IMPLIKASI TEORI WEBER, CHRISTALLER, DAN LOSCH SEBAGAI PENENTUAN LOKASI BANK DARAH DI KOTA MAKASSAR

dokumen-dokumen yang mirip
MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place

Ketergantungan Lokasi & Keseimbangan Spasial. Adipandang Yudono 2012

Kajian Konseptual Pengembangan Kawasan Industri Tembakau

Teori, Konsep, Metode & Teknik Analisis Dasar Geografi Ekonomi

Tugas Teori Lokasi. Analisis Penentuan Lokasi Perumahan Residence Kampung Baru, Bandar Lampung. Nama Anggota : Deri Firnanda Tampi

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap

TEORI WEBER DAN. 2 7 S e p t e m b e r NI MAH MAHNUNAH U N I V E R S I T A S A M I K O M PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

PAPER GEOGRAFI INDUSTRI Implementasi Range Concept Dalam Penentuan Lokasi Industri

A. Pengertian Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal

Teori Analisis Lokasi Industri Dengan Segitiga Lokasionalnya (Alfred Weber, 1909) Alfian Haris Aryawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

Pola Gunalahan Perkotaan dan Teori Lokasi Kegiatan Ekonomi. Adipandang Yudono 2013

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

PENDISTRIBUSIAN BBA DENGAN METODE PROGRAMA LINIER (PERSOALAN TRANSPORTASI) Oleh : Ratna Imanira Sofiani, S.Si Dosen Universitas Komputer Indonesia

PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

Model Transportasi /ZA 1

Perencanaan Pengembangan Wilayah - 6

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perencanaan Optimasi Distribusi Darah di Kota Makassar

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

BAB I PENDAHULUAN. Produk yang mudah rusak atau tidak tahan lama merupakan tantangan bagi

MASALAH TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

Pola Gunalahan Perkotaan dan pengantar Lokasi Industri

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KEBIJAKAN PENYEDIAAN DARAH PALANG MERAH INDONESIA. Pengurus Pusat PALANG MERAH INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah, aparat pemerintah di daerah lebih dekat dan secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

BAB V AKTIVITAS EKONOMI TERSIER DAN KUARTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ekonomi Tata Ruang Wilayah, oleh Prof. Dr. Rahardjo Adisasmita, M.Ec. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. setiap instansi, baik itu instansi pemerintah ataupun swasta. Informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD

Merancang Jaringan Supply Chain

Ayu Emilda Fatmawati Mahasiswa S1 Pendidikan Muzayanah, ST, MT Dosen Pembimbing Mahasiswa

BAB 1 PENDAHULUAN. Donor darah atau transfusi darah adalah salah satu hal penting dalam

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

III. METODOLOGI PENELITIAN

Nilai Sewa Lahan - Von Thunen dan Analisis Lokasi Industri berorientasi Bahan Baku - Weber

1/22/2011 TEORI LOKASI

PASAR PERSAINGAN SEMPURNA

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price )

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB l PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bagian dari dunia usaha, banyak industri-industri

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Palang Merah Indonesia merupakan lembaga organisasi kemanusiaan yang

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. dan dipantau dengan peraturan yang ketat (Stranger, et al 2012), selain itu darah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel pada penelitian ini.

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

1 BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PASAR MONOPOLI, OLIGOPOLI, PERSAINGAN SEMPURNA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

OPTIMASI DISTRIBUSI GULA MERAH PADA UD SARI BUMI RAYA MENGGUNAKAN MODEL TRANSPORTASI DAN METODE LEAST COST

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri.

