TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2012

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III STANDAR OPERATIONAL PROSEDURE BLADDER TRAINING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengkajian : Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada individu yang mengalami masalah eliminasi urine : 1. inkontinensia urine 2.

LAPORAN NURSING CARE INKONTINENSIA. Blok Urinary System

BAB I PENDAHULUAN. keluar kandung kemih melalui kateter urin secara terus menerus. kemih yang disebut dengan bladder training.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

(Informed Consent) yang berjudul Pengaruh Bladder Training Terhadap Pola Berkemih Pada Pasien Post

EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pola eliminasi urine merupakan salah satu perubahan fisik yang akan

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasal 1 dinyatakan bahwa seorang dikatakan lansia setelah mencapai umur 50

CATATAN PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Papyrus Ebers (1550 SM), dengan terapi menggunakan buah beri untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anita Widiastuti Poltekkes Semarang Prodi Keperawatan Magelang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BLADDER TRAINING MODIFIKASI CARA KOZIER PADA PASIEN PASCABEDAH ORTOPEDI YANG TERPASANG KATETER URIN

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MEMASANG KATETER. A. PENGERTIAN Memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine.

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Monako dengan rata-rata usia 90 tahun (Mubarak, 2012). atau World Health Organization (WHO) tahun 1999 meliputi: Usia

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

Lucky Angelia Shabrini*), Ismonah**), Syamsul Arif***)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

INKONTINENSIA URIN. Dr. Budi Iman Santoso, SpOG (K) Divisi Uroginekologi Rekonstruksi Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/ RSCM Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN. setelah dilaksanakan intervensi ( Arikunto, 2006) dengan menggunakan. Intervensi A 1. Bladder training

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimental dengan

Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Vol VI, No I, Maret 2014 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

HUBUNGAN PERUBAHAN ELIMINASI URINE DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA DI GAMPONG LAMBARO SUKON, DARUSSALAM, ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

BAB I PENDAHULUAN. jaringan lunak yang menyebabkan jaringan kolagen pada fasia, ligamen sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

SATUAN ACARA PENYULUHAN DI BANGSAL CEMPAKA RSUD WATES INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. Proporsi penduduk usia lanjut dewasa yang bertambah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

TINGKAT NYERI PEMASANGAN KATETER MENGGUNAKAN JELI OLES DAN JELI YANG DIMASUKKAN URETHRA

6. Botol kecil steril untuk bahan pemeriksaan steril

PENGARUH BLADDER TRAINING TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA DESA SUMBERDEM KECAMATAN WONOSARI MALANG ABSTRAK

Blok Gastroenterohepatologi Manual Keterampilan Prosedur Enema

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

TEKNIK KOMPRES DENGAN HOTPACK UNTUK MENURUNKAN DEMAM PADA KLIEN DHF DI RUANG ACACIA RUMAH SAKIT EKA BSD TANGERANG

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

METODE PELVIC FLOOR MUSCLE TRAINING DALAM MENURUNKAN INKONTINENSIA URIN PADA LANSIA DI DESA DARUNGAN KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI

Obat Diabetes Basah Serta Gejala Komplikasi HHNS Penderita Diabetes

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN KEMIH AKIBAT KATETER Diane K. Newman, Robyn Strauss

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

Tri Hapsari, Euis Nurhayati, Sansri Diah

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BPH

MASALAH ELIMINASI FECAL

DEFINISI, KLASSIFIKASI DAN PANDUAN TATALAKSANA INKONTINENSIA URINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA DENGAN INKONTINENSIA URINE

UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN. Dengan judul TEKNOLOGI DETEKSI INFEKSI PADA SALURAN KEMIH DENGAN PORTABEL KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin. By. Ulfatul Latifah, SKM

LAPORAN PENDAHULUAN PERAWATAN KOLOSTOMI Purwanti,

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

Transkripsi:

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING Disusun untuk memenuhi tugas Blok Urinary Oleh: Puput Lifvaria Panta A 135070201111004 Kelompok 3 Reguler 2 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

