BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendahuluan. Hubungan antara..., Adinda Rizkiany Sutjijoso, F.Psi UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. seorang peserta didik adalah belajar. Menurut Gagne (Hariyanto, 2010), belajar

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan anugerah Tuhan dan juga aset bangsa yang sangat berharga.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan depresi adalah gangguan yang mempengaruhi. fisik, mood, dan pikiran seseorang. Gangguan depresi

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini setiap orang berusaha untuk dapat bersekolah. Menurut W. S

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Prestasi Akademik dalam Layanan Bimbingan Belajar. Pengertian bimbingan menurut Crow dan Crow (Prayitno, 2004) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki fakultas kedokteran adalah suatu keputusan yang besar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

Tabel 1.1 Tempat Terjadinya Kekerasan terhadap Anak Kekerasan Jumlah Kasus Persentase Di Sekolah ,20% Di Luar Sekolah ,80% Total %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usia tahun. Dewasa awal ditandai oleh adanya eksperimen dan eksplorasi.

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu seringkali dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). [1] Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2004). [2] Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi 1) intelektual, 2) kehidupan emosi, dan 3) kehidupan sosial (Sarwono, 2006). [3] Salah satu perkembangan psikologis yang dialami oleh remaja adalah perkembangan sosio-emosi yang salah satunya adalah harga diri (self-esteem), yang merupakan keseluruhan cara yang digunakan untuk mengevaluasi diri kita, dimana harga diri 1

(self-esteem) merupakan perbandingan antara ideal-self dengan realself (Santrock, 2012). [4] Harga diri (self-esteem) merupakan suatu evaluasi positif ataupun negatif terhadap diri sendiri (Rosenberg, 1965). [5] Copersmith (1967) mengatakan bahwa harga diri (self-esteem) merupakan evaluasi yang dibuat individu, kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan. Secara singkat harga diri (self-esteem) adalah personal judgment mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Peran harga diri (self-esteem) sangat besar dalam dunia pendidikan. Remaja yang memiliki harga diri (self-esteem) tinggi akan lebih termotivasi untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Pengalaman sukses yang diperoleh remaja dapat memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap peningkatan harga dirinya (self-esteem) (Coopersmith, 1967). [6] Harga diri (self-esteem) tinggi diyakini menjadi dasar bagi perkembangan mental yang sehat, kesuksesan, dan kehidupan yang efektif. Harga diri (self-esteem) rendah sering dihubungkan dengan 2

permasalahan gangguan mental seperti, depresi, kecemasan, dan prestasi belajar, juga dengan beberapa kesulitan seperti, kegagalan, kerugian, dan kemunduran dalam bidang pendidikan (Mruk, 2006). [7] Keberhasilan dalam prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu tersebut seperti, instrumental dan lingkungan. Faktor internal yang berkaitan dengan diri mahasiswa sendiri seperti, kondisi fisik, bakat, motivasi, minat, kepribadian, dan yang tak kalah penting adalah harga diri (self-esteem). [8] Prestasi belajar merupakan penampakan dari hasil belajar. Prestasi belajar dapat diukur dengan evaluasi belajar, antara lain tes sumatif yang dapat menentukan nilai raport (Winkel, 1996). [9] Menurut Arikunto (2006) pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara memberikan tes yang mempunyai manfaat yaitu untuk mengukur kemampuan mahasiswa dan keberhasilan proses pembelajaran. Tes tersebut dibedakan menjadi 3 macam yaitu, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. [10] Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri (selfesteem) dibutuhkan untuk tingkat pencapaian hasil proses belajar yang baik. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik melakukan 3

penelitian dengan judul Hubungan antara Harga Diri (Self-Esteem) dan Hasil Proses Pembelajaran Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UKWMS Angkatan 2015 dan 2016. 1.2 Identifikasi Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan tekanan dan bermasalah karena masa remaja merupakan masa transisi (Soetjiningsih, 2004). [11] Perubahan perubahan yang terjadi pada remaja merupakan sumber dari pembentukan harga diri (self-esteem) seseorang. Harga diri (self-esteem) selama masa remaja cenderung berisiko ketika mereka mengartikan identitas dan rasa diri di dalam kelompok sebayanya (Wong, 2009). [12] Menurut Waterman (1998) harga diri (self-esteem) yang rendah pada seseorang pada masa remajanya dapat menimbulkan berbagai masalah akademik, olahraga, penampilan, dan interaksi sosial. Juga akan menggangu proses pikir konsentrasi belajar dan hubungan dengan orang lain terutama bagi mereka yang masih mengikuti pendidikan sehingga mempengaruhi proses belajarnya. [13] Coopersmith adalah seorang yang meneliti skala harga diri (selfesteem), ia menemukan adanya hubungan signifikan antara harga diri (self-esteem) dan prestasi belajar. Suatu interaksi yang persisten 4

