PENENTUAN V maks DAN K M ENZIM TRIPSIN DALAM MENGKATALISIS HIDROLISIS KASEIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

PENGARUH PENAMBAHAN ZnSO 4 TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN

IDENTIFIKASI ASAM AMINO PADA ALBUMIN TELUR DAN SAMPEL UNKNOWN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - April 2015 di Laboratorium

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

THE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-November 2013 di Laboratorium

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain neraca analitik,

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah set alat destilasi

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

DETERMINATION of OPTIMUM CONDITION of PAPAIN ENZYME FROM PAPAYA VAR JAVA (Carica papaya )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 dan

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

KARAKTERISASI BEBERAPA ION LOGAM TERHADAP AKTIVITAS ENZIM TRIPSIN (THE CHARACTERIZATION OF SEVERAL METAL IONS TOWARDS THE ENZYME TRYPSIN ACTIVITY)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Ketut Ratnayani, A. A. I. A. Mayun Laksmiwati, dan Maman Sudiarto

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Oktober 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ)

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah ekstrak etanol daun pandan wangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

MODUL I Pembuatan Larutan

III. BAHAN DAN METODE

R E A K S I U J I P R O T E I N

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ind. J. Chem. Res., 2015, 2, KINETIC PARAMETERS DETERMINATION OF GLUCOAMYLASE ON HYDROLYSIS REACTION OF SAGOO STARCH (Metroxylon sp)

Transkripsi:

PENENTUAN DAN K ENZI TRIPSIN DALA ENGKATALISIS HIDROLISIS KASEIN Kadek Anggra Suprapta Fakultas atematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Ganesha Email: Dekanggra5@gmail.com Abstract The purpose of this lab is to determine max and K for incubation time minutes and minutes is determined by using the graph the relationship between enzymatic reaction rate and substrate concentration. In this experiment, the measurement of enzyme levels is to measure the speed of the reaction dikatalisisnya. Enzyme reaction velocity is highest when the reaction product is not yet formed. The reaction proceeds through the formation of enzyme-substrate complex. If all enzymes are in a state of the enzyme is saturated with substrate, the reaction rate reaches a maximum value ( max ). The method used is a quantitative analysis method which provided ten test tubes already containing casein solution, trypsin, phosphate buffer and TCA with different compositions. From the experimental results and analytical calculation of K and for enzymatic reaction with the enzyme trypsin and casein substrates with t = min and t = min, respectively,.436 mg/ml and.343 μmol/min Keywords: Enzyme, max, K, casein.. PENDAHULUAN Enzim merupakan suatu protein yang mempunyai struktur tiga dimensi tertentu yang mampu mengkatalisis reaksi biologik (aktivitas biokatalitik). Enzim dapat meningkatkan laju reaksi karena dengan adanya enzim maka reaksi yang terjadi akan mempunyai energi aktivasi lebih rendah daripada reaksi biasanya. Enzim membantu reaksi dalam menyediakan jalur reaksi yang memiliki energi aktivasi lebih rendah untuk transisi substrat menjadi produk dibandingkan dengan proses tanpa katalis, sehingga enzim sering disebut sebagai katalisator. Enzim sebagai katalisator mempunyai sifat-sifat seperti katalis pada umumnya. Enzim ikut bereaksi namun pada akhir reaksi enzim kembali dalam bentuk semula. Hal tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya, sehingga tubuh tidak memerlukan enzim dalam jumlah besar. Jumlah atau kadar enzim yang kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur kadar enzim, sehingga memerlukan teknik yang rumit. Secara klinis, pengukuran kadar enzim sangat penting untuk dilakukan (Tika, ). Laju reaksi awal ( ) dari reaksi yang dikatalisis oleh enzim meningkat dengan bertambahnya konsentrasi substrat hingga tercapai keadaan dimana penambahan substrat tidak lagi meningkatkan laju reaksi awal. Keadaan dimana laju reaksi awal imum ( ) dicapai pada kondisi substrat jenuh. Hal ini dapat dijelaskan dengan postulat reaksi sebagai berikut, dimana E, S, dan P masingmasing adalah enzim, substrat, dan produk reaksi E + S k k Reaksi berlangsung melalui pembentukan kompleks enzim-substrat (ES). Kompleks ES dapat berdisosiasi lagi untuk membentuk enzim ataupun substrat atau membentuk ES k 3 k 4 E + P enzim dan produk. Konstanta kecepatan K, K dan K 3 menunjukkan kecepatan yang berhubungan dengan masing-masing tahap proses katalitik. Dari pengamatan terhadap

