BAB II TINJAUAN KONSEP. dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik ( Maramis, 2004 ).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah gangguan pencerapan ( persepsi ) panca indera tanpa

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

Koping individu tidak efektif


BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II KONSEP DASAR. mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004).

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN KASUS. Klien masuk RSJD Dr. Aminogondoutomo pada tanggal 14 Januari 2009.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

BAB II TINJAUAN TEORI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB III TINJAUAN KASUS. laki - laki, pendidikan pasien STM, dan tidak bekerja, pasien tinggal di

BAB II TINJUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR II ASKEP HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan

BAB II TINJAUAN KASUS

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB II TINJAUAN TEORI

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB III TINJAUAN KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II KONSEP DASAR A.

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI. OLEH : SITI SAIDAH NASUTION, SKp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu hal tanpa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN KONSEP A. DEFINISI Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang eksternal yang nyata ( Barbara, 1997 ). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik ( Maramis, 2004 ). Halusinasi adalah suatu sensori persepsi terhadap sesuatu hal tanpa stimulus dari luar. Halusinasi merupakan pengalaman terhadap mendengar suara Tuhan, suara setan, dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien skizofenia ( Stuart and Sundeen, 1995). Berdasarkan ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan Halusinasi adalah Gangguan persepsi sensori dimana klien tidak mampu menilai dan berespon pada realita, klien tidak mampu membedakan nyata atau tidak nyata. Halusinasi yang sering terjadi pada gangguan persepsi sensori adalah halusinasi akustik atau auditorik. Halusinasi ini sering berbentuk: 1. Akoasma : suara suara yang kacau balau yang tidak dapat dibedakan dengan jelas. 2. Phonema : suara suara yang berbentuk suara jelas yang berasal dari manusia sehingga klien seperti mendengar suara tertentu.

Halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang paling umum. Klien bisa mendengar suara seperti suara Tuhan, suara setan, atau suara orang orang terdekat yang diterima sebagai suatu yang berbeda dari pemikiran klien. B. JENIS JENIS HALUSINASI Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu dapat menjadi : 1. Halusinasi Penglihatan (visual, optik ) : tak berbentuk ( sinar, kilapan, atau pola atau cahaya ) atau yang berbentuk ( orang, binatang, barang yang di kenal ) baik itu yang berwarna atau tidak. 2. Halusinasi Pendengaran (akustik) : suara manusia, hewan, binatang, mesi, barang, kejadian alamiah atau musik. 3. Halusinasi Penciuman (olfaktorius) : mencium sesuatu bau. 4. Halusinasi Pengecap (gustatorik) : merasa / mengecap sesuatu. 5. Halusinasi Peraba (taktil) : merasa di raba, disentuh, ditiup, disinari atau seperti ada ulat bergerak di bawah kulitnya. 6. Halusinasi Kinestetik : merasa badanya bergerak dalam sebuah ruangan, atau anggota badannya bergerak ( umpamanya anggota badan bayangan atau phantomlimb) 7. Halusinasi Viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya. 8. Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang yang normal, tetap, sebelum tertidur persepsi sensorik bekerja salah.

9. Halusinasi Hipnopompik : seperti nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun sama sekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian yang normal. 10. Halusinasi Histerik : timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional. C. ETIOLOGI Menurut Townsend (1998), kemungkinan etiologi pada klien dengan halusinasi adalah : 1. Panik 2. Menarik diri 3. Stres berat yang mengancam ego yang lemah. Menarik Diri merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengancam. Faktor Pencetus : 1. Biologis Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiology yang maladaptive yang baru mulai dipahami, yang termasuk dalam hal ini adalah sebagai berikut : a. Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan Skizofenia. Lesi pada area control, temporal, dan limbic paling berhubungan dengan perilaku psikotik.

b. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan Skizofenia, hasil penelitan menunjukkan bahwa : - Dopamin neurotransmitter yang berlebihan - Keidakseimbangan antara dopamine dan neutransmitter lain. - Masalah-masalah pada reseptor dopamin. - Para ahli biokimia mengemumakan bahwa halusinasi merupakan hasil dari respon metabolic terhadap stre yang menyebabkan lepasnya neurokimia halusinogenik (Stuart dan Sundeen, 1991). 2. Psikolog Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian ( Stuart and Sundeen, 1991). 3. Sosio Budaya Stres yang menumpuk dapat meunjang terhadap awitan Skizofenia dan gangguan psikotik lain tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan (Stuart and Sundeen, 1991). Penyebab halusinasi Halusinasi pendengaran paling sering terdapat pada klien Skizofrenia. Halusinasi terjadi pada klien skizofrenia dan gangguan manik (Shives, 1998 ). Halusinasi dapat timbul pada skizofrenia dan pada psikosa fungsional yang lain, pada sindroma otak organic, epilepsy ( sebagai aura ), nerosa histerik, intoksikasi atropine atau kecubung, zat zat halusinogenik dan pada deprivasi sensorik ( Maramis, 1998 ).

Menurut Barbara ( 1997 ) klien yang mendengar suara suara misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien. Suara suara yang terdengar dapat berupa perintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain. D. TAHAPAN INTERVENSI HALUSINASI Tingkat intensitas halusinasi ( Stuart dan Sundeen, 1995): Tahap 1 : Menerangkan Ansietas tingkat sedang. a. Tingkat : Secara umum halusinasi bersifst menyenangkan. b. Karakteristik : Orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa bersalah, dan takut serta mencoba untuk memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas, individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialami tersebut dapat dikendalikan jika ansietasnya bisa diatasi (Non Psikotik). c. Perilaku klien - Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai. - Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara. - Gerakan mata yang cepat. - Respon verbal yang lamban. - Diam dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.

Tahap II : Menyalahkan- Ansietas tingkat berat. a. Tingkat Secara umum halusinasi menjijikkan. b. Karakteristik Pengalaman sensoris bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya, dan menarik diri dari orang lain ( Non Psikotik ). c. Perilaku klien - Peningkatan system saraf otonom yang menunjukkan ansietas, misal peningkatan tanda-tanda vital. - Penyempitan kemampuan konsentrasi. - Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realita. Tahap III : Mengendalikan Ansietas tingkat berat a. Tingkat Pengalaman menjadi penguasa b. Karakteristik Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir (psikotik ).

c. Perilaku klien - Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya. - Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. - Rentang perhatia hanya beberapa menit. - Gejala fisik ansietas berat (berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk ). Tahap IV : Menakhlukkan Ansietas tingkat panic a. Tingkat Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi. b. KIarakteristik Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari bila tidak ada intervensi terapeutik (psikotik ). c. Perilaku klien - Perilaku menyerang seperti panik. - Potensial melakukan bunuh diri. - Amuk, agitasi, menarik diri dan katatonik. - Tidak mampu berspon terhadap lingkungan.

E. STRATEGI MERAWAT PASIEN HALUSINASI Asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi ditekankan agar dapat mengontrol halusinasinya, sehingga klien tidak larut dalam halusinasinya. Tindakan yang sudah lazim yang dilakukan untuk mengontrol halusinasi adalah denga cara menghardik halusinasi jika halusinasi muncul, mengajak ngobrol perawat atau seseorang untuk diajak ngobrol, menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat dan yang terakhir adalah teratur mengkonsumsi obat, dapat pula disebutkan sebagai berikut : a. Membina hubungan interpersonal, saling percaya b. Mengkaji gejala halusinasi c. Fokus pada gejala dan minta individu untuk menguraikan apa yang sedang terjadi. d. Identifikasi kemungkinan pernah menggunakan obat atau alkohol. e. Jika ditanya, katakana secara singkat bahwa anda tidak sedang mengalami stimulasi yang sama. f. Bantu individu untuk menguraikan dan membandingkan halusinasi yang sekarang dengan terakhir dialaminya. g. Dorong individu untuk mengamati dan menguraikan pikiran, perasaan dan tindakanya sekarang atau yang lalu berkaitan dengan halusinasi yang dialami. h. Bantu individu menguraikan kebutuhan yang mungkin tercermin pada isi halusinasinya.

i. Bantu individu mengidetifikasi apakah ada hubungan antara halusinasi dengan kebutuhan yang mungkin tercermin. j. Sarankan dan perkuat penggunaan hubungan interpersonal dalam pemenuhan kebutuhan. k. Identifikasi bagaimana gejala psikologis lain tlah mempengaruhi kemampuan individu untuk melaksanakan aktifitas hidup sehari hari. ( Rasmun, 2001 ) F. PENATALAKSANAAN PADA PASIEN HALUSINASI PENDENGARAN Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeuti sebagai kiatnya. Halusinasi visual sering terjadi pada saat klien bangun tidur / saat mau tidur, ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan termenung / melamun. Dalam penatalaksanaannya kita mengenal tuk-tuk dalam proses keperawatan klien dengan halusinasi yaitu: 1. Membina hubungan saling percaya. 2. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dia alami sekarang, jelaskan bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun sebabnya. 3. Menjelaskan cara-cara mengatasi halusinasi (menghardik, nonton tv dan melakukan pekerjaan tertentu yang menyibukkan). 4. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien, bagaimana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga. 5. Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis, dosis, kegunaan maupun efek samping.

( Rasmun, 2001 ) G. POHON MASALAH Menurut Rasmun (2001) pohon masalah klien dengan halusinasi digambarkan pada bagan berikut : Resiko tinggi terhadap Kerusakan komunikasi Verbal Perubahan proses pikir : Waham omatis Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah Kronis Resiko terhadap tindakan Kekerasan yang diarahkan pada lingkungan Perubahan persepsi sensoris: Halusinasi pendengaran dan Penglihatan ( core problem ) Isolasi sosial: Menarik diri ( skema: pohon masalah halusinasi, Rasmun: 2001 ) Penatalaksan aan Regimen terapeutik Tak efektif Kurang Pengetahuan Keluarga merawat klien H. MASALAH KEPERAWATAN Masalah keperawatan menurut Rasmun, 2001 adalah: 1. Resiko tinggi terhadap tindakan kekerasan yang diarahkn pada lingkungan. 2. Perubahan persepsi sensori. 3. Isolasi sosial : menarik diri 4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 5. Perubahan proses pikir : waham

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan menurut Rasmun, 2001 yang dapat diangkat adalah: 1. Resiko Perilaku Kekerasan 2. Halusinasi akustik 3. Isolasi Sosial

J. INTERVENSI Diagnosa Keperawatan Halusinasi Pendengaran Perencanaan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi TUM: Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Setelah dilakukan 3x interaksi klien menunjukkan tanda- tanda percaya kepada perawat: Ekspresi wajah bersahabat Menunjukkan rasa senang Ada kontak mata Mau berjabat tangan Mau menyebutkan nama Mau menjawab salam Mau duduk berdampingan dengan perawat Bersedia mengungkapkan masalah yang dialaminya 1. Bina hubungan saling p dengan menggunakan p komunikasi terapeutik 1.1 Sapa klien dengan baik verbal maupu verbal 1.2 Perkenalkan nama, panggilan dan tuju perawat berkenala 1.3 Tanyakan nama len dan nama panggila disukai klien 1.4 Buat kontrak yang 1.5 Tunjukkan sikap ju menepati janji seti interaksi 1.6 Tunjukkan sikap em dan menerima apa adanya 1.7 Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien 1.8 Dengarkan dengan perhatian ekspresi perasaan klien TUK 2: Klien dapat mengenal halusinasinya 2.1 Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat menyebutkan: Isi Waktu Frekuensi Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi 2.2 Setelah dilakukan 3x interaksi klien menyatakan perasaan dan responnya saat mengalami halusinasi: Marah Takut Sedih Senang Cemas Jengkel 2.1 Adakan kontak ser singkat secara bert 2.2 Observasi tingkah klien terkait denga halusinasinya 2.3 Diskusikan dengan apa yang dirasakan terjadi halusinasi d beri kesempatan u mengungkapkan perasaannya 2.4 Diskusikan dengan apa yang dilakuka untuk mengatasi perasaan tersebut 2.5 Diskusikan tentang

