MAKALAH FIQIH MUAMALAT BAI SALAM Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Fiqih Muamalat Dosen Pengajar : Dr. Ahmad Juanda, Akt. M.M. Disusun oleh : 1. Ilham Maulana (201210170311276) 2. Denanda Hastriyanti (201210170311277) 3. Ety Fitriani Muti atin (201310170311294) 4. Ririn Okatia (201310170311299) AKUNTANSIIV F FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Bai Salam. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan tambahan materi kepada para mahasiswa mengenai mata kuliah Fiqih Muamalah terutama pada bagian materi Bai Salam. Dalam pembuatan makalah ini banyak pihak yang terlibat. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian. Malang, 7 Maret 2015 Penyusun Fiqih Muamalah Bai Salam i
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii BAB I Pengertian 1.1 Secara Bahasa... 1 1.2 Secara Definisi... 1 1.3 Dasar Hukum 1.3.1 Al-Qur an... 1 1.3.2 Sunnah... 2 1.3.3 Pendapat Ulama... 3 BAB II Pembahasan 2.1 Jenis akad salam... 4 2.2 Rukun dan persyaratan 2.2.1 Rukun akad salam... 4 2.2.2 Syarat akad salam... 5 2.3 Mekanisme dan prosedur 2.3.1 Mekanisme akad salam... 7 2.3.2 Prosedur akad salam... 7 2.4 Keterkaitan dengan akuntansi 2.4.1 Transaksi dalam akuntansi... 8 2.4.2 Perbedaan mekanisme transaksi fiqih muamalah dan akuntansi... 8 2.4.3 Perlakuan Akuntansi... 10 2.4.4 Perbandingan Akuntansi umum dengan Akuntansi syariah... 15 BAB III Contoh Kasus 3.1 Uraian Kasus... 16 3.2 Pembahasan dan solusi kasus (perlakuan akuntansi)... 16 BAB IV Kesimpulan 4.1 Kesimpulan... 17 Daftar Pustaka Fiqih Muamalah Bai Salam ii
BAB I PENGERTIAN 1.1 SECARA BAHASA Salam secara etimologi berarti memberikan, dan meninggalkan dan mendahulukan.1 Artinya, mempercepat (penyerahan) modal atau mendahulukannya. Salam biasa disebut juga salaf, Istilah salam dikenal dalam masyarakat Hijaz sedangkan salaf dikenal masyarakat Iraq. Dalam satu pernyataan yang mencoba pula untuk membedakan kedua istilah itu, salaf berarti mendahulukan modal (ra sul mâl). Sedangkan salam, maknanya lebih terfokus pada penyerahan modalnya di tempat aqad.3 Oleh karena itu, salam lebih umum daripada salam karena salaf dikaitkan juga dengan pinjaman, sebagaimana diungkapkan oleh Abdul Rahman al-jaziri. 1.2 SECARA DESINISI Sedangkan salam secara terminologi secara umum didefinisikan sebagai suatu upaya mempertukarkan suatu nilai (uang) sekarang dengan suatu barang tertentu yang masih berada dalam perlindungan pemiliknya dan akan diserahkan kemudian. Artinya, bahwa yang diberlakukan adalah prinsip bai (jual beli) suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang di sepakati, dimana waktu penyerahan barang dilakukan di kemudian hari sementara penyerahan uang dibayarkan dimuka (secara tunai). 1.3 DASAR HUKUM 1.3.1 AL-QUR AN QS. AL BAQARAH :282 Q S. A L - MAIDAH :1
1.3.2 SUNNAH Hadis Nabi Muhammad SAW Hadish Riwayat Jama ah : Hadish Riwayat Bukhari dari Ibn Abbas, Nabi bersabda : Hadis Nabi riwayat Tirmizi Fiqih Muamalah Bai Salam 2