beberapa sifat-sifat enzim, diketahui bahwa kecepatan awal ( o ) pada konsentrasi substrat yang rendah akan berbanding lurus dengan [S]. Namun pada kondisi dimana kecepatan substrat yang tinggi, maka akan memiliki nilai imum dimana kecepatan tidak lagi bergantung pada substrat. Bila semua enzim berada dalam keadaan ES (enzim dijenuhkan oleh substrat atau semua sisi aktif enzim sudah mengikat substrat), maka laju reaksi akan mencapai nilai imum ( ). Kecepatan disosiasi produk dari enzim dan penambahan substrat lebih lanjut tidak akan mempengaruhi (Tika, ). Pengaruh konsentrasi substrat adalah jika konsentrasi substrat dinaikkan dua kali, maka kecepatan reaksi awal ( o ) meningkat dua kali lipat. Pada konsentrasi tinggi, peningkatan konsentrasi substrat akan menyebabkan perubahan o sangat kecil dan pada konsentrasi substrat yang sangat tinggi, peningkatan konsentrasi substrat tidak akan mempengaruhi harga o (harga o konstan). Keadaan ini disebabkan karena enzim telah dijenuhkan oleh substrat. Kecepatan reaksi meningkat sesaat konsentrasi substrat ditingkatkan sampai pada suatu titik dimana enzim dikatakan jenuh dengan substrat. Kecepatan reaksi secara keseluruhan tergantung pada kecepatan disosiasi produk dari enzim, dan penambahan substrat tidak akan mempengaruhi o. Plot o terhadap [S] berbentuk hiperbolik. Biasanya enzim diuji pada ph tinggi (optimum), pada suhu kisaran 5 o C sampai 35 o C dan pada konsentrasi substrat mendekati jenuh. Pada keadaan ini laju reaksi biasanya sebanding dengan konsentrasi enzim, sedikitnya pada kisaran tertentu (yaitu linier kurva laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi enzim). Perhatikan gambar. max Kecepatan imum () Kinetic Zero-order (Fase II) ½ max Campuran kinetic zero dan first-order Kinetic Zero-order (Fase I) K S Gambar. Hubungan Konsentrasi Enzim dan o Plot Langsung

/ Slope=K / max / ax [S]=,5 K [S]= K -/K /[S] Gambar. Hubungan / o dan /[S] plot Lineweaver Burk enurut ichaelis dan enten, dan adalah Kecepatan reaksi enzim dengan kadar kemudian Briggs dan Haldane, reaksi tersebut substrat [S], K adalah tetapan ichaelis digunakan untuk menurunkan persamaan (mol/liter), dan adalah kecepatan matematik yang menggambarkan hubungan antar laju reaksi awal dan konsentrasi substrat. imum enzim. yang diud adalah sebagai berikut. Adapun persamaan ichaelis dan enten, S S, maka K K S y =, x = S, a =, dan b = K. ETODE Pada praktikum kinetika reaksi enzim yang dilakukan pada tanggal 4 April di Laboratorium Kimia Organik Universitas Pendidikan Ganesha. Adapun alat yang digunakan terdiri dari pipet tetes, gelas kimia ml, gelas kimia 5 ml, batang pengaduk, gelas ukur 5 ml, pipet volumetri 5 ml, corong, erlenmeyer ml, spatula, termometer o C, penjepit kayu, kaca arloji, rak tabung reaksi, buah alat sentrifugasi dan buah alat instrument U-IS. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri dari larutan TCA %, larutan kasein, larutan buffer fosfat,, larutan tripsin, larutan NaOH,5, reagen folin coicalteu, aquades, kertas saring secukupnya dan kertas indikator secukupnya. Prosedur kerja darlam eksperimen ini adalah sebagai berikut: Disediakan buah tabung reaksi. Setiap tabung ditambahkan larutan kasein, buffer dan tripsin dengan konsentrasi yang berbeda yang ditentukan berdasarkan tabel di bawah ini. 3

Tabel. Komposisi tabung reaksi Larutan / (ml) (ml) 3 (ml) 4 (ml) 5 (ml) tabung t= menit Kasein,,5 3 5 Buffer posfat 5,9 5,5 5, 3 Tripsin T= menit Kasein,,5 3 5 Buffers 5,9 5,5 5, 3 posfat Tripsin Waktu Inkubasi enit Larutan kasein % diinkubasi dalam tabung reaksi selama 5 menit pada 35 o C, kemudian ditambahkan larutan buffer pospat dan larutan tripsin sambil diaduk perlahanlahan. Kemudian diinkubasi selama menit pada penangas air dengan suhu 35 o C dihitung mulai enzim ditambahkan. Reaksi dihentikan dengan 3 ml penambahan larutan TCA % yang disertai dengan pengadukan yang kuat. Selanjutnya, didiamkan selama 3 menit dalam air es agar pengendapan protein dan tripsin dapat berlangsung dengan sempurna. Setelah itu, larutan disentrifugasi selama menit lalu disaring. Filtrat yang diperoleh lalu dikerjakan menurut metode Anson, dimana filtrate diambil sebanyak ml lalu ditambahkan 4 ml NaOH,5 dan reagen cioceltau. Kemudian didiamkan selama menit. asing-masing larutan yang berada pada tabung reaksi diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Waktu Inkubasi t = menit Ke dalam tabung reaksi dimasukkan larutan buffer dan larutan enzim. Kemudian ditambahkan 3 ml larutan TCA % lalu diaduk kuat dan terakhir ditambahkan larutan kasein % sebanyak 5 ml. Kemudian, diinkubasi selama menit pada penangas air dengan suhu 35 o C dihitung mulai enzim ditambahkan. Setelah itu, diambil sebanyak ml filtrat kemudian ditambahkan 4 ml NaOH,5 ml lalu ditambahkan reagen folincioceltau dan diamkan selama menit. Selanjutnya, masing-masing larutan dalam tabung diukur absorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometer. 3. HASIL DAN PEBAHASAN Dalam percobaan ini dilakukan pengujian kinetika reaksi enzim. Kinetika reaksi enzim ini ditentukan dengan harga dan K m. Harga dan K m ini ditentukan dengan cara membuat grafik hubungan antar laju reaksi terhadap konsentrasi substrat. Dalam percobaan ini yang digunakan sebagai substrat adalah larutan kasein dan menggunakan enzim tripsin. Tripsin merupakan enzim proteolitik, dimana enzim ini akan mengkatalisis hidrolisis ikatan peptida pada kasein. 4

Gambar 3. Aktivitas Enzim Proteolitik Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu disedikan sepuluh tabung reaksi yang telah diisi dengan larutan kasein, tripsin dan buffer asetat dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Kemudian diberi dua macam perlakuan berbeda. Lima dari sepuluh tabung reaksi diberikan waktu inkubasi menit dan lima tabung reaksi lainnya diberi perlakukan inkubasi selama menit. Kemudian untuk tabung reaksi dengan perlakuan inkubasi selama menit, terlebih dahulu dilakukan inkubasi awal selama 5 menit pada suhu 35 o C. Tujuan dari proses inkubasi ini adalah untuk mengkondisikan substrat pada suhu yang optimal (35 o C). Setelah itu ditambahkan dengan buffer pospat (ph =8,) dan larutan tripsin. Penambahan buffer pospat ini bertujuan untuk memberikan faktor psikologis agar enzim dapat bekerja secara imum, dan penambahan larutan tripsin ini bertujuan untuk mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan peptida yang ada pada albumin. Larutan selanjutnya diinkubasi selama menit, dimana pada inkubasi ini memungkinkan terikatnya enzim tripsin dengan substrat. Setelah proses inkubasi selesai dilakukan, larutan ditambahkan larutan TCA % dan disertai dengan pengadukan. Tujuan dari penambahan larutan TCA ini adalah untuk menghentikan aktivitas enzim tersebut, sehingga dapat dianalisis pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju reaksi enzimatis. Terhentinya aktivitas enzim karena penambahan TCA ini dibuktikan dengan terbentuknya warna kuning kecoklatan pada kelima tabung reaksi yang merupakan hasil denaturasi protein dari albumin dan enzim tripsin. Kemampuan TCA untuk menghentikan aktivitas enzim ini disebabkan karena larutan TCA bersifat asam dan mampu menurunkan ph larutan sehingga dapat mendenaturasi protein baik pada tripsin maupun kasein. Setelah endapan terbentuk, larutan disentrifugasi selama menit dan kemudian dilakukan penyaringan. Filtrat yang diperoleh kemudian dikerjakan dengan metode Anson dimana sebanyak ml filtrat diambil lalu ditambahkan dengan 4 ml larutan NaOH,5 dan reagen folin cioceltau. Reagen ini dapat direduksi oleh gugus fenolik pada asam amino tirosin yang ada pada filtrat menghasilkan tungstat dan molibdat yang berwarna biru. Kemudian dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan alat instrument U-IS. Untuk larutan dengan waktu inkubasi selama menit, ada sedikit perbedaan prosedur kerja. Dimana dalam kelima tabung reaksi ini terlebih dahulu ditambahkan buffer posfat kemudian larutan tripsin dan larutan TCA. Setelah mengalami proses inkubasi baru kemudian ditambahkan dengan larutan kasein dengan volume yang berbeda-beda. Setelah itu dilakukan pengukuran absorbansi dengan menggunakan U-IS. Adapun hasil pengukuran absorbansi disajikan dalam tabel di bawah ini 5

