BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar Wilayah Blitar merupakan wilayah yang strategis dikarenakan wilayah Blitar berbatasan dengan beberapa Kabupaten yaitu sebelah timur dengan Kabupaten Malang, sebelah barat dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tulungagung, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang. Letak astronomis Blitar berada diantara 111 40-112 10 BT dan 7 58-8 9 51 LS. Kondisi iklim Blitar adalah udara sejuk dan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Blitar memiliki ketinggian 167mdpl dengan luas wilayah 1.588,79km². Tata guna tanah di Kabupaten Blitar sangat terperinci sebagai sawah, pekarangan, perkebunan, tambak, Hutan, kolam ikan dan lain-lain, Kabupaten Blitar juga di belah aliran sungai Brantas menjadi dua bagian yaitu Blitar Utara dan Blitar Selatan yang sekaligus membedakan potensi kedua wilayah tersebut yang mana Blitar Utara merupakan dataran rendah lahan sawah dan beriklim basah dan Blitar Selatan merupakan lahan kering yang cukup kritis dan beriklim kering. Wilayah Blitar selatan terus berusaha mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Daya tarik potensi dan kekayaan yang dimiliki Kabupaten Blitar bukan hanya pada sumber daya alam, produksi hasil bumi yang melimpah, hasil hasil peternakan, perikanan dan deposit hasil tambang yang tersebar di wilayah Blitar Selatan, tetapi juga kekayaan budaya serta peninggalan sejarah yang mempunyai nilai adiluhung menjadi kekayaan yang tidak ternilai. Namun lebih dari itu, berbagai kemudahan perijinan dan iklim investasi (usaha) yang kondusif didukung oleh stabilitas sosial politik merupakan modal utama yang dapat menjadi point of essential terutama jaminan bagi investor dan seluruh masyarakat untuk melibatkan diri dalam pengembangan Kabupaten Blitar (http://www.blitarkab.go.id/2012/06/06/gambaran-umum-2/ diakses pada tanggal 18 Agustus 2017 pukul 12.00 WIB). 11
B. Kondisi Perkebunan Sirah Kencong Pabrik dan perkebunan Sirah Kencong terletak di wilayah Kabupaten Blitar, tepatnya di sebelah timur wilayah Wlingi, di desa Ngadirenggo. Perkebunan Sirah Kencong berbatasan dengan beberapa kecamatan yaitu: (1) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Doko, (2)Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Talun, (3) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Gandusari, (4) Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Selopuro. Wilayah disekitar pabrik merupakan daerah pegunungan dan berada pada ketinggian 1057mdpl. Tipe iklim di daerah Sirah Kencong termasuk dalam tipe C dan D yang memiliki suhu 0 C-10 C pada siang hari dan 15 Cpada malam hari, sehingga cuaca disana cenderung dingin.luas lahan yang dimiliki pabrik Sirah Kencong adalah 217 hektar dan di Sirah Kencong ada salah satu pabrik yang digunakan sebagai pengolahan teh yang dibangun pada tahun 1984 dengan luas wilayah 2473m². Alasan pembangunan pabrik di daerah dataran tinggi adalah karena iklim yang sejuk sehingga tanaman teh yang dihasilkan lebih berkualitas dibandingkan dengan tanaman teh yang berada di daerah dataran rendah. C. Tenaga Kerja Buruh yang bekerja diperkebunan sirah kencong mayoritas adalah penduduk yang bertempat tinggal disekitar perkebunan. Pembagian kerja buruh dibagi menjadi empat bagian yaitu: (1) buruh pemeliharan teh, (2) buruh pabrik, (3) mandor perkebunan, (4) buruh petik, (5) keamanan perkebunan (satpam). Buruh pemeliharan teh adalah yang bertugas untuk menjaga kesegaran dan pertumbuhan daun teh sehingga nantinya menghasilkan daun teh yang berkualitas baik. Buruh pabrik adalah buruh yang bekerja di dalam pabrik, mereka bertugas untuk melakukan proses pengemasan barang sampai dengan barang siap untuk diproduksi. Mandor 12