III. METODE PENELITIAN

BAB IV AKTIVITAS EKONOMI SEKUNDER

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR. OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI DISTRIBUSI PRODUK (Studi kasus: PT. Jaya Plasindo Jl Raya Salatiga - Solo Km

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan media sosial Twitter sebagai media komunikasinya. Melalui

Metode Transportasi. Rudi Susanto

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Program Linier (Linear Programming)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

BAB VII METODE TRANSPORTASI

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

EKSISTENSI INDUSTRI KERAJINAN RUMAH TANGGA ANYAMAN TIKAR PANDAN DI KECAMATAN SAMBENG KABUPATEN LAMONGAN DITINJAU DARI TEORI ORIENTASI LOKASI

BAB 1. PENDAHULUAN. Permasalahan pendistribusian barang oleh depot ke konsumen merupakan

Lokasi Pabrik ditentukan

Pemanfaatan Algoritma Program Dinamis dalam Pendistribusian Barang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penggunaan Metode Transportasi Dalam...( Ni Ketut Kertiasih)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit, fungsi bank

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ekonomi Manajerial. Bab 2 Mekanisme Pasar : Permintaan dan Penawaran

TUGAS MODEL EKONOMI Dosen : Dr. Djoni Hartono

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKSI

Transkripsi:

IMPLIKASI TEORI WEBER, CHRISTALLER, DAN LOSCH SEBAGAI PENENTUAN LOKASI BANK DARAH DI KOTA MAKASSAR

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Lokasi dan ketersediaan bank darah atau lebih dikenal blood bank merupakan salah satu keputusan yang penting dan strategis dalam bidang kesehatan. Terdapat beberapa fakta penting terkait dengan topik ini, bahwa kematian yang disebabkan karena kekurangan terjadi di lebih dari 80% negara di dunia, salah satu alasannya adalah kurang memadainya pelayanan transfusi darah (Thomas, 2007). Hal ini dapat dilihat dari kurang efisiennya penempatan sumber/ bank darah secara meluas. Beberapa variabel yang terkait didalamnya, antara lain adalah biaya distriusi dan pengiriman darah menuju tempat-tempat tertentu. Selain mengenai aksesibilitas dari bank darah, komponen penting yang harus diperhatikan adalah mengenai program transplantasi. Hal ini berkaitan dengan transplasi organ yang cenderung membutuhkan banyak darah daripada operasi lain di Rumah Sakit, seperti dalam transplantasi hati, pasien setidaknya membutuhkan 100 unit/tas darah (Lindsey dan McGlynn, 1988). Selain itu, fasilitas bank darah juga penting sebagai penunjang pendidikan bagi mahasiswa/mahasiswi yang melakukan simulasi maupun kerja praktek (Amin et al, 2004). Lokasi fasilitas bank darah merupakan isu penting pada banyak aspek terkait, termasuk industri dan pendidikan. Keputusan mengenai lokasi yang salah akan berdampak pada kenaikan ongkos, biaya negara, dan penurunan pelayanan pasien (Daskin dan Dean, 2004). Dalam bidang keseharan, penentuan lokasi bank darah bukan lagi hal yang strategis, namun telah menjadi hal yang kritis atau sangat penting dikarenakan menyangkut tentang kematian atau penyakit seseorang (Daskin dan Dean, 2004). Maka berdasarkan jurnal berjudul Blood Banks Location Model for Blood Distribution Planning in Makassar City yang disusun oleh Muhammad Rusman dan Amrin Rapi dalam Konferensi Teknik Industri dan Sistem Managemen Asia Pasifik pada tahun 2014 bertujuan untuk mengulas tentang penempatan lokasi bank darah berdasarkan pada metode terpilih. Kemudian dari makalah ini akan di analisis lebih mendalam mengenai implikasi teori yang ada. 1.2 Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan implikasi teori-teori lokasi terhadap fenomena lokasi dan keruangan yang terbentuk dalam wilayah atau kota, dalam hal ini adalah bank darah sesuai dengan jurnal mengenai Blood Banks Location Model for Blood Distribution Planning in Makassar City. 1

