PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
SYOK/SHOCK SITI WASLIYAH

Syok Syok Hipovolemik A. Definisi B. Etiologi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

PROSEDUR PENGUKURAN TEKANAN VENA SENTRAL

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

RESUSITASI CAIRAN. Ery Leksana SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP Dr Kariadi / FK UNDIP Semarang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASIDOSIS RESPIRATORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA

ASIDOSIS RESPIRATORIK

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kardiovaskular dalam keadaan optimal yaitu dapat menghasilkan aliran

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

KELOMPOK 4 ASUHAN KEPERAWATAN EMERGENCY DAN KRITIS

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

PATOFISIOLOGI SYOK HIPOVOLEMIK

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

MAKALAH SYOK KARDIOGENIK

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKALAH FARMAKAKOLOGI

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DASAR TEORI Siklus jantung terdiri atas periode sistol (konstraksi dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung) bergantian.

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

Tipe trauma kepala Trauma kepala terbuka

SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

2. a. Bagaimana mekanisme berkeringat dingin pada kasus ini?

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

SYOK DAN PENANGANANNYA

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

PATHWAY THALASEMIA. Mutasi DNA. Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang. Kelainan pada eritrosit. Pengikatan O 2 berkurang

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

PROSES TERJADINYA SHOCK. MASYKUR KHAIR, S.Kep., Ns

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

2. PERFUSI PARU - PARU

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN NY. S DENGAN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) DI IGD RS HAJI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

Kesetimbangan asam basa tubuh

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PERAWAT KLINIK I KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DI SETUJUI KEMAMPUAN KLINIS N O ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Jeanny Ivones (G2B ) Ilmu Keperawatan Universitas Diponegoro Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan salah satu bentuk Intoleransi Ortostatik (IO) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

PENYAKIT KATUP JANTUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pemberian cairan diperlukan karena gangguan dalam keseimbangan cairan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi dalam kehamilan. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

FISIOLOGI MANUSIA PENGUKURAN SECARA TAK LANGSUNG TEKANAN DARAH ARTERI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan

Seorang laki-laki umur 30 tahun dibawa ke UGD RSAL. Kesadaran menurun, tekanan darah 70/50, denyut nadi 132 kali/menit kurang kuat, repirasi rate 32

MEKANISME PENGATURAN KARDIOVASKULAR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARDIAK OUTPUT DAN HUKUM STERLING

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PROGRAM PROFESI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA Nama Mahasiswa : Setya Murda Mustofa NPM : 0806316253 ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DENGAN KLIEN SYOK HIPOVOLEMIK A Definisi Syok atau shock adalah suatu kondisi dimana tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan dan sel-sel tubuh yang mengakibatkan tidak adekuatnya oksigen dan nutrisi ke sel. Syok juga merupakan kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik seluler (Brunner and Suddarth, 2002). Syok dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai komplikasi penyakit dansemua klien yang mempunyai potensi untuk mengalami keadaan syok. Tanda-tanda renjatan adalah dengan pemeriksaan fisik, klien dengan syok akan terlihat pucat dan lemas. Pada perubahan ekstermitas terasa dingin, vena kolaps, nadi lemah dan cepat dengan jumlah denyut nadi >100/menit. Pengukuran tekanan darah akan memperlihatkan hasil yang sangat rendah (sistolik <100 mmhg. Gejala lain berupa oligukari. Bila renjatan berlangsung lama, akan terjadi penurunan kesadarn, mulai dari apatis, stupor, koma dan akhirnya meninggal. B Etiologi Penyebab syok ada 2 macam yaitu: 1 Hemoragik/pendarahan (trauma, perdarahan)

