BAB I PEMBUATAN NATA DE COCO MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum

dokumen-dokumen yang mirip
putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

PENGARUH LAMA FERMENTASI & JENIS SUMBER NITROGEN TERHADAP PRODUKTIVITAS & SIFAT FISIK NATA DE LONTAR

BAB VI PEMBUATAN NATA DE BANANA MENGGUNAKAN Acetobacter sp.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

BAB I PENDAHULUAN. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang

Kata kunci: nata de coco, gula, sumber nitrogen, medium

BAB I PENDAHULUAN. membantu pencernaan. Kandungan kalori yang rendah pada Nata de Coco

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN NITROGEN PADA PRODUKSI NATA DE COCO

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

PENGARUH KETINGGIAN MEDIA DAN WAKTU INKUBASI TERHADAP BEBERAPA KARAKTERISTIK FISIK NATA DE SOYA

khususnya dalam membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan kandungan

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11

BAB II. latin menjadi natare yang berarti terapung-apung (Susanti,2006). Nata termasuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE

Pemanfaatan Limbah Cair Produksi Pati Kasava Sebagai Substrat Pembuatan Nata De Cassava

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang digemari masyarakat. Selain karena tekstur nata yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS USAHA NATA DE COCO

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak dimanfaatkan secara luas. Hasilnya 15,5 miliar butir kelapa per tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale) adalah sejenis tanaman dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI NATA DE SOYA (AMPAS TAHU) SEBAGAI BENTUK WASTE TO PRODUCT UKM TAHU

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

6 AgroinovasI Nata de Cassava sebagai Pangan Sehat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Buah ini memiliki ciri-ciri yang unik yaitu memiliki kulit seperti kulit naga. Buah naga

Proses Pembuatan Madu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN EKSTRAK KECAMBAH KACANG HIJAU SEBAGAI SUMBER NITROGEN ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN NATA DE LERRY

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran produk makin terbuka luas. 1. buah-buahan sampai saat ini masih sangat sederhana (tradisional) dan pada

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembuatan starter di pondok pesantren pertanian Darul Fallah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OLEH: YULFINA HAYATI

PENGARUH PENAMBAHAN GULA, ASAM ASETAT DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP KUALITAS NATA DE CORN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah cair tapioka dihasilkan dari proses produksi tapioka. Air merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Susu Kambing. Dipasteurisasi 70 o C. Didinginkan 40 o C. Diinokulasi. Diinkubasi (sampai menggumpal) Yoghurt.

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA DAN EKSTRAK TAUGE SEBAGAI MEDIA PEMBUATAN NATA DE CASSAVA. Disusun Oleh :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Nata De Coco

NATA DE CACAO 1. PENDAHULUAN

Kajian Variasi Kadar Glukosa Dan Derajat Keasaman (Ph) Pada Pembuatan Nata De Citrus Dari Jeruk Asam (Citrus Limon. L)

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan persoalan yang diteliti, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh perlakuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

PENINGKATAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMA MELALUI PELATIHAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN NATA DE COCO

PENGARUH PENAMBAHAN GLISEROL TERHADAP KUALITAS BIOPLASTIK DARI AIR CUCIAN BERAS

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak

laporan praktikum bioteknologi pembuatan nata de coco BAB I PENDAHULUAN

PEMANFAATAN LIMBAH TAHU MENJADI PRODUK NATA DE SOYA, SOLUSI PENANGANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN ABSTRAK

PEMANFAATAN AMPAS BUAH SIRSAK (Annona muricata) SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN NATA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hylocereus polyrhizuz kulit dan buahnya berwarna merah, Hylocereus

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR FERMENTASI NATA DE COCO DENGAN VARIASI NUTRISI GULA DAN AMMONIUM SULFAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Chemistry In Our Daily Life

LAMPIRAN. di panaskan. dan selama 15 menit. dituangkan dalam tabung reaksi. didiamkan dalam posisi miring hingga beku. inkubator