BAB II Pembahasan 2.1 Konsep Dasar Teori Lokasi Bank darah merupakan unit pelayanan terhadap ketersediaan darah. Apabila dilihat dari jenisnya, bank darah tergolong sebagai fasilitas umum, sedangkan dalam hal perannya, bank darah cenderung tergolong seperti sebuah industri, dimana bank darah berfungsi sebagai sumber adanya ketersediaan darah, kemudian apabila rumah sakit atau sebuah klinik membutuhkan, bank darah melakukan distribusi ke daerah-daerah tersebut. Dari banyaknya teori lokasi yang ada, teori lokasi yang diambil berkaitan dengan penentuan lokasi bank darah, antara lain Teori Weber, Teori Christaller (khususnya konsep Range), dan Teori Losch. Teori Weber (1929) Prinsip Teori Weber adalah bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempattempat yang resiko biaya atau biayanya paling murah atau minimal (least cost location) yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya minimum, tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Prinsip tersebut didasarkan pada enam asumsi bersifat prakondisi, yaitu: 1. Wilayah bersifat homogen dalam hal topografi, iklim dan penduduknya (keadaan penduduk yang dimaksud menyangkut jumlah dan kualitas SDM) 2. Ketersediaan sumber daya bahan mentah. 3. Upah tenaga kerja. 4. Biaya pengangkutan bahan mentah ke lokasi pabrik (biaya sangat ditentukan oleh bobot bahan mentah dan lokasi bahan mentah) 5. Persaingan antar kegiatan industri. 6. Manusia berpikir secara rasional. Weber juga menyusun sebuah model yang dikenal dengan istilah segitiga lokasional (locational triangle), yang didasarkan pada asumsi : 1. Bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang terisolasi. Konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. Semua unit perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan sempurna. 2. Semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas. 3. Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat. 2

4. Tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga yang mobilitasnya tinggi. Dalam menentukan lokasi industri, terdapat tiga faktor penentu, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan dampak aglomerasi dan deaglomerasi. Biaya transportasi diasumsikan berbanding lurus terhadap jarak yang ditempuh dan berat barang, sehingga titik terendah biaya transportasi menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi akan bertambah secara proporsional dengan jarak titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku (input) dan distribusi hasil produksi (output). Teori Central Place (Christaller, 1933) Menurut Christaller terdapat konsep yang disebut jangkauan (range) dan ambang (treshold). Berkaitan dengan bank darah, konsep yang dijelaskan lebih lanjut adalah mengenai jangkauan (range). Range adalah jarak yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang kebutuhannya pada suatu waktu tertentu saja. Dalam teori ini diasumsikan pada suatu wilayah datar yang luas dihuni oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Dalam memenuhi kebutuhannya, penduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti makanan, minuman, perlengkapan rumah tangga, pelayanan pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak tertentu dari rumahnya. Jarak tempuh tersebut disebut range. Dari bentuk kebutuhan dan pelayanan di atas maka muncul istilah tempat sentral (Central Place Theory). Tempat sentral merupakan suatu lokasi yang senantiasa melayani berbagai kebutuhan penduduk dan terletak pada suatu tempat yang terpusat (sentral). Tempat ini memungkinkan partisipasi manusia dalam jumlah besar baik mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya. Menurut teori ini, tempat sentral merupakan suatu titik simpul dari suatu bentuk heksagonal atau segi enam. Daerah segi enam ini merupakan wilayah-wilayah yang penduduknya mampu terlayani oleh tempat yang sentral tersebut. Keterangan: a. Titik A,B,C dan D adalah tempat-tempat sentral b. Daerah-daerah segi enam merupakan wilayah yang secara maksimum terlayani oleh tempat sentral. 3

Masing-masing tempat sentral tersebut memiliki pengaruh atau kekuatan menarik penduduk yang tinggal di sekitarnya dengan daya jangkau yang berbeda. Akibatnya, terlihat adanya tingkatan (hirarki) tempat sentral. Tempat sentral dan daerah yang dipengaruhinya (komplementer), pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu hirarki 3 (K = 3), hirarki 4 (K = 4), dan hiraki 7 (K = 7). Hirarki K = 3, merupakan pusat pelayanan berupa pasar yang selalu menyediakan bagi daerah sekitarnya, sering disebut Kasus Pasar Optimal. Wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi sepertiga bagian dari masing-masing wilayah tetangganya. Teori Losch (1954) Teori ini dipublikasikan pertama kali dalam buku yang berjudul Economic Location pada tahun 1954. Losch berpendapat ada 2 prinsip sebagai batasan bagi pengambilan keputusan memilih suatu lokasi industri, yaitu : a. Rasio antara berat bahan baku dengan produk akhir, baik ongkos pengangkutan maupun ongkos produksi. Tempat yang memberikan ongkos paling kecil merupakan lokasi yang dipilih sebagai lokasi industri b. Besar kecilnya penjualan hasil perusahaan di suatu tempat tergantung pada jumlah pembeli dan kemampuan ekonominya. Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan setiap daerah merupakan penentu untuk memilih lokasi industri. Prinsip-prinsip inilah yang menyebabkan industri cenderung beraglomerasi). Perdagangan baru terjadi bila terdapat kelebihan produksi. Untuk mencapai keseimbangan, ekonomi ruang Losch harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : 1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli. 2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani. 3. Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-normal propfit sehingga tak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama di daerah tersebut. 4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai besar optimum. 5. Konsumen bersikap indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli adalah harga yang rendah. 4

