A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI IODIMETRI PENENTUAN KADAR VITAMIN C. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Tugas Kelompok Kimia Analitik I PERMANGANOMETRI

Penentuan Kesadahan Dalam Air

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

PEMBUANTAN NIKEL DMG KIMIA ANORGANIK II KAMIS, 10 APRIL 2014

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

VOLUMETRI / TITRIMETRI

TITRASI PERMANGANOMETRI


BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

Metodologi Penelitian

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3


PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

II. HARI DAN TANGGAL PERCOBAAN

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menentukan Kadar Ion Br- dan KSCN dengan Metode Argentometri-Volhard (METODE VOLHARD) Menentukan molaritas KSCN dengan metode titrasi balik

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

MODUL I Pembuatan Larutan

Laporan Praktikum Kimia Analitik II. Koefisien Distribusi Iod

3 Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Titrasi IODOMETRI & IOdimetri

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

TITRASI POTENSIOMETRI

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

KELOMPOK 5 BILANGAN OKSIDASI NITROGEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 14 April 2014

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KI-1111) PERCOBAAN II REAKSI-REAKSI KIMIA DAN STOIKIOMETRI

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

Penentuan Kadar Klorida Menggunakan Metode Gravimetri

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

LAPORAN MINGGUAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR REAKSI KIMIA. Oleh: : Nugraheni Wahyu Permatasari NRP :

Percobaan 6 Penentuan kadar Nikel (II) klorida dengan metoda gravimetri dan volumetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Bab III Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

Transkripsi:

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat mengetahui: 1. Prinsip dasar permanganometri. 2. Standarisasi larutan. 3. Menetapkan campuran Ferro dan Ferri. C. LANDASAN TEORI Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan. Zat terlarut dan pelarut adalah dua istilah yang sering dipakai dalam pembahasan larutan. Komponen utama larutan disebut pelarut dan komponen yang lain disebut zat terlarut. Dalam larutan dikenal komposisi atau konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah zat terlarut dalam suatu larutan. Dalam kimia, yang paling umum menyatakan komposisi/konsentrasi larutan adalah molaritas, molalitas dan fraksimol. Selain itu, ada beberapa konsentrasi yang lain seperti persen (%) dan part permilion (ppm) atau bagian perjuta (bpj) (Tim Dosen Kimia Dasar,2013:17). Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standard solution), ditambahkan secara bertahap kelarutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika diketahui volume larutan standar dan larutan tidak diketahui yang akan digunakan dalam titrasi, maka dapat menghitung konsentrasi larutan tidak diketahui itu (Chang, 2004:111). Dalam banyak prosedur analitis analitnya berada dalam lebih dari satu keadaan oksidasi harus diubah ke suatu keadaan oksidasi tunggal sebelum dititrasi. Suatu contoh dalam penetapan besi dalam suatu bijih. Sekali bijih itu sudah dilarutkan, besi berarti baik dalam keadaan oksidasi +2 maupun +3. Besi itu harus direduksi sempurna menjadi keadaan +2 sebelum dititrasi oleh zat pengoksidasi. Reagen redoks yang digunakan dalam tahap ini harus mampu mengubah analit dengan lengkap dan cepat menjadi keadaan oksidasi yang diinginkan (underwood dan Day, 1986: 290).