2 Non hemoragik (dehidrasi, muntah, diare, luka bakar, asites, peritonitis, ileus obstruktif, edema, dieresis yang berlebihan) C Klasifikasi Menurut Brunner and Suddarth (2002), klasifikasi syok berdasarkan penyebab terbagi menjadi 3 yaitu: 1 Syok Hipovolemik Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang ditandai dengan penurunan volume intravaskuler. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intaselular dan ekstraselular. cairan tubuh ekstraselular ditemukan dalam salah satu kompartemen intavaskular (didalam pembuluh darah) dan interstisila (disekitar jaringan). Volume cairan interstisial adala kira-kira 3 sampai 4 kali dari cairan intravaskuler. Syok hipovolemik terjadi ketika terjadi penurunan volume inravaskuler 15-25%. Syok hipovolemik disebabkan kehilangan cairan eksternal seperti hemoragi atau perpindahan cairan internal. 2 Syok Kardiogenik, Syok kardiogenik terjadi ketika terdapat gangguan kemampuan pompa jantung, sebabya dapat berasal dari gangguan koroner dan non-koroner. Klien dalam syok kardiogenik dapat mengalami angina dan terjadi disritmia. Apabila kemampuan jantung untuk memompa darah keluar mengalami kerusakan maka akan terjadi 2 peristiwa patologis yaitu penurunan volume sekuncup sehingga menyebabkan penurunan TD dan ventrikel yang melemah tidak dapat memompakan darah dengan sempurnasaat systole sehingga terjadi penumpukan cairan dalam paru-paru. 3 Syok Distributif atau vasogenik, Syok distributif terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah mengumpul dalam pembuluh darah perifer. Perpindahan darah ini menyebabkan hipovolemia relatif karena tidak cukup darah yang kembali ke jantung, yang selanjutnya mengarah pada ketidak cukupan perfusi jaringan. Syok distributif membagai dalam 3 klasifikasi yaitu: asyok Neurogenik

Syok neurogenik dapat disebabkan oleh cedera medulla spinalis,anestesi spinal dan kerusakan sistem saraf. Syok neurogenik juga dapat terjadi sebagai akibat kerja obatobatan depresan atau kekurangan glukosa. Syok neurogenik ditandai den gan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya yaitu bunyi jantung brakikardi. b Syok Analfilaktik Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika klien sebelumnya sudah membentuk antibodi terhadap benda asing (antigen) mengalami reaksi antigen antibodi sistemik. Syok anafilaktif terjadi dengan cepat dan mengancam jiwa. Hal tersebut dikarenakan klien yang mengalami syok anafilaktik sebelumnya sudah terpajan pada antigen dan telah membentuk antibodi terhadap antigen tersebut. csyok Septik Syok septik disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. syok septic dibagi menjadi 2 fase yaitu: - Fase hangat atau hiperdinamik, ditandai oleh tingginya curah jantung atau vasodilatasi. - Fase dingin atai hipodinamik yang ditandai dengan vasokontriksi yang merupakan upaya tubuh untuk mengkompensasi hipovolemia yang disebabkan oleh kehilangan volume intravaskular melalui kapiler. D Patofisiologi 1 Efek Syok Selular Pada kondisi tubuh yang mengalami syok, sel-sel tidak mendapat pasokan darah yang adekuat sehingga terjadi kekurangan oksigen dan nutrien dalam sel, karenanya sel-sel melalui metabolisme anaerob harus menghasilkan energi. Metabolisme ini menghasilkan tingkat energi yang rendah dari sumber nutrien dan lingkungan intraseluler yang bersifat asam. Perubahan ini mengakibatkan fungsi normal sel menurun; sel membengkak dan membrannya menjadi lebih permeabel sehingga memungkinkan elektrolit dan cairan untuk merembes dari dan ke dalam sel yang pada akhirnya menyebabkan pompa kaliunnatrium menjadi terganggu. Akibatnya, struktur sel (mitokondria dan lisosom) menjadi rusak dan pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel (Smeltzer & Bare, 2002).

2 Respons Vaskular Jumlah oksigen yang dikirimkan ke sel bergantung pada aliran darah ke area spesifik dan pada konsentrasi oksigen (Gould, dalam Smeltzer & Bare, 2002). Darah secara kontinu didaur ulang kembali melalui paru-paru untuk di reoksigenasi. Otot jantung memberikan pompa darah yang dioksigenasi keluar jaringan tubuh (proses sirkulasi ini difasilitasi oleh arteri, arteriol, vena, venula, dan kapiler dimana vaskulator tersebut dapat berdilatasi dan berkontriksi sesuai dengan mekanisme pengatur pusat dan lokal). Mekanisme pengatur pusat menyebabkan dilatasi dan kontriksi vaskulator untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat. Selain itu, ada juga mekanisme pengaturan lokal, disebut sebagai otoregulasi, menyebabkan vasodilatasi dan vasokontriksi dalam berespon terhadap bahan kimia yang dilepaskan oleh sel-sel yang mengkomunikasikan kebutuhannya akan oksigen dan nutrient (Niedringhaus, Smith-Collins, & Myers, dalam Smeltzer & Bare, 2002). 3 Pengaturan Tekanan Darah Ada 3 komponen utama sistem sirkulatori yaitu volume darah, pompa jantung, dan vaskulator yang harus berspon terhadap kompleks sistem umpan balik neural, kimiawi, dan hormonal untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat dan akhirnya memberikan perfusi jaringan tubuh yang adekuat pula. Tekanan darah diatur melalui interaksi kompleks sistem umpan balik neural, kimia, dan hormonal yang akan mempengaruhi curah jantung dan resistensi perifer. Tekanan darah arteri rata-rata = curah jantung x resistensi perifer Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan jantung saat sistole) dan frekuensi jantung, sedangkan resistensi perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Perfusi jaringan dan organ ditentukan oleh tekanan rerata arterial (MAP). MAP rata-rata 80-120 mmhg diperlukan untuk mendapat oksigen dan nutrient