Pada teori Losch, wilayah pasar bisa berubah ketika terjadi inflasi (perubahan) harga. Hal ini disebabkan karena produsen tidak mampu memenuhi permintaan karena jaraknya jauh akan mengakibatkan biaya transportasi naik sehingga harga jualnya juga naik. Karena tingginya harga jual maka pembelian makin berkurang. Hal ini mendorong petani lain melakukan proses produksi yang sama untuk melayani permintaan yang belum terpenuhi. Dengan makin banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka akan terjadi dua keadaan : 1. Seluruh daerah akan terlayani 2. Persaingan antar petani penjual akan semakin tajam dan saling berebut pembeli. 2.2 Alasan Pemilihan Lokasi Dalam jurnal Blood Banks Location Model for Blood Distribution Planning in Makassar City, lokasi yang dipilih adalah masalah distribusi darah di kota Makassar, yang terdiri dari dua bank darah yakni PMI (Palang Merah Indonesia) dan UTDP (Unit Transfusi Darah Pusat) sebagai sumber dari 17 rumah sakit di kota Makassar. Berikut ini ditunjukkan pada tabel 1 terkait dengan bank darah dan jumlahnya, sedangkan pada tabel 2 terdapat nama-nama rumah sakit, kebutuhan, dan jarak dari kedua sumber. Sumber: Hasil Analisis, 2016 5

Dari kedua data tersebut, diproses dan dianalisis menggunakan 2 model alokasi, yakni Single Allocation Model dan Double Allocation Model, dimana antara keduanya memiliki perbedaan. Pada Single Allocation Model diasumsikan bahwa permintaan darah dari Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) dipenuhi oleh satu dari kedua bank darah yang ada. Sedangkan Double Allocation Model mengasumsikan bahwa permintaan akan darah dari BDRS dipenuhi oleh kedua bank darah. Dengan menggunakan program ILOG CPLEX 12.2 sebagai alat untuk menganalisis dapat dihasilkan perbandingan biaya total yang dikenakan antara single allocation dan double allocation, lihat gambar berikut. Sumber: Hasil analisis, 2016 Maka, berdasarkan analisis tersebut didapatkan solusi optimal antara kedua model, yakni pada kombinasi kapasitas no 4, dimana A (PMI) dengan usulan kapasitas 30000 dan B (UTDP) dengan usulan kapasitas 20000. Biaya total naik secara bertahap ketika kapasitas A menurun dan B naik bertahap, seperti tabel berikut. 6

2.3 Faktor-Faktor Lokasi Berikut ini adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan penentuan lokasi bank darah. Jumlah Ketersediaan Darah (per bag) Kuantitas darah yang diukur per bag tersebut merupakan faktor yag ditawarkan oleh sumber/bank darah, dalam hal ini PMI dan UDTP. Seperti pada tabel 1 diatas, pada tahun 2013 PMI tersedia sekitar 29 ribu dan UDTP sekitar 11 ribu. Penyediaan darah dapat dilakukan oleh PMI, UTD, RS, masyarakat, termasuk Perhimpunan Donor Darah Indonesia, LSM, Puskesmas maupu istansi-instansi sebagai upaya membantu kelancaran tugas UTD. Jumlah Kebutuhan Darah (per bag) Jumlah kebutuhan darah adalah kuantitas yang dibutuhkan BDRS atau Bank Darah Rumah Sakit untuk kegiatan terkait, dalam hal ini adalah penanganan pasien kurang darah, operasi, transplantasi, dan kegiatan akademik di Rumah Sakit, seperti pada tabel 2. Jarak Bank Darah (PMI atau UTDP) dengan BDRS Jarak merupakan faktor terpenting dalam penentuan lokasi bank darah, mengingat jarak adalah faktor yang menentukan biaya transportasi dan biaya sistem. Selain itu, jarak merupakan faktor yang diperhitungkan dalam pelayanan pasien yang membutuhkan darah. 7