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan

Fermentasi teh menggunakan campuran kultur campur bakteri dan khamir sehingga diperoleh cita rasa asam dan terbentuk lapisan nata Bahan lain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PEMBUATAN NATA DE COCO MENGGUNAKAN Acetobacter xylinum A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Membuat nata dari air kelapa segar. 2. Mengetahui prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuatan nata. B. LANDASAN TEORI Nata berasal dari bahasa Spanyol yaitu nadar yang artinya berenang, istilah tersebut juga berasal dari bahasa latin yaitu natere yang artinya terapung. Nata sudah lama populer di Filipina dan merupakan hidangan yang sangat digemari oleh masyarakatnya. Nata termasuk makanan rendah kalori sehingga cocok digunakan penderita diabetes. Nata dapat dibuat dari bahanbahan seperti: sari kelapa, air kelapa, sari nanas dan sari buah lainnya. Nata de coco adalah sejenis makanan fermentasi yang dibuat dengan bahan dasar air kelapa. Nata tersusun dari senyawa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Acetobacter xylinum dapat hidup dalam air kelapa dan juga dalam buah-buahan yang mengandung glukosa dalam cairan buah nanas, yang kemudian diubah menjadi selulosa dan dikeluarkan kepermukaan sel. Lapisan selulosa ini terbentuk selapis demi selapis pada permukaan sari buah, sehingga akhirnya menebal inilah yang disebut nata. Acetobacter xylinum adalah bakteri asam asetat, bersifat aerobik, gram negatif dan berbentuk batang pendek. Dalam medium cair Acetobacter xylinum membentuk suatu lapisan (massa) yang dapat mencapai ketebalan. Acetobacter xylinum merupakan bakteri yang menguntungkan manusia. Artinya dapat digunakan untuk membuat suatu produk yang bermanfaat bagi manusia. Misalnya seperti bakteri asam laktat yang menghasilkan yoghurt, asinan dan lainnya. Acetobacter xylinum dapat hidup pada larutan dengan derajat keasaman atau kebasaan 3,5-7,5 ph. Namun Acetobacter xylinum akan lebih tumbuh dengan optimal pada derajat keasaman 4,3 ph. Idealnya bakteri Acetobacter xylinum hidup pada suhu 28 31 C.

Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dalam sari buah yang mengandung glukosa yang kemudian diubah menjadi asam asetat dan benang-benang selulosa. Lama-kelamaan akan terbentuk suatu massa yang kokoh dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter. Selulosa yang dikeluarkan kedalam media itu berupa benang-benang yang bersama-sama dengan polisakarida membentuk jalinan yang terus menebal menjadi lapisan nata. Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon (C) dan nitrogen (N), melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan menghasilkan enzim ekstra seluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya Nampak padat berwarna putih hingga transparan (Misgiyarta, 2007). Nata yang dihasilkan tentunya bisa beragam kualitasnya. Kualitas yang baik akan terpenuhi apabila air kelapa yang digunakan memenuhi standar kualitas bahan nata, dan prosesnya dikendalikan dengan cara yang benar berdasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas Acetobacter xylinum yang digunakan. Apabila rasio antara karbon dan nitrogen diatur secara optimal, dan prosesnya terkontrol dengan baik, maka semua cairan akan berubah menjadi nata tanpa meninggalkan residu sedikitpun. Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada umumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan nata de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling baik

digunakan adalah sukrosa putih (gula rafinasi). Sukrosa coklat akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik. Air kelapa banyak mengandung zat yang bermanfaat seperti makronutrien, vitamin, asam amino, berbagai mineral, dan bahkan hormon pertumbuhan. Pada air kelapa juga terkandung asam amino dan enzim yaitu asam folat, catalase, dehydrogenase, diastase, peroxidase, dan RNA polymerase (Putri, 2013) Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan ph atau \meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat glasial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu ph 4,5 5,5 dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asamasam organic dan anorganik lain bisa digunakan. Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit nata de coco disebut starter nata. Bibit nata de coco merupakan suspensi sel Acetobacter xylinum. Faktor-faktor yang mempengaruhi Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman media temperature, dan udara (oksigen). Senyawa karbon yang dibutuhkan dalam fermentasi nata berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber dari karbon ini yang paling banyak digunakan adalah gula. Sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal dari nitrogen organik, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun nitrogen anorganik seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium sulfat. Acetobacter xylinum ini sangat memerlukan oksigen. Sehingga dalam fermentasi tidak perlu ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk kedalam media yang dapat mengakibatkan kontaminasi. C. ALAT DAN BAHAN 1. Alat

a. Teko ukur 1 liter b. Saringan plastik c. Panci d. Gelas arloji e. Timbangan f. Spatula g. Pengaduk kayu h. Baskom i. Pipet ukur 10 ml j. Ball filler k. Baki persegi empat l. Indikator universal m. Gelas ukur 50 ml n. inkubator o. kompor Gambar I.1 Alat Percobaan Pembuatan Nata De Coco Menggunakan Acetobacter xylinum 2. Bahan a. Air kelapa segar 1 liter b. Pupuk ZA 0,4 gram c. Gula pasir 30 gram

d. Asam asetat glasial 10 ml e. Bibit cair 50 ml D. SKEMA KERJA Air kelapa Penyaringan Air kelapa bersih Pemanasan Gula

