Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN WIRAUSAHA WISATA SUSUR SUNGAI WANGEN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pengembangan Usaha Karak Gebang

Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

PEMBANGUNAN DAN PELATIHAN PENGELOLAAN WEBSITE UNTUK MENDUKUNG PROMOSI KAMPUNG WIRAUSAHA (E-LUN) KELURAHAN SISIR KOTA BATU

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penenlitian

BAB I PENDAHULUAN. baik dibanding dengan tahun lalu. Kondisi ini tidak lepas dari pembangunan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BABV SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Produk yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak akibat. keterbukaan pasar, sehingga muncullah persaingan antara produsen dalam

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

-1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Ketentuan Pengajuan PKM

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian tetang Modal Sosial

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. masyarakat pada tahun menunjukkan hasil yang positif bagi

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V AKSI BERSAMA MASYARAKAT. kampung demak Jaya dan diikuti oleh ketua RT yakni Erik Setiawan (45 tahun) berkumpul di

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN USAHA MIKRO DHI SABLON & PRINTING DAN THE JOKER S SABLON & OFFSET DI MALANG

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Rekomendasi Keterbatasan Studi DAFTAR PUSTAKA... xv

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN SISTEM KELOMPOK HOME INDUSTRY KRIPIK TEMPE PADA DESA BANGUN JAYA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Peran Pengelola TBM Sukamulya Cerdas Dalam Optimalisasi Minat Baca Masyarakat

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

BAB III PROFIL DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Sejarah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta

PEMBERDAYAAN UKM KERAJINAN SENI UKIR BATU PADAS DUSUN SILAKARANG BALI

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sektor penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia (Naude

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tujuan wisata sebaiknya tetap menjaga citra tujuan wisata dan lebih

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DINAS PEMUDA, OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA MOJOKERTO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT KANTOR PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN TASIKMALAYA BUPATI TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang devisa negara serta

MEMPERKENALKAN OBJEK WISATA KAMPOENG BATIK PESINDON PEKALONGAN MELALUI MEDIA PROMOSI

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Pengelolaan Kelembagaan dan Pemasaran Desa Wisata Kedunggudel Kenep Sukoharjo Aflit Nuryulia Praswati 1 *, Syamsudin 2, Sisilia RR Saputri 3 *Manajemen/FEB, Universitas Muhammadiyah Surakarta *anp122@ums.ac.id 1 Abstrak Keywords: Wisata; Kelembagaan; Pemasaran; Desa Kedunggudel Kecamatan Kenep Kabupaten Sukoharjo merupakan pusat home industry batik, jenang dan karag. Usaha ini telah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun. Proses produksi yang masih sederhana, alat-alat tradisonal dan resep peninggalan orang tua memberikan kesan mendalam bagi pelanggan. Jumlah home industri yang banyak (6 pengrajin bati, 15 pengusaha jenang dan 9 pengusaha karag) membuat Kedunggudel dinobatkan menjadi Desa Wisata Kreatif oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Wisata yang ditawarkan berupa melihat proses produksi pada home industry dan wisata religi. Wisata religi berupa Masjid Darussalam yang merupakan cagar budaya di lingkungan Surakarta. Para pemuda dalam organisasi Lumbung Budoyo adalah penggerak wisata kreatif Desa Kedunggudel. Lumbung Budoyo Desa Kedunggudel belum terorganisir dengan baik membuat kegiatan wisata kreatif belum tertata. Jasa yang ditawarkan belum jelas sehingga peminat wisata masih sedikit. Potensi wisata Desa Kedunggudel akan lebih memberi manfaat bagi para pelaku home industry ketika mendapat dukungan dari semua pihak. Untuk menyelesaikan masalah tersebut telah dilakukan pelatihan manajemen usaha jasa berupa penguatan kelembagaan dan pendampingan penyusunan brosur cetak sebagai alat pemasaran. 1. PENDAHULUAN Desa Kedunggudel Kecamatan Kenep Kabupaten Sukoharjo merupakan pusat home industry batik, jenang dan karag. Usaha ini telah dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun. Proses produksi yang masih sederhana, alat-alat tradisonal dan resep peninggalan orang tua memberikan kesan mendalam bagi pelanggan. Selain kunjungan melihat kegiatan home industry sebagai wisata edukasi ada juga wisata religi. Wisata edukasi kegiatan home indusrty Desa Kedunggudel menarik untuk menjadi bahan pembelajaran wirausaha. Kalangan pengunjung mendatangi home industry yaitu sekolah dari tingkatan PAUD dan SD. Home industry yang ada yaitu batik, jenang dan karag. Proses pembuatan batik masih menggunakan alat tradisional. Terdapat 6 pengrajin batik di Desa Kedunggudel. Jenis batik yang dihasilkan berupa batik tulis, cap dan kombinasi. Home industry pengolahan makanan Desa Kedunggudel ada 15 pengrajin jenang dan 9 pengrajin karag. 67