Karena penentuan lokasi bank darah bukan lagi menjadi isu strategis, namun isu kritis yang dapat disangkutpautkan dengan penyakit dan kematian seseorang. Biaya Transportasi/Delivery Cost Biaya transportasi adalah salah satu faktor dan juga output dari faktor sebelumnya, faktor jarak. Biaya transportasi merupakan biaya yang dihasilkan dari pengiriman darah di bank darah menuju rumah sakit yang membutuhkan. Lokasi bank darah yang jauh menuju rumah sakit akan menyebabkan biaya transportasi atau biaya pengiriman besar. Maka pengeluaran yang terjadi oleh bank darah juga besar. Biaya Sistem/Total Cost Biaya system pada dasarnya berbeda dengan biaya transportasi. Apabila biaya transportasi berkaitan dengan biaya pengiriman, biaya sistem terkait dengan biaya yang dikeluarkan dalam pemenuhan ketersediaan darah. Biaya ini dapat dating dari pendonor secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya tidak langsung ialah apabila pendonor darah tidak secara langsung mendonor di bank darah atau pendonor mendonor darah di rumah sakit, maka apabila darah tersebut dikirim ke PMI biaya yang dikeluarkan merupakan biaya sistem. Dalam pembagiannya dari pusat/regional menuju lokal, dapat dilihat dari gambar berikut. Sumber: Hasil Analisis, 2016 8

2.4 Implikasi Teori Terhadap Lokasi Lokasi yang dipilih berdasarkan analisis dan faktor dalam jurnal Blood Banks Location Model for Blood Distribution Planning in Makassar City adalah lokasi kombinasi kapasitas no 4 dari sebuah bank darah (PMI dan UTDP) di Kota Makassar, seperti gambar berikut. Sumber: Hasil Analisis 2016 Dalam jurnal ini, model yang dijelaskan hanyalah mengenai P-median model, single allocation model, dan double allocation model. P-median model adalah salah satu contoh yang paling popular mengenai masalah lokasi fasilitas publik. Model yang dicetuskan oleh Hakimi (1964) ini adalah model panduan atau referensi dalam jurnal tentang penempatan fasilitas P -dalam hal ini: Bank Darah- untuk meminimalkan jumlah dari total jarak antara titik tempat permintaan dengan fasilitas terdekat. Selanjutnya Daskin dan Dean (2004) mengusulkan lokasi fasilitas P untuk meminimalkan jarak agar semua kebutuhan atau permintaan dapat terpenuhi. Namun P-median model ini tidak dapat lagi digunakan mengingat adanya batasan yang muncul, baik dalam hal batasan ruang maupun fungsi. Seperti yang terdapat gambar tipologi rantai jaringan kebutuhan untuk bank darah, itu telah menggambarkan adanya batasan fungsi. Selain itu P-median model tidak dapat mempertimbangkan jarak perjalanan maksimum antara titik persediaan dan titik permintaan. 9