untuk mengerahkan energy dalam jumlah yang cukup untuk sel bertahan hidup (Smeltzer & Bare, 2002). Mekanisme utama yang mengatur tekanan darah melalui baroreseptor (reseptor tekanan) terletak pada sinus karotis dan arkus aorta. Reseptor tekanan ini menghantarkan impuls ke pusat saraf simpatik yang terletak di medulla otak. Pada kejadian turunnya tekanan darah, katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dilepaskan dari medulla adrenal sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan vasokontriksi, dengan demikian memulihkan tekanan darah. Kemoreseptor yang terletak di arkus aorta dan arteri karotis mengtur tekanan darah dan frekuensi pernapasan menggunakan mekanisme yang sama. Disamping itu, ginjal juga mengatur tekanan darah yang disebabkan oleh pelepasa renin, yang menyebabkan pengubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, yaitu vasokontriktor yang poten. Efek ini secara tidak langsung menyebabkan pelepasan aldosteron dari korteks adrenal yang menyebabkan retensi natrium dan air. Kadar natrium yang meningkat menstimulasi pelepasan ADH oleh kelenjar pituitary. ADH juga menyebabkan ginajl menahan air lebih banyak dalam upaya untuk meningkatkan volume darah (Smeltzer & Bare, 2002). E Manifestasi Klinik Manifestasi klinik dari syok hipovolemik yaitu menurunnya tekanan arteri, meningkatnya pulsasi, ekstremitas dingin, kulit basah, kulit pucat, CRT>2detik, rasa haus, diaphoresis, perubahan sensori, oliguria, asidosis metabolik, dan hiperpnea (Smeltzer & Bare, 2002). Terdapat pula manifestasi klinis syok bergantung pada fasenya, yaitu sebagai berikut: Fase Fase Progresif Fase Ireversibel Kompensatori Frekuensi 100x/menit 150x/menit Eratik/sistol Jantung Tekanan Darah Batas Normal Tekanan arteri rerata (MAP) menurun dai bawah batas normal dan Tekanan darah sistolik <80-90mmHg Membutuhkan dukungan mekanik atau farmakologis

Status Respiratori >20 (meningkat) Cepat, dalam, terdapat bunyi krekels Membutuhkan Intubasi Kulit Dingin, kusam ekimosis (memar), Ikterik petekie, ikterik Bising usus Hipoaktif Haluaran Urin Menurun <20ml/jam Anuria, membutuhkan dialisis Fungsi Mental Kelam piker Letargi Tidak sadar Keseimbangan asam-basa Alkalosis Respiratorik Asidosis Metabolik Asidosis Metabolik yang Hebat (Rice, dalam Smeltzer & Bare, 2002). F Komplikasi Komplikasi yang terjadi apabila klien syok tidak langsung diatasi dengan cepat yaitu gagal ginjal, gagal napas atau ARDS, sampai dengan kematian (Corwin, 2009). G Penatalaksanaan Kedaruratan Penatalaksanaan syok dapat dilakukan dengan memperhatikan: 1 Memastikan jalan nafas klien dan sirkulasi dipertahankan. Berikan bantuan oksigen atau ventilator tambahan sesuai kebutuhan. 2 Perbaiki volume darah sirkulasi dengan penggantian cairan dan darah cepat sesuai ketentuan untuk mengoptimalkan preload jantung, memperbaiki hipotensi, dan mempertahankan perfusi jaringan. akateter tekan vena sentral dimasukkan dalam atau didekat atrium kanan untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan. Pembacaan tekanan vena sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk derajat perubahan dari pembacaan data dasar dan kateter juga sebagai alat untuk penggantian volume cairan darurat. b Jarum atau kateter IV diameter besar dimasukkan kedalam vena perifer. Dua atau lebih kateter mungkin perlu untuk penggantikan cairan cepat dan pengembalian ketidakstabilan hemodinamik; penekanan pada penggantian volume. - Buat jalur IV dikedua ekstremitas atas dan bawah jika dicurigai bahwa pembuluh utama di dada atau abdomen telah terganggu

