BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif dan Remaja Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELI

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat pendapatan yang semakin meningkat, akan sangat


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli.

BAB II KERANGKA TEORI. yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sugiyono (2008:119) mengemukakan bahwa metode komparatif atau ex post facto

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. psikografis. Gaya hidup seseorang juga dapat melambangkan prestise seseorang

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB 2 LANDASAN TEORI. Hawkins (2004) mendefinisikan gaya hidup (lifestyle) sebagai

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. harapkan. Bangsa Indonesia mengharapkan kehidupan yang lebih baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan masyarakat yang sering mengunjungi mall atau plaza serta melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang membutuhkan dorongan atau koneksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Belanja merupakan salah satu kegiatan membeli barang atau jasa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus merugikan bagi semua orang. Akibat globalisasi tersebut diantaranya

BAB 5 PENUTUP. terkait produk dengan keputusan konsumen dalam pembelian produk eco-fashion,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Pemasaran didefinisikan secara luas, dan beberapa ahli dibawah ini

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB II LANDASAN TEORI DAN RUMUSAN MASALAH. Menurut Branden (dalam Esri, 2004) perilaku seseorang mempengaruhi dan

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB II LANDASAN TEORI. persaingan bisnis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Menurut Kotler dan Amstrong (1997) gaya hidup adalah pola hidup seorang dalam dunia kehidupan yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat (opini) yang bersangkutan. Lebih lanjut menurut Susanto (2001) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Menurut Salam (2000) hedonism berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yakni kesenangan (pleasure). Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama (Moeliono, 1988).Hedonisme sendiri menurut Chaplin (2004) merupakan tingkah laku untuk selalu mencari kesenangan dan menghindari kesakitan atau penderitaan. Selanjutnya menurut Japarianto (2010) hedonisme adalah suatu paham yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan suatu kesenangan semata mata yang difokuskan demi memenuhi kepuasan pikiran dari orang tersebut. Menurut Levan`s & Linda (Rianton, 2013) gaya hidup hedonis adalah pola perilaku yang dapat diketahui dari aktifitas, minat maupun pendapat yang selalu

11 menekankan pada kesenangan hidup. Selanjutnya Chaney (1996) berpendapat bahwa gaya hidup hedonis merupakan sebuah pola hidup yang aktivitasnya hanya untuk mencari kesenangan hidup, dalam artian lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah, senang dengan keramaian, senang membeli barang-barang mahal, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. Di zaman modern sekarang banyak mahasiswa yang termasuk remaja menganut gaya hidup hedonis karena dianggap gaul (Rianton, 2013). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016). Selanjutnya menurut Siswoyo (2007) mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi. Berdasarkan uraian di atas, gaya hidup hedonis pada mahasiswa adalah pola perilaku individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi yang dapat diketahui dari aktivitas, minat maupun pendapat yang selalu menekankan pada kesenangan hidup, dalam artian lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah,

12 senang dengan keramaian, senang membeli barang-barang mahal, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. 2. Aspek Aspek Gaya Hidup Hedonis Aspek-aspek gaya hidup hedonis menurut Engel, dkk. (1994) dapat di simbolkan dengan pengukuran AIO yaitu : a. Activities (kegiatan) Activities (kegiatan) adalah cara individu menggunakan waktunya yang berwujud tindakan nyata yang dapat dilihat. Misalnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih banyak membeli barang-barang yang kurang diperlukan, pergi ke pusat pembelanjaan dan kafe. b. Interest (minat) Interest (minat) diartikan sebagai apa yang menarik dari suatu lingkungan individu tersebut memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap suatu objek, peristiwa, atau topik yang menekan pada unsur kesenangan hidup. Antara lain adalah fashion, makanan, benda-benda mewah, tempat berkumpul, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian. c. Opinions (pendapat) Opinions (pendapat) adalah tanggapan baik lisan maupun tulisan yang diberikan individu tentang dirinya sendiri dan produk-produk yang berkaitan dengan kesenangan hidupnya. Opini merupakan cara pandang individu untuk membela dan

