Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah makanan Data objektif : Berkurangnya sekresi kelenjar saliva Didapatkan nyeri pada skala 6 2. Data subjektif: Ada pembengkakan Data objektif : Inflamasi pada kelenjar submandibula 3. Data subjektif: Tidak nafsu makan Tidak mengkonsumsi makanan yang terlalu kasar Badan lemas karena kurang energi Infeksi oleh Staphylococcus aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Gangguan sekresi saliva Penghentian/Penurunan aliran saliva Pengentalan/Penumpukan saliva Peradangan Gangguan sekresi saliva Penurunan aliran saliva Nyeri saat menelan Risiko Infeksi Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Data objektif:
BB menurun 0,5 kg dari berat awal menjadi 54,5 kg dalam 4 hari BB awal = 55 kg BB normal sesuai tinggi seharusnya = 55,8 kg TB: 162 cm Porsi makan berkurang 4 Data subjektif: Badan menggigil Data objektif: Suhu tubuh meningkat dari keadaan normal: 38 C Gangguan sekresi saliva Penurunan aliran saliva Pengentalan saliva Inflamasi Pembengkakan Demam Hipertermi 3.4 Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan penurunan sekresi saliva. 2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya penumpukan bakteri. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan. 4. Hipertermi berhubungan dengan peradangan akibat infeksi virus. 3.5 Intervensi 1. Diagnosa: Nyeri berhubungan dengan penurunan sekresi saliva. Tujuan: mengatasi rasa nyeri Kriteria hasil: 1. Produksi saliva kembali normal 2. Nyeri berkurang ditandai dengan:
Penurunan skala nyeri dari 6 menjadi 2 RR kembali normal = 20x/menit No. Intervensi Rasional 1. Kolaborasi Berikan obat analgesic Menghilangkan rasa nyeri 2. Mandiri Identifikasi dan batasi makanan yang Makanan dengan konsistensi makanan menimbulkan ketidak-nyamanan, misalnya makan yang terlalu keras yang tinggi dapat mengrangi rasa nyeri saat menelan atau susah dikunyah. 3. Mandiri Berikan klien permen karet dan Meningkatkan produksi saliva ajarkan untuk mengunyah 1. Diagnosa: Infeksi berhubungan dengan adanya penumpukan bakteri. Tujuan: mencegah dan menghambat penyebaran infeksi. Kriteria hasil: 1. Infeksi teratasi 1. Tidak ada inflamasi ditandai dengan tidak ada warna merah pada bagian luar submandibula atau rahang bawah. 2. Bakteri mati 3. Leukosit kembali normal: 8.000 sel/mm3 No. Intervensi Rasional 1. Kolaborasi Berikan obat antibiotic sesuai indikasi Menurunkan kolonisasi bakteri dan mencegah infeksi 2. Kolaborasi Periksa darah lengkap pasien Menegetahui jumlah leukosit 3. Mandiri Ajarkan pada pasien tentang oral Mencegah bakteri berkembang biak
hygiene akibat kurangnya kebersihan rongga mulut/oral hygiene. 3. Diagnosa: nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan menelan. Tujuan: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Kriteria Hasil: 1. Kebutuhan metabolismme tubuh terpenuhi 2. Pasien tidak lagi terlihat lemah 3. Nutrisi terpenuhi 4. BB kembali seperti awal: 55 kg No Intervensi Rasional 1 Kolaborasi Berikan terapi nutrisi. Lakukan diet Kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi. TKTP (tinggi kolesterol, tinggi protein). Diet lunak dan mengkonsumsi makanan yang tidak merangsang. 2 Mandiri Buat pilihan menu dan ijinkan klien untuk memilih sebanyak mungkin. Memberikan variasi menu pada klien sehingga nafsu makan klien meningkat. 4. Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan peradangan akibat infeksi virus. Tujuan: Mengatasi masalah peningkatan suhu tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi akibat virus. Kriteria Hasil: 1. Badan tidak menggigil 2. Suhu tubuh kembali normal 37 C No Intervensi Rasional 1 Kolaborasi Berikan obat penurun panas. Demam dapat diatasi (suhu tubuh kembali
2 Mandiri Berikan kompres hangat. 3 Mandiri Anjurkan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi. 4 Mandiri Anjurkan klien untuk bedrest total. normal). Melancarkan aliran pembuluh darah dan menjadikan suhu tubuh kembali normal. Mencegah dehidrasi akibat kekurangan cairan yang dapat meningkatkan suhu tubuh akibat infeksi. Memulihkan kondisi tubuh dengan mencegah adanya peningkatan suhu tubuh serta mengembalikan pada suhu tubuh normal. 3.6 Evaluasi 1. Rasa nyeri berkurang ditandai dengan berkurangnya rasa nyeri. 2. Infeksi bakteri berkurang ditandai dengan berkurangnya inflamasi. 3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan berat badan yang meningkat. 4. Tidak terjadi demam ditandai dengan suhu tubuh kembali normal. BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Sialadenitis adalah infeksi berulang-ulang di glandula submandibularis yang dapat diserati adanya batu atau penyumbatan. Biasanya sistem duktus menderita kerusakan, jadi serangan tunggal sialadentis submandibularis jarang terjadi. Kelenjar ini terasa panas, membengkak, nyeri tekan dan merupakan tempat serangan nyeri hebat sewaktu makan. Pembentukan asbes dapat terjadi didalam kelenjar maupun duktus. Sering terdapat batu tunggal atau multiple. Peradangan kronis pada Sialadenitis dapat terjadi pada parenkim kelenjar atau duktus seperti batu (sialolithiasis) yang disebabkan karena infeksi (sialodochitis) dari Staphylococcus aureus, Streptococcus viridians ataupneumococcus. Selain itu terdapat komponen obstruksi skunder dari kalkulus air liur dan trauma pada kelenjar. Faktor risiko yang
dapat mengakibatkan sialadenitis antara lain dehidrasi, terapi radiasi, stress, malnutrisi dan hiegine oral yang tidak tepat. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Sialadenitis. http://en.wikipedia.org/wiki/sialadenitis, diakses tanggal 23 Oktober 2010 Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC Greenberg. 2005. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: EGC Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC Haskel, R. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta: EGC Lewis, Michel A.O. 1998. Tinjauan Klinis Penyakit Mulut. Jakarta: Widya Medika Lynch, Malcolm A. 1997. Oral Medicine. United States of America: Lippincott Raven Publishe