Tabel. Absorbansi pada masing-masing tabung reaksi No Tabung A ΔA (A t=menit A t=menit ) I t = menit,4 t = menit,6, II t = menit, t = menit,, III I t = menit,3 t = menit,5 t = menit,74 t = menit,4 t = menit,5 t = menit,,,68,5 Larutan albumin telur % dibuat dengan melarutkan 5 ml albumin telur ke dalam 5 ml akuades. assa 5 ml albumin telur adalah 575 mg, sehingga konsentrasi albumin telur adalah: g [ kasein ] mg ml Konsentrasi kasein pada masing-masing tabung reaksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus pengenceran yaitu = Tabung I, ml mg,43 mg,43 mg 6,993mL / mg Tabung II,5 ml mg,74 mg,74 mg,4ml / mg Tabung III, ml mg,48 mg,48 mg, / mg Tabung I 3,mL mg 4,86 mg 4,86 mg,34 ml / mg Tabung 5,mL mg 7,43 mg 7,43 mg,39 ml / mg Untuk mengetahui pada masingmasing tabung dapat diturunkan dari persamaan berikut. Absorbansi dirumuskan sebagai berikut. A bc dengan εb merupakan suatu konstanta sehingga εb = k. Oleh karena itu, A = k.c 6

dimana A merupakan absorbansi dan C adalah konsentrasi. Berdasarkan persamaan tersebut, maka A ~ C, kecepatan dirumuskan sebagai [ C] t karena A ~ C, maka A t Karena t adalah tetap (t = menit dan t = menit), maka = A sehingga A Harga A, A, /A dan /[S] dapat disajikan pada pada table Berdasarkan data pada tabel, dapat dibuat kurva hubungan / terhadap /[S]. Tabel 3. Nilai A, A, /A dan /[S] No Tabung A A /A /[S] I t = menit,6 t = menit,4, 83,333 6,993 II t = menit, t = menit,, 5,,4 III t = menit,5 t = menit,3, 83,333,7 t = menit,4 I,68 4,75,34 t = menit,74 t = menit,,5,,39 / 9 8 7 6 5 4 3 4.75 83.333 5 83.333 y = 3.8x +.95 R² =.34 4 6 8 /[S] Gambar 4. Kurva Hubungan / terhadap /[S] Kurva yang dihasilkan antara / dengan /[S] menghasilkan garis lurus dengan persamaan y = 3,8x +,93.. () Persamaan ketika diidentikkan dengan persamaan yang dinyatakan Lineweaver-Burk yaitu K o [S] 7

Berdasarkan persamaan (), harga merupakan harga saat x =, sehingga y = 3,8x +,93 y = 3,8. +,93 y =,93 dengan demikian,93 max,436mol / menit,93 Sedangkan titik potong pada sumbu adalah - K [S], nilai ini sama artinya dengan harga saat y =, sehingga, y = 3,8x +,93 = 3,8x +,93 3,8x = -,93 x = -,744 dengan demikian - = -,744 K K =,744 =,343 mg/ml Jadi harga adalah sebesar,436 μmol/menit dan K m adalah,343 mg/ml. 4. SIPULAN Berdasarkan uraian pembahasan di atas maka dapat disimpulkan harga K dan untuk reaksi enzimatis dengan enzim tripsin dan substrat kasein dengan t = menit dan t = menit berturut-turut adalah,436 mg/ml dan,343 μmol/menit. 5. UCAPAN TERIA KASIH Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. I Nyoman Tika,.Si., sebagai dosen pengampu mata kuliah Praktikum Biokimia, Kadek Dewi Wirmandianthi, S.Pd,.Si, selaku asisten dosen, dan I Dewa Subamia selaku laboran di Jurusan Pendidikan Kimia atas masukan dan sarannya sehingga percobaan ini dapat dilaksanakan dengan baik. 6. REFERENSI Tika, I Nyoman.. Penuntun praktikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Chairil Anwar, dkk. 994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Thenawijaya, aggy. 98. Dasar-Dasar Biokimia jilid. Jakarta: Erlangga Redhana.. Penuntun Pratikum Biokimia. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Frieda Nurlita, dkk.. Kimia Organik II. Singaraja : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja. Girindra, Aisyah dan Titin Supriyanti. 994. Dasar dasar Biokimia. Jakarta ; Universitas Indonesia. Ismono. 978. Cara-cara Optik Dalam Analisis Kimia. Diktat. Bandung: Jurusan Kimia ITB. 8