TUK 3: Klien dapat mengontrol halusinasinya 3.1 Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya 3.2 Setelah dilakukan 3x interaksi klien menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi 3.3 Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasi dengar 3.4 Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat melaksanakan cara yang telah dpilih untuk mengendalikan halusinasi 3.5 Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok dampak yang aka dialaminya bila kl menikmati halusin 3.1 Identifikasi bersam cara atau tindakan dilakukan jika terj halusinasi ( tidur, menyibukkan diri, 3.2 Diskusikan cara ya dilakukan klien Jika cara yang digunakan adap pujian Jika cara yang digunakan mala diskusikan keru cara tersebut 3.3 Diskusikan cara ba untuk memutus/ mengontrol timbu halusinasi: Katakan pada d sendiri bahwa in nyata ( saya ti mendengar pa halusinasi terjad Menemui orang perawat/ teman/ anggota keluarg Membuat dan melaksanakan ja kegiatan sehariyang telah disus Meminta keluarg teman/ perawat menyapa jika se berhalusiasi 3.4 Bantu klien memili yang sudah dianju dan dilatih untuk mencobanya 3.5 Beri kesempatan un melakukan cara ya dipilih dan dilatih 3.6 Pantau pelaksanaan telah dipilih dan d bila berhasil beri p 3.7 Anjurkan klien men terapi aktivitas kelompok, orienta realita, stimulasi p TUK 4:

Klien dapat dukungan dari keluarga TUK 5: Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik 4.1 Setelah dilakukan 3x interaksi pertemuan keluarga, keluarga menyatakan setuju untuk mengikuti pertemuan dengan perawat 4.3 Setelah dilakukan 3x interaksi keluarga menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi 5.1 Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat menyebutkan: Manfaat minum obat Kerugian tidak minum obat Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat 5.2 Setelah dilakukan 3x interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar 5.3 Setelah 3x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpakonsultasi dokter 4.1 Buat kontrak denga keluarga untuk pertemuan ( waktu tempat, topik ) 4.2 Diskusikan dengan keluarga ( pada sa pertemuan keluarg kunjungan rumah 4.3 Jelaskan kepada ke tentang: Pengertian halus Tanda dan gejal halusinasi Proses terjadiny halusinasi Cara yang dapat dilakukan klien keluarga untuk memutus halusi Obat- obatan ha Cara merawat an keluarga yang halusinasi dirum beri kegiatan, ja biarakan sendiri makan bersama, bepergian bersa memantau obatobatan dan cara pemberiannya u mengatasi halus Beri informasi w kontrol ke ruma dan bagaimana mencari bantuan halusinasi tidak diatasi dirumah 5.1 Diskusikan dengan tentang manfaat d kerugian tidak min obat, nama, warna cara, efek terapi da samping pengguna obat 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat 5.3 Beri pujian jika kli menggunakan oba dengan benar 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum ob tanpa konsultasi d dokter 5.5 Anjurkan klien unt

konsultasi kepada perawat jika terjad hak yang tidak diinginkan Resiko Perilaku Kekerasan TUM: Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan TUK 1: Kilen dapat membina hubungan saling percaya 1. Setelah dilakukan 3x pertemua klien menunjukkan tanda- tanda percaya kepada perawat: Wajah cerah, tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Bersedia menceritakan perasaan 1. Bina hubungan saling p dengan: 1.1 Beri salam setiap interaksi 1.2 Perkenalkan nama, panggilan perawat tujuan perawat berinteraksi 1.3 Tanyakan dan pang nama kesukaan kli 1.4 Tunjukkan sikap em jujur dan menepat setiap kali berinter 1.5 Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien 1.6 Buat kontrak intera yang jelas 1.7 Dengarkan dengan perhatian ungkapa perasaan klien TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya 2. Setelah dilakukan 3x interaksi klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya: Menceritakan penyebab perasaan jengkel/ kesal baik diri sendiri maupun lingkungannya 2. Bantu klien mengungka perasaan marahnya: 2.1 Motivasi klien untu menceritaka penye rasa kesal atau jengkelnya 2.2 Dengarkan tanpa m atau memberi peni setiap ungkapan p klien TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tandatanda perilaku kekerasan 3. Setelah dilakukan 3x interaksi klien menceritakan tanda- tanda saat terjadi perilaku kekerasan Tanda fisik: mata merah, tangan mengepal, ekspresi tegang, dan lainlain Tanda emosional: perasaan marah, jengkel, bicara kasar 3. Bantu klien mengungka tanda- tanda perilaku kekerasan yang dialalm 3.1 Motivasi klien menceritakan kond fisik ( tanda- tanda saat perilaku keke terjadi 3.2 Motivasi klien menceritakan kond

TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan Tanda sosial: bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan 4. Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat menjelaskan: Jenis- jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukannya Perasaanya saat melakukan kekerasan Efektivitas cara yang dipakai dalam menyelesaiakn masalah 5. Setelah dilakukan 3x interaksi klien menjelaskan akibat tindak kekerasan yang dilakukannya Diri sendiri: luka, dijauhi teman, dll Orang lain/ keluarga: luka, tersinggung, ketakutan, dll Lingkungan: barang atau benda rusak, dll emosinya ( tandaemosional ) saat te perilaku kekerasan 3.3 Motivasi klien menceritakan kond hubungan dengan lain ( tanda- tanda ) saat trejadi perila kekerasan 4. Diskusikan dengan klie perilaku kekerasa yam dilakukannya selama in 4.1 Motivasi klien menceritakan jenis tindak kekerasan y selama ini pernah dilakukannya 4.2 Motivasi klien menceritakan pera klien setelah tinda kekerasan tersebut 4.3 Diskusikan apakah dengan tindak kek yang dilakukannya masalah yang dial teratasi 5. Diskusikan dengan klie akibat negatif ( kerugia cara yang dillakukan p 5.1 Diri sendiri 5.2 Orang lain/ keluarg 5.3 Lingkungan TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan 6. Setelah dilakukan 3x interaksi klien: Menjelaskan cara- cara sehat mengungkapkan rasa marah 6. Diskusikan dengan klie 6.1 Apakah klien mau mempelajari cara b mengungkapkan m yang sehat 6.2 Jelaskan berbagai alternatif pilihan u mengungkapkan m selain perilaku kek yang diketahui kli 6.3 Jelaskan cara- cara mengungkapkan r marah:

Cara fisik: na dalam, pukul atau kasur, ol raga Verbal: mengungkap dirinya sedan dengan orang Sosial: latiha asertif dengan lain Spiritual: sembahyang/ zikir, meditas sesuai dengan kleyakinan agamanya ma masing TUK 7: Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan TUK 8: Klien mendapat dukungan keluaraga untuk mengontrol perilaku kekerasan 7. Setelah dilakukan 3x interaksi klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan: Fisik: tarik nafas dalam, memukul bantal/ kasur Verbal: mengungkapkan perasaan kesal/ jengkel pada orang lain tanpa menyakiti Spiritual: zikir/ doa, meditasi sesuai agamanya 8. Setelah dilakukan 3x pertemuan keluarga: Menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan Mengungkapka rasa puas dalam merawat klien 7.1 Diskusikan cara ya mungkin dipilih d anjurkan klien me cara yang mungkin mengungkapkan kemarahan 7.2 Latih klien memperagakan ca dipilih: Peragakan car melaksanakan yang dipilih Jelaskan manf cara tersebut Anjurkan klie menirukan pe yang sudah dilakukan Beri penguata klien, perbaik yang masih be sempurna 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara sudah dilatih saat jengkel 8.1 Diskusikan penting peran serta keluarg sebagai pendukun untuk mngatasi pe kekerasan 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku

kekerasan 8.3 Jelaskan pengertian penyebab, akibat d cara merawat klien perilaku kekerasan dapat dilaksanakan keluarga 8.4 Peragakan cara me klien ( mengngani perilaku kekerasan 8.5 Beri kesempatan ke untuk memperaga ulang 8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan 8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yan dilatihkan TUK 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan 9.1 Setelah dilakukan 3x interaksi klien menjelaskan: Manfaat minum obat Kerugian tidak minum obat Nama obat Bentuk dan warna obat Dosis yang diberikan kepadanya Waktu pemakaian Cara pemakaian Efek yang dirasakan 9.2 Setelah dilakukan 3x interaksi klien menggunakan obat sesuai program 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan oba secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan oba 9.2 Jelaskan kepada kl Jenis obat ( na warna dan ben obat ) Dosis yang te untuk klien Waktu pemak Cara pemakai Efek yang aka dirasakan klie 9.3 Anjurkan klien: Minta dan menggunakan tepat waktu Lapor ke pera dokter jika mengalami ef yang tidak bia Beri pujian te kedisiplinan k menggunakan Isolasi Sosial TUM: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya 1. Setelah dilakukan 3x interaksi klien menunjukkan tanda- tanda percaya kepada / terhadap 1.1 Bina hubungan sali percaya dengan: Beri salam set

