BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
autologous control yang positif mengindikasikan adanya keabnormalan pada pasien itu sendiri yang disebabkan adanya alloantibody di lapisan sel darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

KASUS INCOMPATIBLE PADA PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING) PADA LEBIH DARI SATU DONOR DENGAN METODE GELL TEST

b. Serum grouping ( Back Typing)

PANDUAN PELAYANAN DARAH DI BANK DARAH RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CIBINONG BAB I

PEMERIKSAAN RUJUKAN KASUS IMUNOHEMATOLOGY UDD PMI PUSAT TAHUN No. Kasus Jumlah 1 AIHA tipe dingin 33 kasus 2 AIHA Tipe Hangat/dingin 9 kasus

b) Prinsip c) Teori PENGGOLONGAN ABO

Golongan darah. Kuliah SP modul HOM 2009

TUGAS KELOMPOK TRANSFUSI DARAH GOLONGAN DARAH. Disusun Oleh : Ayu Anulus. Putu Desy Metriani. Natalia Sandra Margasira. Ni Luh Novita Pratami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data dilakukan dengan menulis pada lembar-lembar buku. Jika sistem pencatatan data

LAPORAN PRAKTIKUM SEROLOGI IMUNOLOGI IMUNODIFUSI GANDA

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

TRANSFUSI DARAH. Maimun ZA. Laboratorium Patologi Klinik FKUB-RSSA Malang

BEBERAPA KONDISI DI BAWAH INI DAPAT MENYEBABKAN PEMBENTUKKAN ANTIBODI DALAM TUBUH:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati

Beberapa kondisi di bawah ini dapat menyebabkan pembentukkan antibodi dalam tubuh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah,

KOP DINAS KESEHATAN KOTA DEPOK BERITA ACARA PEMERIKSAAN PELAYANAN DARAH (UTD)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNIK TRANFUSI DARAH LSP BIDANG KETEKNISIAN MEDIK SNI ISO/IEC : 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang kedokteran transfusi sudah. berkembang pesat dari sejak ditemukannya golongan darah

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

GOLONGAN DARAH Sejarah : Landsteiner (1900) : gol darah A, B, AB, O gol darah lain : Lewis, Duffi, rhesus, Kidd, Lutheran Yang terpenting ; ABO dan rh

Pemeriksaan Laboratorium Sebelum Transfusi Darah dan Pada Reaksi Transfusi. Efrida 7 Maret 2012

1 Universitas Kristen Maranatha

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PEMERIKSAAN RF (RHEUMATOID FACTOR)

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN APOPTOSIS DENGAN METODE DOUBLE STAINING

ALEL GANDA. Oleh ARNI AMIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

GOLONGAN DARAH. Sejarah

LAPORAN PRAKTIKUM GOLONGAN DARAH

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Produk yang mudah rusak atau tidak tahan lama merupakan tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi cukup besar dan menimbulkan resiko lebih lanjut yang dapat. darah masih saja terjadi.( Soedarmono, S.M.Yuyun, 2008 ).

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting dalam. pelayanan kesehatan modern. Jika digunakan secara

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

WALIKOTA KEDIRI NOMOR 31 TAHUN 2009 TE N TAN G

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENETAPAN GOLONGAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA

Frekuensi Hepatitis B dan Hepatitis C Positif pada Darah Donor di Unit Transfusi Darah Cabang Padang pada Tahun 2012

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PERBEDAAN DERAJAT AGLUTINASI PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH ANTARA ERITROSIT TANPA PENCUCIAN DENGAN PENCUCIAN PADA PENDERITA TALASEMIA

BAB III METODE PENELITIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.1

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Transfusi darah merupakan bagian penting yang turut. menunjang dinamika dunia kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

ISBN : Disusun atas dukungan: International Federation Red Cross and Red Crescent Societies

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PENENTUAN GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ALEL GANDA DAN PEWARISAN GOLONGAN DARAH

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI (BLOK BS 1)

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibandingkan dengan. menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).

