awalan se- tidak mengalami perubahan atau variasi bentuk. Prefiks se- pada umumnya melekat pada bentuk dasar yang berupa (1) kata benda seperti serumah, sebuah, seminggu, sehari, serombongan, dan (2) kata sifat seperti setinggi, seluas, sebaik, seindah, secerdas. Selain itu, terdapat prefiks se-yang dapat melekat pada golongan kata lain seperti sebelum, sesudah, setelah., b. Sufiks Menurut Keraf (1984: 90-118) sufiks atau akhiran ialah semacam morfem yang diletakkan di belakang suatu morfem dasar Sufiks atau akhiran adalah morfem terikat yang dilekatkan di belakang suatu bentuk dasar dalam membentuk kata. Menurut Putrayasa (2010: 27-31) penulisan sufiks sebagai berikut: Jumlah sufiks asli dalam bahasa Indonesia terbatas, yaitu -an, - i, -kan, dan -nya 1) Sufiks -an a) Bentuk Sufiks -an sangat produktif dalam pembentukan kata pada bahasa Indonesia. Sufiks -an tidak mengalami perubahan bentuk dalam pengga-bungannya dengan unsur-unsur lain.

47 2) Sufiks -kan a) Bentuk Sufiks -kan tidak mengalami perubahan bentuk. b) Fungsi: Sufiks -kan berfungsi untuk membentuk kata kerja transitif. 3) Sufiks -i a) Bentuk Sufiks -i tidak mengalami perubahan bentuk. Contoh: (1) Anak itu menaiki tangga (2) Anak itu menaikkan tangga 4) Sufiks-nya Oleh beberapa kaum tatabahasa tradisional, unsur-unsur seperti nya, kah, tah, lah, ku, mu dimasukkan dalam kategori akhiran. Pandangan tersebut tidak benar karena secara struktur bentuk, unsur-unsur tersebut sifatnya berbeda. Bentuk lah, kah, tah, pun bukan merupakan akhiran, melainkan partikel. Bentuk ku dan mu adalah kata ganti orang pertama dan kedua. Bentuk yang cukup pelik adalah nya. Pertama-tama harus ditegaskan bahwa ada dua macam nya. Jenis nya yang pertama adalah kata ganti orang ketiga tunggal misalnya, bukunya, pacarnya, kekasihnya. Pada contoh tersebut, nya bukan berstatus sebagai akhiran. Bentuk nya yang kedua adalah -nya yang berstatus sebagai akhiran misalnya, tenggelamnya, merajalelanya, obatnya, rajinnya, agaknya, rupanya.

48 Bentuk -nya yang merupakan akhiran berfungsi sebagai berikut: 1) Untuk mengadakan transposisi atas suatu jenis kata lain menjadi kata benda (substantiva, yaitu pembendaan suatu kata, baik dari kata kerja maupun dari kata sifat) merajalelanya penyakit itu timbul tenggelamnya baik buruknya c. Konfiks Menurut Keraf (1984: 90-118) konfiks merupakan gabungan dari dua macam imbuhan atau lebih yang bersama-sama membentuk satu arti. Menurut Putrayasa (2010: 36-38) penulisan konfiks sebagai berikut: 1) Kata bentukan, pada umumnya tidak mempunyai arti. Kalau pun ada yang mempunyai arti, arti tersebut tidak satu kelas dengan kelas kata yang terjadi jika afiks-afiks tersebut digunakan bersama-sama. 2) Setelah diberi konfiks, afiks tersebut umumnya merupakan kelas substantiva (benda), kecuali ber-an. Beberapa contoh konfiks : 1) ke-an : kedudukan. Jika kata tersebut dipecah akan menjadi: keduduk : tidak mempunyai arti dudukan : tidak mempunyai arti Oleh karena itu, ke-an pada kata kedudukan adalah konfiks dan merupakan satu morfem

49 2) pen-an : perampokan (subtsantiva abstrak) perampok : mempunyai arti, tetapi tergolong kelas substantiva konkret. rampokan : mempunyai arti, tetapi tergolong substantiva konkret. Oleh karena itu, kelas kedua pecahan kata tersebut berbeda dengan kelas asalnya. 3) Per-an : perikanan (substantiva abstrak) perikan ikanan : tidak mempunyai arti leksikal : tidak mempunyai arti leksikal Oleh karena itu, per-an adalah konfiks dan merupakan satu morfem 4) Ber-an : berguguran (verba refleksif) bergugur : tidak mempunyai arti guguran : mempunyai arti (substantive abstrak), tetapi makna yang terbentuk tidak berhubungan dengan berguguran. 5) Per-an atau per-kan Bentuk per-an adalah bentuk kata benda abstrak dari kata kerja ber- atau memper-kan seperti: berdagang berjudi memperbanyakkan memperhitungkan perdagangan, perjudian perbanyakkan perhitungkan

50 d. Gabungan Imbuhan Menurut Keraf (1984: 90-118) merupakan pemakaian beberapa imbuhan sekaligus pada suatu kata dasar yang masingmasing mempertahankan arti dan fungsinya. Ciri-ciri morfem gabungan atau imbuhan gabung adalah: (1) tidak secara bersamasama membentuk nosi atau arti yang baru, (2) imbuhan gabung biasanya membentuk kata jenis verba. Terdapat beberapa bentuk imbuhan gabung pada proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia menurut Putrayasa (2010: 34-35) sebagai berikut: yaitu: 1) Imbuhan gabung me-kan, di-kan menjadi memper-kan, diperkan 2) Imbuhan gabung memper-i atau diper-i 3) Imbuhan gabung ber-kan 4) Imbuhan gabung ber-an e. Infiks Menurut Keraf (1984: 90-118) merupakan semacam morfem yang disisipkan pada sebuah kata antara konsonan pertama dan vokal pertama. Infiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah -el-, - em-, -er-. Pembentuk kata dengan infiks adalah dengan menyisipkan infiks tersebut di antara konsonan dan vokal pada suku pertama kata dasar. Penulisan infiks menurut Putrayasa (2010: 26-27) adalah sebagai berikut:

51 Misalnya: gigi + -er- tunjuk + -el- guruh + -em- = gerigi = telunjuk = gemuruh Dari contoh tersebut, terlihat bahwa infiks dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan bentuk. 2. Partikel Menurut Keraf (1984: 90-118) partikel merupakan semacam kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus yaitu sangat ringkas atau kecil dengan fungsi tertentu. Penulisan partikel pada penulisan adalah sebagai berikut: a. Partikel -tah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya, misalnya paa kalimat Apakah yang tersirat dalam surat itu? b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya pada kalimat Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana. Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu juga ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya seperti pada kata walaupun. c. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya pada kalimat Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu. Penulisan Partikel per dalam bilangan pecahan yang ditulis dengan huruf dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya.