PINJAMAN SUBORDINASI

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN-LAMPIRAN 70

Akuntansi Modal Bank K E L O M P O K 4 : H A F I L I A P O N G G O H O N G S U S A N T I A S S A S A R W I N D A S A R I R I K I K U M A U N A N G

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

No.8/26/DPbS Jakarta, 14 November 2006 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

RMK AKUNTANSI PERBANKAN DAN LPD AKUNTANSI MODAL BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/18/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 8/ 28 /DPBPR Jakarta, 12 Desember 2006 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

NERACA BULANAN BPR BESERTA REKENING ADMINISTRATIF

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

Lampiran 8 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

PT. BPR BUMIASIH NBP 13 STABAT ANGGARAN DAN REALISASI BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2008 KUMULATIP

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB XV PENYAJIAN KEMBALI (RESTATEMENT) NERACA

LAPORAN KEUANGAN BANK

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Akuntansi Keuangan Koperasi

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Juli 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 April 2018 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

- 7. Tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse repo )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERNYATAAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 30 November 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

Laporan Gabungan Neraca (Aset)

Laporan Gabungan Neraca (Aset)

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Maret 2015

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 30 Juni 2015 dan 31 Desember 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAGIAN XIII LAPORAN ARUS KAS

NERACA BULANAN Tanggal : 31 Mei 2015

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat pembayaran dengan menggunakan sistem non cash

ii. Kredit 4,251,765 iii. Pembiayaan Syariah 40,726

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BANK SHINHAN INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Periode Tanggal 30 November 2016

ekonomi Sesi JURNAL PENYESUAIAN PERUSAHAAN DAGANG A. PENGERTIAN DAN FUNGSI JURNAL PENYESUAIAN B. AKUN YANG PERLU DISESUAIKAN a.

LAPORAN POSISI KEUANGAN / NERACA Per 30 Juni 2015 (dalam jutaan Rupiah)

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016

Akuntansi Penempatan pada Bank Lain

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 31 Desember 2015 dan 31 Desember 2014

Kompetensi Dasar 5.2 Menafsirkan persamaan akuntansi

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Desember 2015 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 31 Januari 2016 (Unaudited)

LAPORAN POSISI KEUANGAN Per 30 Juni 2015

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 126,249, Tabungan 150,395, Simpanan berjangka 176,843, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 140,517, Tabungan 169,907, Simpanan berjangka 177,035, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 127,892, Tabungan 151,961, Simpanan berjangka 171,717, Dana investasi revenue sharing

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Desember 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Oktober 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Januari 2017

LAPORAN NERACA PUBLIKASI PT BPR BEPEDE KUTAI SEJAHTERA Tanggal : 30 Juni 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

LAPORAN POSISI KEUANGAN BULANAN PERIODE 28 PEBRUARI 2015 (Dalam Jutaan Rupiah) No. POS - POS 28 PEBRUARI 2015 ASET 1. Kas 35,513 2.

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Transkripsi:

PINJAMAN SUBORDINASI 23.1 Definisi adalah pinjaman yang memenuhi syarat-syarat dan perjanjian tertulis, mendapatkan petunjuk bank Indonesia dan tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh dengan minimal jangka waktu 5 tahun, pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapatkan petunjuk bank Indonesia serta hak tagih berada pada urutan paling akhir dalam hal bank dilikuidasi. Pinjaman yang diterima bank dapat dikelompokkan pinjaman subordinasi bila memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Ada perjanjian tertulis antara BPR dan pemberi pinjaman 2) Ada persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia; 3) Tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah disetorpenuh; 4) Minimum berjangka waktu (lima) tahun 5) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuandari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan BPR tetap sehat; dan 6) Jika terjadi likuidasi, maka hak tagihnya berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada. Persyaratan tersebut dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penyajian. 1. Pinjaman subordinasi disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan dikurangi denganbiaya transaksi yang belum diamortisasi. 2. Bunga yang telah jatuh tempo namun belum dibayar atas pinjaman subordinasi disajikan dalam pos Utang Bunga. Pengungkapan Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain: 1. Rincian pinjaman subordinasi mengenai sumber dana, nilaipokok, biaya transaksi yang belum diamortisasi, jangka waktu,tingkat bunga dan jatuh tempo pinjaman subordinasi;. 2. Hubungan istimewa

23.2 Dasar peraturan Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaransumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. (SAK ETAP paragraf 2.35). 23.3 Penjelasan Pinjaman subordinasi setelah jatuh tempo termasuk dalam pos Kewajiban Segera kecuali terdapat ketentuan lain yang mengatur. 23.4 Perlakuan Akuntansi Pengakuan dan Pengukuran 1) Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya transaksi yang dapat d iatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman 2) Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan pinjaman diamortisasi secara garis lurus dan diakui sebagai beban bunga. 3) Bunga akrual atas pinjaman subordinasi diakui sebagai utang bunga. 23.5 Proses Akuntansi Bank Gunadharma mendapatkan pinjaman subordinasi sebesar Rp dengan jangka waktu lima tahun dan suku bunga 7% per tahun, maka bunga per hari = Rp x 7%/36 hari = Rp 97.222. 1) Pada saat pinjaman subordinasi ditandatangani pimpinan bank dengan calon kreditor: 71-1-3-7 Fasilitas Pinjaman yang belum ditarik 711-1-3-7 Kontra Fasilitas Pinjaman yang Belum Ditarik -Subordinasi 2) Pada saat pinjaman subordinasi direalisasikan maka dilakukan penihilan akun kewajiban komitmen dan pencatatan pinjaman subordinasi: Menihilkan komitmen 711-1-3-7 Kontra Fasilitas Pinjaman yang Belum Ditarik Subordinasi

71-1-3-7 Fasilitas Pinjaman yang Belum Ditarik Mencatat Penerimaan subordinasi yang pembayarannya melalui kliring 157-7--5 Kas Kliring-Masuk Apabila pinjaman pada saat subordinasi pada saat penjualan perdana dijual dengan harga diskon (potongan harga) sebesar 1% (Rp 5..) 157-7--5 56-99--999 Kas Kliring-Masuk Beban Bunga yang Ditangguhkan 495.. 5.. 3) Pada saat pengakuan beban bunga pinjaman subordinasi secara akrual, yang dilakukan oleh sistem pembukuan setiap proses akhir hari 5-6-x-1 227-5-x-1 Beban Bunga Beban Bunga yang Masih Harus Dibayar- Subordinasi 97.222 97.222 4) Pada saat dilakukan pembayaran bunga subordinasi yang dilakukan secara kliring setiap bulan (sebesar Rp 97.222 x 3 hari= Rp 2.916.66) 5-6-x-1 157-7--4 Beban Bunga yang Masih Harus Dibayar Subordinasi Kas Kliring-Keluar 2.916.66 2.916.66 5) Pada saat dilakukukan pelunasan atau penyelesaian pinjaman subordinasi Pelunasan pinjaman subordinasi yang pengembaliannya dilakukan melalui kliring 157-7--4 Kas Kliring-Keluar Apabila pinjaman subordinasi dialihkan menjadi setoran modal 3-x-x-999 Modal Disetor

23.6 Tata cara perhitungan kucukupan modal bank di bedakan antar bank. Perkreditan bank rakyat dan bank umum. Pada bagian pertama akan disajikan untuk bank perkreditan rakyat dan berikutnya untuk bank umum. Perhitungan Car Untuk BPR dilakukan dengan cara: a. ATMR dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva denagan bobot risiko masing-masing. b. ATMR dari masing-masing pos dijumlahkan. c. Jumlah kewajiban modal minimum BPR adalah 8% d. Dengan membandingkan jumlah modal pada angka yang senyatanya dengan angka perhitungan modal minimum menurut bank Indonesia, maka dapat diketahui kelebihan atau kekurangan modal bank tersebut. Untuk mengetahui bobot resiko dari aktiva neraca yang merupakan dasar bagi perhitungan kebutuhan modal minimum adalah dapat dilihat dibawah ini: % untuk rekening kas, sertifikat BI, yang dijamin dengan saldo deposito berjangka dan tabungan yang cukup milik pinjaman pada BPR yang bersangkutan. % untuk giro, depoosito berjangka, setifikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain, kredit pada bank lain atau kredit yang dijamin oleh bank lain atau pemerintah daerah. 5% untuk kredit kepemilikan rumaha(kpr) yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan dihuni. % untuk kredit kepada atau kredit yang dijamin oleh BUMD, perorangan, koperasi, perusahaan swasta dan lain-lain, kemudian terhadap aktiva tetap dan inventaris (nilai buku) serta aktiva lainnya selain diatas. Aktiva Terimbang Menurut Risiko (ATMR) Keterangan Jumlah Bobot risiko (%) ATMR (Rp) Aktiva Neraca: 1. Kas 2. Sertifikat BI 3. yang dijamin dengan deposito berjangka,

Tabungan pada bank yang bersangkutan. 4. Giro, deposito berjangka, sertefikat deposito, tabungan serta tagihan lainnya kepada bank lain. 5. pada bank lain atau pemda 6. yang dijamin bank lain atau pemda 7. KPR yang dijamin oleh hipotik pertama dengan tujuan dihuni 8. Tagihan kepada atau tagihan yang dijamin oleh: a. BUMD b. Perorangan c. Koperasi d. Perusahaan lainnya e. Lain-lain 9. Aktiva tetap & investasi (nilai buku) 1. Aktiva lainnya 11. Jumlah ATMR 5 Dalam perhitungan ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan bobot resiko yang besarnya didasrkan pada kadar resiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah, penjamin serta agunan. Khusus terhadap kredit yang penarikannya secara bertahap, maka bobot risiko dihitung berdasarkan besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan.