pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

BAB II DASAR TEORI. kontrol, diantaranya yaitu aksi kontrol proporsional, aksi kontrol integral dan aksi

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI. III, aspek keseluruhan dimulai dari Bab I hingga Bab III, maka dapat ditarik

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya berjudul Feedforward Feedback Kontrol Sebagai

PEMBUATAN ALAT TUNING PENGENDALI PID

Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve

BAB VII METODE OPTIMASI PROSES

UJI PERFORMANSI PADA SISTEM KONTROL LEVEL AIR DENGAN VARIASI BEBAN MENGGUNAKAN KONTROLER PID

MAKALAH. Sistem Kendali. Implementasi Sistim Navigasi Wall Following. Mengguakan Kontrol PID. Dengan Metode Tuning Pada Robot Beroda

RESPON SISTEM DITINJAU DARI PARAMETER KONTROLER PID PADA KONTROL POSISI MOTOR DC

BAB 2 LANDASAN TEORI

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

SIMULASI KONTROL PID UNTUK MENGATUR PUTARAN MOTOR AC

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

SIMULATOR RESPON SISTEM UNTUK MENENTUKAN KONSTANTA KONTROLER PID PADA MEKANISME PENGENDALIAN TEKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TRAINER PID ANALOG UNTUK MENGATUR KECEPATAN PUTARAN MOTOR DC

PENGENDALI PID. Teori kendali PID. Nama Pengendali PID berasal dari tiga parameter yg secara matematis dinyatakan sebagai berikut : dengan

TUNING KONTROL PID LINE FOLLOWER. Dari blok diagram diatas dapat q jelasin sebagai berikut

BAB III DINAMIKA PROSES

Pertemuan ke-14 Pengontrolan l var iabel ll l ana og menggunakan PLC: Algoritma PID

+ - KONTROLER. Σ Kontroler Plant. Aktuator C(s) R(s) Sensor / Elemen ukur

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING :

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

PERANCANGAN ATTEMPERATURE REHEAT SPRAY MENGGUNAKAN METODE ZIEGLER NICHOLS BERBASIS MATLAB SIMULINK DI PT. INDONESIA POWER UBP SURALAYA

BAB 5 KOMPONEN DASAR SISTEM KONTROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN BALL AND BEAM DENGAN MENGGUNAKAN PENGENDALI PID BERBASIS ARDUINO UNO. Else Orlanda Merti Wijaya.

IMPLEMENTASI MICROKONTROLLER UNTUK SISTEM KENDALI KECEPATAN BRUSHLESS DC MOTOR MENGGUNAKAN ALGORITMA HYBRID PID FUZZY

BAB VIII SISTEM KENDALI

3.5.1 Komponen jaringan syaraf Adaptif Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS) Simulink MATLAB Mikrokontroler...

Implementasi Modul Kontrol Temperatur Nano-Material ThSrO Menggunakan Mikrokontroler Digital PIC18F452

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Makalah Seminar Tugas Akhir

Kontrol PID Pada Miniatur Plant Crane

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Controller. Fatchul Arifin

Syahrir Abdussamad, Simulasi Kendalian Flow Control Unit G.U.N.T Tipe 020 dengan Pengendali PID

PENERAPAN FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MEMPERTAHANKAN KESETABILAN SISTEM AKIBAT PERUBAHAN DEADTIME PADA SISTEM KONTROL PROSES DENGAN DEADTIME

Sedangkan untuk hasil perhitungan dengan parameter tuning PID diperoleh :

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan Kendali Hybrid PID-Fuzzy

yang dihasilkan sensor LM35 karena sangat kecil. Rangkaian ini adalah tipe noninverting

SISTEM BOILER DENGAN SIMULASI PEMODELAN PID

PERANCANGAN SISTEM KENDALI SLIDING-PID UNTUK PENDULUM GANDA PADA KERETA BERGERAK

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... ii. LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN...

IDENTIFIKASI DAN DESAIN CONTROLLER PADA TRAINER FEEDBACK PRESSURE PROCESS RIG Satryo Budi Utomo, Universitas Jember

Aplikasi Kendali PID Menggunakan Skema Gain Scheduling Untuk Pengendalian Suhu Cairan pada Plant Electric Water Heater

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya

SISTEM PENGENDALIAN SUHU PADA TUNGKU BAKAR MENGGUNAKAN KONTROLER PID

FUZZY LOGIC UNTUK KONTROL MODUL PROSES KONTROL DAN TRANSDUSER TIPE DL2314 BERBASIS PLC

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

BAB II LANDASAN TEORI

KONTROL PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIF (PID) UNTUK MOTOR DC MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI & PENGENDALIAN PROSES

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

Sadra Prattama NRP Dosen Pembimbing: Dr. Bambang Lelono Widjiantoro, ST, MT NIP

Studi Pemodelan Bond Graph dan Perancangan Pengontrol Proportional + Integral untuk Level Boiler dan Temperatur Penukar Kalor pada Sistem Miniplant

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

YONI WIDHI PRIHANA DOSEN PEMBIMBING Dr.Muhammad Rivai, ST, MT. Ir. Siti Halimah Baki, MT.

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM. Gambar 3. 1 Diagram Blok Sistem Kecepatan Motor DC

LEVEL DAN SISTEM PROTEKSI PADA PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP

Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Pada Alat Penyiram Tanaman Menggunakan Kontoler PID

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

Adaptive Fuzzy Untuk Menala Parameter PID pada Sistem Pengaturan Berjaringan. Nastiti Puspitosari L/O/G/O NETWORKED CONTROL SYSTEM (NCS)

SISTEM KENDALI PROPORSIONAL, INTEGRAL, DAN DERIVATIF (PID) PADA PERSAMAAN PANAS*

Perancangan Sistem Kontrol Posisi Miniatur Plant Crane dengan Kontrol PID Menggunakan PLC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN SISTEM KONTROL DENGAN APLIKASI MATLAB

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

BAB 5. Pengujian Sistem Kontrol dan Analisis

APLIKASI GUI ( GRAPHICAL USER INTERFACE ) MATLAB SEBAGAI ANALISIS STABILITAS SISTEM BERORDE SATU PADA PENGENDALIAN PID LAPORAN PENELITIAN OLEH:

Institut Teknologi Sepuluh Nopember PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi tepat guna. Teknologi tepat guna yang mampu memenuhi

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

PEMBELAJARAN PERANCANGAN SISTEM KONTROL PID DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

Perancangan Sistem Kontrol PID Untuk Pengendali Sumbu Azimuth Turret Pada Turret-gun Kaliber 20mm

DESAIN KONTROL PID UNTUK MENGATUR KECEPATAN MOTOR DC PADA ELECTRICAL CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (ECVT)

BAB III PERANCANGAN ALAT

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

PEMODELAN SISTEM PENGENDALI PID DENGAN METODE CIANCONE BERBASIS MATLAB SIMULINK PADA SISTEM PRESSURE PROCESS RIG

Oleh : Dia Putranto Harmay Dosen Pembimbing : Ir. Witantyo, M.Eng. Sc

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 555

Kendali PID Training Kit ELABO TS 3400 Menggunakan Sensor Posisi

Transkripsi:

Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis kepakaran. Pada strategi konvensional yang dikenal sebagai perancangan sistem pengendalian didasarkan pada model matematik dari sistem yang dikendalikan. Dan strategi dikatakan modern, merupakan strategi yang menggunakan perangkat komputer, dan dengan cara ini perlu dilakukan transformasi model dari sistem yang dikendalikan dalam bentuk model yang dipahami oleh sebuah komputer. Sedangkan strategi berbasis kepakaran merupakan strategi yang menggunakan kaidah / aturan aturan yang mengikuti pola pikir dari kepakaran. Yang termasuk dalam strategi konvensional adalah pengendali P (Proportional), I (Integral), D (Derivatif) dan atau kombinasi dari ketiganya tersebut, dan pula sistem pengendalian yang dikatakan sebagai adaptif. Untuk sistem pengendalian modern, dikenal dalam beberapa contoh kasus adalah sistem pengendalian optimal, dan robust / kokoh. Sistem pengendalian modern ini didasarkan pada model sistem yang dikendalikan dinyatakan dalam bentuk persamaan state space - ruang keadaan. Sedangkan untuk sistem pengendalian kepakaran sebagai contoh adalah sistem pengendalian logika fuzzy (Kontrol Logika Fuzzy - KLF), sistem pengendalian dengan jaringan syaraf tiruan (Neural Network - NN) maupun kombinasi dari keduanya dan algoritma genetika. Pengendalian Konvensional Pada sistem pengendalian konvensional yang digunakan untuk mengontrol plant dengan model parameter tetap, diantaranya dinyatakan dalam bentuk tabel di bawah ini. Tabel 1.3 Aksi pengendali konvensional P-I-D Tipe Pengendali Karakteristik plant Aksi pengendali Parameter pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp I Integral Ki D Derivatif Kd PI Proportional dan Integral Kp, Ki PD Proportional dan Derivatif Kp, Kd PID Proportional, Derivatif dan Integral Kp, Ki, Kd Karakteristik respon dari sistem dengan aplikasi pengendali PID, dapat dinyatakan dalam bentuk tabel berikut ini. Tabel 1.4 Karakteristik respon dari sistem pengendali PID Aksi Rise Time Overshoot Kestabilan

Kenaikan Kp Lebih cepat Naik Cenderung jelek Kenaikan Kd Lebih lambat Turun Naik Kenaikan Ki Lebih cepat Naik Jelek Pengendali Proporsional (P) Besar output unit pengendali Proporsional sebanding dengan besarnya input(eror). Berikut persamaan matematis dari elemen proportional : o = G c.i + bias...(1.1) Dengan o = output, i = input. Gain (G c ) unit pengendali proporsional dapat berupa bilangan bulat, atau bilangan pecahan. Semakin besar nilai Gain akan menyebabkan pengendali semakin reaktif terhadap eror, hal ini ditandai dengan adanya overshoot pada kondisi transien dan sebaliknya. Unit pengendali ini tidak tergantung pada fungsi waktu. Gain dapat direpresentasikan dengan besaran lain yaitu Proportional Band PB dengan persamaan sebagai berikut : 10 G c (1.2) PB Input (error) G c Output Gambar 1.13 Diagram blok pengendali proporsional Output dari pengendali proporsional selalu mengikuti input secara proporsional. Naik turunnya input diikuti secara langsung oleh output, dan besarnya selalu sama dengan input dikalikan gain. Dari persamaan (1.1) dapat dilihat bahwa ada besaran lain yang ditambahkan dengan Gc x eror yaitu bias. Besaran ini digunakan untuk mempertahankan output pada saat eror sama dengan nol. Kekurangan dari pengendali ini adalah adanya offset. Offset merupakan eror yang ditinggalkan oleh pengendali proporsional. Offset tidak dapat diperkecil begitu saja dengan memperbesar gain, kemungkinan sistem menjadi tidak stabil. Apalagi kalau gain dibuat tak terhingga, maka sistem pengendali menjadi sistem pengendali on-off. Kerja pengendali proporsional dapat dianalogikan dengan kerja batang pengungkit. Andaikata sebuah sistem pengendali proporsional dengan PB 4, berarti gain 2,5 dan bias disetel, maka pengendali dapat digambarkan seperti gambar 1.15.

Input Waktu Output Gp(x) Waktu Gambar 1.14 Response sebuah pengendali proporsional 10 10 7 PB = 4 3 Skala variabel terukur Skala output (bukaan control valve) Gambar 1.16 Daerah kerja pengendali proporsional dengan PB 4 dan bias. Pada gambar diatas ditunjukkan pada waktu set point dan variabel pengukuran sama dengan, output pengendali juga karena bias juga. Kerja control valve pada skala kanan dimulai dari sinyal sampai 10. Sinyal itu sama dengan 3-15 psi untuk pengendali pneumatik dan sama dengan 4-20 ma untuk pengendali elektronik. Secara teoritis kalau PB 4 (gain 2,5) eror sebesar 2 harus menghasilkan variabel termanipulasi sebesar. Kalau eror sebesar 3, seharusnya menghasilkan manipulated variabel sebesar 75%. Dari gambar 11.6, jelas bahwa walaupun eror besarnya sampai 3, variabel termanipulasi tidak pernah menjadi 125% (bias ditambah aksi proporsional 75%), karena control valve memang tidak dapat lebih terbuka lagi. Dengan demikian, koreksi untuk eror 2 sama saja dengan koreksi untuk eror 3. Kenyataan ini sangat penting pada efektivitas kerja sistem pengendalian. Karena PB dibuat 4, efektivitas kerja sistem pengendali benar-benar hanya 4, yaitu pada variabel terukur 3 sampai 7. Sistem pengendali tidak mampu mengoreksi variabel pengukuran di bawah 3 dan di atas 7. Dari deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa proporsional band PB menentukan daerah di mana kerja pengendali proporsional masih tetap efektif. Perubahan daerah kerja ternyata tidak hanya tergantung pada

