BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN WATERPASS

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

PROFIL MEMANJANG. Program Studi D3/D4 Teknik Sipil ITS. Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

METODA-METODA PENGUKURAN

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

4.1.3 PERALATAN PENDUKUNG SURVEY UKUR TANAH

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

DASAR-DASAR PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

PRAKTIKUM PERALATAN SURVEY

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

PENGUKURAN SUDUT, BEDA TINGGI DAN JARAK

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

Can be accessed on:

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

ALAT UKUR SIFAT RUANG (THEODOLITE)

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

PENGUKURAN SIPAT DATAR MEMANJANG

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

2/6/2014 PENGUKURAN SUDUT

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi BAB I KONSEP PENILAIAN Latar Belakang Tujuan Metoda Penilaian...

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K04-05MKP

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

Metode Ilmu Ukur Tanah

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K01MKP

Modul 10 Garis Kontur

Jaring kontrol vertikal dengan metode sipatdatar

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Tinjauan Umum Deformasi

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

Definisi, notasi, glossary. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS. Kode Nama Mata Kuliah 1

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

TUGAS ILMU UKUR TANAH 2 TENTANG THEODOLIT. Disusun Oleh : URLY SAFRU Dosen : Ir. Jonizar, M.T / Natawira Hadi Kusuma, S.

alat ukur waterpass dan theodolit

PEMBUATAN PETA SITUASI DUA DIMENSI MENGGUNAKAN ALAT UKUR TANAH SEDERHANA

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR (2. Mengukur Kemiringan Lahan dengan Alat Pengukur Sudut)

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Materi Praktikum PSDHL Sem Awal 2012/2013

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

Materi : Bab VII. PENGUKURAN JARAK Pengajar : Danar Guruh Pratomo, ST

KAJIAN PENENTUAN LUAS TANAH DENGAN BERBAGAI METODE. Seno Aji 1) Dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

BUKU BAHAN AJAR SURVEYING 1

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K02-03MKP

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

KATA PENGANTAR. Surabaya, 31 Mei Penulis

DIKTAT KULIAH ILMU UKUR TANAH. Oleh: D.M Priyantha Wedagama, ST., MT., MSc., PhD

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang IUT adalah bagian yang lebih rendah daripada geodesi. Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur permukaan bumi. ilmu ukur tanah mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi namun meliputi penentuan bentuk, dimensi bumi dengan pengukuran di bumi. Geodesi rendah atau Ilmu Ukur Tanah yang mempunyai tujuan praktis yang mempelajari cara-cara pengukuran di bumi untuk berbagai keperluan seperti pemetaan, penentuan posisi relatif dan lain sebagainya yang dilakukan pada daerah yang relatif sempit sehingga untuk kelengkungan permukaan bumi dapat diabaikan. Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu pekerjaan yang berkaitan erat dengan dunia sipil. Suatu pembangunan tidak mungkin terlaksana sebelum dilakukannya pengukuran tanah.oleh karena itu, ilmu ukur tanah sangatlah penting dipelajari sebagai salah satu dasar dalam penerapan disiplin ilmu sipil. Salah satu penerapannya yaitu pengukuran sifat datar, beda tingi, pengukuran profil memanjang dan melintang, serta koreksi garis bidik. Hal ini telah kami pelajari dan kami praktekan. Dan hasil dari pengukuran ini kami buat dalam bentuk makalah praktikum Ilmu Ukur Tanah. 1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan maksud agar mahasiswa dapat memahami dan mampu memberikan gambaran situasi detil secara lengkap dari suatu daerah di permukaan bumi. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Ukur Tanah 1. Kelompok 2 1

1.3 Rumusan Masalah Dalam penulisan makalah ini kami membatasi ruang lingkup pembahasan makalah sebagai berikut : Dalam penulisan makalah ini kami membatasi ruang lingkup pembahasan makalah sebagai berikut : a. Bagaimana cara mengetahui jarak antara suatu titik dengan yang lainnya b. Cara menggunakan alat waterpass 1.4 Metode Kerja Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode pendekatan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Praktek di Lapangan sesuai dengan materi yang telah disampaikan. 2. Mencatat data-data yang dibutuhkan pada waktu praktek. 3. Menyusun data-data yang dikumpulkan dan menggambarkan sketnya. Kelompok 2 2