Menurut (Khopkar, 1990: 54), terdapat dua jenis indikator redoks: a). Indikator spesifik: yaitu indikator yang bereaksi hanya dengan salah satu komponen yang berhubungan dalam titrasi. Contoh: amilum dan KSCN. b). Indikator redoks asli: yaitu indikator yang peka terhadap potensial sistem. Reaksi separuh sel menyebabkan perubahan warna dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: ln ox + ne ln red jika E E o 0,0591 n log [ln red] [ln ox] Biasanya konsentrasi suatu pereaksi berubah 100 kali lipat, yaitu harga (ln red) / (ln ox) berubah dari 0,1 ke 10 maka: E E o ± 0,0591. berarti suatu indikator akan menunjukkan perubahan warna yang n dapat dideteksi bila penetrasi menyebabkan suatu pergeseran sekitar (0,0118/n)V atau 0,059 V bila n2. Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksidasi secara meluas lebih dari 100 tahun ini. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setelah permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang tampak, kepada larutan yang volumenya lazim digunakan dalam titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya reagensia itu. Permanganat bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6 dan +7 (Underwood dan Day, 1986: 293). Kalium permanganat adalah oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator. Kelemahannya adalah dalam medium HCl Cl - dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N: MnO4 - + 8H + + 5e Mn 2+ + 4H2O E o 1,51 V. Reaksi oksidasi terhadap H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruangan. Untuk mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As(III) memerlukan katalis. Titik akhir permanganat titik permanen dan warnanya dapat hilang karena reaksi: 2MnO4 - + 3Mn 2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H + Ungu tidak berwarna

Larutan dalam air tidak stabil dan air tidak stabil dan air teroksidasi dengan cara: 4MnO4 - + 2H2O 4MnO2 + 3O2 + 4OH -. Penguraiannya dikatalis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2. MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat autokatalitik (Khopkar, 1990: 56). Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penerapan paling penting dalam titrasi kalium permanganat. Bijih besi yang utama adalah oksidasi atau oksidasi atau oksidasi terhidrasi: hematit, Fe2O3 : Magnetit, Fe3O4 : goelit, Fe2O3.H2O : dan limonit, 2Fe2O3.3H2O. karbonat FeCO3 (siderit), dan sulfida, FeS2 (pirit) kalah penting. Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih ini adalah asam klorida-oksidasi terhidrasi dengan mudah melarut, sedangkan magnetit hemanit melarut, dengan agak lambat. Penambahan timah (II) klorida membantu dalam melarutkan oksida tak terhidrasi ini. Residu silika, yang tetap tinggal setelah sampel dipanaskan dengan asam dapat menahan sejumlah besi. Silika itu dapat dilelehkan dengan natrium karbonat dan kemudian diolah dengan asam klorida untuk memulihkan besinya (Underwood dan Day, 1986: 296). Analisa kandungan besi dalam sampel dilakukan dengan mengomplekskan besi dengan agen pangkhelat 1,10-fenantrolin. Sebelum dikomplekskan dengan 1,10-fenantrolin, Fe 3+ harus direduksi untuk mengubah Fe 3+ menjadi Fe 2+ dengan menggunakan natrium tiosulfat (Na2S2O3). Setelah melalui proses reduksi larutan Fe 3+ akan mengalami reduksi menjadi Fe 2+ akibat penambahan Na2S2O3. Penambahan 1,10-fenantrolin sebagai ligan bidentat akan menghasilkan kompleks dengan Fe 2+ yang berikatan secara kovalen koordinasi dan menghasilkan warna merah-orange (Rifki dan Djarot, 2013: 12). Kadar Fe tertinggi pada sampel ini dihasilkan oleh lama radiasi 40 menit, yaitu sebesar 97,68% dan akan mengalami penurunan seiring dengan semakin lamanya radiasi gelombang mikro sampai pada nilai kadar Fe 90,56%. Penurunan kadar Fe ini diakibatkan oleh mulai ikut melelehnya crucible yang memiliki melting point sebesar 1800 o C dikarenakan kuantitas sampel yang terlalu sedikit dan tidak proporsional dengan cawan crwible. Crucible yang meleleh akan bercampur dengan produk reduksi dan mengurangi kadar Fe nya. Dimana semakin lama waktu radiasi kadar Ca dan Si semakin meningkat

