TATA RUANG & RUANG AIR TANTANGAN KOTA PALANGKA RAYA SEBAGAI CALON LOKASI PEMINDAHAN IBUKOTA NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

TATA RUANG LAHAN GAMBUT

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

OTONOMI DAERAH. Terjadi proses desentralisasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

Transkripsi:

TATA RUANG & RUANG AIR TANTANGAN KOTA PALANGKA RAYA SEBAGAI CALON LOKASI PEMINDAHAN IBUKOTA NEGARA Aris Subagiyo - Jurusan Perencanaan Wilayah & Kota - Universitas Brawijaya Disampaikan dalam Seminar Nasional Pemindahan Ibukota Negara, Pengaruh Kebijakan & Masa Depan Indonesia, Palangka Raya 15 Desember 2017

Pengantar Sejak Perang Dunia II sampai saat ini terdapat 14 negara yang telah merelokasi ibukota negaranya (Paddock, 2006). Pertimbangannya : Aspek politik Aspek sosial ekonomi Aspek fisik

Potret permasalahan ruang air di beberapa ibukota negara THAILAND

Potret permasalahan ruang air di beberapa ibukota negara MANILA

Potret permasalahan ruang air di beberapa ibukota negara BEIJING

Potret permasalahan ruang air di beberapa ibukota negara JAKARTA

Kalimantan Tengah?

Latar Belakang..(1) Proses perkembangan kota, dengan indikasi perubahan struktur ruang dan pola ruang sebagian besar disebabkan oleh gerakan penduduk ke luar dan terjadi penyebaran kegiatan manusia (gaya sentrifugal), dan gerakan penduduk ke dalam sehingga terjadi pemusatan kegiatan (gaya sentripetal). Urbanisasi menjadikan kota semakin berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Penduduk pendatang memilih untuk bermukim di pusat kota. Pemilihan pusat kota disebabkan adanya pertimbangan dari keuntungan untuk lebih dekat dengan lokasi bekerja serta layanan fasilitas publik lainnya.

Latar Belakang..(2) Kota Palangka Raya sebagai nominasi lokasi alternatif pemindahan Ibukota Republik Indonesia akan menampung aktivitas yang cukup besar. Kegiatan pemerintahan dengan skala pelayanan nasional, dengan dukungan permukiman dan jaringan infrastrukturnya akan berpengaruh pada struktur dan pola ruang. Karakteristik wilayah Kalimantan Tengah yang relatif landai dengan potensi pengembangan dengan ketersediaan lahan yang cukup, akan tetapi harus hati-hati dalam mengelola kawasan daerah aliran sungai (DAS) agar tidak menimbulkan permasalahan terkait dengan sumber daya air, seperti genangan/banjir maupun kerusakan kualitas/kuantitas sumber daya air.

Struktur Ruang KalTeng No Nama Sungai Panjang (km) 1. Sungai Jelai 200 2. Sungai Arut 250 3. Sungai Lamandau 300 4. Sungai Kumai 175 5. Sungai Seruyan 350 6. Sungai Mentaya 400 7. Sungai Katingan 650 8. Sungai Sebangau 200 9. Sungai Kahayan 600 10. Sungai Kapuas 11. Sungai Barito 600 950

Pola Ruang KalTeng

Tantangan Calon Ibukota RI Merupakan lokasi Calon Ibukota Negara berada di wilayah Kota Palangkaraya, Kab Katingan dan Kab Gunung Mas. Berada diantara 2 sungai dan memiliki potensi Banjir Menengah. Prakiraan Potensi Banjir Kalteng, Desember 2017 bersumber dari BMKG, BIG & PU.

Rencana Lokasi Ibukota Negara Alternatif lokasi Ibukota NKRI terletak di wilayah administrasi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Gunung Mas. Cadangan lahan rencana lokasi Ibukota NKRI seluas + 300.000 Ha 700.000 Ha. Lokasi calon Ibukota dilintasi oleh 2 sungai besar (Sungai Kahayan dan Sungai Katingan) dengan ketersediaan air cukup baik.

Tantangan Lokasi Alternatif Ibukota Negara RI 01 Permasalahan Sumber Daya Air & Alih Fungsi Lahan 02 Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) & Siklus Hidrologi 03 Tata Ruang Air 04 Korelasi Tata Ruang & Permasalahan Sumber Daya Air 05 Transformasi dalam Pengelolaan Guna Lahan 06 Zoning Regulation Guna Lahan di Daerah Aliran Sungai 07 Konsep Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu

Permasalahan SDA & Alih Fungsi Lahan PERMASALAHAN UMUM SDA Perubahan guna lahan Alih fungsi lahan lindung menjadi perkebunan penebangan pohon atau vegetasi, pembangunan perumahan secara massal, proyek pembangunan jalan, bangunanbangunan untuk fasilitas umum, pengeboran sumur yang dalam dengan kapasitas pembangunan drainase saniter bangunan pengelolaan limbah cair terjadi transpirasi, meningkatkan sedimentasi aliran sungai, penurunan kawasan resapan, penurunan permukaan air tanah, mempercepat erosi lahan, peningkatan aliran banjir, hilangnya sungai-sungai kecil, jaringan jalan dan selokan menjadi saluran banjir Hutan lindung di Kalimantan Tengah sebesar 1.344.929,20 Ha (BPS, Kalteng 2016) merupakan potensi besar untuk mendukung fungsi kelestarian sumber daya air. Alih fungsi lahan hutan lindung menjadi perkebunan oleh swasta maupun pembukaan lahan oleh masyarakat di bagian hulu menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah banjir di perkotaan Palangka Raya serta rusaknya kualitas air laut di pesisir Kalimantan Tengah.

Permasalahan SDA & Alih Fungsi Lahan Permasalahan Air Permukaan 3T : Too much, Too little, Too dirty Too much diliat dari ketersediaan air yang berlebih di suatu tempat (musim penghujan). Too little dilihat dari kurangnya ketersediaan air di suatu tempat (biasanya musim kemarau). Too dirty yaitu sungai terlalu kotor sehingga dapat menunjukkan masalah polusi sungai. Permasalahan di DAS (off stream) Permasalahan di DAS yaitu konservasi sumber daya air dalam pengelolaan sumber daya air & penetapan kaw. budidaya dalam penataan ruang. Daya rusak air merupakan daya air yang dapat merugikan kehidupan & penghidupan manusia serta lingkungannya, seperti banjir, erosi & lainnya. Permasalahan ini terjadi krn kepentingan teknis (rekayasa) dan aspek lingkungan bersinggungan dengan aspek sosial dan ekonomi. Permasalahan Air Tanah Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan air tanah di Indonesia yaitu terbatasnya pasokan air dari sumber air permukaan dan ketergantungan tinggi terhadap air tanah. Pada beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang dan Denpasar serta beberapa kota besar di Pulau Jawa terjadi penyedotan air tanah secara besar-besaran. Kegiatan industri memiliki banyak sumur produksi sehingga menimbulkan penurunan kuantitas, kualitas dan lingkungan di pusat-pusat pengambilan air tanah Luas lahan gambut di Kalimantan Tengah sebesar 3.472 Ha/21,9% dari total luas Kalimantan Tengah menjadi tantangan kedepan dalam menyediakan air bersih ketika musim hujan dengan intensitas tinggi.