ZA Pencampuran Larutan CH 3 COOH Pengecekan ph Bibit Pendinginan Pembibitan Larutan Inkubasi Nata de Gambar I.2 Skema Kerja Pembuatan Nata De Coco Menggunakan Acetobacter xylinum E. DATA PENGAMATAN Tabel I.1 Data Pengamatan Pembuatan Nata De Coco Menggunakan Acetobacter xylinum N Perlakuan Hasil Pengamatan o 1 1 liter air kelapa segar disaring. Air kelapa 1 liter yang

2 Air kelapa dimasukkan ke dalam panci dan menambahkan 30 gram gula pasir 3 Merebus campuran selama 5-10 menit 4 Campuran dituang ke dalam baskom, dan ditambahkan 0,4 gram pupuk ZA dan 10 ml asam asetat glasial. 5 Campuran didinginkan pada suhu ruangan. 6 Tuang campuran ke baki. 7 Campuran ditambah dengan 50 ml bibit nata cair secara merata dan diaduk. 8 Campuran yang telah ditambahkan bibit dimasukkan di inkubator selama 7 hari. semula ada sedikit kotoran serabut kelapa menjadi bening. Campuran air kelapa dengan gula agak keruh. Campuran menjadi larut. Campuran dengan ph 4. Campuran menjadi dingin. Tinggi campuran dalam baki = 1 cm Terbentuk nata de coco dengan: Berat = 720 gram Tebal = 0,8 cm

F. PEMBAHASAN ARIF HIDAYAT (5213414058) Pada percobaan pembuatan nata de coco digunakan air kelapa yang telah disaring terlebih dahulu. Tujuan dari peyaringan ini yaitu untuk memisahkan air kelapa dengan pengotornya, kemudian air kelapa direbus hingga mendidih agar bakteri-bakteri yang ada pada air kelapa dapat hilang atau mati. Kemudian ditambahkan gula pasir. Tujuan dari penambahan gula pasir ini adalah sebagai nutrisi bagi bibit nata. Setelah itu, campuran tersebut dipindahkan pada baskom dan ditambahkan pupuk ZA. Penambahan ini bertujuan sebagai sumber nitrogen bagi bibit nata agar dapat berkembang. Selain itu ditambahan juga asam asetat glasial. Penambahan asam asetat glasial ini agar ph dari air kelapa dapat turun dikarenakan bibit nata yaitu Acetobacter xylinum dapat hidup atau berkembang pada ph asam. Pada percobaan ini ph dari air kelapa yaitu 4. Setelah penambahan pupuk ZA dan asam asetat glasial dilakukan pendinginan agar bibit atau bakteri dapat maksimal dalam membuat nata. Suhu optimal bagi pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum yaitu berkisar pada suhu 28-31 C (Fitria, 2010). Apabila bakteri Acetobacter xylinum hidup pada suhu kurang dari 28 C, pertumbuhan dari bakteri akan terhambat dan apabila bakteri hidup pada suhu diatas 31 C maka akan mengalami kerusakan, sehingga bakteri tidak dapat memproduksi nata atau tidak dapat berkembang. Bakteri Acetobacter xylinum sangat memerlukan oksigen, sehingga dalam fermentasi tidak ditutup rapat namun hanya ditutup untuk mencegah kotoran masuk ke