13 mempertahankan gaya hidup tersebut, opini sekaligus menjelaskan apa saja hal-hal yang diperukan atau harus dilakukan untuk menunjang gaya hidupnya. Menurut Mowen dan Minor (2002) gaya hidup memiliki beberapa aspek berupa pernyataan AIO yang digunakan untuk mengetahui gaya hidup, yaitu antara lain : a. Activity questions (Pertanyaan aktivitas) Meminta konsumen mengindikasi apa yang konsumen lakukan, apa yang konsumen beli, dan bagaimana konsumen menghabiskan waktu. b. Interest question (Pertanyaan minat) Memfokuskan pada preferensi dan prioritas konsumen c. Opinion question (Pertanyaan opini) Menyelidiki pandangan dan perasaan konsumen mengenai topik-topik peristiwa dunia, lokal, moral, ekonomi dan sosial. Berdasarkan uraian di atas aspek-aspek gaya hidup hedonis di simbolkan dengan pengukuran dan pernyataan AIO (Activities, Interest, Opinions), yaitu A merupakan Activities / kegiatan, I yaitu Interest / minat, dan O yaitu Opinions / pendapat, yang mana aspek ini bermuara pada pencarian kesenangan hidup. Aspekaspek gaya hidup hedonis yang digunakan penulis berdasar pada teori Engel, dkk. (1994) karena disetiap aspek disimbolkan dengan pengukuran yang dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan alat ukur untuk mengungkapkan gaya hidup hedonis, yaitu aktivitas, minat dan opini.

14 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Hidup Hedonis Kotler (1997) menyatakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). a. Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi gaya hidup yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi dengan penjelasannya oleh Kotler (1997) sebagai berikut: 1) Sikap Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Sikap menggambarkan pengalaman kognitif yang baik maupun tidak baik, perasaanperasaan emosional dan kecenderungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan sikap menempatkan individu pada satu kerangka berpikir menyukai atau tidak menyukai suatu objek, menghampiri atau menjauhi. Sikap hedonis artinya sejauhmana individu memilki respon aktif, kognitif, konatif terhadap serangkaian pola tingkah laku dan gaya hidup. 2) Pengalaman dan pengamatan Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil pengamatan

15 seseorang akan membentuk suatu pandangan tertentu terhadap suatu objek, apabila pengamatan ditunjukan dengan pengalaman seperti gaya hidup hedonis yang menghasilkan afek positif seperti rasa senang, bahagia dan nyaman maka akan muncul penguatan dalam diri seseorang untuk melakukan kembali perilaku atau aktivitas tersebut. 3) Kepribadian Kepribadian diartikan sebagai karakter psikologis yang memiliki perbedaan antara individu satu dengan individu lain, cara individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat dan perilakunya, begitu juga dengan kepribadiannya, dan cara individu memandang dirinya mencakup penerimaan diri. Branden (1973) menyatakan bahwa harga diri adalah salah satu aspek kepribadian yang merupakan kunci terpenting dalam pembentukan perilaku seseorang. Hal ini berkaitan dengan perilaku gaya hidup. Seseorang yang memandang dirinya negatif, di mana individu memandang bahwa dirinya serba kekurangan, akan mencoba mengisi kekurangan dalam dirinya dengan mengikuti gaya hidup hedonis (Martha, dkk., 2010). 4) Konsep diri Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of

16 reference yang menjadi awal perilaku dan gaya hidup. Hal ini di dukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2014) mengenai hubungan antara antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis. Hal ini berarti semakin rendah konsep diri yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi kecenderungan gaya hidup hedonis dan sebaliknya semakin tinggi konsep diri yang dimiliki mahasiwa maka semakin rendah kecenderungan gaya hidup hedonis. 5) Motif Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis. 6) Persepsi Persepsi adalah proses di mana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. b. Faktor eksternal Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi gaya hidup yaitu meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan dengan penjelasannya oleh Kotler (1997) sebagai berikut:

17 1) Kelompok referensi Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok di mana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok di mana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. Hal ini di dukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rianto (2013) mengenai hubungan antara konformitas teman sebaya dengan gaya hidup hedonis pada Mahasiswa Kabupaten Damasraya di Yogyakarta yang menunjukkan ada hubungan positif antara konformitas kelompok teman sebaya dengan gaya hidup hedonis. Mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu di luar dari pada di dalam rumah dan sebagian besar waktu di luar rumah digunakan untuk bergaul dengan teman sebayanya yang dijadikan sebagai kelompok referensi. 2) Keluarga Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola dan gaya hidupnya. 3) Kelas sosial Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para