Sedangkan dalam single allocation model dan double allocation model adalah model yang digunakan sebagai analisis penentuan lokasi bank darah. Tujuannya adalah untuk menentukan lokasi optimum bank darah dengan dua asumsi (apabila hanya satu sumber dan apabila dua sumber/bank darah) dan 5 faktor lokasi (fixed cost blood bank, demand of hospital, delivery cost from banks to hospital, distance, and capacity of blood banks). Apabila dihubungkan dengan teori-teori klasik tentang penentuan lokasi yang berkaitan dengan bank darah, seperti Teori Weber, Teori Central Place (Christaller) dan Teori Losch, antara model yang diterangkan pada jurnal dan teori klasik yang berkaitan keduanya memiliki faktor yang sama untuk bahas, namun perbedaannya juga cukup signifikan dimana pada model yang disebutkan sangat minim dalam hal interpretasi di kehidupan nyata. Teori Weber memiliki peran yang dominan dalam konteks ini dikarenakan fungsi bank darah yang terlihat seperti fasilitas dari luar, namun memiliki peran seperti industry didalam. Karena, darah tidak hanya berasal dari pendonor di bank darah, melainkan juga dari rumah sakit atau program donor danah. Dimana bank darah sebagai tempat penyimpanan sekaligus tempat uji dan package darah, kemudian apabila dibutuhkan, baik dari rumah sakit maupun klinik, dapat segera didistribusikan. Maka dari itu penentuan lokasi dapat ditinjau dari tempattempat biayanya paling murah atau minimal (least cost location) yaitu tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya minimum, tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang cenderung identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Meskipun dalam jurnal tidak dijelaskan mengenai faktor tenaga kerja, namun dalam teori Weber dijelaskan keterkaitan upah tenaga kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja disini adalah pegawai-pegawai yang bekerja di bank darah. Kedua, Teori Central Place oleh Christaller juga berkaitan dengan penentuan lokasi bank darah. Pada dasarnya, komponen dalam teori ada 2 yakni threshold dan range. Apabila berkaitan dengan bank darah, konsep yang digunakan hanya range atau jarak maksimum, sedangkan bank darah tidak dibutuhkan jumlah konsumen minimum sehingga konsep threshold tidak dapat digunakan. Selain itu, berdasarkan teori ini, bank darah dapat dikelompokkan sebagai hirarki K=3, karena kasusnya yang sama seperti pasar, yakni menyediakan kebutuhan sekitarnya, sehingga dibutuhkan jangkauan yang lebih luas. Sebagai penunjangnya, penempatan lokasi juga perlu memperhatikan jalan beserta angkutannya, tempat parkir, maupun prasarana lainnya. Namun, prakteknya dalam cakupan pelayanan, bank darah juga memiliki hirarki seperti Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan sebagainya (lihat gambar tipologi jaringan bank darah), sehingga apabila dikaitkan dengan hirarki pada teori Christaller dapat digolongkan menjadi hirarki K=7 meskipun pada prakteknya baik dari peraturan maupun fasilitas yang ada sama. 10

Terakhir adalah mengenai teori Losch. Teori ini hampir sama dengan teori christaller, namun perbedaannya adalah pada teori Christaller dikatakan bahwa semua barang laku dijual. Kenyataan pada bank darah ini, darah tidak habis atau dapat dikatakan tidak boleh habis. Apabila stok bank darah habis akan menyebabkan kerugian yang sangat besar dan hal itu tidak boleh terjadi. Sehingga, teori Losch dapat menyempurnakan teori Christaller dalam konteks ini. Hanya saja, tidak semua konsep dari teori Losch dapat masuk dalam konteks bank darah, seperti halnya pada teori ini disebutkan bahwa barang yang ditawarkan lebih dari satu, artinya semua tempat dapat memiliki barang jual yang berbeda. Sedangkan pada bank darah, barang yang ditawarkan hanya satu, sesuai namanya bank darah, fasilitas yang menyediakan darah. Hal ini dapat menjadi lebih fleksibel apabila dari konsumen (rumah sakit maupun klinik) melihat atau membeli dari jenis darah yang ada, maka teori ini dapat digunakan. Teori Losch hanya sedikit disinggung dikarenakan jumlah bank darah yang ada tidak banyak (hanya 2 di kota Makassar) dengan kapasitas pelayanan unit darah yang masih mencukupi daerahnya. 11