perkebunan adalah orang melakukan pengawasan terhadap buruh petik diperkebunan, mandor juga yang mengatur jam kerja para buruh setiap harinya dan memberikan upah/gaji kepada buruh setiap dua minggu sekali. Buruh petik adalah orang yang bekerja diperkebunan, tugas mereka adalah memetik daun teh yang siap petik dan kemudian untuk dibawa ke pabrik untuk diolah menjadi teh yang siap untuk diminum. Satpam/keamanan bertugas menjaga keamanan perkebunan baik di siang hari maupun malam hari. D. Profil Buruh Petik Para pekerja sebagian besar adalah kaum perempuan yang bertugas untuk memetik daun-daun teh yang siap untuk dipetik dan diproduksi. Sistem perekrutan buruh yang digunakan perkebunan teh adalah sistem borongan atau buruh borongan yaitu buruh yang bekerja secara bersama-sama dalam satu waktu tanpa terikat dengan sistem kerja perkebunan. Dengan demikian upah yang didapatkan oleh para buruh petik teh juga tidak sama dengan para buruh yang bekerja pada divisi lain memperoleh upah setiap bulan sedangkan buruh petik borongan ini digaji setiap selesai memetik dengan sistem upah harian sebesar Rp. 50.000. Upah yang mereka peroleh akan diberikan oleh mandorsetiap dua minggu sekali sebesar Rp. 600.0000 akhir minggu kedua dan minggu ke empat. Apabila ada buruh yang ijin tidak masuk kerja mereka akan dikenakan potong gaji sebesar Rp. 50.000 tiap harinya. Para buruh petik teh bekerja mulai dari pukul 06.00-09.00 wib, yang mereka lakukan adalah memetik daun-daun teh setelah selesai memetik para buruh petik teh beristirahat selama 1 jam kemudian padapukul 10.00 wib buruh membawahasil petik ke pabrik untuk ditimbang dan disortir, selama para buruh petik teh bekerja diawasi oleh mandor perkebunan untuk mengawasi jam kerja (jam petik) para buruhdan juga untuk menjaga para buruh apabila terjadi kecelakaan kerja saat bekerja. Selama bekerja para buruh petik teh fokus terhadap pekerjaan masing-masing dan terkadang juga diselingi gelak tawa untuk menghibur diri. Jarang sekali para buruh petik teh 13
mengalami gesekan dalam melakukan pekerjaan mereka. Rata-rata usia buruh petik teh yang bekerja pada perkebunan adalah remaja usia 18-45 tahun. Dengan adanya perkebunan teh dan beberapa obyek wisata yang berada di dalam perkebunan teh seperti goa buatan Belanda, air terjun serta candi sirah kencong. Penduduk juga menjadi petugas kawasan wisata tersebut. Berdasarkan letak dan kondisi geografis perkebunan yang berada di daerah dataran tinggi. Penduduk yang menjadi buruh petik teh perkebunan harus menempuh perjalanan sejauh ± 1 Km untuk menuju ke perkebunan. Sistem kerja buruh petik yang hanya 4 jam sehingga buruh petik teh yang telah selesai mereka membantu para suami mereka di ladang, ada juga yang hanya sebagai ibu rumah tangga yang hanya merawat anak-anak. E. Faktor Penyebab Menjadi Buruh Petik Teh Faktor penyebab mereka memilih bekerja menjadi buruh petik teh adalah untuk membantu kondisi ekonomi keluarga (rumah tangga) hal ini dikaitkan dengan gaji yang diperoleh suami ketika bekerja belum bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dalam pendudukdisekitar perkebunan juga menjadi alasan kaum perempuan memilih menjadi buruh petik teh. Sebagian buruh petik teh memilih pekerjaan menjadi buruh dikarenakan dorongan dari orangtua dimana orangtua dulu bekerja di perkebunan sehingga meminta anaknya juga bekerja di perkebunan. Faktor lain yang menyebabkan menjadi buruh petik teh adalah sumber daya manusia (SDM) yang rendah sehingga para buruh yang bekerja di perkebunan tidak mampu bersaing. Sulitnya akses menuju wilayah lain juga mempengaruhi para buruh petik teh bekerja di perkebunan, selain itu jam kerja yang relatif singkat juga menjadi faktor para buruh petik teh memilih pekerjaan tersebut. 14
F. Produksi a) Proses Pemetikan Teh Pada proses pemetikan dan produksi teh harus lebih dilakukan pemilihan lahan yang ideal untuk penanaman teh. Lahan yang ideal untuk produksi teh adalah berada didaerah pegunungan dengan ketinggan antara 250 1500 meter dari permukaan air laut (mdpl). Pemilihan lahan ini bertujuan untuk: pertama memudahkan tanaman teh untuk menyerap air; kedua supaya hasil dari tanaman teh maksimal, ketiga karena tanaman teh membutuhkan curah hujan minimal 1200 mm setiap tahunnya. Tanaman teh dapat tumbuh sekitar 6 9 m tingginya. Pada umumnya tanaman teh dapat dipetik daunnya setelah tanaman teh berusia 5 tahun. Perkebunan teh biasanya mempertahankan tanaman teh hanya sampai sekitar 1 m tingginya dengan cara pemangkasan berkala. Gunanya untuk mempermudah pemetikan daun agar memperoleh tunas-tunas daun yang banyak. Proses pemetikan daun teh sendiri dibedakan menjadi dua yaitu dengan cara menggunakan sejenis pisau kecil yang tajam ataupun silet, menggunakan alat pisau kecil agar supaya tidak terjadi luka pada ranting, ataupun dahan yang tertinggal pada tanaman teh setelah pemetikan pucuk daun teh. Cara kedua dengan menggunakan tangan saja biasanya dilakukan oleh pemetik teh yang sudah berpengalaman memetik daun teh.di perkebunan sirah kencong sendiri merupakan pabrik teh yang menghasilkan teh hitam. Proses pemetikan daun dilakukan dengan cara memetik daun pucuk dan dua daun dibawahnya. b) Proses Produksi Proses produksi sendiri teh ada dua cara yaitu dengan cara pengolahan ortodoks dan cara pengolahan cutting, tearing dan curling (CTC). Kemudian setelah dipetik dibawa ke pabrik untuk ditimbang dan memulai proses pelayuan. Dalam proses pelayuan ini daun teh ditempatkan di rak-rak di dalam gedung, setelah itu dilakukan penyemprotan udara dingin. Proses 15
pelayuan ini umumnya dilakukan selama 16 24 jam.setelah proses pelayuan, kemudian daun teh dimasukkan kedalam mesin rollers supaya daun tergulung dan sel-selnya akan terbuka dengan demikian akan memberi rasa dan aroma khas teh. Dari mesin penggulung, daun kemudian disortir untuk memisahkan daun yang berukuran besar dan kecil tujuannya agar proses fermentasi berjalan sempurna dan merata hasilnya. Proses fermentasi dilakukan dalam ruangan fermentasi yang dijaga kelembaban dalam waktu 3-4 jam. Sedangkan proses CTC adalah dengan cara tahap memotong daun teh (cutting), dilanjutkan dengan penyobekan daun (tearing), dan penggulungan (curling), kemudian difermentasi dan dikeringkan. Dari proses itu dihasilkan teh hitam yang terpotong-potong kecil-kecil halus. Setelah proses fermentasi adalah proses pengemasan dengan cara mengukur berat kemasan teh per produk dilanjutkan dengan proses pengemasan dengan menggunakan mesin khusus untuk pengemasan dan tahap akhir adalah proses pengepakan untuk didistribusikan kepada konsumen (Siswoputranto, 1978: 3-8). G. Dampak Sosial Ekonomi Perkebunan terhadap Buruh dan Pabrik Berkaitan dengan buruh petik teh yang bekerja di perkebunan hal ini juga membawa dampak sosial ekonomi bagi perkebunan diantaranya dengan adanya pekerja buruh petik teh hasil daun teh yang didapatkan jauh lebih banyak dan hasil daun teh yang dipetik dengan menggunakan tangan lebih bagus dibandingkan dengan menggunakan alat. Pada saat memetik buruh petik teh dapat memilah-milah daun teh yang akan dipetik dan tidak merusak tanaman daun teh yang belum siap dipetik. Hal ini juga berpengaruh terhadap hasil teh yang akan diproduksi jauh lebih berkualitas. Dampak terhadap buruh petik teh adalah dengan mereka bekerja sebagai buruh petik setidaknya mereka dapat membantu kondisi ekonomi keluarga dan mereka juga sedikit mengerti tentang bagaimana cara memetik teh yang baik dan benar. 16