antara harga diri (self-esteem) dan prestasi belajar, harga diri (selfesteem) memiliki hubungan dengan prestasi belajar dan prestasi belajar memiliki hubungan dengan harga diri (self-esteem). [6] Penelitian yang di lakukan Frey dan Carlock, (1984) yang meneliti tentang hubungan antara harga diri (self-esteem) dan intelegensi dan antara harga diri (self-esteem) dengan prestasi belajar, menemukan adanya hubungan yang signifikan. [14] Sedangkan penelitian yang dilakukan Trautwein dkk, (2006) tentang hubungan konsep diri, harga diri (self-esteem) dan prestasi belajar, menemukan adanya hubungan yang tidak signifikan, justru menemukan harga diri (self-esteem) yang tinggi dapat merusak prestasi belajar. [15] Penelitian yang dilakukan Fransis, (2007) dengan judul harga diri (self-esteem) dengan tingkat depresi pada mahasiswa PSIK FK UGM tingkat pertama tahun 2005/2006 ia menemukan bahwa mahasiswa PSIK FK UGM tingkat pertama tahun ajaran 2005/2006 dengan harga diri (self-esteem) sedang 52,5%, harga diri (self-esteem) tinggi 45%, dan harga diri (self-esteem) rendah 2,5%. [16] Sedangkan penelitian yang dilakukan Utianda, (2009) dengan judul hubungan motivasi dan dukungan sosial dengan prestasi belajar mahasiswa program A PSIK FK UGM ia menemukan bahwa mahasiswa 5

program A PSIK FK UGM dengan prestasi belajar tinggi sebanyak 42 orang (84,9%), prestasi belajar sedang sebanyak 17 orang (38,6%), dan prestasi belajar rendah sebanyak 1 orang (2,0%). [17] Hasil studi Patchin dan Hinduja (2010) harga diri (self-esteem) rendah adalah faktor penyebab utama (47,4%) dari semua masalah remaja yang secara langsung ataupun tidak langsung berakibat pada performa remaja di sekolah baik prestasi maupun perilaku mereka. [18] Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi, dan waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi kognitif telah menunjukkan kefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas, schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, dan gangguan mood. Dalam prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja, dan kondisi lainnya. Secara umum, tujuan dari terapi kognitif adalah: 1) Meningkatkan aktivitas, 2) Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan, 3) Meningkatkan kepuasan, dan 4) Meningkatkan kemampuan sosial. Terapi kognitif adalah suatu terapi yang mengidentifikasi atau mengenali pemikiran-pemikiran yang negatif dan merusak yang dapat mendorong ke arah rendahnya harga diri (self-esteem) dan depresi yang menetap (Allen, 2006). [19] 6

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu apakah terdapat hubungan antara harga diri (self-esteem) dan hasil proses pembelajaran mahasiswa Fakultas Kedokteran UKWMS. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara harga diri (self-esteem) dan hasil proses pembelajaran pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UKWMS angkatan 2015 dan 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Menganalisis harga diri (self-esteem) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UKWMS angkatan 2015 dan 2016. 2. Menganalisis hasil proses pembelajaran pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UKWMS angkatan 2015 dan 2016. 3. Mencari hubungan antara harga diri (self-esteem) dan hasil proses pembelajaran pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UKWMS angkatan 2015 dan 2016. 7

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Memberi informasi tambahan mengenai hubungan antara harga diri (self-esteem) dan hasil proses pembelajaran pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UKWMS angkatan 2015 dan 2016. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi institusi pendidikan, sebagai masukan mengenai pentingnya bimbingan terhadap mahasiswa guna menjaga kualitas sumber daya manusia di Fakultas Kedokteran UKWMS. 2. Bagi mahasiswa a. Memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan harga diri (self-esteem) pada dirinya agar hasil proses pembelajaran mahasiswa juga ikut meningkat. b. Memberikan informasi kepada mahasiswa tentang pentingnya hubungan antara (self-esteem) terhadap hasil proses pembelajaran. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Memberi informasi tambahan untuk penelitian lanjutan, mengenai hubungan (self-esteem) dengan hasil proses pembelajaran. 8

b. Memberi informasi tambahan untuk penelitian lanjutan, mengenai faktor yang paling utama mempengaruhi hasil proses pembelajaran sehingga didapatkan peningkatan IPK yang signifikan. c. Memberi informasi tambahan sebagai bahan bacaan menegenai hubungan antara (self-esteem) dengan hasil proses pembelajaran. d. Memberi informasi bahwa adanya hubungan antara (selfesteem) dan hasil proses pembelajaran merupakan tanda perlunya pendekatan psikologik. 9