(Primaningtyas dan Sungging, 2012: 5). D. ALAT DAN BAHAN 1. Alat a. Erlenmeyer 250 ml 6 buah b. Penutup Erlenmeyer 5 buah c. Labu takar 100 ml 1 buah d. Gelas kimia 100 ml 2 buah e. Gelas kimia 1000 ml 1 buah f. Gelas ukur 10 ml 1 buah g. Gelas ukur 5o ml 1 buah h. Buret 50 ml 1 buah i. Kaki tiga dan kasa asbes 1 buah j. Botol semprot 1 buah k. Ball pipet 2 buah l. Pipet volum 25 ml 2 buah m. Corong biasa 2 buah n. Pembakar spiritus 1 buah o. Termometer 110 o C 1 buah p. Batang pengaduk 1 buah q. Neraca analitik 1 buah r. Spatula 1 buah s. Statif dan klem 1 buah 2. Bahan a. Larutan sampel (campuran Fe 2+ dan Fe 3+ ) b. Kalium permanganat (KMnO4) 0,1 N c. Larutan Merkuri (II) klorida (HgCl2) 5% d. Kristal asam oksalat (H2C2O4) e. Asam klorida pekat (HCl) f. Asam sulfat pekat (H2SO4) g. Asam sulfat (H2SO4) 1 N h. Timah (II) klorida (SnCl2) 5%

i. Aquades (H2O) j. Tissue k. Korek api l. Es batu E. PROSEDUR KERJA 1. Standarisasi Larutan a. 0,6 gram kristal Asam Oksalat ditimbang dengan menggunakan neraca analitik dan dilarutkan dengan 100 ml aquades. b. 25 ml larutan asam oksalat diambil menggunakan pipet volum kemudian ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat dan dipanaskan sampai suhu ± 70 o C. c. Larutan asam oksalat dititrasi dalam keadaan panas dengan larutan KMnO4 standar sampai warna ungu dari tetesan larutan permanganat tersebut tidak hilang. d. Cara kerja ke-2 dan ke-3 diulangi sebanyak tiga kali dan dicatat volume titrasi rata-rata. 2. Penetapan campuran Ferro dan Ferri a. 25 ml larutan sampel campuran Fe 2+ dan Fe 3+ dipipet menggunakan pipet volum kemudian ditambahkan 25 ml larutan H2SO4 1 N. b. Larutan yang telah dicampur dititrasi dengan larutan KMnO4 standar sampai terjadi warna ungu muda dan dicatat volume titran. c. Cara kerja ke-1 dan ke-2 diulangi sebanyak tiga kali dan dicatat volume ratarata titran sebagai V1. d. 25 ml larutan sampel campuran Fe 2+ dan Fe 3+ dipipet menggunakan pipet volum kemudian ditambahkan 10 ml HCl pekat dan dipanaskan sampai suhu ±70 o C. e. Kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan SnCl2 5% dalam keadaan panas sampai warna kuning hilang dan berubah menjadi hijau. f. Larutan didinginkan dengan cepat dan kemudian ditambahkan 10 ml HgCl2 5%. g. Larutan dititrasi dengan larutan KMnO4 standar sampai terbentuk warna ungu muda dan dicatat volume titran.

h. Cara kerja ke-4 sampai ke-7 diulangi sebanyak tiga kali dan dicatat volume titran rata-rata. F. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi Larutan 0,65 gram H2C2O4 (serbuk putih) + 100 ml aquades (bening) larutan bening (dingin). 25 ml larutan H2C2O4 (bening) + 5 ml H2SO4 (bening) larutan bening (panas) ± 70oC dititrasi KMnO4 larutan berwarna ungu (V1 5,5 ml). 25 ml larutan H2C2O4 (bening) + 5 ml H2SO4 (bening) larutan bening (panas) ± 70oC dititrasi KMnO4 larutan berwarna ungu (V2 5,5 ml). 25 ml larutan H2C2O4 (bening) + 5 ml H2SO4 (bening) larutan bening (panas) ± 70oC dititrasi KMnO4 larutan berwarna ungu (V3 5,6 ml). V V1+V2+V3 3 (5,5+5,5+5,6) ml 3 5,533 ml 2. Penetapan campuran Ferro dan Ferri a. - 25 ml larutan sampel Fe 2+ dan Fe 3+ (kuning) + 25 ml H2SO4 (bening) larutan bening dititrasi dengan larutan KMnO 4 larutan berwarna coklat (V1 5,2 ml). - 25 ml larutan sampel Fe 2+ dan Fe 3+ (kuning) + 25 ml H2SO4 (bening) larutan bening dititrasi dengan larutan KMnO 4 larutan berwarna coklat muda (V2 5,3 ml). - 25 ml larutan sampel Fe 2+ dan Fe 3+ (kuning) + 25 ml H2SO4 (bening) larutan bening dititrasi dengan larutan KMnO 4 larutan coklat kemerahan (V3 5,3 ml). V V1+V2+V3 3 (5,2+5,3+5,3) ml 3 5,27 ml

b. 25 ml larutan sampel Fe 2+ dan Fe 3+ (kuning) + 10 ml HCl pekat (bening) larutan berwarna orange ± 70oC larutan berwarna kuning + beberapa tetes SnCl2 5% larutan berwarna hijau dinginkan larutan berwarna hijau + 10 ml HgCl2 5% (bening) larutan berwarna hijau titrasi dengan larutan KMnO 4 larutan berwarna coklat (V1 6,2 ml). 25 ml larutan sampel Fe 2+ dan Fe 3+ (kuning) + 10 ml HCl pekat (bening) larutan berwarna orange ± 70oC larutan berwarna kuning + beberapa tetes SnCl2 5% larutan berwarna hijau dinginkan larutan berwarna hijau + 10 ml HgCl2 5% (bening) larutan berwarna hijau titrasi dengan larutan KMnO 4 larutan berwarna coklat (V2 6,3 ml). 25 ml larutan sampel Fe 2+ dan Fe 3+ (kuning) + 10 ml HCl pekat (bening) larutan berwarna orange ± 70oC larutan berwarna kuning + beberapa tetes SnCl2 5% larutan berwarna hijau dinginkan larutan berwarna hijau + 10 ml HgCl2 5% (bening) larutan berwarna hijau titrasi dengan larutan KMnO 4 larutan berwarna coklat (V3 6,2 ml). V V1+V2+V3 3 (6,2+6,3+6,2) ml 3 6,2 ml G. ANALISIS DATA 1. Standarisasi Larutan Diketahui : Massa H2C2O4 0,65 gram 650 mg Mr H2C2O4 Volume titran 5,533 ml Ditanyakan : 126 g/mol 126 mg/mmol N KMnO4... N? Penyelesaian :

N KMnO 4 w (mg) Mr 2 mek ml V 25 ml 100 ml N KMnO 4 650 mg 126 mg mmol 2 mek ml 5,533 ml 25 ml 100 ml ( 5,1587 2 0,25)mek ml 5,533 2,58 mek/ml 5,533 0,4662 mek ml N KMnO 4 0,4662 N 2. Penetapan Kadar Ferro dan Ferri Diketahui : V1 V2 N KMnO4 BM Fe Ditanyakan : 5,27 ml 6,25 ml Kadar Ferro dan Ferri...? Penyelesaian : 0,4662 N 0,4662 mek/ml 56 g/mol 56 mg/mmol Kadar Ferro V 1 N KMnO 4 BM Fe 25 ml 5,27 ml 0,4662 56 mg mmol 25 ml Kadar Ferro 5,5034