Hadis Nabi riwayat Nasa I, Abu Dawud, Ibu Majah, dan Ahmad: 1.3.3 PENDAPAT ULAMA Ijma. Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat (ijma ) atas kebolehan jual beli dengan cara salam. Disamping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh masyarakat. (Wahbah, 4/598) Fiqih Muamalah Bai Salam 3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 JENIS AKAD SALAM Salam tunggal Penjual secara langsung bertindak untuk memenuhi pesanan pembeli. Salam paralel. Akad salam paralel setelah berakad salam degan pembeli, penjual melakukan akad salam lanjutan degan penjual lain. salam parallel ini akadnya tidak boleh terikat satu sama lain (ta alluq). 2.2 RUKUN DAN PERSYARATAN 2.2.1 RUKUN AKAD SALAM a. Shighat Shighat itu adalah ijab dan qabul, dimana penjual mengucapkan lafadz ijab kepada pembeli, seperti aslamtuka (aku jual secara salam) atau aslaftuka (aku jual secara salaf), atau dengan kata-kata lain yang menjadi musytaq dari keduanya. Sedangkan qabul adalah jawaban dari pihak yang membeli secara salam, seperti ucapan: qabiltu ( saya terima ), radhitu ( saya rela), atau sejenisnya yang punya makna persetuajuan. b. Kedua- belah pihak Yang dimaksud dengan kedua belah pihak adalah keberadaan penjual dan pembeli yang melakukan akad salam. Penjual sering disebut dengan musallim, sedangkan pembeli sering disebut musallam ilaihi. Tanpa keberadaan keduanya, maka salah satu rukun salam tidak terpenuhi, sehingga akad itu menjadi tidak sah. Pada masing-masing harus terdapat syarat, yaitu syarat ahliyah atau syarat wilayah. Sayarat ahliyah adalah maksudnya mereka masing-masing itu adalah pemilik orang yang beragama islam, aqil, baliqh, rasyid. Sedangkan syarat wilayah, maksudnya masing-masing menjadi wali yang mewakili pemilik aslinya dari uang atau barang, dengan penujukan yang syah dan berkekuatan hokum sama. c. Uang dan Barang Fiqih Muamalah Bai Salam 4
Uang sering disebut juga dengan ra sul maal. Sedangkan barang disebut dengan musallam fiibi. Akad salam memastikan adanya harta yang dipertukarkan, uang sebagai alat pembayaran dan barang sebagai benda yan diperjual belikan. 2.2.2 SYARAT AKAD SALAM Sebuah akad salam membutuhkan terpenuhinya syarat pada tiap rukunnya, baik yang terdapat pada uangnya ataupun pada barangnya a. Syarat pada Uang Uang yang dijadikan alat pembayaran dalam akad salam diharuskan criteria sebagai berikut: Jelas Nilainya. Uangnya harus disebutkan dengan jelas nilainya atau kursnya. Kalau dijaman dahulu, harus dijelaskan apakah berbentuk koin emas atau perak. Diserahkan Tunai Pembayaran uang pada akad salam harus dilakukan secara tunai atau kontan pada majelis akad salam itu juga, tanpa ada sedikitpun yang terhutang atau ditunda. b. Syarat pada Barang Bukan Ain-nya Tapi spesifikasinya. Dalam akad salam, penjual tidak menjual ain suatu barang tertentu yang sudah ditetapkan, melainkan yang dijual adalah barang dengan spesifikasi tertentu. Barang Jelas Spesifikasinya Barang yang dipesan harus dijelaskan spesifikasinya, baik kualitas maupun juga kuantitas. Termasuk misalnya jenis, macam, warna, ukuran, dan spesifikasi lain. Pendeknya, setiap criteria yang diinginkan harus ditetapkan dan dipahami oleh kedua belah pihak, seakan-akan barang yang dimaksud ada di hadapan mereka berdua. Sedangkan barang yang tidak ditentukan kriterianya, tidak boleh diperjual belikan dengan cara salam, karena akad itu termasuk akad gharar ( untung-untungan) yang nyata-nyata dilarang dalam hadis. Barang Yang Tidak Diserahkan Saat Akad Apabila barang itu diserahkan tunai maka tujuan utama dari salam tidak tercapai, yaitu untuk memberikan keleluaasaan pada penjual untuk bekerja mendapatkan barang itu dalam tempo waktu tertentu. Fiqih Muamalah Bai Salam 5