18 anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku dan gaya hidup yang sama. 4) Kebudayaan Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak. Berdasarkan uraian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam internal dan dari luar eksternal. Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan kebudayaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup akan digunakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonis. Faktor-faktor yang digunakan penulis berdasar pada teori Kotler (1997) yang di dalamnya terdapat salah satu faktor yang sangat berperan dalam menentukkan gaya hidup hedonis seseorang yaitu kepribadian. Ghufron dan Risnawita (2011) menyatakan harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat menentukan perilaku seseorang. Setiap orang menginginkan penghargaan yang positif terhadap dirinya. Penghargaan yang positif akan membuat diri seseorang merasakan bahwa dirinya dihargai, berhasil dan berguna (berarti bagi orang lain). Terpenuhinya harga diri akan membentuk sikap optimis dan percaya diri, namun sebaliknya jika kebutuhan akan harga diri seseorang tidak terpenuhi, maka akan membuat seseorang dapat berperilaku negatif. Hal ini

19 berkaitan dengan perilaku gaya hidup seseorang. Selanjutnya Loudon dan Bitta (Martha, dkk., 2010) menyatakan harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat berperan dalam menentukkan gaya hidup hedonis seseorang, yaitu melalui kemampuan menghargai diri sendiri dan orang lain. Hal ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Umami (2013) bahwa terdapat hubungan antara harga diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada mahasiswa di Surakarta, yang artinya harga diri dengan semua aspek yang terkandung di dalamnya memberikan kontribusi terhadap gaya hidup hedonis. B. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Coopersmith (1967) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri, dimana evaluasi diri tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain terhadap dirinya. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, berharga menurut standart dan nilai pribadinya. Selanjutnya Baron dan Byrne (2004) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian terhadap diri sendiri yang dibuat individu dan dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki orang lain yang menjadi pembanding. Menurut Chaplin (2004) harga diri adalah penilaian diri yang dipengaruhi oleh sikap, interaksi, penghargaan, dan penerimaan orang lain terhadap individu.

20 Dariyo dan Ling (2002) menyatakan bahwa harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri, dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan individu terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Goble (Myers, 2002) mendefinisikan harga diri sebagai penilaian diri yang dilakukan oleh seorang individu dan biasanya berkaitan dengan dirinya. Penilaian tersebut mencerminkan sikap penerimaan dan penolakan serta penunjukan seberapa jauh individu percaya pada dirinya, mampu, penting, berhasil dan berharga. Morris Rosenberg (Flynn, 2003) menyatakan harga diri adalah suatu penilaian baik positif atau pun negatif terhadap suatu yang objek yaitu dirinya sendiri. Selanjutnya menurut Steinberg (2002) harga diri adalah apa yang individu rasakan mengenai dirinya. Berdasarkan uraian di atas, harga diri didefinisikan sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri, di mana evaluasi diri tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain terhadap dirinya. Evaluasi ini menyatakan suatu sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti, berhasil, berharga menurut standart dan nilai pribadinya. 2. Aspek Aspek Harga Diri Aspek-aspek harga diri menurut Coopersmith (1967) meliputi:

21 a. Power (kekuatan), yaitu kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Ditandai dengan kemampuan sebagai berikut : 1) Mengatur dan mengontrol perilaku orang lain 2) Pengakuan dan rasa hormat dari orang lain 3) Mengontrol perilaku diri sendiri b. Significance (keberartian), yaitu adanya kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima dari orang lain. Ditandai dengan kemampuan sebagai berikut : 1) Penerimaan diri 2) Penerimaan dari orang tua (keluarga) 3) Penerimaan dari teman 4) Popularitas diri c. Virtue (kebajikan), yaitu ketaatan atau mengikuti standar moral dan etika. Ditandai dengan kemampuan sebagai berikut : 1) Taat kepada etika moral 2) Taat pada aturan/ prinsip agama 3) Kepedulian terhadap orang lain d. Competence (kompetensi), yaitu kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Ditandai dengan kemampuan sebagai berikut : 1) Mampu melaksanakan tugas/ tanggung jawab dengan baik 2) Mampu menghadapi situasi sosial 3) Mampu berprestasi dengan baik 4) Mampu menyelesaikan masalahnya sendiri