dalam media yang dapat menyebabkan kontaminan (Fitria, 2010). Sehingga dapat proses fermentasi, loyang atau wadah untuk pembentukan nata hanya ditutup dengan koran dan diikat dengan menggunakan tali. Penutupan ini dilakukan agar kontak air kelapa dengan udara supaya terhambat. Proses fermentasi ini dilakukan didalam inkubator bertujuan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dengan air kelapa yang akan difermentasi menjadi nata de coco. Selain itu agar air kelapa yang telah diberi bibit bakteri bisa bebas dari guncangan. Getaran dan guncangan dapat menyebabkan aktivitas bakteri terhambat. Selain itu guncangan dapat menyebabkan membran atau lapisan nata yang sudah terbentuk bisa rusak (Rochinta, 2012). Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu lama fermentasi selama 7 hari didapatkan nata de coco sebesar 720 gram dengan ketebalan sebesar 0,8 cm, yang sebelumnya pada saat pemberian benih/bibit pada air kelapa dengan ketinggian 1 cm. Namun, didapatkan air kelapa yang belum membentuk nata. Hal ini disebabkan karena lama fermentasi yang kurang lama, sehingga nata yang diproduksi belum maksimal. Waktu yang digunakan dalam pembuatan nata umumnya 2-4 minggu. Minggu ke 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu yang maksimal untuk produksi nata. Hal ini berarti apabila fermentasi lebih dari 4 minggu, maka kualitas nata yang diproduksi akan menurun (Pramesti, 2007). Sehingga apabila didapatkan nata dengan kadar air yang masih tinggi dapat disimpulkan bahwa bakteri belum memproduksi nata secara maksimal yang diakibatkan oleh

kurang lamanya proses fermentasi, jadi nata dengan kadar air yang sedikit lebih baik karena bakteri memproduksi nata secara maksimal. Hal yang perlu diperhatikan pada percobaan dalam membuat nata yaitu: air kelapa yang baik adalah yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Dalam air kelapa tua terkandung minyak dari kelapa yang dapat menghambat pertumbuhan bibit Acetobacter xylinum. Sebaliknya air kelapa yang masih muda belum mengandung mineral yang cukup didalamnya, sehingga kurang baik apabila digunakan sebagai bahan pembuatan nata de ccoco (Ramadani, 2011). Dari hasil percobaan pembuatan nata de coco, didapatkan data sebagai berikut: Bibit nata de coco = 720 gram Volume air kelapa = 720 x 10-3 kg = 1 liter = 10-3 m 3 Dari data tersebut dapat digunakan untuk mencari % yield. Rumus untuk mencari % yield yaitu: % yield = Berat nata Berat air kelapa x100 Berat air kelapa = ρ xv ρ air kelapa yaitu 1018,26 kg/m 3 (S.S, 2012) % yield = 720.10 3 kg ( ρ.v ) air kelapa x 100

= 720.10 3 kg 1018,26 kg x100 m 3.10 3 m 3 = 70,70% Praktikum kali ini yaitu pembuatan nata de coco dengan starter bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco adalah produk hasil proses fermentasi air kelapa dengan bantuan aktivitas Acetobacter xylinum. Air kelapa yang digunakan sebaiknya air kelapa segar dan disaring terlebih dahulu untuk memisahkan dengan kotoran yang ada. Air kelapa yang digunakan tidak terlalu muda dan terlalu tua. Air kelapa yang sedang ketuaannya mengandung berbagai mineral yang sangat diperlukan oleh Acetobacter xylinum. Kemudian air kelapa direbus dengan gula pasir, gula pasir ditambahkan agar dapat mencair dan menyatu dengan air

NI MATUL AZIZAH kelapa. Air kelapa dan gula (5213414016) dibiarkan mendidih hingga beberapa saat guna membunuh bakteri pada air kelapa. Kemudian ditambah pupuk ZA yang berfungsi sebagai sumber nitrogen, lalu ditambahkan asam asetat glasial yang berfungsi untuk menurunkan ph. Setelah campuran dingin, dituang ke baki, kemudian ditambah bakteri Acetobacter xylinum, dimaksudkan agar bakteri dapat maksimal dalam membentuk nata. Suhu optimal pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum berkisar antara 28-30 C. Pada suhu kurang dari 28 C, pertumbuhan dari bakteri akan terhambat dan apabila bakteri hidup pada suhu diatas 31 C maka akan mengalami kematian. Sehingga pembibitan dan fermentasi air kelapa diletakkan dalam ruang yang suhunya stabil (suhu ruang). Bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada kisaran ph 4-4,3. Namun bakteri Acetobacter xylinum sangat cocok tumbuh pada suasana asam dengan ph 4, maka pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum dapat optimum dikarenakan bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh optimal dalam keadaan udara yang sedikit dan harus terhindar dari sinar matahari langsung, loyang wadah ditutup dengan koran dan diikat. Penutupan dengan koran koran agar kontak air kelapa dengan udara menjadi terhambat. Fermentasi dilakukan didalam inkubator untuk mengurangi intensitas sinar matahari dengan air kelapa. Agar produksi nata yang dihasilkan optimal, air kelapa yang sudah diberi bibit harus terhindar dari getaran atau guncangan karena dapat menghambat aktivitas bakteri selain itu guncangan akan menenggelamkan lapisan nata yang sudah