BAB II DASAR TEORI Pengukuran jarak adalah cara dasar yang paling banyak dilakukan dalam pengukuran. Pada dasarnya pengukuran jarak menitikberatkan kepada ketelitian menentukan panjang. Ada beberapa peralatan yang harus diperhatikan dalam pengukuran jarak antara lain : Jalon yaitu alat yang berfungsi memberi tanda dengan jelas di suatu titik. Pen ukur yaitu alat bantu dalam melakukan pengukuran jarak yang sangat panjang. Roll meter yang berfungsi untuk mengukur jarak dari satu titik ke titik yang lain dengan panjang kurang lebih 30 meter. Waterpass yaitu alat yang berfungsi membantu pngukur dalam membaca benang tengah, benang atas, dan benang bawah. Rambu ukur adalah alat yang bertuliskan angka yang berfungsi untuk menentukan ketinggian permukaan tanah pada daerah yang kita ukur. Pengukuran jarak pada garis yang panjang dapat dilakukan oleh dua orang. Satu orang bertugas menarik pita ukur ke arah yang dikehendaki, kemudian memberi tanda pada panjang pita ukur, sambil membawa jalon dan pen ukur. Kemudian satu orang lagi bertugas meluruskan pita ukur dan menghitung panjang dari pita ukur. Pengukuran bertahap adalah cara yang paling sederhana untuk mengukur jarak mendatar pada bidang miring. Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah water pass, rambu ukur. Pada pengukuran jarak baik rambu ukur ataupun pita ukur, biasanya menimbulkan beberapa bentuk kesalah pahaman. Kecerobohan tersebut bisa saja dikarenakan pita ukur tidak terletak pada satu garis lurus ataupun adanya lendutan diatas tanah yang kita ukur. Pada pengaturan alat sipat datar yang baik, apabila gelembung nivo tabung berada tepat ditengah garis bidik, maka bidikan betul-betul mendatar. Jika keadaan tersebut tidak dapat dipenuhi sebelumnya, maka akan menimbulkan kesalahan dalam pembacaan rambu ukur. Kesalahan pada hasil pengukuran dapat sepenuhnya dihilangkan dengan menggunakan metode koreksi garis bidik. Kelompok 2 3

BAB III LAPORAN PRAKTIKUM 3.1 Penggunaan Alat Sipat Datar (waterpass) pada Pengukuran Koreksi Garis bidik (KGA) 3.1.1 Tujuan Umum 1. Mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat ukur sipat datar. 2. Mahasiswa dapat membaca rambu ukur dengat tepat. 3.1.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat menentukan koreksi garis bidik (salah kolimasi) dari alat ukur sipat datar. 2. Mahasiswa dapat menentukan bacaan sebenarnya dari hasil koreksi garis bidik. 3.1.3 Peralatan 1. Alat ukur sipat datar (waterpass) 1 buah 2. Statip 1 buah 3. Meteran (ukuran 30 meter) 1 buah 4. Penjepit 2 buah 5. Rambu ukur 2 buah 6. Alat tulis dan formulir pengisian data 3.1.4 Petunjuk Umum Sebelum memulai pengukuran, tinjau terlebih dahulu keadaan dan situasi di lapangan. Selama pengukuran, alat sipat datar harus tetap di satu titik. Tidak diperkenankan mengubah letaknya. Hal ini dapat menyebabkan ketidakakuratan dalam pengukuran. Alat sipat datar harus terlindung dari panas maupun hujan karena akan mengakibatkan kerusakan dan proses pengukuran terganggu. Para Mahasiswa dianjurkan memakai pakaian praktek, sepatu dan topi/helm guna keselamatan kerja. Kelompok 2 4