22 5) Mampu mengambil keputusan sendiri Menurut Daradjat (1976) pada dasarnya setiap individu membutuhkan penghargaan, penerimaan, dan pengakuan dari orang lain. Penghargaan dan penerimaan serta pengakuan membawa dampak bagi diri seseorang yaitu perasaan bahwa dirinya berharga dan diakui kehadirannya oleh lingkungan sehingga menambah rasa percaya diri dan harga dirinya. Sebaliknya, orang yang merasa kurang dihargai, dihina atau dipandang rendah oleh orang lain akan berusaha mempertahankan harga dirinya. Menurut Daradjat, aspek-aspek harga diri meliputi : a. Perasaan diterima. Aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan individu bahwa dirinya diterima oleh lingkungannya, merasa dianggap berguna bagi orang lain. b. Perasaan berarti. Aspek ini ditunnjukkan dengan kemampuan indvidu untuk mampu menghargai dirinya sendiri, percaya diri, menerima keadaan dirinya apa adanya. c. Perasaan mampu. Aspek ini ditunjukkan oleh kemampuan individu bahwa dirinya merasa mampu dan memiliki sikap optimis dalam menghadapi masalah kehidupan. Berdasarkan uraian di atas aspek-aspek harga diri meliputi power (kekuatan), significance (keberartian), virtue (kebajikan) dan competence (kompetensi), perasaan diterima, perasaan berarti, perasaan mampu. Aspek-aspek harga diri yang digunakan penulis adalah berdasar pada teori Coopersmith (1967) yaitu power (kekuatan), significance (keberartian), virtue (kebajikan) dan competence

23 (kompetensi), karena di setiap aspek terdapat kemampuan-kemampuan yang dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan alat ukur untuk mengungkapkan harga diri. C. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Gaya Hidup Hedonis Coopersmith (1967) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai dirinya sendiri, di mana evaluasi diri tersebut merupakan hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya serta perlakuan orang lain terhadap dirinya. Evaluasi ini diekspresikan dengan sikap setuju atau tidak setuju, tingkat keyakinan individu terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang mampu, penting, berhasil, dan berharga atau tidak. Harga diri seseorang dapat menentukan bagaimana cara seseorang berperilaku di dalam lingkungannya. Peran harga diri dalam menentukan perilaku ini dapat dilihat melalui proses berpikirnya, emosi, nilai, cita-cita, serta tujuan yang hendak dicapai seseorang. Bila seseorang mempunyai harga diri yang tinggi, maka perilakunya juga akan positif, sedangkan bila harga dirinya rendah, akan tercermin pada perilakunya yang negatif pula. Seorang yang mempunyai harga diri rendah lebih cenderung mudah dipengaruhi dari pada seseorang dengan harga diri yang tinggi (Coopersmith, 1967). Penelitian ini akan meneliti lebih lanjut mengenai seberapa jauh gaya hidup hedonis dipengaruhi oleh harga diri. Di mana menurut Branden (1973) harga diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang merupakan kunci terpenting dalam pembentukan perilaku seseorang. Melalui kemampuan menghargai diri sendiri dan orang lain kepribadian sangat berperan dalam menentukan gaya hidup hedonis

24 seseorang (Loudon & Bitta, dalam Martha, dkk., 2010). Menurut Coopersmith (1967) harga diri yang tinggi tercermin dari power (kekuatan), significance (keberartian), virtue (kebajikan), dan competence (kompetensi). Sumber harga diri tersebut memiliki peran dalam mengontrol gaya hidup hedonis. Mahasiswa dengan harga diri tinggi berarti memiliki ketahanan diri untuk menghindari pengaruh-pengaruh yang berasal dari gaya hidup hedonis (Martha, dkk., 2010). Power (kekuatan) merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk mempengaruhi atau mengontrol perilaku, artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau perilaku individu, kelompok, keputusan, dan kejadian. Individu yang memiliki suatu kekuatan (power) cenderung dapat menunjukkan perilaku yang positif, antara lain mampu mencapai keberhasilan di lingkungan sosialnya, tegas dalam mengambil keputusan, mampu menerima keadaan diri sendiri serta keadaan orang lain, dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar (Coopersmith, 1967). Hal ini sesuai dengan pendapat Sears, Freedman, dan Peplau (1991) yang menyatakan bahwa remaja dengan harga diri rendah akan cenderung lebih mudah dipengaruhi daripada remaja dengan harga diri tinggi. Jika tingkat harga diri mahasiswa tinggi, maka mahasiswa akan dapat melakukan dan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri tanpa dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Sebaliknya jika tingkat harga diri mahasiwa rendah, maka mahasiswa akan cenderung mengikuti tekanan dan kemauan lingkungan sosialnya dalam hal ini menggunakan barangbarang bermerk yang sedang tren agar citra dirinya terangkat. Hal ini didukung oleh

