REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab 1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak! Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yangberlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Ada dua produk yang dihasilkan dalam proses ini, yaitu Sabun dan Gliserin. Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah. Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80 100 C melalui suat u proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah (Brady, 2009). 2. Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur maupun sifatnya! a. Sabun kalium (ROOCK) merupakan sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan KOH. Sabun kalium memiliki sifat lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga (Said, 2007). b.sabun natrium (RCOONa) merupakan sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan NaOH. Sabun ini memiliki sifat keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium (Said, 2007). c. Detergen merupakan garam basa yang diperoleh dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari natrium. Detergen termasuk emuglator dari emulsi antara minyak dan air. Deterjen memiliki struktur kimia yang terdiri dari ujung karbon(ekor) hidrofobik yang dapat mengemulsi lemak dan ujung kepala hidrofilik yang dapat berikatan dengan air (Said, 2007). 3. Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan! Prinsip dalam proses saponifikasi,yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam NaCl ditambahkan untuk memisahkan antara produk sabun dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol (Atrami, 2012). Sabun yang dihasilkan memiliki kemampuan mengemulsi kotoran berminyak. Hal ini disebabkan oleh dua sifat sabun yaitu, pertama rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat nonpolar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun yang tertarik pada air ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan-tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap tersuspensi (Atrami, 2012).
Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dan prinsip saponifikasi beserta reaksi Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan basa. Reaksi penyabunan melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida. Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat. Prinsip dari saponifikasi adalah pemecahan atau penguraian lemak netral menjadi gliserol dan asam lemak dengan perlakuan tertentu dengan penambahan alkali. Campuran antara minyak lemak sengan alkali akan membentuk cairan yang mengental (trace). Selanjutnya ditambahkan NaCl untuk memisahkan sabun padat dari gliserol (Fessenden, 2006). 2. Sabun kalium dan sabun natrium Sabun kalium (ROOCK) merupakan sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan KOH. Sabun kalium memiliki sifat lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga Sabun natrium (RCOONa) merupakan sabun yang dihasilkan dari reaksi antara trigliserida dengan NaOH. Sabun ini memiliki sifat keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium (Pujiadi, 2005). 3. Perbedaan sabun dan detergen Secara pengertian sabun adalah senyawa garam dari asam lemak suhu tinggi. Sedangkan detergen adalah zat sintetik yang mempunyai sifat mencuci yang lebih baik dari sabun karena tidak menimbulkan endapan bila digunakan bersama air sadah. Struktur kimia dari sabun, sabun memiliki ikatan hidroksil pada bagian kepala dan hidrokarbon pada bagian ekor. Sedangkan detergen memiliki strutur amfilitik yang berarti terdiri dari bagian yang polar dan non polar dimana bagian yang bersifat polar sebagai kepala dan bagian yang non-polar sebagai ekor (Reynolds, 2010). Tinjauan Bahan 1. Lemak Lemak (Lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air. Molekul lemak terdiri dari empat bagian,yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai Hidrokarbon(CH) dan gugus Karboksil(- COOH). Molekul gliserol memiliki tiga gugus Hidroksil(-OH) dan tiap gugus hidroksil berinteraksi dengan gugus karboksil asam lemak (Sastro, 2005). 2. Minyak
Minyak adalah cairan yang tidak bisa larut dalam air dan mudah terbakar. Minyak umumnya tersusun dari rantai atom karbon dan hidrogen. Minyak merupakan turunan karboksilat dari ester gliserol yang disebut gliserida. Minyak memiliki fase cair pada suhu ruang dan pada umumnya berasal dari tumbuhan (Sastro, 2005). 3. Kalium Hidroksida (10% dalam etanol 95%) Kalium Hidroksida (KOH) berupa kristal padat berwarna putih. Kalium hidroksida sering sering digunakan untuk mengendalikan nilai ph zat asam. Kalium hidroksida berekasi dengan lemak dan minyak. Penambahan KOH dalam pembuatan sabun harus tepat, karena apabila terlalu banyak dapat memberikan pengaruh negatif, yaitu iritasi kulit. Sedangkan bila terlalu sedikit maka sabun yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas tinggi yang mengganggu proses emulsi sabun dan kotoran (Said, 2007). 4. Aseton Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat dari bahan dasar isopropil alkohol dengan cara oksidasi. Aseton adalah zat tidak berwarna dengan berat jenis 0,812 gram/mol dan mempunyai bau yang sengit yang menjadi tandanya. Aseton dapat bercampur dalam air dan dalam semua perbandingan adalah suatu zat pelarut yang baik bagi banyak zat-zat organik. Aseton bersifat polar (Atrami, 2012). 5. NaCl NaCl merupakan salah satu contoh padatan ionik karena tersusun atas ion-ion berlawanan muatan yang saling tarik menarik. NaCl adalah garam dapur yang merupakan bahan padatan berwarna putih, memiliki bentuk kristal kubus yang transparan, tidak dapat terbakar serta memiliki titik leleh 801 C. NaCl dalam air akan terurai menjadi ion Na + dan Cl -. Sifat larutan NaCl adalah elektrolit (Brady, 2009). 6. Aquades Aquades adalah air hasil destilasi / penyulingan sama dengan air murni atau H2O, kerena H2O hampir tidak mengandung mineral. Aquades atau biasa di sebut air suling merupakan air hasil penyulingan (diuapkan dan disejukan kembali). Air suling juga memiliki rumus kimia pada air umumnya yaitu H2O yang berarti dalam 1 molekul terdapat 2 atom hidrogen kovalen dan atom oksigen tunggal. Molekul pada H2O berbentuk asimetris (Pujiadi, 2005). 7. CaCl2 0,1% Kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsur kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. Ia tidak berbau. Ia juga tidak berwarna, solusi tidak beracun, yang digunakan secara ekstensif di berbagai industri dan aplikasi di seluruh dunia. Sebagai salah satu bentuk garam, kalsium klorida (CaCl) merupakan garam berbentuk kristal yang mampu menyerap banyak cairan (Fessenden, 2006). 8. MgCl2 0,1% Magnesium klorida adalah logam yang kuat, putih keperakan, ringan (satu pertiga lebih ringan daripada aluminium) dan akan menjadi kusam jika dibiarkan pada udara. Dalam bentuk serbuk, logam ini sangat reaktif dan bisa terbakar dengan nyala putih apabila udaranya lembab (Reynolds, 2010). 9. FeCl2 0,1%
FeCl2 merupakan senyawa yang diperoleh dari pemanasan besi dengan aliran Hidrogen Klorida atau melalui reduksi Besi (III) Klorida. Senyawa ini memiliki warna putih. FeCl2 mudah menguap. FeCl2 juga senyawa yang higroskopis (Said, 2007). 10. Detergen Detergen merupakan garam basa yang diperoleh dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari natrium yang berasal dari asam sulfonat. Detergen termasuk emuglator dari emulsi antara minyak dan air. Deterjen memiliki struktur kimia yang terdiri dari ujung karbon (ekor) hidrofobik. Deterjen dapat mengemulsi lemak dan ujung kepala hidrofilik yang dapat berikatan dengan air (Brady, 2009). 11. Air kran Air kran terdapat pada rumah atau bangunan-bangunan lain. Air ini digunakan untuk mencuci, memasak, minum. Air adalah zat yang paling baik sekali dan paling murah, terdapat dalam keadaan tidak murni. Pada praktikum, biasanya air kran digunakan sebagai pelarut (Sastro, 2005).