Gambar 1. Proses pewarnaan batik Desa Kedunggudel Gambar 2. Proses pembuatan jenang Desa Kedunggudel Gambar 3. Penanda kawasan industri karag Desa Kedunggudel Wisata religi yaitu adanya Masjid Darussalam yang termasuk satu di antara 3 masjid tertua. Masjid Darussalam merupakan cagar budaya di lingkungan Surakarta. Masjid ini dibangun sejak tahun 1730 oleh Kyai Lombuk, Santri Sunan Kalijogo. Bentuk bangunannya memiliki kemiripan dengan Masjid Demak. Hingga saat ini Masjid Darussalam banyak 68

dikunjungi peziarah dari luar Sukoharjo. Masyarakat desa menggantungkan hidup dari para pengunjung masjid dengan menjajakan makanan khas tradisional dan cinderamata. Jumlah home industri yang banyak dan keberadaan masjid tua membuat Kedunggudel dinobatkan menjadi Desa Wisata Kreatif oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Para pemuda dalam organisasi Lumbung Budoyo adalah penggerak wisata kreatif Desa Kedunggudel. Koordinasi kegiatan wisata kreatif dilakukan sejak memasarkan, mendampingi wisatawan dan menjelaskan tentang tempat yang dikunjungi. Penggerak wisata kreatif ini juga menyediakan transportasi antar jemput bagi wisatawan disekitar Desa Kedunggudel. Permasalahan Lumbung Budoyo Desa Kedunggudel belum terorganisir dengan baik membuat kegiatan wisata kreatif kurang tertata rapi. Masih ada kebingungan tugas dan kewajiban dari masing-masing anggota. Kurangnya komunikasi terkadang membuat wisatawan kurang nyaman. Jasa yang ditawarkan belum jelas sehingga peminat wisata masih sedikit. Potensi wisata Desa Kedunggudel akan lebih memberi manfaat bagi para pelaku home industry ketika mendapat dukungan dari semua pihak. Permasalahan kurang puasnya pengunjung karena penyelenggaraan kegiatan wisata belum terkoordinir dengan baik, maka perlu dilakukan pelatihan manajemen usaha jasa berupa penguatan kelembagaan. Proses penguatan ini berupa penyusunan struktur organisasi beserta tugas dan kewajibannya. Kurangnya minat wisata maka perlu adanya pendampingan penyusunan brosur cetak sebagai alat pemasaran yang bisa digunakan oleh Lumbung Budoyo. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk dapat membantu masyarakat Desa Kedunggudel dalam mengelola wisata kreatif dengan lebih baik. Penyajian wisata yang menarik akan meningkatkan jumlah pengunjung. Perekonomian masyarakat semakin bertumbuh. 2. METODE PELAKSANAAN Permasalahan mitra pengabdian masyarakat ini antara lain: (1) Adanya keluhan dari pengunjung wisata berkaitan dengan kurangnya kesiapan penyelenggara dalam hal ini Lumbung Budoyo. (2) Struktur organisasi belum tersusun dengan baik sehingga sering terjadi kesalahpahaman antara anggota (3) Tugas dan kewajiban antar anggota belum tersusun dengan baik. (4) Belum memiliki alat pemasaran yang baik. Hasil dari diskusi dengan masyarakat Desa Kedunggudel Kecamatan Kenep Kabupaten Sukoharjo, masalah yang diprioritaskan dalam pengabdian masyarakat ini adalah: Penguatan kelembagaan Lumbung Budoyo dan Penyusunan desain brosur wisata kreatif Desa Kedunggudel. Solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan permasalahan mitra adalah: (1) Pelatihan dan pendampingan penguatan kelembagaan (2) Pelatihan dan pendampingan penyusunan desain brosur pemasaran Metode pendekatan pada pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu mengidentifikasi permasalahan antara tim pengabdian masyarakat dengan mitra, pemberian pengetahuan tentang penguatan kelembagaan dan penyusunan desain brosur sebagai alat pemasaran. Identifikasi permasalahan mitra dilakukan dengan metode in depth interview. Pelatihan dan pendampingan penguatan kelembagaan dan penyusunan desain brosur pemasaran akan dilaksanakan di basecamp Lumbung Budoyo. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim pengusul yang memiliki keahlian di bidang tata kelola organisasi dan pemasaran. Pelatihan dibantu dengan alat berupa lap top, kamera, dan mikrofon. Gambaran ipteks yang akan disampaikan kepada mitra pengabdian masyarakat antara lain: 1. Tata kelola organisasi Manajemen merupakan salah satu unsur penting yang menunjang keberhasilan kegiatan wisata. Community based tourism saat ini sedang marak dikembangkan di Indonesia. Pengelolaan desa wisata dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya pariwisata, 69

pemasaran, manajemen sumber daya manusia dan manajemen konflik. Penerapan community based tourism dilakukan melalui pelestarian alam, budaya, jaminan tingkat partisipasi masyarakat dan pemerataan pendapatan. Lumbung Budoyo merupakan salah satu bentuk community based tourism. Manajemen sumberdaya berupa pembagian tugas dan kewajiban yang tertuang dalam struktur organisasi. Job deskripsi yang jelas akan memantapkan upaya pengembangan wisata kreatif Desa Kedunggudel. 2. Strategi pemasaran berupa brosur Brosur merupakan salah satu alat pemasaran yang bisa digunakan untuk menarik minat wisatawan. Brosur terdiri dari informasi mengenai penyelenggara wisata, lokasi wisata, paket wisata yang ditawarkan dan tarif masuk. Target luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Matriks kegiatan dan target luaran No. Kegiatan Luaran 1. Pelatihan dan pendampingan Pengrajin paham tentang tata kelola organisasi penguatan kelembagaan 2. Pelatihan dan pendampingan penyusunan desain brosur pemasaran 1 dokumen struktur organisasi Lumbung Budoyo Pengrajin paham tentang strategi pemasaran melalui brosur 1 desain brosur pemasaran wisata kreatif 3. HASIL PELAKSANAAN PENGABDIAN MASYARAKAT Kegiatan pengabdian masyarakat telah dilaksanakan di Dusun Kedunggudel Kelurahan Kenep Kabupaten Sukoharjo pada hari Selasa, 05 September 2017. Dalam pengabdian masyarakat ini kami menyampaikan materi mengenai pelatihan penguatan kelembagaan dan pelatihan penyusunan brosur desa wisata. Kegiatan ini diikuti oleh pelaku usaha dan pemuda Dusun Kedunggudel. Pelatihan ini dilaksanakan di basecamp Lumbung Budoyo. Lumbung Budoyo merupakan nama komunitas yang mewadahi segala bentuk kreatifitas anak muda Dusun Kedunggudel sekaligus penyelenggara kegiatan wisata. Komunitas ini terbentuk dari banyaknya anak-anak muda yang mempunyai keinginan untuk memperkenalkan potensi yang ada di desanya. Di sisi lain mereka mempunyai bakat masing-masing terutama di bidang kesenian, diantaranya dalam bermusik, seni lukis, desain, dan lain-lain sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Mereka memanfaatkan bangunan bekas Kantor Kelurahan Kenep yang sudah tidak dipakai untuk dijadikan basecamp. Kegiatan komunitas ini berupa perkumpulan rutin, diskusi bersama dan pentas-pentas seni. 70

Gambar 4: Awal mula berdirinya basecamp Lumbung Budoyo Gambar 5: Kegiatan diskusi Lumbung Budoyo Gambar 6: Kegiatan latihan untuk pentas musik 71

Pelatihan pertama yaitu penguatan kelembagaan. Materi yang diberikan antara lain: pengertian struktur organisasi, tugas dan kewajiban setiap posisi jabatan, manfaat serta tujuan dibentuknya struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan langkah untuk membagi tugas dan pekerjaan, mengelompokkan dan mengkoordinasikannya secara formal. Strukuktur organisasi dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Dalam konteks desa wisata tentunya diperlukan struktur organisasi yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, bidang pengelola UKM, dan lain sebagainya. Setiap jabatan dalam struktur organisasi memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Pembentukan struktur organisasi ini bertujuan agar pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Dalam kegiatan pelatihan tim pelaksana melakukan diskusi dengan para peserta. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok didampingi oleh tim pelaksana. Dalam kegiatan diskusi, tim pelaksana selain menjelaskan materi mengenai struktur organisasi juga memberi motivasi untuk memperkuat kelembagaan Lumbung Budoyo. Dari hasil diskusi diperoleh informasi mengenai kelembagaan komunitas Lumbung Budoyo yang masih memiliki banyak permasalahan. Gambar 7: Struktur Organisasi Pengelola Desa Wisata Komunitas Lumbung Budoyo sudah memiliki struktur organisasi, namun belum dapat menjalankan peran dan tugasnya masing-masing dikarenakan masih ada beberapa anggota pengurus yang merangkap jabatan dalam struktur kepengurusan. Kurangnya minat dan tanggung jawab dari beberapa anggota menyebabkan hanya sebagian kecil saja yang bisa bekontribusi secara penuh dalam setiap pelaksanann kegiatan wisata. Kelembagaan desa wisata yang terstruktur dan terkoordinasi dengan baik merupakan hal penting dalam pengelolaan desa wisata, karena dalam pelaksanaan setiap kegiatannya bekerjasama dengan banyak pihak diantaranya pelaku usaha dari berbagai sector industri, pemerintah daerah, muda-mudi, serta masyarakat luas. Ketika koordinasi kelembagaan diperkuat dengan adanya pembagian tugas dan kewajiban pada setiap pengurus desa wisata maka layanan jasa akan berlangsung dengan baik. Kepuasan pengunjung akan meningkat sehingga muncul keinginan untuk merekomendasikan desa wisata kepada orang lain. 72

Gambar 8: Kegiatan diskusi bersama anggota Lumbung Budoyo Gambar 9: Diskusi Penguatan kelembagaan Tahap pelatihan kedua yaitu penyusunan desain brosur wisata. Brosur saat ini dinilai merupakan pilihan yang efektif dalam usaha pemasaran Desa Wisata. Di dalam brosur memuat informasi potensi Dusun Kedunggudel yang dapat dijadikan sebagai tempat wisata, mulai dari wisata religi Masjid Darussalam, wisata edukasi industry kreatif (batik, jenang dodol dan karak rambak). Selain itu brosur memuat penawaran paket yang dapat menjadi alternative pilihan calon wisatawan. Brosur wisata nantinya akan diupload ke media social dan disebarkan secara langsung ke intansi-intansi pendidikan untuk menarik minat masyarakat dalam mengunjungi desa wisata. Pembuatan brosur wisata bertujuan untuk memasarkan desa wisata agar lebih dikenal luas. Pada saat pelatihan para peserta mendengarkan tim pelaksana menyampaikan materi. Setelah itu peserta diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka terkait dengan konten yang perlu dimuat dalam brosur selain itu peserta juga diberi kesempatan mencoba langsung menyusun desain brosur wisata menggunakan aplikasi corel draw. 73

Gambar 10: Kegiatan pelatihan penyusunan brosur wisata Gambar 11: Desain brosur wisata final Banyak dari anggota masyarakat yang mengikuti kegiatan pelatihan belum dapat mengoperasikan corel draw, sehingga perlu adanya pelatihan yang lebih intensif. Kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki peserta menghambat kelancaran proses pelatihan. Partisipasi yang kurang dari peserta untuk mencoba membuat desain brosur sendiri membuat pelatihan menjadi tidak maksimal. 74

Dari berbagai permasalahn di atas dibutuhkan solusi antara lain: 1. Pelatihan corel draw secara intensif kepada anggota Lumbung Budoyo. 2. Perlu adanya dukungan dari pemerintah berupa sarana dan prasaranya yang dapat mendukung pemasaran desa wisata. 3. Perlu adanya sosialisasi untuk mengubah pola fikir masyarakat untuk bersama-sama memajukan desa wisata. 4. Brosur wisata dapat menjadi alat untuk menarik wisatawan Struktur organisasi memiliki peranan yang sangat penting bagi sebuah organisasi termasuk bagi desa wisata. Kelembagaan yang kuat menjadi pendorong utama terciptanya koordinasi yang baik dalam sebuah organisasi. Komunikasi, koordinasi dan keterbukaan menjadi unsur yang penting untuk memulai sebuah kelembagaan yang kuat. Dengan adanya kelembagaan yang kuat dari Lumbung Budoyo akan meningkatkan pelayanan terhadap para pengunjung. Brosur wisata merupakan langkah efektif dalam usaha memasarkan desa wisata. Selain dicetak dan dibagikan secara langsung, brosur wisata juga dapat diupload secara online sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Dengan dibuatnya brosur wisata ini diharapkan akan menarik calon pengunjung sehingga terjadi peningkatan jumlah pengunjung desa wisata Kenep. DAFTAR PUSTAKA Assiouras, I., & Liapati, G. (2014). The impact of brand authenticity on brand attachment in the food industry. http://doi.org/10.1108/bfj-03-2014-0095 Bašan, L., & Lon, D. (2013). IMPACT OF BRAND RECOGNITION ON REINFORCING THE DESTINATION S IMAGE, (116), 87 100. Philip Kotler & Gary Armstrong. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran, edisi 12. Penerbit Erlangga Jakarta Takatori, E. (2015). Material recycling of polymer materials & material properties of the recycled materials, (11), 441 446. Valenza, T., & Fontefrancesco, M. F. (n.d.). C rafting the L ocal, 56(3), 89 107. http://doi.org/10.3167/sa.2012.560306 75