Batas minimal penyerahan barang: o Al Karkhi dari Al- Hanafiyah menyebutkan minimal jatuh tempo yng disepakati adalah setengah hari dan tidak boleh kurang dari itu. o Ibnu Abil Hakam mengatakan tidak mengapa bila jaraknya satu hari. o Ibnu Wahab meriwayatkan dari Malik bahwa minimal jarak penyerahan barang adalah dua atau tiga hari sejak akad dilakukan. o Ulama lain menyebutkan minimal batasnya adalah tiga hari, sebagai qiyas dari hokum khiyar syarat. Jelas Waktu Penyerahannya Harus ditetapkan disaan akad dilakukan tentang waktu ( jatuh tempo) penyerahan barang. Para fuqaha sepakat bila dalam suatu akad salam tidak ditetapkan waktu jatuh temponya, maka akad itu batal dan tidak sah. Dan ketidak jelasan kapan jatuh tempo penyerahan barang itu akan membawa kedua belah pihak kedalam pertengkaran dan penzaliman atas sesama. Dimungkinkan Untuk Diserahkan Pada Saatnya. Pada saat menjalankan akad salam,kedua belah pihak diwajibkan untuk memperhitungkan ketersediaan barang pada saat jatuh tempo. Persyaratan ini demi menghindarkan akad salam dari praktek tipu menipu dan untung-untungan, yang keduanya nyata-nyata diharamkan dalam syariat islam. Jelas Tempat Penyerahannya Dimaksud barang yang terjamin adalah barang yang dipesan tidak ditentukan selain kriterianya. Adapun pengadaannya, maka diserahkan sepenuhnya kepada pengusaha, sehingga ia memiliki kebebasan dalam hal tersebut. Pengusaha berhak untuk mendatangkan barang dari ladang atau persediaan yang telah ada atau dengan membelinya dari orang lain. Fiqih Muamalah Bai Salam 6
2.3 MEKANISME DAN PROSEDUR 2.3.1 MEKANISME AKAD SALAM MEKANISME AKAD SALAM 2.3.2 PROSEDUR AKAD SALAM Adapun Prosedur Akad Salam dan Salam Paralel adalah sebagai berikut : 1. Adanya permintaan barang tertentu dengan spesifikasi yang jelas, oleh nasabah pembeli kepada bank syariah sebagai penjual. 2. Wa ad nasabah untuk membeli barang dengan harga dan waktu tangguh pengiriman barang yang disepakati. 3. Mencari produsen yang sanggup menyediakan barang dimaksud (sesuai batas waktu yang disepakati dengan harga yang lebih rendah). 4. Pengikatan I antara bank sebagai penjual dan nasabah pembeli untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang akan diserahkan pada waktu yang telah ditentukan. 5. Pembayaran oleh nasabah pembeli dilakukan sebagian diawal akad dan sisanya sebelum barang diterima (atau sisanya disepakati untuk diangsur). 6. Pengikatan II antara bank sebagai pembeli dan nasabah produsen untuk membeli barang dengan spesifikasi tertentu yang aka diserahkan pada waktu yang telah ditentukan 7. Pembayaran dilakukan segera oleh bank sebagai pembeli kepada nasabah produsen pada saat pengikatan dilakukan. Fiqih Muamalah Bai Salam 7