TUK 2: Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri TUK 3: perawat: Wajah cerah, tersenyum Mau berkenalan Ada kontak mata Bersedia menceritakan perasaan Bersedia mengungkapkan masalahnya 2. Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab menarik diri dari: Diri sendiri Orang lain Lingkungan interaksi Perkenalkan n nama panggil perawat dan tu perawat berke Tanyakan dan panggil nama kesukaan klie Tunjukkan sik jujur dan men janji setiap ka berinteraksi Tanyakan per klien dan mas yang dihadapi Buat kontrak interaksi yang Dengarkan de penuh perhati ekspresi peras klien 2.1 Tanyakan kepada k tentang: Orang yang ti serumah/ tem sekamar klien Orang yang p dekat dengan dirumah/ diru perawatan Apa yang mem klien dekat de orang tersebu Orang yang ti dekat dengan dirumah/ diru perawatan Apa yang mem klien tidak de dengan orang tersebut Upaya yang s dilakukan aga dengan orang 2.2 Diskusikan dengan penyebab menarik atau tidak mau ber dengan orang lain 2.3 Beri pujian terhada kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri TUK 4: Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap 3. Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya: Banyak teman Tidak kesepian Bisa berdiskusi Saling menolong Dan kerugian menarik diri, misalnya: Sendiri Kesepian Tidak bisa berdiskusi 4. Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan: Perawat Perawat lain Klien lain Kelompok 3.1 Tanyakan pada klie tentang: Manfaat hubu sosial Kerugian men diri 3.2 Diskusikan bersam tentang manfaat berhubungan sosia kerugian menark d 3.3 Beri pujian terhada kemampuan klien mengungkapkan perasaannya 4.1 Observasi perilaku saat berhubungan 4.2 Beri motivasi dan b klien untuk berken berkomunikasi den Perawat lain Klien lain Kelompok 4.3 Libatkan klien dala Terapi Aktivitas Kelompok 4.4 Diskusikan jadwal yang dapat dilakuk untuk meningkatk kemampuan klien bersosialisasi 4.5 Beri motivasi klien melakukan kegiata sesuai dengan jadw yang telah dibuat 4.6 Beri pujian terhada kemampuan klien mengungkapkan perasaannya TUK 5: Klienmampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial TUK 6: Klien mendapat dukungan keluarga 5. Setelah dilakukan 3x interaksi klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan: Orang lain Kelompok 6.1 Setelah dilakukan 3x 5.1 Diskusikan dengan tentang perasaann setelah berhubung sosial dengan: Orang lain Kelompok 5.2 Beri pujian terhada kemampuan klien mengungkapkan perasaannya 6.1 Diskusikan penting

dalam memperluas hubungan sosial TUK 7: Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik pertemuan keluarga dapat menjelaskan tentang: Pengertian menarik diri Tanda dan gejala menarik diri Penyebab dan akibat menarik diri Cara merawat klien menarik diri 7.1 Setelah dilakukan 3x interaksi klien menyebutkan: Manfaat minum obat Kerugian tidak minum obat Nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat 7.2 Setelah dilakukan 3x interaksi klien mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar 7.3 setelah dilakukan 3x interaksi klien menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter peran serta keluarg sebagai pendukun mengatasi perilaku menarik diri 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri 6.3 Jelaskan pada kelu tentang: Pengertian me diri Tanda dan gej menarik diri Penyebab dan menarik diri Cara merawat menarik diri 6.4 Latih keluarga cara merawat klien men diri 6.5 Tanyakan perasaan setelah mencoba c yang dilatihkan 6.6 Beri motivasi kelua agar membantu kl untuk bersosialisa 6.7 Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya m klien di rumah sak 7.1 Diskusikan dengan tentang manfaat d kerugian tidak min obat, nama, warna cara, efek terapi da samping pengguna obat 7.2 Pantau klien saat penggunaan obat 7.3 Beri pujian jika kli menggunakan oba dengan benar 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum ob tanpa konsultasi d dokter 7.5 Anjurkan klien unt konsultasi kepada perawat jika terjad hal yang tidak diin