3.1.5 Langkah Kerja 1. Menentukan titik-titik yang akan diukur, dalam hal ini terdiri dari 6 titik (P 1, P 2, P 3, P 4, P 5, P 6 ). 2. Memasang statip di tengah-tengah antara rambu belakang (P 1 ) dan rambu muka (P 2 ). a. Mengunci skrup statip dan usahakan dasar atas statip sedatar mungkin. b. Mengatur kaki statip agar seimbang. 3. Memasang alat sipat datar pada dasar atas statip dan mengunci skrup pengeras alat. 4. Mengatur gelembung nivo dengan ketiga skrup penyetel yang digerakkan secara bergantian. Dalam hal ini alat ukur tidak boleh berpindah tempat. 5. Mengarahkan teropong ke rambu belakang (P 1 ), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian. 6. Mengecek bacaan dengan rumus : BT = BA + BB 2 7. Mengarahkan teropong ke rambu muka (P 2 ), kemudian mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah pada formulir pengisian. 8. Pengukuran dilakukan dua kali (double stand). Antara P 1 dan P 2 dinamakan slag 1, dan seterusnya dimana pada setiap slag dilakukan dua kali pengukuran (posisi 1, posisi 2). 9. Pada posisi 2, memindahkan alat ukur beberapa meter dari posisi 1. Kemudian melakukan kembali pengamatan seperti pada posisi 1, mencatat bacaan benang tengah, benang atas dan benang bawah baik untuk P 1 maupun P 2 pada formulir pengisian. 10. Untuk pengukuran lebih dari satu slag, lakukan seperti langkah di atas juga. 11. Menghitung jarak P 1, P 2 baik untuk posisi 1 maupun posisi 2 dengan menggunakan rumus : d = ( BA BB ) x 100 Kelompok 2 5

12. Menghitung salah kolimasi dari alat tersebut (α) dengan rumus: Tg α = ( BTb1 ( db1 BTm1 ) dm1 ) ( BTb2 ( db2 BTm2 dm2 ) ) 13. Menghitung bacaan sebenarnya. 3.1.6 Data Lapangan NAMA TITIK PEMBACAAN BENANG JARAK TENGAH ATAS BAWAH BLK MUKA (M) RIKI I A 1,655 1,72 1,59 B 1,275 1,42 1,13 32 II A 1,65 1,77 1,52 32,1 B 1,27 1,36 1,18 18,1 BAKHRUL I A 1,555 1,63 1, 18,2 B 1.416 1.479 1.162 32 II A 1.620 1.684 1.365 32.1 B 1.421 1.480 1.302 18,2 FANZI I A 1,527 1.592 1.405 18,2 B 1.418 1.482 1.160 32,1 II A 1,576 1.636 1.311 32.1 B 1.435 1.499 1.310 18,1 Rd AZMI I A 1.514 1.578 1.398 18,1 B 1.405 1.464 1.141 32. II A 1,449 1.511 1.198 32. B 1.411 1.474 1.292 18.1 PUPUT I A 1.526 1.591 1.411 18.0 B 1.413 1.480 1.160 32. II A 1.441 1.502 1.181 32.1 B 1.390 1.448 1.303 18,2 YULYANA I A 1.621 1.680 1.499 18.2 B 1.392 1.455 1.232 32.0 Kelompok 2 6

II A 1.510 1.570 1.244 32.2 B 1.420 1.484 1.282 18.1 3.1.7 Pengolahan Data Lapangan Pengukuran Koreksi Garis bidik Data Lapangan Hasil Pembacaan Ahmad POSISI 1 POSISI 2 BLK MK BLK MK BA 1,513 1,395 1,632 1,422 BT 1.453 1.275 1.502 1.362 BB 1,393 1,155 1,373 1,302 db 1 = (1,513, 1,393) x 100 = 18,2 m dm 1 = (1,395 1,155) x 100 = 32.0 m db 2 = (1,632 1,373) x 100 = 32.1 m dm 2 = (1,422 1,302) x 100 = 18.1 m Data Lapangan Hasil Pembacaan Rika POSISI 1 POSISI 2 BLK MK BLK MK BA 1.519 1.382 1.620 1.421 BT 1.471 1.272 1.412 1.217 BB 1.400 1.162 1.300 1.155 db 1 = 1.519 1.40O) x 100 = 18.2 m dm 1 = (1.382 1.162) x 100 = 32 m db 2 = 1.620 1.300) x 100 = 32.2 m dm 2 = (1.421 1.155) x 100 = 18.1 m Kelompok 2 7