terbentuk dan menyebabkan terbentuknya lapisan nata yang baru yang terpisah dari nata yang pertama. Dari percobaan, terlihat bahwa nata yang dihasilkan kurang sempurna. Air kelapa yang ingin dijadikan nata masih ada yang berupa air kelapa tidak terbentuk nata. Nata yang terbentuk berada pada bagian atas sedangkan air kelapa yang belum terbentuk menjadi nata berada pada bagian bawah. Dalam membentuk nata, bakteri Acetobacter xylinum akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh dari air kelapa tersebut akan terbentuk/dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan yang disebut nata. Faktor kekurangberhasilan dari percobaan yang kami lakukan adalah lama fermentasi. Jika waktu fermentasi diperpanjang lagi, maka akan terbentuk nata yang sempurna karena waktu fermentasi pembentukan nata umumnya adalah 2-4 minggu. Jika lebih lama maka seluruh air kelapa akan menjadi nata de coco. Dari hasil percobaan pembuatan nata de coco, didapatkan data sebagai berikut: Bibit nata de coco = 720 gram Volume air kelapa = 720 x 10-3 kg = 1 liter = 10-3 m 3 Dari data tersebut dapat digunakan untuk mencari % yield. Rumus untuk mencari % yield yaitu: % yield = Berat nata Berat air kelapa x100 Berat air kelapa = ρ xv

ρ air kelapa yaitu 1018,26 kg/m 3 (S.S, 2012) % yield = 720.10 3 kg ( ρ.v ) air kelapa x 100 = 720.10 3 kg 1018,26 kg x 100 m 3.10 3 m 3 = 70,70% GALIS RIZA PERMANA Pada praktikum pembuatan nata de coco, bahan utama yang digunakan adalah air kelapa yang amsih segar. Pembuatan nata de coco merupakan fermentasi pada fase cair oleh bakteri Acetobacter xylinum, air kelapa sebagai medium pertumbuhan bakteri sekaligus sebagai sumber nutrisi bagi bakteri tersebut. Dalam air kelapa memiliki potensi yang baik untuk difermentasikan karena memiliki kandungan gizi yang lengkap sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Air kelapa yang digunakan adalah air kelapa yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua karena air kelapa tua mengandung minyak yang dapat menghambat pertumbuhan bibit nata, apabila terlalu muda belum mengandung mineralk yang cukup. Pada proses pembuatan nata de coco, langkah pertama adalah air kelapa disaring untuk memisahkan dengan kotoran. Kemudian air kelapa direbus gengan gula pasir hingga mendidih. Tujuan perebusan ini adalah agar gula larut dalam air kelapa dan membunuh bakteri yang ada pada air kelapa. Campuran ditambahkan pupuk ZA yang berfungsi sebagai sumber nitrogen, lalu ditambah asam asetat glasial untuk menurunkan ph hingga ph 4, karena Acetobacter xylinum akan optimal tumbuh pada ph 4,3 dengan suhu 28-30 C. Pada suhu kurang dari 28 C pertumbuhan bakteri akan

terhambat, sedangkan apabila diatas 30 C bibit nata akan rusak dan mati. Peran Acetobacter xylinum adalah membentuk serat nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen. Proses dari pembentukan nata de coco yaitu bakteri mengambil glukosa dari larutan air kelapa kemudian glukosa bergabung dengan asam lemak membentuk perkusor pada membran sel. Perkusor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersam enzim mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa diluar sel. Acetobacter xylinum mempunyai sifat jika ditambahkan gula pada mediumnya akan membentuk polisakarida dalam bentuk selulosa ekstraseluler. Selulosa yang terbentuk dalam media berupa benang-benang yang bersama polisakaridaa membentuk ikatan yang terus menerus menjadi lapisan yang rata. Penambahan bibit nata dilakukan didalam baki, setelah ditambahkan bibit nata, larutan diaduk agar homogen. Setelah homogen baki ditutup dengan koran dan diikat untuk mencegah terjadinya kontaminasi, karena jika larutan tercemar oleh bakteri pembentuk asam, bibit nata akan kekurangan nutrisi dan sulit untuk tumbuh. Fermentasi dilakukan didalam inkubator karena bakteri Acetobacter xylinum dapat tumbuh optimal dalam keadaan sedikit udara dan harus terhindar dari sinar matahari langsung. Proses ini dinamakan proses inkubasi. Inkubasi adalah suatu teknik fermentasi bagi mikroorganisme yang telah diinokulasi pada media baru dimana suhunya dijaga agar tetap stabil. Selama proses