PB, tetapi juga tergantung pada bias. Misalkan PB sama dengan 4 seperti contoh di atas, tetapi bias dibuat 75%, daerah kerja berubah seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.17. Pada saat set point dan measurement variable kedua-duanya di, output kini menjadi sebesar 75% (sebesar biasnya). Dengan penjelasan yang sama dapat dimengerti bahwa daerah kerja variabel terukur tidak lagi 3-7, tetapi 4-8. Ini berarti bahwa perubahan bias juga menyebabkan bergesernya seluruh daerah kerja pengendali proporsional. 10 10 PB = 4 8 4 75% Skala variabel terukur Skala output (bukaan control valve) Gambar 1.17 Daerah kerja pengendali proporsional dengan PB 4 dan bias 75% Apa yang terjadi kalau PB tetap 4 tetapi sekarang bias dinaikkan sampai 10? Gambar 1.18 menunjukkan bahwa daerah kerja measurement variable. sekarang bergeser menjadi -9. Itu berarti sistem tidak mampu lagi mengendalikan measurement variable dari - dan dari 9-10. 10 10 9 PB = 4 75% 4 Skala variabel terukur Skala output (bukaan control valve) Gambar 1.18 Daerah kerja pengendali proporsional dengan PB 4 dan bias 10 Pengendali Integral Kekurangan pengendali Proporsional ditutupi oleh pengendali Integral yang mampu menghilangkan offset. Dengan persamaaan sebagai berikut : dimana : 1 o G T i c e. dt B (1.3)

o = output e = eror T i = integral time B = Bilangan tetap (yang merupakan bias atau hasil dari hasil integral sebelumnya) G C = Gain pengendali Integral time (T i ) adalah waktu yang diperlukan pengendali integral untuk menghasilkan output sebesar G C x input. Atau jika G C dianggap sama dengan 1, maka integral time didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan pengendali integral untuk mencapai output sebesar input. Pengendali Proporsional Integral (PI) Gabungan pararel antara pengendali Proporsional dan Integral digunakan untuk memperbaiki respon sistem dan meminimalisir offset yang ditinggalkan oleh pengendali Proporsional. o G 1 e Ti c. e dt (1.4) Kelebihan dan kekurangan dari pengendali PI merupakan gabungan dari proporsional dan Integral. Sifat pengendali proorsional yang selalu meninggalkan offset dapat ditutupi oleh kelebihan pengedali integral, sedangkan sifat pengendali integral yang lambat ditutupi oleh pengendali proporsional. Karena sifatnya yang sederhana dan efektif, pengendali jenis ini paling banyak dipakai untuk berbagai macam aplikasi di industri. Sama hanya dengan derivative (D), Integral bisa dikatakan tidak dapat berdiri sendiri sebagai pengendali. Elemen pengendali ini akan di pararel dengan Proporsional menjadi pengendali PI. Kerena pada pengendali PI ini terdapat dua variabal yang saling berpengaruh, yaitu PB dan T R, agar mendapatkan nilai parameter tersebut harus ditentukan secara optimal melalui aktifitas tuning. Pengendali Differensial Setelah kekurangan pengendali P yang meninggalkan offset diperbaiki oleh pengendali Integral, dan kekurangan pengendali Integral yang masih lambat diperbaiki oleh pengendali PI yang masih saja mempunyai response yang lambat. Hal ini akan lebih lambat ketika proses yang dikendalikan berjalan lambat, misalnya pada pengendalian suhu. Upaya memperbaiki response dapat dialkukan dengan menggunakan unit pengendali deferensial atau derivatif (D). Derivatif artinya output pengendali marupakan fungsi deverensial dari input. Pengendali D tidak pernah dapat berdiri sendiri. Unit pengendali D selalu dipakai dalam kombinasi dengan P dan I, menjadi pengendali PD atau pengendali PID. Selain itu, pengendali D

tidak dapat dipakain untuk proses variabel yang beriak (mengandung noise) karena karekteristik pengendali ini adalah sangat responsif. Fungsi transfer dari pengendali deferensial adalah : dimana : o G. T c D de B dt G C = Gain pengendali E = eror T D = time derivatif B = Bias (1.5) Dari fungsi tranfer tersebut dapat dilihat bahwa besarnya output tergantung pada gain (G C ), time derivatif (T D ), dan besarnya perubahan eror. Pengendali deferensial sangat bermanfaat bagi pengendali suhu karena mampu bereaksi secara cepat terhadap perubahan input. Namun disisi lain sifat reaktif ini justru membatasi pemakaian pengendali diferensial. Pengendali ini tidak akan pernah dipakai pada proses variabel yang bergelombang atau mengandung noise, misalnya pengendali level atau flow. Dimana sinyal yang keluar dari kedua process variable tersebut mengandung riak dan gelombang, yang oleh pengendali D akan dideferensialkan menjadi pulsa pulsa yang tidak beraturan. Akibatnya control valve akan membuka dan menutup secara tidak beraturan dan sistem menjadi kacau. Kerusakan ini akan berdampak juga pada peralatan mekanik, aktuator maupun elemen elemen lain penyusun loop pengendali. Pengendali Proporsional Integral Derivatif (PID) Untuk menutupi semua kekurangan pengendali PI maupun PD, maka ketiga mode yang ada digabung menjadi mode pengendali PID. Unsur P, I, maupun D berfungsi untuk mempercepat reaksi sistem, menghilangkan offset, dan mendapatkan energi ekstra ketika terjadi perubahan load. Namun semua kelebihan PID tidak dapat dipakai untuk mengedalikan semua proses variable. Hanya proses variabel yang tidak mengandung riak yang boleh menggunakan pengendali D. Oleh karena itu, pengendali PID umumnya digunakan untuk mengendalikan suhu. Karena masing masing mempunyai kelebihan, maka dengan mentuning PB, TR maupun TD, satu atau dua dari ketiga unsur tersebut dibuat lebih menonjol dari pada yang lain. Misanya untuk P dibuat lebih menonjol dari I maupun D, atau unsur I dibuat lebih menonjol dari pada P maupun D, unsur yang menonjol itulah yang kemudian akan membawa pengaruh pada response sistem secara keseluruhan.