- Ambil darah untuk spesimen; AGD, pemeriksaan kimia, golongan darah dan pencocokan silang, dan hemtokrit. 3 Mulai infus IV dengan cepat sampai CVP meningkat pada tingkat yang memuaskan di atas pengukuran dasar atau sampai terdapat perbaikan pada kondisi klinis klien. ainfus larutan RL digunakan pada awal penanganan karena cairan ini mendekati komposisi elektrolit plasma, begitu juga dengan osmolalitasnya, sediakan waktu untuk pemeriksaan golongan darah dan pencocokkan silang, perbaiki sirkulasi, dan bertindak sebagai tambahan terapi komponen darah. b Mulai tranfusi terapi komponen darah sesuai program, khususnya saat kehilangan darah telah parah atau klien terus mengalami hemoragi. ckontrol hemoragi karena hemoragi menyertai status syok. Lakukan pemeriksaan hematokrit sering bila dicurigai berlanjutnya perdarahan d Pertahankan tekanan darah sistolik pada tingkat yang memuaskan dengan memberi cairan dan darah sesuai ketentuan. 4 Pasang kateter urine tidak menetap: catat haluaran urine setiap 15-30 menit, volume urine menunjukkan keadekuatan perfusi ginjal. Pengeluaran urin <30ml/jam atau 0,5ml/kgBB/jam menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat 5 Lakukan pemeriksaan fisik cepat untuk menentukan penyebab syok. 6 Pertahankan surveilens keperawatan terus menerus terhadap klien total-tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, suhu kulit, warna, CVP, EKG, hematokrit, Hb, gambaran koagulasi, elektrolit, haluaran urine-untuk mengkaji respon klien terhadap tindakan. Pertahankan lembar alur tentang parameter ini; analisis kecenderungan menyatakan perbaikan atau penyimpangan klien. 7 Tinggikan kaki sedikit untuk memperbaiki sirkulasi serebral lebih baik dan mendorong aliran darah vena kembali kejantung (posisi ini kontraindikasi pada klien dengan cidera kepala). Hindarkan gejala yang tidak perlu. 8 Berikan obat khusus yang telah diresepkan (seperti dopamen) untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler. 9 Dukung mekanisme devensif tubuh

atenangkan dan nyamankan klien: sedasi mungkin perlu untuk menghilangkan rasa khawatir b Hilangkan nyeri dengan kewaspadaan penggunaan analgesik atau narkotik cpertahankan suhu tubuh. - Terlalu panas menimbulkan vasodilatasi yang merupakan mekanisme kompensasi tubuh dari vasokontriksi dan meningkatnya hilangnya caiiran karena perspirasi. - Klien yang mengalami septik harus dijaga tetap dingin: demam tinggi meningkatkan efek metabolik selular terhadap syok (Smeltzer & Bare, 2002). H Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang meliputi: - Pemeriksaan AGD (nilai gas darah & ph) - SGOT/SGPT (fungsi hati) - Tes koagulasi (PT, PTT) jika ada bukti perdarahan, - Pemeriksaan darah lengkap/ kultur darah untuk mengetahui golongan darah, elektrolit darah: Hb, Ht, trombosit - Pemeriksaan rekam jantung/ EKG I Diagnosis Keperawatan - Perubahan perfusi jaringan b.d kegagalan sirkulasi - Penurunan curah jantung b.d menurunnya volume darah sirkulasi - Gangguan pertukaran gas b.d ketidaseimbangan perfusi-ventilasi - Perubahan eliminasi urin b.d penurunan perfusi ginjal Daftar Pustaka: Corwin, E.J. (2009). Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. (Nike Budhi Subekti, Penerjemah). Jakarta: EGC Doenges Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien edisi III. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart, edisi ke-8. Jakarta: EGC.