Pemeriksaan Kadar Protein Supernatan Akhir Pada Pemantapan Mutu Komponen Washed Red Cells (WRC) di UTDC PMI Kota Semarang

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PENENTUAN GOLONGAN DARAH

Ilmu Pengetahuan Alam

Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus pada Anak Kelas 4,5, dan 6 Sekolah Dasar di Desa Tribuana Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya, berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup

Pemeriksaan ASO Latex

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM GOLONGAN DARAH PADA MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

3. METODE PENELITIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data WHO melaporkan bahwa kebutuhan akan darah secara global setiap tahunnya meningkat 1%, sementara jumlah darah yang didonasikan turun 1% setiap tahunnya. Di Indonesia, dari sekitar 4,8 juta kantong yang dibutuhkan per tahun (2% jumlah penduduk Indonesia), jumlah donasi masih sekitar 2,3 juta kantong dan baru sekitar 85% di antaranya yang berasal dari donor sukarela. Unit Transfusi Darah merupakan suatu pelayanan yang masuk di dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan. Transfusi darah adalah pemberian darah kepada seseorang dari orang lain atau biasa disebut juga istilah donor. Darah transfusi harus berasal dari donor yang sehat jasmani dan rohani, oleh karena itu sebelum diambil darahnya donor harus melalui sejumlah pemeriksaan. Transfusi dapat dilaksanakan bila memenuhi persyaratan; yaitu, untuk donatur ditentukan dari umur, berat badan, golongan darah sistem ABO, tekanan darah, Hb darah dan riwayat penyakit. Sedangkan untuk resipien ditentukan golongan darah dan cross-match antara darah donatur dan resipien. Apabila persyaratan tersebut telah dipenuhi, maka transfusi dapat dilaksanakan. Darah terdiri dari beberapa komponen, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping darah (trombosit), dan plasma. Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Pengertian Crossmatch adalah reaksi silang in vitro antara darah pasien dengan darah donor yang akan ditransfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah donor cocok dengan darah pasien yang akan menerima donor, hal ini berguna untuk mencegah reaksi tranfusi darah bila darah didonorkan sehingga aman dan benar- benar bermanfaat bagi kesembuhan pasien. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai pelayanan yang dilakukan pada Bagian Laboratorium Patient Service/ Distribusi Unit Donor Darah PMI Kabupaten Lombok Barat mulai dari penerimaan sampel darah dan formulir permintaannya sampai pengiriman darah ke Rumah sakit untuk ditransfusikan kepada pasien. 1

1.2. Rumusan Masalah 1.2.1.Untuk mengetahui prosedur distribusi darah di PMI Kabupaten Lombok Barat. 1.2.2.Menjelaskan metode Cross Match antara darah pasien dan darah donor. 1.2.3.Menjelaskan hasil praktikum Cross Match yang dilakukan. 1.3. Tujuan 1.3.1. Untuk mengetahui prosedur distribusi darah di PMI Kabupaten Lombok Barat. 1.3.2. Untuk mengetahui metode Cross Match antara darah pasien dan darah donor. 1.3.3. Untuk mengetahui hasil praktikum Cross Match yang dilakukan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2

2.1. Proses Pelayanan Permintaan Darah dari Rumah Sakit pada bagian Pasien Service atau Distribusi 1. Penerimaan formulir permintaan darah beserta sampel darah pasien meliputi : a. Nama Rumah Sakit tempat pasien dirawat b. Nama Dokter yang meminta c. Nama pasien harus sesuai dengan sampel darah yang dibawa oleh keluarga d. Diagnose e. Umur dan jenis kelamin f. Indikasi tranfusi g. Tanggal kapan diperlukan h. Jenis komponen permintaan darah yang diminta meliputi : PRC, WB, FFP,TROMBOCITE, AHF, PLASMA i. Jumlah volume yang diminta j. Nama dan tanda tangan dokter yang meminta k. Cek golongan darah dan rhesus orang yang sakit, bila darah yang diminta tidak ada persediaannya, informasikan keluarga pasien untuk mencari donor pengganti atau donor keluarga. 3