Kadar Ferri V 2 V 1 N KMnO 4 BM Fe 25 ml Kadar Ferri 1,0025 H. PEMBAHASAN mg ( 6,25 5,27 )ml 0,4662 56 mmol 25 ml mg 0,96 ml 0,4662 56 mmol 25 ml Percobaan ini menggunakan prinsip kerja permanganometri. Dimana permanganometri merupakan reaksi oksidasi-reduksi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat. Dalam percobaan ini dilakukan dua kegiatan, yaitu : standarisasi larutan KMnO4 dan penetapan campuran Fe 2+ dan Fe 3+. 1. Standarisai Larutan KMnO4 Standarisasi oleh oleh larutan KMnO4 digunakan asam oksalat sebagai larutan standar primer, karena asam oksalat kemurniannya tinggi, mudah larut dalam air dan tersedia dengan mudah serta stabil dalam penyimpanannya. Standarisasi larutan bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan KMnO4 yang sebenarnya, mengingat KMnO4 adalah larutan yang tidak stabil dalam penyimpanannya sehingga konsentrasinya dapat berubah-ubah, atau dengan kata lain larutan KMnO4 adalah larutan standar sekunder. Hal pertama yang dilakukan dalam proses standarisasi ini adalah melarutkan asam oksalat kedalam air untuk menghasilkan larutan asam okslat, kemudian larutan asam oksalat yang bening ini ditambahkan dengan larutan H2SO4 pekat menghasilkan larutan bening dan panas. Penambahan H2SO4 berfungsi memberi suasana asam karena dalam suasana asam reaksi tidak terjadi bolak-balik sehingga Mn +7 dapat direduksi menjadi Mn +2 saat titrasi berlangsung, kemudian panas yang terjadi saat penambahan H2SO4 pekat disebabkan karena terjadinya reaksi eksoterm. Dimana reaksi eksoterm adalah reaksi kimia kimia dengan sistem melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan, setelah itu, larutan

dipanaskan untuk mempercepat terjadinya reaksi. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4 menghasilkan larutan berwarna ungu. Disini titrasi dilakukan tanpa ada penambahan indikator karena KMnO4 memiliki sifat yang autokatalitik sehingga dapat menjadi indikator. Titarasi dihentikan setelah warna ungu dari tetesan larutan KMnO4 sudah tidak hilang lagi. Pada percobaan ini, titrasi dilakukan sebanyak tiga kali, tujuannya agar diperoleh hasil yang lebih akurat. Hasil titrasi diperoleh volume rata-rata titran sebesar 5,533 ml dengan normalitas sebesar 0,4662 N, ini menandakan bahwa KMnO4 benar merupakan larutan standar sekunder yang konsentrasinya dapat berubah-ubah, yang dimana konsentrasi awal KMnO4 sebelum distandarisasi sebesar 0,1 N. Adapun reaksi yang terjadi : Reduksi MnO 4 + 8 H + + 5 e Mn 2+ + 4 H 2 O 2 2 Oksidasi C 2 O 4 CO 2 + 2e 5 Reduksi 2 MnO 4 + 16 H + + 10 e 2 Mn 2+ + 8 H 2 O Oksidasi 5 C 2 O 2 4 5 CO 2 + 10 e Redoks 2 MnO 4 + 16 H + + 5 C 2 O 2 4 2 Mn 2+ + 5 CO 2 + 8 H 2 O Reaksi lengkapnya : 2 KMnO 4 + 5 H 2 C 2 O 4 + 3 H 2 SO 4 2 MnSO 4 + 10 CO 2 + K 2 SO 4 + 8 H 2 O 2. Penetapan Kadar Campuran Ferro dan Ferri Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar ferro dan ferri dalam campuran. Pada percobaan pertama dilakukan untuk mengetahui kadar ferro dalam campuran. Pada tahap ini dilakukan titrasi langsung dengan menggunakan larutan standar KMnO4. Hal pertama yang dilakukan yaitu menambahkan H2SO4 pekat kedalam larutan sampel Fe 3+ dan Fe 2+. Penambahan H2SO4 pekat berfungsi untuk memberikan suasana asam agar tidak terjadi reaksi bolak-balik karena KMnO4 merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Selain itu, mengapa dalam keadaan asam, untuk memudahkan dalam pengamatan, karena

dalam suasana basa atau netral KMnO4 diubah menjadi MnO4 sehingga larutan menjadi berwarna cokelat yang menyukarkan pengamatan pada titik akhir titrasi. Selanjutnya, dilakukan titrasi dengan larutan standar KMnO4 sampai terjadi perubahan warna, karena percobaan ini menghasilkan larutan berwarna cokelat, maka hal ini tidak sesuai dengan teori karena seharusnya warna larutan yang diperoleh pada akhir titrasi adalah larutan berwarna ungu muda. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan dalam praktikum, terutama dalam melakukan titrasi. Adapun titrasi yang dilakukan sebanyak tiga kali tujuannya untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Dari hasil titrasi diperoleh volume rata-rata titaran sebesar 5,27 ml dengan kadar Ferro sebesar 5,5034 mek/ml yang berarti dalam campuran Fe 3+ dan Fe 2+ terdapat 5,5034 mek Fe 3+ dalam volume total campuran atau konsentrasi Fe 3+ dalam campuran sebesar 5,5034 N. Adapun reaksi yang terjadi : Reduksi MnO 4 + 8 H + + 5 e Mn 2+ + 4 H 2 O 1 Oksidasi Fe 2+ Fe 3+ + e 5 Reduksi MnO 4 + 8 H + + 5 e Mn 2+ + 4 H 2 O Oksidasi 5 Fe 2+ 5 Fe 3+ + 5 e Redoks MnO 4 + 8 H + + 5 Fe 2+ Mn 2+ + 5 Fe 3+ + 4 H 2 O Reaksi lengkapnya : 2KMnO 4 + 8H 2 SO 4 + 10FeSO 4 2MnSO 4 + 5 Fe 2 (SO 4 ) 3 + K 2 SO 4 + 8 H 2 O Percobaan kedua dilakukan untuk mengetahui kadar Ferri dalam campuran. Pada tahap ini terlebih dahulu mereduksi SnCl2 dan HgCl2 lalu kemudian dititrasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah menambahkan HCl pekat kedalam larutan sampel Fe 3+ dan Fe 2+ menghasilkan larutan berwarna orange. Penambahan HCl berfungsi untuk memberikan suasana asam karena dalam suasana asam lebih memudahkan dalam pengamatan titik akhir titrasi dibandingkan dalam suasana basa atau netral, kemudian larutan dipanaskan sampai suhu 70 0 C yang bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi,

kemudian larutan tersebut ditambahkan SnCl2 5 % yang berfungsi sebagai reduktor yang mereduksi besi (III) menjadi besi (II), sedangkan Sn teroksidasi dari Sn 2+ menjadi Sn 4+ menghasilkan larutan berwarna hijau, penambahan SnCl2 dilakukan dalam keadaan panas karena larutan KMnO4 dapat bereaksi pada suhu tinggi, dan warna hijau yang dihasilkan menandakan bahwa terjadi reaksi reduksi. Adapun reaksinya : Sn 2+ + 2 Fe + Sn 4+ + 3 Fe 2+ Selanjutnya larutan didinginkan dan dilanjutkan dengan penambahan HgCl2 5% menghasilkan larutan berwarna hijau. Pendinginan dan penambahan HgCl2 5% berfungsi untuk menghilangkan kelebihan ion timah (II) karena apabila terjadi kelebihan timah (II) dapat menyebabkan larutan tersebut bereaksi dengan KMnO4. Dimana pada proses penambahan HgCl2 menghasilkan larutan berwarna hijau. Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena seharusnya setelah penambahan HgCl2 akan terbentuk endapan putih yang menandakan bahwa Sn 2+ telah terhidrasi. Peristiwa ini dapat terjadi karena kesalahan dalam praktikum ataupun dari segi bahan yang mungkin sudah rusak. Adapun reaksinya : 2 HgCl 2 + Sn 2+ Hg 2 Cl 2 + Sn 4+ + 2 Cl ( Merkuri (II) klorida) ( Klorida ) Setelah penambahan HgCl2 larutan tersebut dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai terjadi warna ungu muda. Namun dalam percobaan ini diperoleh warna larutan cokelat. Hal ini tidak sesuai dengan teori karena pada titik akhir titrasi seharusnya diperoleh larutan warna ungu muda, hal ini dapat disebabkan karena kesalahan praktikum dalam menitrasi. Dalam percobaan ini titrasi dilakukan sebanyak tiga kali tujuannya untuk memperoleh volume yang konstan sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat. Dari hasil titrasi diperoleh volume rata-rata titran sebesar 6,27 ml dengan kadar Ferri sebesar 1,0025 mek/ml yang berarti dalam campuran terdapat 1,0025 mek Fe 2+ dalam volume total campuran atau konsentrasi Fe 2+ dalam campuran sebesar 1,0025 N. Adapun reaksinya : Reduksi MnSO 4 + 8 H + + 5 e Mn 2+ + 4H 2 O 1 Oksidasi Fe 2+ Fe 3+ + e 5

Reduksi MnSO 4 + 8 H + + 5 e Mn 2+ + 4H 2 O Oksidasi 5 Fe 2+ 5 Fe 3+ + 5 e Redoks MnSO 4 + 8 H + + 5 Fe 2+ Mn 2+ + 5 Fe 3+ + 4 H 2 O Reaksi lengkapnya : KMnO 4 + 5 FeCl 2 + 8 HCl MnCl 2 + 5 FeCl 3 + 4 H 2 O + KCl I. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Metode permanganometri merupakan reaksi oksidasi-reduksi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat. b. Normalitas KMnO4 dalam penyimpanan sebesar 0,4622 N. c. Kadar Fe 3+ dalam campuran sebesar 5,5034 mek/ml dan kadar Fe 2+ dalam campuran sebesar 1,0025 mek/ml. Artinya, dalam campuran terdapat 0,5034 mek Fe 3+ dan 1,0025 mek Fe 2+ dalam volume total campuran. 2. Saran a. Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan teliti dalam melakukan percobaan khususnya dalam menitrasi larutan. b. Sebaiknya asisten mendampingi praktikan diawal hingga praktikum selesai agar kesalahan dalam praktikum dapat dikurangi. c. Sebaiknya laboran memperhatikan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan teori.

DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Khopkar. S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Penerbit Universitas Indinesia. Primaningtyas. W. E dan Sungging. P. 2012. Studi Proses Reduksi Pasir Besi Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Waktu Radiasi dan Berat Total Bahan Reduksi Menggunakan Reduktor Grafit. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 1. Nomor 1: 5. Rifki. A dan Djarot. R. 2013. Pengaruh Penambahan Al 3+ dalam Penentuan Analisa Fe 2+ pada ph 4,5 dengan Pengompleks 1,10-Fenantrolin Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Jurnal Sains dan Seni Pomits. Vol.1. Nomor. 2 : 12. Tim Dosen Kimia Dasar. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Makassar: FMIPA UNM. Underwood dan Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

TUGAS PENDAHULUAN 1. Prinsip dasar permanganometri Prinsip dasar permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks dalam hal ini kalium permanganat (KMnO4 ) yang bertindak sebagai oksidator. 2. Reaksi pada percobaan 2 dan 3 a. Pada percobaan 2 2 KMnO 4 + 5 H 2 C 2 O 4 + 3 H 2 SO 4 2 MnSO 4 + 10 CO 2 + K 2 SO 4 + 8 H 2 O b. Penentuan kadar Ferro dan Ferri 2KMnO 4 + 8H 2 SO 4 + 5 Fe 2 (SO 4 ) 3 2MnSO 4 + 5 Fe 2 (SO 4 ) 3 + K 2 SO 4 + 8 H 2 O KMnO 4 + 5 FeCl 2 + 8 HCl MnCl 2 + 5 FeCl 3 + 4 H 2 O + KCl