inkubasi, baki tidak boleh digeser atau diguncang karena jika diguncang, campuran air kelapa akan gagal membentuk selulosa dan lapisan permukaannya karena kristalin yang terbentuk sangat kecil akibat terpencar oleh pengguncangan. Kristalin yang seharusnya berkumpul menjadi serat-serat terpecah akibat pengguncangan yang kemudian terisolasi akibat sel-sel bakteri kemudian mengelilingi kristalin tersebut. Dari percobaan yang telah dilakukan yaitu selama tujuh harifermentasi didapatkan nata de coco sebesar 720 gram dengan ketebalan 0,8 cm yang semula pada saat pembenihannya ketinggian 1 cm. Didapat juga air kelapa yang tidak membentuk nata hal ini disebabkan kurang lamanya proses fermentasi sehingga nata yang diproduksi belum maksimal. Dari hasil percobaan pembuatan nata de coco, didapatkan data sebagai berikut: Bibit nata de coco = 720 gram Volume air kelapa = 720 x 10-3 kg = 1 liter = 10-3 m 3 Dari data tersebut dapat digunakan untuk mencari % yield. Rumus untuk mencari % yield yaitu: % yield = Berat nata Berat air kelapa x100 Berat air kelapa = ρ xv ρ air kelapa yaitu 1018,26 kg/m 3 (S.S, 2012) % yield = 720. 10 3 kg ( ρ.v ) air kelapa x 100

= 720.10 3 kg 1018,26 kg x100 m 3.10 3 m 3 = 70,70% G. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan

a. Nata de coco dibuat dengan bahan baku air kelapa segar yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Dalam percobaan ini didapatkan nata de coco sebanyak 720 gram dengan ketebalan 0,8 cm dan % yield sebanyak 70,70%. b. Prinsip proses fermentasi oleh bakteri pembuat nata yaitu bakteri Acetobacter xylinum mengambil glukosa dari larutan gula dalam air kelapa oleh sel-sel bakteri, kemudian glukosa tersebut bergabung dengan asam lemak membentuk perkusor pada membran sel. Perkusor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan bersama enzim mempolimerisasi glukosa menjadi selulosa diluar sel. 2. Saran a. Pada saat pemberian bibit, pastikan larutan campuran sudah dalam keadaan suhu yang berkisar 28-30 C dikarenakan bakteri tumbuh optimum pada suhu tersebut. Apabila suhu masih diatas 30 C bakteri dapat mengalami kematian. b. Pilihlah kelapa yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. c. Kelapa yang digunakan diutamakan yang memiliki kandungan mineral yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA Fitria, Nurlaila. 2010. Bakteri Acetobacter xylinum. http://nurlailafitria79.blogspot.com/2010/10/bakteri-acetobacter-xylinum/. Diakses pada 31 maret 2015. Misgiyarta. 2007. Teknologi Pembuatan Nata de Coco. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Pramesti, Novita. 2007. Faktor Pertumbuhan Nata. http://novitapramesti.blogspot.com/2007/05/faktor-pertumbuhan-nata. Diakses pada 31 maret 2015. Putri, Berta, Aiqal Vickry H, Henni Wijayanti Maharani. 2013. Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Media Pertumbuhan Mikroalga Tetraselmis sp. Lampung: FMIPA Universitas Lampung. Ramadani, Murniati. 2011. Air Kelapa dan Manfaatnya. http://artikelilmu.blogspot.com/2011/09/air-kelapa-dan-manfaatnya/. Diakses pada 31 maret 2015. Rochinta niawati, Diana. 2012. Pembuatan Nata de Coco. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung. S.S, Manjunatha, Raju P.S. 2012. Modelling the Rheological Behavior of Tender Coconut (Cococs nucifera L) Water and its Concentrates. India: Departement of Fruits and Vegetables Technology, Defence Food Research Laboratory.