25 Sipunga (2011) dalam penelitiannya yang mengungkapkan kecenderungan memiliki suatu barang sesuai tren biasanya terlihat pada orang dengan harga diri yang rendah. Keberartian (significance) dapat dipahami sebagai adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain. Individu yang memiliki keberartian dalam hidupnya akan berpengaruh juga terhadap perkembangan harga dirinya, karena individu dengan harga diri tinggi dapat meyakini bahwa dirinya mampu, penting, berhasil, dan berharga dihadapan orang lain, yang akan berpengaruh pada kesejahteraan hidup dan kepuasan akan lingkungan sosialnya (Coopersmith, 1967). Keadaan ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan harga diri tinggi lebih berarti dalam menjalankan kehidupannya, sedangkan mahasiswa dengan harga diri rendah akan menjadi konsumtif karena adanya perasaan kurang berharga dan rendah diri. Untuk menutupi hal tersebut dilakukan dengan mengkonsumsi barang-barang yang tren dan sedang menjadi mode di pergaulan. Hal ini didukung oleh Jasmadi & Aulia (2016) dalam penelitiannya yang mengungkapkan bahwa remaja yang tidak yakin pada dirinya sendiri dan mempunyai harga diri yang rendah memiliki opini bahwa barang yang mempunyai arti simbolik dianggap mampu menaikkan harga dirinya. Kebajikan (virtue) yaitu ketaatan atau mengikuti standar moral, etika dan agama (Coopersmith, 1967). Hartanti dan Iman (Alfitri, 2007) menyatakan mahasiswa sekarang cenderung menyukai dan mengutamakan kesenangan semata dengan meletakkan dimensi kepuasan materi sebagai suatu tujuan utama memicu dan memacu pemanfaatan alam dan atau melakukan aktivitas hidup yang jauh dari

26 dimensi spritual (moralitas) sehingga kesadaran akan nilai-nilai etika dan moralitas rendah. Individu yang dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan moral, etika dan agama dianggap memiliki sikap yang positif sehingga mampu menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan dan melakukan tingkah laku yang diharuskan oleh moral, etika dan agama sehingga akan membentuk harga diri yang tinggi (Coopersmith, 1967). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan harga diri tinggi dapat menjauhi aktivitas hidup yang tidak sesuai dengan moral, etika dan agama seperti gaya hidup hedonis (Martha, dkk., 2010). Kompetensi (competence) yaitu kemampuan untuk sukses memenuhi tuntutan prestasi. Apabila seorang individu dapat mengetahui di mana letak kemampuan di dalam dirinya dan kemudian dapat mengasah kemampuan itu dengan baik maka akan menghasilkan suatu prestasi yang membanggakan. Adanya kemampuan yang membanggakan dari diri individu dapat berpengaruh juga pada harga dirinya, karena individu memenuhi tuntutan prestasi yang berasal dari kemampuannya, sehingga apabila individu telah mencapai tujuan atau mampu mencapai suatu hasil yang diharapkannya, maka individu tersebut akan memberikan penilaian positif terhadap dirinya dan merasa berharga dengan adanya prestasi yang telah dicapai (Coopersmith, 1967). Hal tersebut menunjukkan mahasiswa dengan kompetensi memiliki harga diri yang positif dan mahasiswa yang memiliki harga diri yang rendah akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga sehingga mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat individu lebih berharga seperti mengikuti berbagai atribut yang sedang tren, misalnya

27 saja pemilihan model pakaian dengan merek terkenal, penggunaan telepon genggam (HP) dengan fasilitas layanan terbaru, berbelanja di pusat perbelanjaan terkenal seperti mall dari pada berbelanja di pasar tradisional atau sekedar jalan-jalan untuk mengisi waktu luang bersama kelompok teman sebaya dan sebagainya (Nashori, 2003). Keterkaitan hubungan antara harga diri dengan gaya hidup hedonis sebagaimana telah diuraikan di atas juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Umami (2013), dengan metode penelitian kuantitatif bahwa adanya hubungan negatif yang signifikan antara harga diri dengan kecenderungan gaya hidup hedonis pada mahasiswi di Surakarta. Sehingga semakin tinggi harga diri maka akan semakin rendah gaya hidup hedonis sebaliknya semakin rendah harga diri maka akan semakin tinggi gaya hidup hedonis. D. Hipotesis Berdasarkan deskripsi teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan negatif antara harga diri dengan gaya hidup hedonis pada Mahasiswa di Yogyakarta. Semakin tinggi harga diri mahasiswa maka akan semakin rendah gaya hidup hedonis pada mahasiswa, sebaliknya semakin rendah harga diri mahasiswa maka akan semakin tinggi gaya hidup hedonis pada mahasiswa.