Definisi Forensik Kedokteran Gigi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

Surjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 11

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

2011, No Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Kedokteran Kepolisian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepo

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG KEDOKTERAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Berbagai peristiwa yang terjadi ditanah air seperti. kecelakaan pesawat, kecelakaan mobil, pencurian organ,

Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Suci Rahmasari UNAND Abstrak. Kata kunci : Dental Record, Pengetahuan, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1981 TENTANG

LEMBARAN NEGARA. No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI.

Ilmu Forensik? Ruang Lingkup. Kriminalistik

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dalam proses hukum untuk kasus kecelakaan lalu. lintas, peran dokter sangat penting, baik itu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Forensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan

BAB IV ANALISIS SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Analisis Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan

IDENTIFIKASI DAN ODONTOLOGI FORENSIK

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada kasus korban bencana alam atau kecelakaan, sering ditemukan masalah dalam proses identifikasi, disebabkan

SISTEM IDENTIFIKASI JENIS KELAMIN MANUSIA BERDASARKAN FOTO PANORAMIK

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

GAMBARAN DATA ODONTOGRAM REKAM MEDIK GIGI DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

DOKTER GIGI SEBAGAI SAKSI AKHLI DALAM PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

GAMBARAN REKAM MEDIS GIGI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami

REKAM MEDIS ODONTOGRAM SEBAGAI ALAT IDENTIFIKASI DAN KEPENTINGAN PEMBUKTIAN DI PENGADILAN

ENTOMOLOGI FORENSIK. Oleh Maria Krishanta Manek : Rico Rotinggo : Roman Rolanda Mesada :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami peningkatan populasi

BAB I PENDAHULUAN. 50% dari jumlah korban sengatan listrik akan mengalami kematian. 1 Banyaknya

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. telah melakukan identifikasi bitemark menggunakan metode odontometric

Pengantar Toksikologi Forensik. I M. A. Gelgel Wirasuta

PERAN DOKTER AHLI FORENSIK DALAM MENGUNGKAP PERKARA PIDANA SAMPAI PADA TINGKAT PENYIDIKAN. Skripsi

BPM BLOK ELEKTIF LANJUTAN, SIMULASI KLINIK, MPI 3 DAN KESEHATAN GIGI MASYARAKAT BUKU PANDUAN MAHASISWA SEMESTER VII TAHUN AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, jumlah. kriminalitas yang disertai kekerasan juga ikut

DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan

PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Secara global, luka bakar adalah masalah serius. bagi kesehatan masyarakat. Diperkirakan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. M DENGAN POST OPERASI ORIF FRAKTUR FEMUR DISTAL DEXTRA DI BANGSAL AB RSU PANDANARANG BOYOLALI

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan utama yang paling berharga bagi setiap bangsa adalah sumber daya

Identifikasi Jenis Kelamin Menggunakan Sinus Maksilaris Berdasarkan Cone Beam Computed Tomography (CBCT)

ANALISIS BITE MARK DALAM IDENTIFIKASI PELAKU

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BPM BLOK BUKU PANDUAN MAHASISWA SIMULASI KLINIK DAN KESEHATAN GIGI MASYARAKAT SEMESTER VII TAHUN AKADEMIK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diduga meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

EMERGENCY SIGN. Emergency Sign. Hospital Disaster Plan Halaman 1

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

KEKUATAN VISUM ET REPERTUM SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM MENGUNGKAP TERJADINYA TINDAK PIDANA

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

Transkripsi:

Definisi Forensik Kedokteran Gigi Ilmu kedokteran gigi forensik, atau dapat juga disebut dengan forensic dentistry atau odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan. Pengertian ilmu kedokteran gigi forensik menurut beberapa ahli adalah (1) : Arthur D. Golman, ilmu kedokteran gigi forensik adalah suatu ilmu yang berkaitan dengan hukum alam penyelidikan melalui gigi geligi. Dr.Robert Bj. Dorion, ilmu kedokteran gigi forensik adalah suatu aplikasi semua ilmu pengantar tentang gigi yang terkait dalam memecahkan hukum pidana dan perdata. Djohansyah Lukman bahwa ilmu kedokteran gigi forensik adalah suatu terapan dari semua disiplin ilmu kedokteran gigi yang berkaitan erat dalam penyelidikan demi terapan hukum dan proses peradilan. Gigi-geligi memiliki beberapa keuntungan yang dapat digunakan sebagai objek pemeriksaan dalam ilmu forensik, yaitu (1) : 1. Gigi geligi merupakan lengkungan anatomis, antropologis, dan morfologis, yang mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi, sehingga apabila terjadi trauma akan mengenai otot-otot tersebut terlebih dahulu. 2. Gigi merupakan jaringan keras yang sukar untuk membusuk. Pada umumnya, ketika terkubur sekalipun organ-organ tubuh lain biasanya telah hancur tetapi gigi tidak (masih utuh). 3. Karakteristik individual yang unik dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi menyebabkan identifikasi dengan ketepatan yang tinggi. 4. Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan medis gigi (dental record) dan data radiologis. 5. Bentuk gigi geligi di dunia ini tidak sama, karena berdasarkan penelitian bahwa gigi manusia kemungkinan sama satu banding dua miliar. 6. Gigi geligi tahan panas sampai suhu kira-kira 400ºC. 7. Gigi geligi tahan terhadap asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang terbunuh dan direndam dalam asam pekat, jaringan ikatnya hancur, sedangkan giginya masih utuh.

Sejarah Forensik Kedokteran Gigi (1)(2) 1. Aggripina the Younger Lollia Paulina (49 SM) Istri keempat dari Kaisar Claudius I memerintahkan pembunuh bayaran untuk membunuh Lollia Paulina. Sebagai bukti telah melaksanakan perintahnya, kepala Lollia dibawa dan ditunjukkan kepada Agrippina. Karena kepala tersebut telah rusak parah mukanya, maka Agrippina tidak dapat mengenalinya lagi dari bentuk mukanya. Untuk mengenalinya Agrippina kemudian menyingkap bibir mayat tersebut dan memeriksa giginya yang mempunyai ciri khas, yaitu gigi depan yang berwarna kehitaman. Adanya ciri tersebut pada gigi mayat membuat Agrippina yakin bahwa kepala tersebut adalah benar kepala Lollia. 2. Dr. Joseph Warren --- Paul Revere (1776) Di Boston, pada tahun 1776 terjadi perang Breed s Hill. Pada perang itu, Dr, Joseph Warren terbunuh. Wajahnya tidak dapat dikenali karena adanya luka fatal pada kepalanya. Ketika itu, jenazah Dr. Warren teridentifikasi oleh Paul Revere dari gigi tiruan Dr. Warren yang dibuat olehnya. Gigi tiruan tersebut terbuat dari gading yg disambung dengan kawat perak. 3. Guerin (1829) Tiga tahun setelah menghilangnya Mr. Guerin, ditemukan tulang-belulang manusia yang terkubur di basement. Tulang-belulang tersebut dapat teridentifikasi sebagai Mr. Guerin dari abrasi pada gigi anteriornya karena penggunaan pipa rokok. Bentuk abrasif gigi geliginya unik dan mirip dengan berbagai kesaksian orang-orang sekitar. 4. Dr. John Webster --- Dr. George Parkman (1849) Dr.Parkman, seorang profesor dari Universitas Harvard, dilaporkan tidak kembali kerumahnya setelah makan malam pada 23 November 1849. Pada saat itu, timbul kecurigaan bahwa Dr. Parkman dibunuh oleh Dr. Webster karena masalah hutang. Setelah dilakukan investigasi, ditemukan jenazah manusia di rak teh dengan 3 set gigi tiruan porselen. Jenazah tersebut diidentifikasi sebagai Dr. Park dari kesaksian seorang dokter gigi bernama Nathan Cooley Keep yang mengatakan bahwa gigi tiruan tersebut adalah buatannya. Hal tersebut dibuktikan hingga ke pengadilan dengan mencocokkan gigi tiruan tersebut ke model yang digunakan untuk membuat gigi tiruannya. 5. A.I Robinson&His Mistress Robinson, seorang warga yang cukup terpandang di daerahnya, dicurigai membunuh kekasihnya. Pada jenazah wanita tersebut ditemukan lima bekas gigitan yang jelas

pada tangannya. Seorang dokter gigi memerintahkan Robinson untuk menggigit tangannya dan memperhatikan pola gigitan di tangan jenazah dan tangannya sendiri. Ditemukan bahwa pola bitemark pada jenazah dan pada gigitan Robinson di tangan dokter gigi tersebut adalah sama. Namun, hasil pengadilan pada akhirnya memutuskan bahwa Robinson tidak bersalah. 6. Sekitar tahun 1960 ketika program instruksional formal kedokteran gigi forensik pertama dibuat oleh Armed Force Institute of Pathology, sejak saat itu banyak kasus penerapan forensik odontologi dilaporkan dalam literatur sehingga forensik odontologi mulai banyak dikenal bukan saja di kalangan dokter gigi, tetapi juga di kalangan penegak hukum dan ahli-ahli forensik. 7. Pada tahun 1969 oleh para pemrakarsa di Amerika telah didirikan American Academy Forensic Science, yang salah satunya adalah forensic dentistry. 8. Pada tahun 2000, di Indonesia diselenggarakan suatu kongres Asia Pasific tentang identifikasi korban massal (Mass Disaster Victim Identification) yang diselenggarakan di Ujung Pandang oleh Kapolda dan Interpol setempat. Pada tahun 2003, telah berdiri suatu ikatan peminat ilmu kedokteran gigi forensik di Jakarta yang kemudian diresmikan oleh Kongres PDGI di Ujung Pandang. Pada tahun 2004 hingga kini sering diadakan pelatihan identifikasi oleh Direktorat Pelayanan Gigi Medik Depkes RI. SUMBER: (1) Lukman, Djohansyah. 2006. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid I. Jakarta: Sagung Seto (2) Senn,David,. Stimson, Paul. 2010. Forensic Dentistry 2nd ed. United States: Taylor and Francis Group

Pentingnya Ante Mortem dalam Proses Identifikasi Korban Bencana 11 May 2012 03:25 Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock) Peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, merupakan peristiwa naas kesekian kali yang menimpa dunia penerbangan di Indonesia. Sebelumnya sudah ada beberapa kejadian serupa dengan jumlah korban puluhan bahkan ratusan orang. Setiap kali peristiwa serupa ini terjadi, proses evakuasi dilakukan oleh tim SAR guna mencari jejak korban yang hilang tercecer disekitar lokasi kejadian. Setelah berhasil di evakuasi, biasanya proses yang dilakukan kemudian adalah mengidentifikasi korban. Dalam proses identifikasi inilah, ada istilah yang disebut proses ante mortem dan post mortem. Identifikasi dalam kematian penting dilakukan, karena menyangkut masalah kemanusiaan. Selain itu juga dikuatkan berdasarkan Keputusan bersama Menkes dan Kapolri nomor 1087 / Menkes / SKB / IX / 2004 NO.POL.Kep / 40 / IX / 2004 tanggal 29 september 2004 disebutkan bahwa setiap korban mati pada bencana massal harus dilakukan identifikasi yang sesuai dengan kesepakatan bersama antara Depkes dengan Kepolisian. Secara harafiah istilah ante mortem memilki arti data jenazah sebelum kematian. Sedangkan istilah post mortem adalah data jenazah sesudah kematian. Tim

forensik biasa melakukan identifikasi dengan cara mencocokkan data ante mortem dan post mortem untuk mengenali jenazah.pengumpulan data ante mortem biasanya meliputi dua metode. Metoda sederhana menyangkut visual, perhiasan, pakaian dan dokumentasi dan Metoda ilmiah menyangkut sidik jari, medik, serologi, odontologi, antropologi, biologi. Sidik jari bisa ditemukan pada surat pribadi semacam SIM, Ijasah, KTP. Sementara untuk DNA bisa dicocokkan dari keluarga sekandung korban semisal orangtua dan anak-anak. Dan tanda-tanda lainnya, seperti tanda lahir, biasanya dikenali secara detail oleh keluarga terdekat. Sementara susunan dan struktur gigi bisa didapatkan recordnya dari dokter gigi yang merawat gigi korban yang bersangkutan. Biasanya tim DVI (Disaster Victim Identification) memeriksa gigi saat korban yang ditemui jasadnya sudah hancur. Identifikasi melalui gigi, merupakan salah satu metode indentifikasi dasar (primary indentifiers). Namun hanya akan berhasil bila ada data lengkapnya.data yang dimaksud, yaitu berupa data gigi ante mortem serta dimilikinya standar pemeriksaan kedokteran gigi forensik yang baku. Sayangnya sebagian besar penduduk Indonesia belum berkesadaran memiliki catatan data gigi. Karena umumnya orang Indonesia jarang pergi ke dokter gigi. Kurang memahami pentingnya kontrol rutin ke dokter gigi. Entah karena praktek dokter gigi dikenakan biaya mahal, hingga kerap tak terjangkau oleh sebagian masyarakat, atau memang karena mitos berobat ke dokter gigi selama ini terkesan sakit dan menakutkan. Setelah proses antemortem ini lengkap, saat korban ditemukan maka akan dicocokkan data yang ada dengan korban yang ditemukan. Proses mencocokkan ini yang disebut post mortem. Bila sudah cocok, proses identifikasipun selesai. Sampai disini keluarga korban sudah bisa yakin, bahwa korban adalah keluarga mereka. Meskipun terkadang secara fisik jenazah agak sulit dikenali, karena misalnya hangus terbakar. Namun dari lengkapnya ante mortem, jenazah seperti ini biasanya masih bisa dikenali dari struktur giginya. Ini karena gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisi bahan airnya sedikit dan sebagian besar terdiri atas bahan anorganik sehingga tidak mudah rusak. Karenanya tak ada salahnya kita menyimpan dengan baik file mengenai record kesehatan orang-orang terdekat kita. Karena mungkin saja suatu saat bisa berguna dan kita butuhkan. Meski ini bukan berarti saya mendoakan sesuatu yang buruk terjadi pada keluarga anda. Namun siapa bisa mengintip takdirnya? http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/05/11/pentingnya-ante-mortem-dalam-prosesidentifikasi-korban-bencana-456450.html