Kerusakan DAS & Siklus Hidrologi..(1) Permasalahan Air Permukaan 01 Permasalahan air tanah yang menurun dari tahun ke tahun Musim hujan yang tidak menentu mengakibatkan persediaan air tanah juga menurun. Perilaku manusia yang suka merusak hutan harus dikurangi agar tidak memperparah kerusakan siklus hidrologi. Hutan hujan tropis yang dapat menjadi sumber air bagi masyarakat harus lebih diperhatikan. 02 Musim penghujan yang tidak menentu Dahulu, musim penghujan di Indonesia dapat diprediksi yaitu antara bulan Oktober hingga bulan Maret. Namun, sekarang adanya pembagian musim agak sulit untuk dijadikan pedoman, perhitungan menjadi tidak pasti. Kondisi tersebut dapat berakibat fatal khususnya bagi para petani. Petani menjadi lebih sulit untuk bekerja karena musim yang tidak menentu.

Kerusakan DAS & Siklus Hidrologi..(2) Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) 01 DAS disebut rusak jika seluruh atau sebagian komponen tidak ditemukan lagi atau mengalami kerusakan (Maryono, 2015). komponen retensi dari vegetasi yang terus mengalami penurunan karena alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan budidaya; komponen morfologi bertendensi berubah karena morfologi tanpa tutupan negetasi yang cukup akan mudah tererosi. 02 Sinyal bahwa telah terjadi perubahan ekosistem/habitat DAS. DAS rusak akan menyebabkan erosi di hulu, sedimentasi di hilir, kekeringan di hulu, banjir di hilir dan longsor di berbagai tempat (Maryono, 2015).

Tata Ruang Air PP Nomor 121 tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber daya Air & UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Permasalahan muncul ketika masyarakat mengabaikan fungsi lindung sumber daya air, ruang air berubah fungsi menjadi lahan terbangun maupun kegiatan budidaya lainnya (perkebunan) dengan fungsi penyerapan air yang tidak optimal. Akibatnya ketika hujan turun, air kembali dan mendapati ruangnya penuh bangunan maka terjadinya banjir tidak dapat dihindari. Fungsi Perlindungan Air Peruntukan Ruang Air Fungsi Budidaya Air Kawasan ibukota negara harus : Antisipasi jika curah hujan tinggi. Dibangun infrastruktur pengendali banjir untuk mengatur air yang dialirkan sehingga tidak melebihi kapasitas DAS. Dengan pertimbangan kerawanan terhadap bencana banjir, calon ibukota negara perlu terletak dilokasi lebih tinggi. Akses ke kawasan ibukota negara selain mudah dengan beberapa pilihan moda transportasi yang terintegrasi juga harus dipastikan bebas dari ancaman banjir.

Tata Ruang & SD Air Perlu dilakukan : Pertumbuhan penduduk semakin naik namun sumber daya air semakin menurun secara kualitas dan kuantitas Pertumbuhan Penduduk Sumber Daya Air Tata Ruang Akibat Sumber Daya Air Kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam penataan ruang kawasan ibukota negara adalah menerapkan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap tata ruang. Tidak ada kompromi dalam pemanfaatan ruang, jika melanggar tata ruang maka bangunan harus dibongkar dan dikembalikan ke fungsi asal Pelaku pelanggaran ijin pemanfaatan ruang dan pemberi ijin harus diberikan sanksi yang tegas sesuai ketentuan perundang-undangan. pertama, kapasitas saluran harus mampu menampung debit air dari area sekitarnya (catchment area) dengan curah hujan dan arah aliran air yang dipengaruhi kondisi topografi kawasan; kedua, bahwa saluran air harus terkoneksi dalam satu kesatuan sistem drainase kota dan dipastikan air permukaan akan mengalir dengan baik (mengatur kemiringan saluran) menuju saluran utama; ketiga, saluran drainase dibangun dengan tetap mengoptimalkan fungsi peresapan air (infiltrasi).