1. DEFINISI BLADDER TRAINING Bladder training merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang terpasang kateter dengan tujuan melatih otot detrusor kandung kemih supaya dapat kembali normal setelah kateternya dilepas. Setelah kateter dilepas, terdapat beberapa kemungkinan yang akan dialami oleh pasien berhubungan dengan proses dan reflek berkemihnya. Efek samping dari pemasangan kateter adalah terjadinya inkontinensia urin dan retensi urine. Terdapat 3 macam metode bladder training, yaitu delay urination (menunda berkemih), scheduled bathroom trips (jadwal berkemih), dan kegel exercises (latihan pengencangan atau penguatan otot-otot dasar panggul) (Potter & Perry, 2005). 2. TUJUAN BLADDER TRAINING Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter & Perry, 2005). Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik relaksasi, sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali. Melalui latihan ini penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih (Livait Jeddahwati, 2012). Selain itu, juga ada tujuan yang lain yaitu: a. Melatih klien melakukan BAK secara mandiri b. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sudah terpasang lama c. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena pemasangan kateter d. Menghindari kelembaban dan iritasi pada kulit lansia 3. INDIKASI BLADDER TRAINING a. Klien yang dilakukan pemasangan kateter cukup lama b. Klien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter c. Klien yang mengalami inkontinensia (kebocoran) retentio urinea d. Klien post-operasi e. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan f. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urine 4. KONTRAINDIKASI BLADDER TRAINING a. Tidak boleh dilakukan pada pasien gagal ginjal karena akan terdapat batu ginjal, yang diobservsi hanya kencingnya 5. PERAN PERAWAT BLADDER TRAINING Perawat melakukan pengkajian keperawatan, seperti: a. Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab. Bila terdapat ISK atau penyakit lainnya, maka harus diobati dalam waktu yang sama. b. Saat melepas kateter urin, perawat mengobservasi mengkaji dengan teliti apakah ada tanda-tanda infeksi atau cidera pada meatus uretra pasien.

c. Perawat perlu melakukan pengkajian dan pemantauan pola berkemih setelah selesai bladder training dan pelepasan kateter urine. Infoini memungkinkan perawat merencanakan sebuah progam yang sering memakan waktu 2 minggu atau lebih untuk dipelajari. d. Perawat medikal bedah juga harus responsif terhadap keluhan yang timbul setelah kateter urine dilepas. Pasien diminta untuk segera melaporkan pada perawat atau dokter jika ada keluhan yang dirasakan pasien saat berkemih. e. Kebutuhan klien akan bladder training. Pastikan bahwa pasien benarbenar membutuhkan bladder training. 6. PROSEDUR BLADDER TRAINING Persiapan pasien: a. Sampaikan salam b. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan Persiapan alat: a. Catatan perawat b. Klem c. Jam d. Air minum e. Handscoon f. Kassa g. Kantong urine Pesiapan lingkungan: a. Jaga privasi klien dengan menutup pintu b. Atur pencahayaan, penerangan dan ruangan yang kondusif Pelaksanaan: Ada 2 tingkat yaitu tingkat masih dalam kateter dan tingkat bebas kateter a. Tingkat masih dalam kateter: Prosedur 1 jam Cuci tangan Klien diberi minum 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7 malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 8 pagi sampai jam 8 malam dengan cara klem kateter dibuka Pada malam hari (setelah jam 8 malam) kateter dibuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam tersebut berjalan lancar dan berhasil Prosedur 2 jam Cuci tangan

Klien diberi minum 2 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 pagi sampai 7 malam. Setiap kali habis diberi minum, kateter diklem Kemudian setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai jam 9 pagi sampai jam 9 malam dengan cara klem kateter dibuka Pada malam hari (setelah jam 9 malam) kateter dibuka dan klien boleh minum tanpa ketentuan seperti pada siang hari Prosedur tersebut diulang untuk hari berikutnya sampai progam tersebut berjalan lancar dan berhasil b. Tingkat bebas kateter (prosedur ini dilakukan apabila prosedur 1 sudah berjalan lancar) Cuci tangan Klien diberi minum setiap setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari jam 7 Evaluasi: pagi sampai 7 malam, lalu kandung kemih dikosongkan Kemudian kateter dilepas Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih setiap 2 jam dengan menggunakan urinal Berikan minum terakhir jam 7 malam, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum sampai jam 7 pagi untuk menghindari klien dari basahnya urine pada malam hari Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan menahannya Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung kemih dengan menggunakan urinal Alat-alat dibereskan Akhiri interaksi dengan mengucap salam Cuci tangan Dokumentasikan hasil tindakan a. Klien dapat menahan berkemih dalam 6-7x/hari atau 3-4 jam sekali b. Bila tindakan dirasakan belum optimal atau terdapat gangguan: Maka metode di atas dapat ditunjang dengan metode rangsangan dari eksternal, misalnya dengan menepuk paha bagian dalam Menggunakan metode untuk relaksasi guna membantu pengosongan kandung kemih secara total, misalnya menarik napas dalam Menghindari minuman yang berkafein Minum obat diuretic yang telah diprogamkan atau cairan untuk meningkatkan diuretic c. Sikap

Jaga privasi klien Lakukan prosedur dengan teliti DAFTAR PUSTAKA Brunner, suddarth. 1998. Manual of Nursing Practice. Ed 4. Jakarta: EGC Dina. 2013. Bladder Training. https://www.scribd.com/doc/168249364/bladder- Training (online, diakses pada tanggal 26 Mei 2015) Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Vol 2. Jakarta: EGC Smeltzer, C. Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed 8. Vol 2. Jakarta: EGC