Funsi transfernya : 1 o Gc e Ti 10 1 o e PB Ti e. dt T D e. dt T de B dt D de B dt (1.6) Pada beberapa aplikasi di industri, pekerjaan men tuning pengendali PID merupakan pekerjaan rutin dilakukan. Tuning Tuning adalah suatu aktifitas yang dilakukan untuk mendapatkan parameter pengendali PID yang optimal sesuai dengan kebutuhan proses. Proses tuning ada beberapa cara, dua diantaranya adalah sebagai berikut yang diperkenalkan oleh Ziegler dan Nichols dengan metode osilasi maupun kurva reaksi. Metode Osilasi Tuning menggunakan metode osilasi dilakukan dengan hanya menggunakan pengendali P. PB (Proportional Band) diubah - ubah sampai loop tepat berosilasi dengan amplitudo tetap (sustain oscillation). Pada metode ini, gain pada saat itu disebut Ultimate Gain (Gcu), PB-nya disebut Ultimate Proportional Band (PBu), dan periode osilasinya juga disebut Ultimate Periode (Pu). Gambar 1.19 Osilasi amplitudo konstan Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Mula-mula, pengendali dijalankan pada mode manual. Bila pengendali mengandung unsur Integral dan/atau Derivative maka kedua unsur tersebut harus dihilangkan dengan mengatur integral time (ti) menjadi tak terhingga dan derivative time (td) menjadi sekecil mungkin.

2. Memasukkan nilai setpoint di sekitar atau di daerah kerja yang diharapkan. Atur bukaan valve agar nilai measured variable sama dengan set point dan offset sama dengan nol. Jika kondisi sudah tercapai maka pengendali diubah pada posisi auto. 4. Atur nilai PB / Kp supaya sistem berosilasi dengan amplitudo tetap. 5. Setelah osilasi terjadi, catat nilai PBu dan Pu pada keadaan itu. Dari kedua nilai tersebut dapat diperoleh nilai Kp, Ti dan Td dengan menggunakan tabel berikut : Tabel 1.5 Tunning model osilasi Pengendali P PI PID PB PBu/0,5 PB/0,45 PBu/0,6 Ti Pu/1,2 Pu Td Pu/8 Metode Kurva Reaksi Metode ini dilakukan secara open loop dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Ubah mode Pengendali ke Manual. 2. Kemudian naikkan bukaan Control Valve (Variabel Termanipulasi / MV) secara mendadak sebesar 5 %. Catat variabel proses dengan interval waktu yang tetap dan gambarlah hasil pencatatan pada kertas grafik sehingga akan didapat kurva S seperti pada gambar dibawah 3. Gambarlah garis singgung yang securam mungkin tetapi masih berhimpitan dengan bagian tengah kurva S. Carilah besar Reaction Rate (R) dengari persamaan R = B / A 4. Hitung unit Reaction Rate (R) dengan persamaan berikut: R = ( % variabel proses/menit ) / ( % kenaikan MV) 5. Garis potong antara slope/garis singgung dengan sumbu waktu menghasilkan dead time atau lazim disebut effective lag yang ditandai dengan L. 6. Berdasarkan R dan L, bisa ditentukan nilai PB, Ti, Td dengan mengunakan tabel berikut: Tabel 1.6 Tunning model kurva reaksi Pengendali P PI PID PB R1*L R1*L/0,9 R1*L/1,2 Ti 3,33L 2L Td 0,5L

Variabel R B L A Gambar 1.20 Kurva respon berbentuk S Waktu