Transformasi dalam Pengelolaan Guna Lahan Komitmen pembangunan berkelanjutan diperbaharui melalui peluncuran Suistanaible Development Goals (SDGs) Pertama, mendiskusikan sejumlah data yang menunjukkan kenyataan tentang kondisi tata kelola penggunaan lahan di Indonesia khususnya konteks perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan. Kedua, menawarkan beberapa analisis terkait tantangan kontemporer, khususnya dari sisi regulasi serta proses perencanaan dan perizinan. Ketiga, merekomendasikan tiga langkah strategis yang penting untuk melakukan transformasi demi mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Indonesia cenderung hidup di masa kini dengan horison kehidupan lebih pendek, sementara perubahan iklim akibat emisi karbon tinggi baru terasa akibatnya di tahun depan. Fakta menunjukkan bahwa model pembangunan yang kurang mempertimbangkan aspek lingkungan tidak akan berkelanjutan dan tidak efisiensi secara ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan konsekuensi membabat jutaan hektar hutan dan lahan gambut sama sekali tidak efisien dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan. Dimana berdasarkan permasalahan tersebut, mengakibatkan biaya lingkungan yang tinggi dan gangguan ekosistem lingkungan.

Transformasi dalam Pengelolaan Guna Lahan 1 2 3 Indonesia merupakan negara terbesar ke tiga di dunia dalam penyerapan gas rumah kaca hasil emisi karbon yang berlebihan akibat kebakaran hutan, deforestasi, yang mengakibatkan perubahan iklim, pencemaran dan rawan banjir dan longsor. Konservasi hutan perlu dilakukan karena pada dasarnya hutan hujan alami merupakan tempat keberlangsungan keanekaragaman hayati, tingkat kualitas ekologi dan tingkat dinamisasi paling tinggi. Sebagai contoh, DAS di Kalimantan Tengah dengan bagian hulu merupakan hutan hujan sudah mengalami degradasi. Pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, karet bahkan kegiatan tambang telah menyebabkan kota-kota di bagian tengah maupun hilir terancam banjir kiriman. Tata kelola lahan perlu melihat secara utuh bagaimana perencanaan, perijinan serta regulasi terkait lainnya menjadi penjamin b a h w a p e m b a n g u n a n y a n g d i l a k u k a n m e m a n g b e n a r- b e n a r mempertimbangkan aspek lingkungan.

Zoning Regulation di DAS Zonasi merupakan rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai kesatuan ekosistem. Lahan dan siklus hidrologi adalah bagian dari sistem kompleks yang berperan dalam awal mula terjadinya presipitasi sebagai input yang selanjutnya berlangsung proses-proses dalam sistem DAS hingga terbentuknya debit sungai (stream flow) sebagai outputnya. P ro s e s t e r s e b u t d i p e n g a r u h i o l e h karakteristik fisik DAS berupa tanah, iklim, kelerengan, vegetasi, dan lain-lain (natural factor), maupun aktivitas manusia dalam pemanfaatannya. Pemanfaatan ruang mengacu daya dukung akan menjamin keberlanjutan kawasan. Sebaliknya akan menimbulkan masalah seperti : Semakin menambah luas lahan kritis, Meluasnya kawasan terdampak banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, Meningkatnya kerawanan terjadinya erosi karena rusaknya lingkungan sekitar, Sendimentasi yang memperparah banjir karena menyebabkan pendangkalan, dan Meningkatnya pencemaran air akibat dari aktivitas permukiman manusia, kegiatan pertanian dan kegiatan industri. Perencanaan DAS dapat dilakukan : pemanfaatan teknologi penginderaan jauh untuk memonitor perkembangan penggunaan/penutupan lahan; identifikasi kendala lingkungan untuk memilih alternatif yang bisa diaplikasikan di lapangan; identifikasi dan penelitian terhadap potensi degradasi lahan di kawasan DAS.