Data Lapangan Hasil Pembacaan Fanzi POSISI 1 POSISI 2 BLK MK BLK MK BA 1,527 1.418 1,576 1.435 BT 1.428 1.231 1.423 1.229 BB 1.405 1.160 1.311 1.310 db 1 = (1,527 1.405) 100 = 18,2 m dm 1 = (1.340 1.120) 100 = 22 m db 2 = (1.536 1.311) 100 = 22.5 m dm 2 = (1.291 1.167) 100 = 12.4 m Data Lapangan Hasil Pembacaan Rd Azmi POSISI 1 POSISI 2 BLK MK BLK MK BA 1.514 1.405 1,449 1.411 BT 1.455 1.255 1.410 1.213 BB 1.398 1.141 1.198 1.292 db 1 = (1.514 1.398)x 100 = 18,1m dm 1 = (1.405 1.141)x 100 = 32 m db 2 = 1,449 1.198) x100 = 32 m dm 2 = (1.411 1.292) x100 = 18.1 m Kelompok 2 8

Data Lapangan Hasil Pembacaan Puput POSISI 1 POSISI 2 BLK MK BLK MK BA 1.526 1.413 1.441 1.390 BT 1.467 1.270 1.440 1.225 BB 1.411 1.160 1.181 1.303 db 1 dm 1 db 2 dm 2 = (1.526 1.411)x 100 = 12.9 m = (1.413 1.160) x100 = 22.0 m = (1.532 1.348 ) x100 = 18.4 m = (1.288 1.162 ) x100 = 12.6 m Data Lapangan Hasil Pembacaan Yulyana POSISI 1 POSISI 2 BLK MK BLK MK BA 1.621 1.392 1.510 1.420 BT 1.580 1.343 1.408 1.210 BB 1.499 1.232 1.244 1.282 db 1 dm 1 db 2 dm 2 = (1.680 1.478 )x 100 = 20.2 m = ( 1.455 1.232) x100 = 22.3 m = ( 1.520 1.296 )x 100 = 22.4 m = ( 1.273 1.150 ) x100 = 12.3 m Kelompok 2 9

Kelompok 2 10

Mengukur Jarak Pada Lapangan Datar Kelompok 2 11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dalam setiap pelaksanaan pengukuran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kondisi seorang pengukur 2. Kondisi alat 3. Penyetelan alat harus dilakukan dengan benar dan teliti. 4. Rambu ukur dan jalon harus benar-benar tegak. 5. Pembacaan rambu ukur harus dilakukan dengan teliti. 6. Perhitungan hasil pengukuran dilakukan dengan cermat. Disamping itu juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik, sebelum melakukan pengukuran alat sifat datar (waterpass) terlebih dahulu harus dicek apakah : a) Garis arah nivo sejajar garis bidik. b) Garis arah nivo tegak lurus sumbu satu. c) Benang diafragma mendatar tegak lurus sumbu ke satu. d) Begitu juga posisi bacaan dilakukan pada saat e) Lingkaran nivo berada di tengah. f) Benang vertikal berimpit dengan tengah-tengah rambu. g) Benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu satu. h) Rambu ukur harus betul-betul tegak. Jika hal-hal diatas telah dilakukan dengan benar, maka hasil pengukuran akan diperoleh hasil yang seteliti mungkin. Sehingga titik-titik atau daerah yang diukur akan tergambar dengan baik konturnya. Kelompok 2 12

4.2 Saran Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu mata kuliah yang sangat mendukung dan sangat berperan penting dalam jurusan Teknik Sipil. Oleh karena itu, proses pembelajaran Ilmu Ukur Tanah haruslah berlangsung dengan efektif. Ilmu Ukur Tanah lebih banyak melaksanakan praktikum daripada mempelajari teori. Namun sebelum praktikum berlangsung, Dosen/pembimbing diharapkan terlebih dahulu memberikan pengarahan tentang prosedur prlaksanaan praktikum agar Mahasisiwa dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan benar. Ketika praktikum berlangsung, Dosen/pembimbing diharapkan dapat mendampingi Mahasiswa, sehingga apabila Mahasiswa menemukan suatu masalah dalam perhitungan maupun dalam langkah kerja, dapat langsung ditanyakan kepada pembimbing ditempat praktikum saat itu juga. Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, diharapkan peralatan Ilmu Ukur Tanah yang dipakai dapat mengimbangi kemajuan teknologi. Hal itu dapat menambah wawasan Mahasiswa tentang peralatan Ilmu Ukur Tanah yang lebih canggih. Kelompok 2 13

Kelompok 2 14