BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiadi (2003:3) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Badung, dengan jumlah penduduk jiwa dan luas 420,09

internet, banyak teknologi dikembangkan sebagai EDI (Electronic Data Intechage) enbaler yang ditujukan untuk melakukan pemindahan informasi antar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Restoran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku Konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2007:214) perilaku konsumen adalah perilaku

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:

BAB II TINJAUAN KONSEP. Penelitian yang dilakukan oleh Indra (2012) dengan judul Faktor-Faktor

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Restoran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam rangka memperoleh suatu pedoman guna lebih memperdalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjamur di Indonesia khususnya Darah Istimewa Yogyakarta. Semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang ditargetkan baik dalam hal mutu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. makan di mana hidangan secara lengkap dari hidangan pembuka sampai hidangan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Restoran dan Rumah Makan 2.2 Jenis-jenis Restoran atau Rumah Makan

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen. Menurut Setiadi (2008:415) berpendapat bahwa pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga banyak diminati pasaran masyarakat era globalisasi. Gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of

BAB I PENDAHULUAN. menyukai makanan enak dan lebih murah. usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (Undang-undang No.9 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya teknologi dan bertumbuhnya perekonomian dapat

proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen benar-benar membeli produk (Kotler dan Armstrong, 2001:226). Pada tahap evalusi, konsumen

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan karena memiliki peran yang besar dalam kegiatan perekonomian

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. Hotel Hyatt Regency merupakan salah satu hotel bintang lima terbaik di Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

PERILAKU PEMBELIAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin berkembangnya masyarakat modern seringkali dikaitkan dengan

Kewirausahaan II. Menjalankan Usaha ( Bagian 7 ) Seni Melayani Studi Kasus : Restoran. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan usaha waralaba (franchise) kini semakin berkembang di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemasaran modern. Bauran pemasaran dapat didefinsikan sebagai serangkaian alat

BAB I PENDAHULUAN. tarif tertentu untuk makanan dan pelayanannya. Walaupun umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tempat tujuan wisata yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB II LANDASAN TEORI. pembeli. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Perilaku Konsumen dan Proses Keputusan Pembelian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Restoran 2.2 Jenis Restoran

BAB II KERANGKA TEORI. atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsep makanan siap saji (fast food) dan restoran atau rumah makan. Hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ala carte suatu susunan menu, di mana setiap makanan yang dicantumkan pada daftar makanan tersebut disertai dengan harga sendiri

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era moderenisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mengikuti

BAB II TELAAH TEORITIS. Dalam telaah teoritis, dibahas landasan teori dan penelitian terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kegiatan-kegiatan usaha dewasa ini bergerak dengan pesat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibidang makanan dan minuman cepat saji. Pertumbuhan bisnis makanan dan

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Restoran dan Kafe di Kota Bandung dari tahun TAHUN PERTUMBUHAN (%) , , ,33

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini juga tidak lepas dari kemajuan ekonomi di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari penduduk yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, usia anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Usaha retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang penting dari aktivitas sehari-hari masyarakat Amerika, dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah makluk sosial dimanapun mereka berada saling membutuhkan satu

Bab 3. Model Perilaku Konsumen

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran 2.2 Jasa

BAB I PENDAHULUAN. wisata alam, wisata fashion, namun juga wisata kuliner semakin menarik banyak

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Restoran

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

BAB II KERANGKATEORITIS. Keputusan merupakan bagian/salah satu elemen penting dari periaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia telah berkembang ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa sangatlah pesat di negara-negara maju begitu pula,

BAB I PENDAHULUAN. minuman salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh semua orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

1. A la Carte Restaurant : adalah restoran yang mendapatkan izin penuh untuk menjual makanan lengkap dengan banyak variasi dimana tamu bebas memilih

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perilaku Konsumen 1. Pengertian Perilaku Konsumen Setiadi (2003:3) mengatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Menurut Kotler dan Amstrong (2005:206), mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga yang membeli produk untuk konsumsi personal. Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Perilaku konsumen menyoroti perilaku individu dan rumah tangga. 2. Perilaku konsumen menyangkut suatu proses keputusan sebelum pembelian serta tindakan dalam memperoleh, memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk. Memahami perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah yang dibelanjakan, kapan, dengan siapa, oleh siapa, dan bagaimana barang yang sudah dibeli dikonsumsi. Juga termasuk variabel-variabel yang tidak dapat diamati seperti nilai-nilai yang tidak dimiliki oleh konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana mereka mengevaluasi alternatif dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan.

Mowen (2002;5) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi unitunit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide. Definisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. Definisi tersebut juga mengatakan bahwa konsumsi adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri dengan penentuan. Tahap penerimaan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa bagaimana konsumen senyatanya menggunakan produk yang diperoleh. Tahap penentuan menunjukkan apa yang dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan produk tersebut.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Keputusan konsumen sangat dipengaruhi oleh faktor Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis (Kotler, 2005: 183). Sebagian besar adalah faktorfaktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi benar-benar harus diperhitungkan untuk mengetahui sampai dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perilaku konsumen. Budaya Sosial Pribadi Psikologis Budaya Sub Budaya Kelompok Acuan Keluarga Usia dan Tahap Siklus Hidup Pekerjaan Keadaan Ekonomi Gaya Hidup Motivasi Persepsi Pembelajaran Keyakinan dan sikap Pembelia Gambar 2.1 : Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku konsumen. Sumber : ( Kotler, 2005: 183 ) data diolah Penjelasan dari faktor-faktor yang digunakan dalam skripsi ini adalah : 1. Faktor Kebudayaan Menurut Kotler, faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh budaya, sub-budaya dan kelas sosial pembeli (Simamora, 2002:183).

Menurut Edward B. Tylor, dalam Koentjaraningrat (2000:180), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. a. Pengetahuan Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. b. Kepercayaan Kepercayaan adalah iman, anggapan (keyakinan) bahwa benar sungguh ada, misalnya kepada dewa-dewa dan orang-orang halus, dianggap benar dan jujur, menganggap sesuatu adalah benar adanya. c. Adat Istiadat Adat Istiadat adalah tingkah laku seseoarang yang terus-menerus dilakukan dengan cara tertentu dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama. Adat Istiadat muncul karena adanya tingkah laku seseorang, dilakukan terus-menerus, adanya dimensi waktu dan diikuti oleh orang lain/ masyarakat. Adat-istiadat dapat mencerminkan jiwa suatu masyarakat atau bangsa dan merupakan suatu kepribadian dari suatu masyarakat atau bangsa. Tingkat peradaban, cara hidup yang modern sesorang tidak dapat

menghilangkan tingkah laku atau adat-istiadat yang hidup dan berakar dalam masyarakat 2. Faktor Gaya Hidup Menurut Kotler (2001: 192) Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya Hidup menunjukkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar juga dapat mentargetkan produk berdasarkan gaya hidup konsumen. a. Aktivitas Aktivitas adalah kegiatan, kesibukan, keaktifan, kerja atau suatu kegiatan kerja yang dilaksanakan orang di setiap bagian dalam perusahaan. b. Minat Minat adalah kesukaan terhadap suatu kegiatan melebihi kegiatan lainnya dan mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika orang tersebut bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu itu bermanfaat, maka ia akan berminat dan hal tersebut akan mendatangkan kepuasan.

c. Opini Opini adalah sesuatu yang dipandang benar walaupun tanpa kepastian obyektif atau pun subyektif. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Opini adalah pendapat, pikiran atau pendirian. 4. Faktor Psikologis Menurut Kotler dan Armstrong (2001:218), faktor Psikologis merupakan salah satu faktor penentu dalam pengambilan keputusan dan merupakan faktor yang paling mendasar berupa proses kombinasi karakteristik seorang individu dalam mengambil keputusan. Keputusan seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis yang utama yaitu : A. Motivasi Seorang manusia memiliki banyak kebutuhan, ada kebutuhan yang bersifat biogenis yaitu muncul dari kebutuhan biologis seperti haus dan lapar dan ada kebutuhan yang bersifat psikogenis yang muncul dari kebutuhan psikologis seperti kebutuhan untuk diakui, penghargaan dan rasa memiliki. Kebutuhan akan menjadi motif apabila kebutuhan tersebut cukup menekan seseorang untuk mengejar kepuasan. Ada dua teori tentang motivasi yang telah banyak dikenal yaitu teori motivasi Freud dan teori motivasi Maslow. 1. Teori Motivasi Freud Teori ini beranggapan bahwa kebanyakan orang tidak sadar tentang kekuatan psikologis nyata yang membentuk perilaku mereka. Freud melihat orang sebagai yang tumbuh makin dewasa dan menekan banyak dorongan.

Dorongan ini tidak pernah hilang atau berada di kendali sempurna. Menurutnya seseorang tidak pernah mamahami motivasinya secara utuh. 2. Teori Motivasi Maslow Menurut Abraham Maslow, kebutuhan manusia tersusun berjenjang, mulai dari yang paling banyak menggerakkan sampai ke yang paling sedikit memberikan dorongan. Pada awalnya orang akan memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu, lalu memenuhui kebutuhan berikutnya. Berdasarkan urutan pentingnya, jenjang kebutuhan adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. B. Persepsi Sebuah persepsi akan mempengaruhi seseorang yang termotivasi dalam bertindak terhadap situasi tertentu. Persepsi adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk mencipatakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada ransangan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Setiap individu akan mempunyai persepsi yang berbeda atas objek yang sama. Hal ini dikarenakan ada tiga proses persepsi, yaitu :

1. Perhatian Selektif Seseorang tidak mungkin dapat menanggapi rangsangan yang sangat banyak setiap harinya, jadi sebagian rangsangan disaring menjadi sebuah proses yang dinamakan perhatian selektif. Adapun beberapa temuan yaitu : a. Orang lebih mungkin memperhatikan rangsangan yang behubungan dengan kebutuhannya saat ini. b. Orang lebih memperhatikan rangsangan yang mereka antisipasi. c. Orang lenih memperhatikan rangsangan dengan deviasi yang besar dibanding ukuran rangsangan normal. Pemasar harus bekerja keras dalam menarik perhatian konsumen, hal ini disebabkan karena orang yang berada di pasar tidak akan memperhatikan suatu pesan apabila pesan tersebut tidak lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain. 2. Distorsi Selektif (Gangguan Selektif) Distorsi selektif merupakan kecenderungan orang untuk mengubah informasi menjadi pengertian pribadi dan menginterpretasikan informasi dengan cara yang akan mendukung pra-konsepsi mereka, bukannya yang akan menentang pra-konsepsi tersebut. Maka dari itu, pemasar harus berupaya memahami susunan pikiran konsumen dan bagaimana dampak serta interpretasi dari iklan atau produknya.

3. Ingatan Selektif Seseorang tentunya akan bisa melupakan apa yang telah dipelajari dan menahan informasi yang mendukung sikap dan kepercayaan serta keyakinan mereka. Ingatan selektif berarti bahwa mereka akan mengingat keunggulan produk dan melupakan apa yang dikatakan pesaing. Hal ini menjelaskan mengapa iklan dibuat secara berulang-ulang, karena pemasar ingin konsumen mengingatnya sewaktu pemilihan produk. C. Pembelajaran (Pengetahuan) Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Perilaku manusia sekarang merupakan hasil belajar. Pembelajaran adalah perpaduan dari dorongan, rangsangan, petunjuk, tanggapan dan penguatan. Dorongan adalah rangsangan internal yang kuat yang memotivasi tindakan. Dorongan akan menjadi motif apabila diarahkan menuju rangsangan pengurangan dorongan tertentu. Petunjuk adalah rangsangan minor yang menentukan kapan, dimana dan bagaimana tanggapan seseorang. D. Keyakinan dan Sikap Keyakinan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal. Keyakinan dapat membentuk citra produk dan merek, dan orang akan bertindak sesuai dengan citra tersebut. Apabila ada keyakinan yang salah maka perusahaan harus berusaha memperbaiki keyakinan tersebut melalui kampanye dan sebagainya. Sikap merupakan evaluasi,

perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa objek atau gagasan. Sikap menempatkan orang-orang dalam sebuah kerangka pemikiran yang menyukai atau tidak menyukai objek tersebut, bergerak mendekati atau menjauhi objek tersebut. Sikap sulit sekali untuk dirubah, sikap seseorang membentuk suatu pola konsisten dan mengubah satu sikap mungkin mengharuskan penyesuaian besar dalam sikap lainnya. 2.1.2 Proses Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Pembelian Perilaku Purna Pembelia Gambar 2.2 : Model Generik Proses Keputusan Pembelian Sumber : Kotler dan Armstrong (2004:218) Menurut Kotler dan Armstrong (2004:218) sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni :

1. Pengenalan masalah Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli. 2. Pencarian informasi. Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal). 3. Evaluasi alternatif. Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 4. Pembelian. Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. 5. Perilaku Purna Pembelian Perilaku Purna Pembelian merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan

evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan. 2.1.3 Keputusan Berkunjung Keputusan konsumen untuk berkunjung ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut. Adapun tiga hal yang harus dikembangkan agar suatu tempat menjadi menarik untuk dikunjungi(yoeti,1996;178), yaitu : 1. Adanya something to see, yaitu sesuatu yang menarik untuk dilihat. 2. Adanya something to buy, yaitu adanya sesuatu yang menarik dan khas untuk dibeli. 3. Adanya something to do, yaitu adanya sesuatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat itu.

2.1.4 Restoran 1. Pengertian Restoran Ada beberapa definisi tentang restoran menurut para ahli, yaitu : Menurut Soekresno (www.petra.ac.id. 26 April 2011), Restoran adalah suatu usaha komersil yang menyediakan jasa perlayanan makan dan minum dan dikelola secara profesional. Menurut Ninemeier dan Hayes (www.petra.ac.id. 26 April 2011), Restoran adalah suatu operasi layanan makanan yang mendatangkan keuntungan yang mana basis utamanya termasuk di dalamnya adalah penjualan makanan dan minuman kepada individu-individu dan tamu-tamu dalam kelompok kecil. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Restoran adalah tempat yang menjual makanan dan minuman yang dinikmati oleh pengunjung serta mendatangkan keuntungan kepada pengusaha restoran tersebut. 2. Perkembangan Restoran Kemajuan usaha penyajian makanan dan minuman sekarang ini tidak terlepas dari sejarah perkembangan perjalanan peradaban manusia di masa lalu. Menyebut kata restoran, yang terpikir di benak kita adalah jajaran mejameja yang tertata rapi, kehadiran pelanggan menikmati sajian, pramusaji sibuk dengan pelayanannya, juru masak sibuk mengolah hidangan, suara berdenting peralatan makan dan minum, aroma hidangan yang mendominasi ruangan, serta keluar masuknya pelanggan yang silih berganti, bahkan suara musik terdengar sayup- sayup ikut mengisi ruang. Cikal bakal restoran

dimulai pada 12000 tahun Sebelum Masehi ketika suku bangsa di Denmark menggunakan dapur besar untuk memasak dan menyiapkan hidangan bagi sekelompok orang guna menikmati hidangan secara bersama-sama. Lalu pada 400 tahun Sebelum Masehi, pertama kali didirikan kabaret dimana tempat ini dipakai untuk menjual minuman keras, yang kemudian tumbuh dan berkembang. Sekitar tahun 1200 di London terdapat beberapa warung yang menyediakan makanan matang untuk dibawa pulang dan 200 tahun kemudian warung-warung berkembang menjadi restoran dengan fasilitas pelayanan yang semakin ditingkatkan. Penyajiannya menggunakan tablecloth, peralatan makan dan minum yang tertata rapi di atas meja, para juru masak menyusun makanan di platter (piring besar) dan diberi garnish untuk memperindah sajian tersebut sehingga hidangan yang disajikan terlihat artistik. Pada abad 16, ketika Chaterine de Meidcis menikah dengan Henry II, ia membawa juru masak dari Italia yang kemudian memperbaiki keahlian memasak di lingkungan kerajaan dengan mengajarkan bagaimana mempersiapkan beberapa hidangan untuk diatur di meja banquet (perjamuan) dan dihias sangat menarik. Begitu juga Oliver de Serres mendemonstrasikan bagaimana sayuran dapat meningkatkan penampilan suatu hidangan dan dapat tercipta menu diet. Serres membawa perubahan dalam seni pengolahan makanan kepada para staf ahli masak Raja Louis XIV dan membentuk mereka menjadi juru masak profesional serta kreatif, hingga sekarang diakui bahwa Perancis mempunyai reputasi tinggi di dunia dalam hal mengolah makanan. Tahun 1765 Monsier Boulanger membuka restoran soup di kota bertuliskan Venite

Adme Omnes Qui Stomacho Laboratoratis Et Ego Restaurabo Vos yang artinya datanglah anda semua kepada saya, bagi anda yang perutnya keroncongan karena lapar, saya akan memulihkan kondisi anda. Tulisan ini mampu menarik perhatian orang yang lewat untuk masuk ke restoran. Soupnya diberi nama Le Restaurant Divin yaitu obat untuk menyegarkan. Kata restaurant berasal dari Bahasa Perancis restaurer yang berarti memulihkan kembali. Pada jaman Romawi Kuno orang makan di luar rumah adalah sesuatu yang menyenangkan, selingan kegiatan rutin makan dan minum di rumah sehari- hari. Suatu bukti nyata yang masih ada hingga saat ini adalah peninggalan berupa Herculaneum, suatu daerah wisata di Naples pada tahun 70 Masehi dengan diketemukannya sebuah kuburan dengan lebar 65 kaki yang ditimbuni dengan lava lumpur karena erupsi dari gunung Versuvius. Sepanjang jalan tersebut terdapat beberapa bar makanan kecil (snack bar) yang menjual roti, keju, anggur, kacang, kurma, dan makanan hangat. Counternya dibuat dari bahan marmer yang memisahkan antara penjual dan pembeli. Setelah jatuhnya Romawi, makan di luar rumah hanya pada tempat-tempat tertentu saja, seperti di INN atau Tavern, namun demikian hingga tahun 1200 sudah muncul beberapa rumah makan di London, Paris, dan di lain tempat yang mana untuk makanan yang dimasak tersebut, orang yang ingin menyantapnya harus membayar. Akhirnya timbullah Coffee House sebagai cikal bakalnya restoran pada saat ini (Sugiarto, Sulartiningrum 79).

3. Jenis-jenis Restoran Menurut Soekresno (www.petra.ac.id. 20 April 2011), sebuah restoran dapat dikelompok kan dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Restoran formal Pengertian restoran formal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan pelayanan yang baik. Ciri-ciri restoran formal: a. Penerimaan pelanggan dengan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu. b. Para pelanggan terikat menggunakan pakaian resmi. c. Menu pilihan yang disediakan adalah menu klasik atau menu Eropa populer. d. Sistem penyajian yang dipakai adalah Russian Service atau French Service atau modifikasi dari kedua table service tersebut. e. Disediakan ruangan cocktail selain ruangan jamuan makan digunakan sebagai tempat untuk minum yang beralkohol sebelum santap makan. f. Dibuka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau untuk makan malam dan makan siang tetapi tidak untuk makan pagi. g. Menyediakan berbagai merek minuman bar secara lengkap khususnya wine dan champagne dari berbagai negara penghasil wine di dunia. h. Menyediakan hiburan musik hidup / live music dan tempat untuk melantai dengan suasana romantis dan eksklusif.

i. Harga makanan dan minuman relatif tinggi dibandingkan dengan harga makanan dan minuman di restoran informal. j. Penataan meja dan bangku memiliki area service yang lebih luas untuk dilewati pelayan. k. Tenaga relatif banyak dengan standar kebutuhan satu pramusaji untuk melayani 4-8 pelanggan. Adapun yang termasuk dalam klasifikasi restoran formal antara lain: members restaurant, super club, gourmet, main dining room, grilled restaurant, executive restaurant. 2. Restoran informal Pengertian restoran informal adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan dan percepatan frekuensi yang silih berganti pelanggan. Ciri-ciri restoran informal: a. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat terlebih dahulu. b. Para pelanggan tidak terikat menggunakan pakaian resmi. c. Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu-menu yang relatif cepat selesai dimasak. d. Sistem penyajian yang dipakai adalah American Service atau Ready plate bahkan self service ataupun counter service. e. Dibuka untuk pelayanan makan malam atau makan siang atau untuk makan malam dan makan siang tetapi tidak untuk makan pagi.

f. Tidak menyediakan hiburan musik hidup / live music. g. Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lain. h. Tenaga relatif sedikit dengan standar kebutuhan satu pramusaji untuk melayani 12-16 pelanggan. i. Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada tamu / pelanggan namun dipasang di counter langsung di setiap meja makan untuk mempercepat proses pelayanan. Adapun yang termasuk dalam klasifikasi restoran informal antara lain: Cafe, cafetaria, fast food restaurant, coffee shop, bistro, canteen, taverns, family restaurant, pub, sandwich corner, burger corner, snack bar. 3. Restoran khusus Pengertian restoran khusus adalah industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan profesional dengan menyediakan makanan khas yang diikuti dengan sistem penyajian yang khas dari suatu negara. Ciri-ciri restoran khusus: a. Menyediakan sistem pemesanan tempat terlebih dahulu. b. Menu yang disediakan adalah menu khas suatu negara tertentu, populer, dan disenangi banyak pelanggan secara umum. c. Sistem penyajian disesuaikan dengan budaya negara asal dan dimodifikasi dengan budaya internasional. d. Dibuka untuk pelayanan makan malam atau dan makan siang. e. Menu a la carte dipresentasikan oleh pramusaji ke pelanggan.

f. Biasanya menghadirkan musik/ hiburan khas negara asal. g. Tenaga service relatif sedang dengan standar kebutuhan satu pramusaji untuk melayani 8-12 pelanggan. h. Harga makanan relatif tinggi dibandingkan restoran informal. Adapun yang termasuk dalam klasifikasi restoran khusus antara lain: Indonesian food restaurant, Italian food restaurant, Thai food restaurant, Japanese food restaurant, Korean food restaurant, dan sebagainya. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian Siahaan (2009) dengan judul Pengaruh Harga, Kualitas Produk, Pelayanan, dan Psikologis terhadap Minat Beli Konsumen pada Restoran Miramar Cabang Jalan Pemuda Medan. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel harga, kualitas, pelayanan dan psikologis secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen Restoran Miramar Medan. Penelitian Prayoga (2009) dengan judul Pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi, Psikologis terhadap Pengambilan Keputusan Pembelian Mie Instan merek Sedaap (Studi Kasus Mahasiswa yang Kost di Lingkungan Kampus USU). Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian mie instan merek Sedaap oleh mahasiswa yang kost di lingkungan kampus USU. Variabel yang paling dominan adalah variabel faktor pribadi dan budaya.

2.3 Kerangka Konseptual Menurut Edward B. Tylor, dalam Koentjaraningrat (2000:180), kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat, dan kemampuankemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Gaya hidup menurut Kotler (2002;192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Kotler dan Armstrong (2001:218), faktor Psikologis merupakan salah satu faktor penentu dalam pengambilan keputusan dan merupakan faktor yang paling mendasar berupa proses kombinasi karakteristik seorang individu dalam mengambil keputusan. Keputusan konsumen untuk berkunjung ke suatu tempat tentunya didasari alasan tertentu, dimana kunjungan tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang akan berdampak pada kepuasan konsumen tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor budaya, gaya hidup dan psikologis mempengaruhi keputusan berkunjung yang dapat digambarkan pada suatu kerangka konseptual pada gambar 2.3

Budaya (X1) Gaya Hidup (X2) Keputusan Berkunjung (Y) Psikologis (X3) Gambar 2.3 : Kerangka Konseptual Sumber : Koentjaraningrat (2000:180), Kotler dan Armstrong, 2001 : 197 (diolah) 2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Budaya, Gaya Hidup dan Psikologis berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan berkunjung di Restoran Shanghai Kitchen Sun Plaza Medan.