4

2. Identifikasi/cocokkan nama yang ada pada contoh darah dengan nama yang ada pada formulir permintaan darah 3. Lihat/ cek formulir permintaan darah apakah sudah diisi lengkap - Nama Rumah Sakit - Dokter yang meminta - Nama Os - Diagnose - Umur - Jenis kelamin - Indikasi transfuse - Tanggal diperlukan - Jenis darah - Volume darah 4. Registrasi nomor urut permintaan darah 5. Periksa golongan darah dan rhesus Os Bila darah yang diminta tidak ada persediaannya mohon keluarga Os untuk mencari donor pengganti/donor keluarga 6. Persiapan darah yang akan dilakukan uji cocok serasi yang sesuai dengan golongan darah pasien, meliputi pemeriksaan golongan darah dan rhesus donor yang sesuai dengan golongan darah dan rhesus pasien. 7. Pemeriksaan uji cocok serasi atau kawin silang antara donor dan pasien, yang memerlukan waktu ± 1 jam untuk mendapatkan hasil compatible (cocok) atau incompatible (tidak cocok), yang bertujuan: a. Mencegah reaksi transfuse (seperti demam, kejang, urtikaria, dll). b. Mengetahui kecocokan golongan darah ABO antara darah donor dengan penderita. c. Untuk mendeteksi adanya antibody dalam serum pasien yang akan bereaksi dengan antigen pada sel darah merah donor. d. Untuk mengetahui apakah plasma donor akan bereaksi dengan sel darah merah pasien. 8. Informasikan kepada keluarga Os agar menunggu proses pemeriksaan selama 1 jam 9. Melengkapi administrasi Untuk pasien peserta JPS, melengkapi: a. 2 lembar fotocopy kartu JPS b. 2 lembar fotocopy surat penetapan dari ASKES c. Formulir permintaan darah distempel JPS dari ruangan atau bangsal Rumah Sakit tempat pasien dirawat Untuk pasien peserta ASKES, melengkapi: a. 1 lembar formulir kartu ASKES 5

b. Surat keterangan transfuse diisi lengkap, stempel Rumah Sakit dan tanda tangan dokter 10. Pencatatan darah atau identitas data donor yang meliputi nomor kantong darah pada formulir permintaan darah. Tulis isi tabel dan formulir permintaan darah yang meliputi: a. Nomor AFTAP dan nomor kantong darah b. Jenis komponen darah yang diberikan c. Tanggal diberikan d. Nama pasien e. Nama Rumah Sakit f. Golongan darah g. Pemeriksa atau petugas distribusi h. Crossmatch dijalankan atau tidak 11. Keluarga Os menandatangani Formulir permintaan darah dan mencantumkan nama pengambil darah. Cocokkan kembali nomor kantong darah, isi label dan formulir permintaan darah. 12. Keluarkan darah 13. Catat/ tulis pengeluaran darah pada formulir pengeluaran darah 2.2 Pemeriksaan Golongan Darah Ada 2 macam metode pemeriksaan golongan darah dan rhesus yaitu metode plate dan metode tabung, namun pada praktikum ini pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan metode plate : Metode plate 6

Teteskan sel darah merah yang akan diperiksa pada slide test di tiga bagian kemudian tambahkan reagen antisera pada masing-masing tetesan darah dengan: 1 tetes Anti A pada tetesan darah pertama 1 tetes Anti B pada tetesan darah kedua 1 tetes Anti D pada tetesan darah ketiga untuk mengetahui rhesusnya Aduk perlahan dengan menggunakan spatula agar darah tercampur dengan reagen antiseranya. Goyangkan slide test secara perlahan dan lihat reaksinya. Pembacaan hasil: Aglutinasi Tidak aglutinasi : ada antigen pada sel darah merah : tidak ada antigen pada sel darah merah Interpretasi hasil: No Anti-A Anti-B Gol.Darah Anti-D Rh. 1 2 3 4 + + + + A B O AB + - Pos Neg 2.3 Pemeriksaan Cross Match antara darah OS dan Donor 2.3.1 Definisi Cross Match Menurut definisi, crossmatching atau yang biasa dikenal sebagai tes kompatibilitas merupakan sebuah pemeriksaan darah yang dilakukan untuk menetapkan kompatibilitas dari donor dan penerima darah. Pemeriksaan ini merupakan uji deteksi antibodi terbaik yang tersedia untuk menghindari reaksi tranfusi mematikan sehingga dilakukan sebelum melakukan tranfusi darah dan 2.3.2 apabila terjadi reaksi tranfusi darah. Tujuan a. Untuk mencegah reaksi transfusi (demam, kejang, urtikaria, dll) b. Untuk mengetahui kecocokan golongan darah A, B, O antara donor dan penderita c. Untuk mengetahui adanya antibody dalam serum pasien yang akan bereaksi dalam antigen pada sel darah merah donor 7

d. Untuk mengetahui apakah plasma donor bereaksi dengan sel darah merah pasien 2.3.3 Jenis Metode Cross Match a. Manual Cross atau Metode Tabung Prinsip : menggunakan 2 tabung o Mayor Cross Matching Isinya yaitu 2 tetes serum pasien ditambah dengan 1 tetes suspensi sel donor 5 % o Minor Cross Matching Isinya yaitu 2 tetes serum donor ditambah dengan 1 tetes suspensi sel pasien 5 % o Auto Control Isinya 2 tetes serum pasien ditambah dngan 1 tetes suspensi sel pasien 5% Tujuan : penggunaan metode tabung setelah dilakukan metode gell adalah untuk ketidakcocokan antara darah pasien dan pendonor. Alat dan Bahan Alat-alat o Tabung reaksi o Rak tabung o Water bath/incubator o Pipet Pasteur o Labu semprot o Mikroskop o Centrifuge o Etiket/label o Tissue o Slide/objek glass Bahan : o Antisera (anti A, anti B, dan anti D) o NaCL 09 % o Coombs serum o Coombs control cell (CCC) Cara Kerja Tahap Awal Cross Match Metode Tabung o Periksa golongan darah pasien o Cari darah yang sesuai dengan darah pasien dan donornya, baik golongan darah A, B, O dan RH nya 8

o Pisahkan antara sel dengan serumnya baik darah pasien maupun donornya dengan cara diputar dengan centrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 1 menit o Buat suspense sel 5% baik donor ataupun pasien denga cara 1 tetes sel darah merah pekat ditambahkan dengan 1 tetes NaCL 0,9% o Buat suspense 5% baik donor ataupun pasien dengan cara 1 tetes sel darah merah pekat ditambahakan dengan 1 tetes NaCL 0,9% Adapun beberapa macam suspensi : o 5% (untuk teknik cross matching) : 1 tetes sel darah merah pekat ditambahkan dengan 19 tetes NaCL 0,9% o 10% (untuk teknik pemeriksaan golongan darah) : 1 tetes sel darah merah pekat ditambahkan dengan 9 tetes NaCL 0,9% o 40% (untuk teknik pemeriksaan golongan darah Rhesus) : 2 tetes sel darah merah pekat ditambahkan 3 tetes NaCL 0,9% Fase Pemeriksaan : o Fase I : (Fase Medium Saline) Fase I tujuannya untuk mendeteksi antibody yang bersifat IgM (natural) 1) Siapkan 2 tabung yaitu tabung 1 (mayor) dan tabung 2 (minor) 2) Masukkan ke dalam tabung yaitu : Tabung 1 : 2 tetes serum pasien ditambahkan dengan 1 tetes sespensi sel donor 5% Tabung 2 : 2 tetes serum donor ditambahakan dengan 1 tetes suspensi sel pasien 5% 3) Kedua tabung dikocok-kocok supaya tercampur baik 4) Putar keduanya pada 3400 rpm selama 15 detik 5) Baca: adakah reaksi hemolysis (compatible) atau adakah reaksi aglutinasi (incompatible) 6) Bila hasilnya compatible maka dapat dilanjutkan ke fase berikutnya (Fase II) o Fase II : (Fase Inkubasi 37⁰C) Fase II tujuannya untuk mendeteksi antibody yang bersifat IgG pada saat inkubasi 15 menit dengan penambahan bovine albumin 22% 1) Tambahkan masing-masing 2 tetes bovine albumin 22% dimana fungsi bovine albumin yaitu untuk menekan zat potensial dengan menguraikan ion-ion positif dan negative sehingga antigen dan antibody lebih ceoat meningkat untuk memudahkan proses sensititasi (aglutinasi) 9

2) Kedua tabung dikocok-koco supaya tercampur baik 3) Inkubasi didalam Water bath/incubator pada suhu 37% selama 15 menit 4) Putar keduanya pada 3400 rpm selama 15 detik dalam mesin centrifuge 5) Baca : Adakah reaksi hemolisis (compatible/cocok) atau adakah reaksi aglutinasi (incompatible/tidak cocok) 6) Bila hasilnya compatible maka dapat dilanjutkan ke fase berikutnya (Fase III) o Fase III : (Fase Antiglobulin) Fase III tujuannya untuk mendeteksi antibody yang bersifat IgG pada fase II yang disensitisasi oleh antibody yang bersifat ireguler. 1) Cuci sel darah merah pada kedua tabung sebanyak 3 kali dengan saline (pada centrifuge selama 2 menit dengan kecepatan 3000 rpm) 2) Pada saat pencucian terakhir buanglah supernatant dengan cara cepat agar semua supernatant terbuang dan yang tersisa hanya sel yang menempel di dinding tabung. 3) Tambahkan tabung 1 dan 2 tetes coombs serum (antiglobulin) yang berfungsi sebagai jembatan coatednya antibody yang satu dengan yang lainnya 4) Kedua tabung dikocok-kocok supaya tercampur baik 5) Putar keduanya pada 3400 rpm selama 15 detik 6) Baca : adakah reaksi hemolisis (compatible/cocok) atau adakah reaksi aglutinasi (incompatible/tidak cocok) Hasil : o Compatible : bila semua tabung pada fase 1 sampai 3 hasilnya negative (hemolisis) o Incompatible : bila salah satu dari fase tersebut diatas hasilnya positif (aglutinasi) Interpretasi hasil Cross Matching N MAYOR MINOR (AC) KESIMPULAN O 1 2 3 + - + - Darah keluar Ganti darah donor Ganti darah donor atau disesuaikan, jika 4 - + + permintaan WB Lakukan direct coombs test pada pasien, 10

jika minor = auto control, atau minor > auto control pada pemberian PRC Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan valid atau tidak maka dilakukan uji coombs control cell, yaitu : 1) Teteskan 1 tetes cc pada kedua tabung 2) Putar 3400 rpm selama 15 detik 3) Baca hasil : o Bila terjadi aglutinasi berarti pemeriksaan yang dilakukan benar/valid. Hasilnya juga dapat dilihat secara mikroskopis. o Bila hasilnya tidak terjadi aglutinasi berarti pemeriksaan yang dilakukan tidak benar/invalid 4) Jika Direct Coombs test OS positif Hasil positif pada cross match minor berasal dari auto antibody. 5) Jika derajat positif pada minor sama dengan derajat positif pada DTC maka darah boleh diambil/dikeluarkan. Keterangan : o Hasil positif pada cross match Mayor 1) Periksa sekali lagi golongan darah OS apakah sudah sama dengan donor 2) Artinya ada irregular antibody pada serum OS 3) Harus dilakukan screening dan identifikasi antibody pada serum OS o Hasil positif pada cross match minor, AC = negative 1) Artinya ada irregular antibody pada serum donor 2) Solusi : ganti dengan darah donor yang lain o Hasil positif pada cross minor, AC = positif 1) Artinya pada auto antibody pada serum OS 2) Bandingkan : positif pada minor AC, jika sama, darah dapat dikeluarkan, dan jika positif minor lebih besar dari AC maka ganti donor b. Gell Cross Match (dyamed) / metode gell) Prinsip : menggunakan gell yang sudah ada pada ID card nya dan sudah mengandung IgM dan IgG. Mayor cross match Isinya 2 tetes sel donor ditambahkan dengan 1 tetes serum pasien o Minor cross match Isinya 2 tetes sel pasien ditambahkan dengan 1 tetes serum donor Tujuan : untuk pemeriksaan yang lebih akurat dan teliti dalam melihat o kecocokan antara sel pendonor dengan serum os atau sel os dengan serum pendonor, dimana hasil yang didapatkan lebih cepat dan memerlukan waktu ± 1 jam. 11

Alat dan bahan : Alat : o Tabung reaksi yang sudah terisi larutan diluents, untuk proses pengenceran/suspens (sebanyak 2 tabung) o Pipet mikro 25 µl o Pipet mikro 50 µl o Gell Card 12

o Rak tabung o Water bath/incubator o Mikroskop o Centrifuge o Etiket / label o Tissue o Slide/ objek glass Bahan : o Antisera (anti A, anti B, anti D 13

Cara kerja : o Periksa golongan darah pasien, setelah didapatkan golongan darah pasien cross dengan donor yang sesuai golongan darah tersebut kemudian periksa golongan darah donor ulang dengan tujuan untuk memastikan. o Pisahkan serum dengan darah, baik psien maupun donor dengan centrifuge o Siapkan 2 tabung reaksi yang amsing masing tabung berisi diluents 1) 2) 3) 4) 5% dengan volume ± 100 µl o Tulis identitas pasien pada tabung yang berisi diluents, meliputi : Tabung 1 (Mayor) ditulis no AFTAP Tabung 2 (Minor) ditulis dengan MN Nama pasien Rumah sakit yang meminta o Buat suspensi Masukan 5 ul SDM donor ke tabung I dan 5 ul SDM pasien ke tabung II, campur kemudian homogenkan dengan diluents, maka jadilah suspense 5%. o Siapkan dan beri identitas ID Card Gell o Masukkan masing masing 50 µl suspense ke tabung gell. Kemudian masukkan 25 µl serum pasien pada tabung 1 atau mayor dan 25 µl serum donor pada tabung 2 atau minor. o Masukkan ke dalam incubator selama 15 menit dengan suhu 37oC o Putar pada alat centrifuge selama 10 menit o Baca dan intrepretasikan hasil : 14

Compatible : terjadi hemolisis antara darah donor dengan serum pasien maupun darah pasien dengan serum donor sehingga darah bisa dikeluarkan (cocok) Incompatible : terjadi aglutinasi antara darah donor dengan serum pasien maupun darah pasien dengan serum donor sehingga darah tidak bisa dikeluarkan (tidak cocok). 2.4 Praktikum Cross Match 1. Penrimaan formulir permintaan darah beserta sampel darah pasien Gambar 1 sampel darah pasien 15

Gambar 2 Formulir permintaan darah yang telah terisi lengkap 2. Identifikasi atau cocokan nama yang ada yang ada pada contoh darah dengan nama yang ada pada formulir prmintaan darah. 3. Lihat atau cek formulir permintaan darah apakah sudah diisi lengkap 4. Periksa golongan darah dan rhesus os 16

Ada 2 macam metode pemeriksaan golongan darah dan rhesus yaitu metode plate dan metode tabung, namun pada praktikum ini pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan metode plate. a. Metode plate Teteskan sel darah merah yang akan diperiksa pada slide test di tiga bagiankemudian tambahkan reagen antisera pada masing-masing tetesan darah dengan: 1 tetes Anti A pada tetesan darah pertama 1 tetes Anti B pada tetesan darah kedua 1 tetes Anti D pada tetesan darah ketiga untuk mengetahui rhesusnya Gambar 3 Serum Anti A, Anti B, dan Anti D untuk pmriksaan golongan darah Aduk perlahan dengan menggunakan spatula agar darah tercampur denganreagen antiseranya Goyangkan slide test secara perlahan dan lihat reaksinya Interpretasi : o Tidak terjadi aglutinasi pada anti A o Tidak terjadi aglutinasi pada anti B o Terjadi aglutinasi pada anti D Kesimpulan : golongan darah pasien adalah A dengan Rhesus positif. 17

Gambar 4 Hasil pemeriksaan golongan darah pasien dan golongan darah donor adalah golongan darah A Rhesus positif 5. Persiapan darah yang akan dilakukan uji cocok serasi yang sesuai dengan golongan dara pasien, meliputi pemeriksaan golongan darah dan rhesus donor yang sesuai dengan golongan darah dan rhesus pasien. 18

Gambar 5 Darah siap pakai yang telah tertera label golongan darah, non reaktif terhadap anti HIV, anti HCV, HbsAg, Sifilis srta tanggal belum melewati tanggal kadaluarsa. 6. Pemeriksaan cross match a. Cara Keja o Pisahkan serum dengan darah, baik pasien maupun donor dengan centrifuge o Siapkan 3 tabung reaksi yang amsing masing tabung berisi diluents 5% dengan volume ± 100 µl o Tulis identitas pasien pada tabung yang berisi diluents, meliputi : a) Tabung 1 (Mayor) ditulis no AFTAP b) Tabung 2 (Mayor) ditulis no AFTAP c) Tabung 3 (Minor) ditulis dengan MN d) Nama pasien e) Rumah sakit yang meminta 19

o Buat suspensi Masukan 5 ul SDM donor ke tabung I dan 2 dan 5 ul SDM pasien ke tabung 3, campur kemudian homogenkan dengan diluents, maka jadilah suspense 5%. Gambar 6 Proses pembuatan suspensi o Siapkan dan beri identitas ID Card Gell o Masukkan masing masing 50 µl suspense ke tabung gell. Kemudian masukkan 25 µl serum pasien pada tabung 1 dan 2 atau mayor dan 25 µl serum donor pada tabung 3 atau minor. o Masukkan ke dalam incubator selama 15 menit dengan suhu 37oC o Putar pada alat centrifuge selama 10 menit o Baca dan intrepretasikan hasil : Dari gambar didapatkan hasil adalah Kompatibel. 20

Gambar 7 Interpretasi hasil pemeriksaan cross match yang menunjukkan hasil kompatibel. BAB III 21

PENUTUP 3.1. Kesimpulan 3.1.1 Dalam proses pelayanan atau distribusi darah di PMI, darah tidak langsung memberikan darah yang diminta, namun harus dengan proses uji cocok serasi atau cross match 3.1.2 Dalam proses uji cocok serasi atau cross match hasil yang didapatkan haruslah compatible (cocok) agar darah dapat dikeluarkan atau didistribusikan. Apabila hasil incompatible (tidak cocok) maka darah tidak bisa dikeluarkan. 3.1.3 Dalam praktikum ini hasil yang didapatkan pada proses uji serasi adalah 3.2. compatible (cocok) Saran 3.1.4 Dalam uji cocok serasi atau cross match, sebaiknya petugas haruslah teliti dalam pengerjaan prosesnya agar hasil yang didapatkantepat dan tidak membahayakan pasien. 3.1.5 Sebagai dokter muda, dalam proses pembelajaran distribusi darah penting untuk mengetahui langkah-langkahnya agar tahu bahwa setiap darah yang diberikan untuk pasien sudah melalui proses yang tepat. 22

DAFTAR PUSTAKA 1. Anonim, 2009. Manfaat Donor Darah. Jakarta. Diakses tanggal 21 Juni 2016 dari www.kabarindonesia.co.id. 2. Anonim. 2013. Pemeriksaan Sederhana Golongan Darah dan Rhesus. Diakses tanggal 21 Juni 2016 3. Contreras Marcella, MD. 1995. Petunjuk Penting Transfusi Darah. Edisi Kedua, EGC, Jakarta. 4. Munandar, Haris. 2008. Mengenal Palang Merah Indonesia (PMI) & Badan SARNasional (BASARNAS). Erlangga. Jakarta. 5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 83.2014. Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah. Jakarta: Mntri Keshatan 6. PMI Pusat. 1998. Kumpulan Peraturan perundang-undangan Bidang Kesehatan/Transfusi Darah dan Surat Keputusan Pengurus PMI Tentang Transfusi Darah. Jakarta. 7. PMI Sumut. 2009. Pelayanan Penyediaan Darah, antara Fakta dan Kenyataan. Medan 8. Sadikin, Moh. 2001. Biokimia Darah. Widya Medika, Jakarta. 23