LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Tetap Praktikum Penetapan Kadar Abu

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL OLEH :

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

KLASIFIKASI MINERAL. Makro : Kebutuhan minimal 100 mg/hari utk orang dewasa Ex. Na, Cl, Ca, P, Mg, S

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

1. MOISTURE BATUBARA

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

Bab III Bahan dan Metode

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN ANALISIS KUANTITATIF MINERAL (PENENTUAN KADAR ABU) OLEH : GOLONGAN 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Penetapan kadar Cu dalam CuSO 4.5H 2 O

snl %ts Gara uii kadar abu, silika dan silikat dalam kayu dan PulP kayu snl Standar Nasional Indonesia rcs

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR AIR DAN ABU PADA BISKUIT

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan

Lampiran 1 Formulir organoleptik

KADAR ABU & MINERAL. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II KLOROKUIN FOSFAT

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN KARAKTERISTIK DAN KADAR NUTRISI.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

PENETAPAN KADAR LEMAK KASAR DALAM MAKANAN TERNAK NON RUMINANSIA DENGAN METODE KERING

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

METODE. Materi. Rancangan

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Desikator Neraca analitik 4 desimal

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pupuk dolomit SNI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan sebagai sumber bahan makanan hewani yang mengandung protein

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI KADAR SISA ETANOL DAN ABU TOTAL EKSTRAK ETANOL 80 % DAUN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DAN TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn)

PENENTUAN KADAR AIR DAN KADAR ABU DALAM BISKUIT

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Temu Putih. Penyortiran Basah. Pencucian. Pengupasan. Timbang, ± 200 g. Pengeringan sesuai perlakuan

Pupuk super fosfat tunggal

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 14 April 2014

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PERCOBAAN III ANALISIS GRAVIMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan angka-angka data analisis menggunakan statistik. Hijau Tridharma Andounohu Kendari, Sulawesi Tenggara.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

III. METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

Kadar air (%) = B 1 B 2 x 100 % B 1

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

= ( ) + + ( ) 10 1

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS BAHAN MAKANAN ANALISIS KADAR ABU ABU TOTAL DAN ABU TIDAK LARUT ASAM Kelompok 10 Delis Saniatil H 31113062 Herlin Marlina 31113072 Ria Hardianti 31113096 Farmasi 4B PRODI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2016

A. Tujuan Praktikum : Mampu memahami prinsip kerja dari penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam serta mampu menetapkan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam pada sampel dan menganalisa mutu standar dari sampel yang dianalisis. B. Prinsip : Suatu bahan bila dipanaskan pada suhu 550 o C maka semua zat-zat organiknya akan teroksidasi menjadi CO 2.H 2 O dan gas lainnya yang tertinggal. C. Dasar Teori Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan kandungan mineral yang terdapat dalam bahan tersebut, kemurnian, serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Abu dalam bahan dibedakan menjadi abu total, abu terlarut dan tidak terlarut. Bentuk mineral dalam abu sangat berbeda dari bentuk asalnya dalam bahan pangan. Sebagai contoh kalisium oksalat dalam makanan berubah menjadi kalsium karbonat dan bila dipanaskan lebih lama lagi akan menjdai kalsium oksida (Nuri Andarwulan, dkk, 2011). Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organik misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya sangatlah sulit, oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan ( Sudarmadji, 2003). Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-600 C dan melakukan penimbangan zat yang tunggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan

berbeda-beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadaan dingin, untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus terlebih dahulu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 C agar suhunya turun menyesuaikan dengan suhu didalam oven, kemudian dimasukkan kedalam desikator sampai dingin, barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan (Anonim, 2010). Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Metode pengabuan ada dua yaitu metode pengabuan kering (langsung) dan metode pengabuan basah (tidak langsung). 1. Pengabuan kering Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600 o C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran tersebut (Sudarmadji, 1996). Pengabuan dilakukan melalui dua tahap yaitu : Pemanasan pada suhu 300 o C yang dilakukan dengan maksud untuk dapat melindungi kandungan bahan yang bersifat volatil dan bahan berlemak hingga kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan sampai asap habis. Pemanasan pada suhu 800 o C yang dilakukan agar perubahan suhu pada bahan maupun porselin tidak secara tiba-tiba agar tidak memecahkan krus yang mudah pecah pada perubahan suhu yang tiba-tiba. 2. Pengabuan basah Pengabuan basah memberikan benerapa keuntungan. Suhu yang digunakan tidak dapat melebihi titik didih larutan dan pada umumnya karbon lebih cepat hancur daripada menggunakan cara pengabuan kering. Cara pengabuan basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk

mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan. Prinsip dari pengabuan cara tidak langsung yaitu memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas, sehingga mempercepat proses pengabuan. (Sudarmadji, 1996). D. Alat dan Bahan Alat : Krus Tang krus Mortir dan stemper Loyang Oven Tanur Bahan : Sampel biskuit HCl encer E. Prosedur Kerja 1. Penetapan Kadar Abu Total Krus kosong di oven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 105 o C Kemudian angkat dan dinginkan krus kedalam desikator selama 30 menit Krus kosong ditimbang (A)

Kemudian masukkan sampel kedalam krus kosong tersebut Timbang dan catat berat krus + sampel tersebut Masukkan dalam oven panaskan diatas suhu 105 o C, kemudian angkat dan dinginkan kedalam desikator lalu timbang. Lakukan hal ini sampai berat konstan (untuk menghilangkan kadar air) Kemudian masukkan kedalam tanur selama 6 jam dengan tahapan suhu mulai dari 400 o C, 500 o C dan 600 o C Kemudian angkat dan dinginkan kembali didalam desikator selama 30 menit Timbang sampai berat konstan (C) Perhitungan Kadar Abu Total Kadar Abu Total = bobot krus+abu (C ) bobot krus kosong(a ) berat sampel 2. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Abu hasil tanur dari penetapan kadar abu total dilarutkan dengan HCl encer

Saring dengan kertas saring wathman Masukkan kedalam krus yang konstan, lalu masukkan dalam oven kemudian panaskan pada suhu 105 o C Angkat dan dinginkan kembali didalam desikator selama 30 menit, lalu oven kembali sampai berat konstan Kemudian masukkan kedalam tanur selama 30 menit dengan tahapan suhu mulai dari 400 o C, 500 o C dan 600 o C Angkat dan dinginkan kembali didalam desikator selama 30 menit, lalu oven kembali sampai berat konstan Hitung sebagai kadar abu tidak larut asam Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam Kadar Abu Tidak Larut Asam = bobot krus +abu bobot krus kosong berat sampel

F. Data Pengamatan 1. Kadar Abu Total Bobot Berat Krus Bobot Sisa Sampel (g) Kosong (g) Pemijaran (g) Kadar (%) 2 g 16,8469 g 16,8558 g 0,445% 2 g 16,1448 g 16,1579 g 0,655% Data 1 Berat Abu Total = Berat Total Penimbangan Berat Krus Kosong = 16,8558 16,8469 = 0,0089 Kadar abu total Kadar abu total = berat abu total berat sampel = 0,0089 2 = 0,445% Data 2 Berat Abu Total = Berat Total Penimbangan Berat Krus Kosong = 16,1579 g 16,1448 g = 0,0131g Kadar Abu Total Kadar abu total = berat abu total berat sampel

= 0,0131 2 = 0,655% 2. Kadar Abu Tidak Larut Asam Bobot Sisa Bobot Berat Krus Berat Kertas Pemijaran Sampel (g) Kosong (g) Saring (g) (g) 2 g 16,8469 g 16,8542 g 1,1 g 2 g 16,1448 g 16,1547 g 1 g Data 1 Berat Abu Tidak Larut Asam = Berat Total Penimbangan Berat Krus Kosong Kadar Abu Tidak Larut Asam = 16,8542 g 16,8469 g = 0,0073 g Kadar abu tidak larut asam = berat abu total berat sampel = 0,0073 2 = 0,365% Data 2 Berat Abu Tidak Larut Asam = Berat Total Penimbangan Berat Krus Kosong = 16,1547 g 16,1448 g

= 0,0099 g Kadar Abu Tidak Larut Asam Kadar abu tidak larut asam = berat abu total berat sampel = 0,0099 2 = 0,495% G. Pembahasan Pada praktikum kali ini yaitu analisis kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam dengan proses pengabuan menggunakan tanur. Pengabuan dilakukan untuk menentukan jumlah mineral yang terkandung dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit sehingga perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas garam mineral bahan tersebut. Pengabuan dapat menyebabkan hilangnya bahan-bahan organik dan anorganik sehingga terjadi perubahan radikal organik dan segera terbentuk elemen logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negatif. Penentuan abu total dilakukan dengan tujuan untuk menentukan baik tidaknya suatu proses pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan. Pada peroses pengabuan ini dilakukan dengan menggunakan tanur yang memijarkan sampel pada suhu mencapai 550 o C, dilakukan menggunakan tanur ini yaitu karena suhu dapat diatur sesuai yang telah ditentukan untuk proses pengabuan. Metode yang digunakan adalah metode langsung yaitu pengabuan kering (suhu tinggi dan O 2 ). Prinsip dari pengabuan kering ini adalah destruksi komponen organik sampel dengan suhu tinggi dalam tanur pengabuan tanpa

terjadinya nyala api sampai terbentuk abu berwarna keabuan dan tercapainya berat yang konstan. Kelebihan dari pengabuan kering ini adalah yang paling banyak dipakai, mudah, murah, sederhana, abu larut air, tidak larut air dan tidak larut asam. Sedangkan kekurannya adalah waktu yang relatif lebiih lama, interaksi mineral serta kehilangan mineral. Sampel yang kita gunakan adalah berbentuk biskuit yang kemudian dihaluskan dan ditimbang sebanyak 2 gram, sebelum dilakukan proses pengabuan didalam tanur, sampel dimasukkan terlebih dahulu kedalam oven agar dapat meminimalkan asap atau jelaga yang muncul pada saat proses pengabuan. Kemudian setelah itu dimasukkan kedalam desikator untuk didinginkan. Desikator yang digunakan harus dilengkapi dengan zat penyerap uap air, sepert silika gel atau kapur aktif atau kalsium klorida, natrium hidroksida. Agar desikator dapat mudah digeser tutupnya maka permukaan gelas olesi dengan vaselin. Sestelah berat konstan kemudian dilakukan proses pengabuan dalam tanur selama ±6 jam hingga diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarn putih keabuabuan dengan berat yang konstan. Pada penentuan abu tidak larut asam dilakukan dengan mencampurkan abu kedalam HCl encer, yang kemudian disaring dengan kertas saring whatman. Residu merupakan abu yang tidak larut dalam asam yang terdiri dari pasir dan silika. Jika abu banyak mengandung abu jenis ini maka dapat diperkirakan proses pencucian bahan tidak sempurna ataupun terjadinya kontaminasi dari tanah selama proses bahan tersebut. Berat abu yang diperoleh dari berat abu total untuk krus pertama (data 1) adalah 0,0073 g dengan kadar abu total 0,445% dan untuk krus kedua (data 2) adalah berat abu total 0,0131 g dengan kadar abu total 0,655%. Sedangkan untuk berat abu tidak larut asam untuk krus pertama (data1) adalah 0,0073 g dengan kadar 0,365% dan untuk krus kedua (data 2) adalah berat abu tidak larut asam 0,0099 g g dengan kadar 0,495%.

H. Kesimpulan Dari hasil praktikum yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa hasil dari kadar abu total yang diperoleh dari sampel biskuit ini sesuai dengan standar mutu yang ada yaitu sebesar 0,445% dan 0,655% serta kadar abu tidak larut asamnya yaitu 0,365% dan 0,495%. Yang dinyatakan bahwa standar mutunya tidak lebih dari 1,6%. I. Daftar Pustaka Andarwulan Nuri, dkk. 2011. Analisis Pangan. Bogor : Dian Rakyat. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI. Rohman, Dr. Abdul. 2011. Analisis Bahan Pangan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sudarmadji. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

LAMPIRAN Syarat Mutu (SNI biskuit) Air : maks 5% Protein : min 9% Lemak : min 9,5% Karbohidrat : min 70% Abu : maks 1,6% Logam berbahaya : negatif Serat kasar : maks 0,5% Kalori (kal/100 g) : min 400 Jenis tepung Bau dan rasa Warna : terigu : normal, tidak tengik : normal