BAB III Kesimpulan 3.1 Kesimpulan Bank darah merupakan salah satu unit terpenting dalam bidang kesehatan. Namun bukan berarti yang tidak berhubungan langsung dengan bidang kesehatan dapat diacuhkan begitu saja. Sebagai planner, penentuan lokasi bank darah juga merupakan hal yang sangat penting, karena pada dasarnya bank darah menyangkut beberapa instansi lainnya, seperti rumah sakit, klinik dokter, maupun universitas kedokteran. Penentuan lokasi dan keruangan akan bank darah sangat menjadi perhatian lebih bagi bidang kesehatan, selain untuk menentukan minimal biaya transportasi yang keluar, juga sebagai isu kritis yang menyangkut tentang kematian maupun penyakit seseorang. Seperti yang disampaikan dalam jurnal Blood Banks Location Model for Blood Distribution Planning in Makassar City, penentuan lokasi dan keruangan bank darah dapat dicari menggunakan beberapa model, antara lain P-median model, single allocation model, dan double allocation model. Ketiga model tersebut memiliki beberapa perbedaan, seperti pada P-median model tidak dapat menentukan jarak maksimum yang dijangkau oleh bank darah. Pada single allocation model diasumsikan bahwa hanya satu sumber bank darah yang dapat didistribusikan kepada konsumen, dan pada double allocation model mengasumsikan dua sumber bank darah. Faktor-faktor yang digunakan dalam model tersebut ada 5, yakni kuantitas unit darah pada bank darah, kebutuhan darah dalam rumah sakit, jarak tempuh, biaya sistem, dan biaya transportasi. Apabila dikaitkan dengan teori klasik penentuan lokasi dan keruangan, ada 3 teori yang dapat diambil dan disesuaikan dalam penentuan lokasi bank darah, yakni teori Weber, teori Christaller, dan Teori Losch. Ketiga teori ini merupakan teori yang berhubungan satu sama lain dan juga sebagai penyempurna satu sama lain. Dimana dari teori Weber, diketahui bahwa tujuan penempatan lokasi bank darah, salah satunya adalah untuk mengeluarkan biaya minimum, baik dari biaya sistem maupun biaya transportasi. Sedangkan teori Christaller berkaitan mengenai bank darah sebagai pusat penyimpanan darah baik dari rumah sakit maupun klinik, selain itu bank darah juga tergolong hirarki K=3 sesuai dengan fakta yang sama seperti pasar. Terakhir adalah teori Losch. Meski teori ini tidak disinggung secara detail, namun dasar teori ini dapat diterapkan pada bank darah, dimana bank darah merupakan unit penyimpanan darah yang harus tetap terisi darah. Selain itu juga dijelaskan mengenai barang yang ditawarkan dapat sebagai 1 komoditi atau melihat jenis darah yang ada. 3.2 Lesson Learned Beberapa pelajaran dapat diambil dari hasil analisis diatas, antara lain: 12

1. Faktor faktor atau kriteria yang mempengaruhi penetapan lokasi bank darah di kota Makassar antara lain fixed cost blood bank, demand of hospital, delivery cost from banks to hospital, distance, and capacity of blood banks serta penerapannya yang ditinjau dengan pertimbangan teori Weber, teori Central Place, dan teori Losch. 2. Faktor yang paling penting dari penempatan lokasi adalah sebuah jarak 3. Penentuan lokasi juga harus ditinjau tidak hanya dari bank darah yang ada di kota tersebut, namun dapat dilihat dari kota sekitarnya sebagai pertimbangan akan penentuan lokasi bank darah di kota Makassar. 4. Kebutuhan akan darah tidak hanya dari rumah sakit saja, namun klinik maupun universitas dapat menjadi sampel lain yang dipakai dalam model. 13

Sumber Referensi Rusman, Muhammad. 2014. Blood Banks Location Model for Blood Distribution Planning in Makassar City Journal. Proceedings of the Asia Pacific Industrial Engineering & Management Systems Conference 2014 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2014 Unit Transfusi Darah, Bank Darah Rumah Sakit, dan Jejaring Pelayanan Transfusi Darah Mariani, Siti. 2013. Makalah Transfusi Darah Judul Mekanisme dan Alur Pelayanan Darah di BDRS (Bank Darah Rumah Sakit). Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Weber, Alfred. 1909. Uber den Standort der Industrien Christaller, Walter. 1933. Theory of Central Place Losch. 1954. Economic Location 14