FUNGSI ZONING REGULATION a) perangkat operasional pengendalian pemanfaatan ruang; b) a c u a n d a l a m p e m b e r i a n i z i n pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya air dan pemanfaatan ruang di bawah tanah; c) acuan dalam pemberian insentif dan disinsentif; d) acuan dalam pengenaan sanksi; serta e) rujukan teknis dalam pengembangan atau pemanfaatan lahan dan penetapan lokasi investasi. MANFAAT ZONING REGULATION Menjamin dan menjaga kualitas ruang minimal yang ditetapkan; menjaga kualitas dan karakteristik zona dengan meminimalkan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan karakteristik zona; dan meminimalkan gangguan atau dampak negatif terhadap zona. KETENTUAN TEKNIS Klasifikasi I = pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi I memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Klasifikasi T = pemanfaatan bersyarat secara terbatas Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan penggunaan lahan dibatasi dgn ketentuan Klasifikasi B = pemanfaatan bersyarat tertentu Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin atas suatu kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yang dapat berupa persyaratan umum dan persyaratan khusus. Klasifikasi X = pemanfaatan yang tidak diperbolehkan Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X memiliki sifat tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.

Konsep Pengelolaan DAS Terpadu 1. Keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam. 2. Melibatkan berbagai disiplin ilmu. 3. Meliputi segmen hulu, tengah, dan hilir, mempunyai keterkaitan biofisik dalam bentuk siklus hidrologi untuk ekosistem DAS, dengan ciri-ciri : Segmen hulu, dengan fungsi konservasi, memiliki kerapatan drainase lebih tinggi, memiliki kelerengan yang besar (15%), bukan merupakan daerah banjir, dan pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase. Segmen hilir, dengan kerapatan drainase lebih kecil, memiliki kelerengan yang sangat kecil (hingga kurang dari 8%), beberapa tempat merupakan daerah genangan/banjir, dan pengaturan air ditentukan oleh bangunan irigasi. Segmen tengah merupakan segmen transisi antara hulu dan hilir, dapat berwujud bendungan/waduk yang berfungsi mengatur air ke segmen hilir.

Komponen Pengelolaan DAS Batasan Daerah Aliran Sungai (DAS) zonasi DAS berdasar wil administrasi, zonasi DAS berdasar wil pengelolaan, zonasi DAS berdasar proses limpasan dan sedimen, zonasi DAS berdasar hierarkhi cabang sungai. 4 1 Bentang Lahan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bentuk lahan Kemampuan lahan Penataan guna lahan Komponen Pengelolaan DAS Pengelolaan ruang melalui pengaturan land use dan konservasi tanah. Pengelolaan SDA melalui konservasi, pengembangan, penggunaan dan pengendalian daya rusak air. Pengelolaan vegetasi Pembinaan kesadaran dan kemampuan kelembagaan 5 2 3 6 DAS merupakan Suatu Sistem Hidrologi DAS terdiri dari beberapa subsistem, diantaranya yaitu subsistem air permukaan, subsistem air pada zona tidak jenuh air, subsistem air pada zona jenuh air, dan subsistem air di alur sungai. DAS merupakan Suatu Kesatuan Ekosistem satu kesatuan ekologis, dimana jasad hidup dan lingkungan saling tergantung (interdependensi), interrelasi, dan interaksi secara dinamis. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu DAS dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah resapan air yang di banyak tempat rawan terhadap ancaman gangguan manusia, oleh sebab itu perlu dilestarikan secara berkelanjutan

Kesimpulan 1. Rencana pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke Kalimantan Tengah (Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan dan Kabupaten Gunung Mas) harus direncanakan dengan baik, salah satunya menata ruang air dan tata ruangnya. 2. Berkembangnya kawasan ibukota negara akan berimplikasi pada perubahan tata guna lahan terutama lahan terbangun. Kondisi lahan yang landai dan berada di daerah aliran sungai (DAS) menjadikan pertimbangan catchment area lebih utama dibandingkan sekedar batas administrasi wilayah. 3. Pendekatan penataan ruang dan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) berkelanjutan menjadi solusi untuk harmonisasi ruang air dan tata ruang dalam mendukung pembangunan ibukota negara.

Sekian..