8. Pengiriman barang dilakukan langsung oleh nasabah produsen kepada nasabah pembeli pada waktu yang ditentukan. 2.4 KETERKAITAN DENGAN AKUNTANSI SAK yang pertama kali mengatur tentang Akuntansi salam adalah PSAK 59 paragraf 69 sampai dengan 80 tentang pengakuan dan pengukuran salam dan salam paralel kemudian disempurnakan oleh PSAK 103. Bentuk penyempurnaannya adalah sebagai berikut: PSAK 103 berlaku untuk transaksi salam yang dilakukan oleh Lembaga Keunagan Syariah (LKS) dan pihak-pihak lain yang melakukan transaksi dengan LKS. PSAK ini juga diterapkan untuk: 1. LKS sebagai penjual atau pembeli, dan 2. Pihak lain yang bertransaksi dengan LKS sebagai penjual atau pembeli. 3. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk penjual dan akuntansi untuk pembeli dalam transaksi salam. 2.4.1 TRANSAKSI DALAM AKUNTANSI Penerapan salam dalam akuntansi sama halnya dengan metode transaksi Akrual. Basis Akrual adalah penyandingan pendapatan dan biaya pada periode di saat terjadinya, bukan pencatatan pada saat pendapatan tersebut diterima ataupun biaya tersebut dibayarkan (Cash Basis). Ada dua metode pencatatan akuntansi, berbasis kas dan berbasis akrual. Akuntansi berbasis kas berarti hanya mencatat transaksi pada saat terjadinya transaksi kas. Akuntansi berbasis akrual selain mencatata transaksi pengeluaran dan penerimaan kas, juga mencatat jumlah hutang dan piutang organisasi. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual memberikan gambaran yang lebih akurat atas kondisi keuangan organisasi daripada akuntansi berbasis kas. Namun, jelas bahwa catatan menggunakan basis akrual lebih kompleks daripada basis kas. Lebih jauh lagi, basis akrual mendukung penggunaan anggaran sebagai teknik pengendalian. Karena pada basis kas, pembayaran hanya direkam jika hal itu telah dilakukan, sementara pembayaran kewajiban dapat dilakukan dengan jarak waktu tertentu setelah timbulnya kewajiban itu sendiri. Untuk alasan penganggaran, organisasi dapat lebih baik menggunakan akuntansi berbasis akrual. Fiqih Muamalah Bai Salam 8
Untuk mengadopsi akuntansi basis akrual, organisasi akan memerlukan informasi seperti pendapatan atas investasi yang belum jatuh tempo. Organisasi juga akan memerlukan informasi mengenai kewajiban keuangan masa depan yang dapat diperkirakan jumlahnya. 2.4.2 PERBEDAAN MEKANISME TRANSAKSI FIQIH MUAMALAH DAN AKUNTANSI Pengakuan Akuntansi Syariah 1. Pengakuan dan pengukuran ditentukan dari awal 2. Memiliki pengukuran dan pengukuran yang berbeda sesuai dengan akuntansinya 3. Ada dua pengakuan, yaitu: a. Pengakuan akuntansi pembeli dan penjual (murabahah, salam, istihna ) b. Akuntansi pemilik dan akuntansi pengelola (mudharabah) c. Akuntansi aktif dan akuntansi mitra pasif (musyarakah) d. Akuntansi pemilik dan penyew (ijarah) 4. Akuntansi transaksi asuransi syariah tidak terbagi atas dua pengakuan tapi disesuaikan transaksi yang terjadi. 5. Pengakuan beban, kewajiban, asset, pendapatan beda dengan akuntansi lain 6. Masih ada pengakuan piutang dan potongan penjualan dan pembelian. Akuntansi Umum 1. Hanya terdiri atas akun akun asset, kewajiban, penghasilan dan beban. 2. Berlaku untuk semua jenis transaksi yang terkait tidak terikat perjanjian 3. Untuk ekonomi masa yang akan datang dan yang bisa diukur secara handal 4. Orientasi pengakuan untukpenyusunan laporan keuangan neraca dan laba rugi. Fiqih Muamalah Bai Salam 9
Pengukuran Akuntansi Syariah 1. Menurut jenis masing-masing berbeda 2. Berdasarkan pesanan (murabahah, salam, istishna ) 3. Berdasarkan investasi (mudharabah) 4. Berdasarkan kas dan non kas (musyarakah) 5. Berdasarkan pendapat sewa dan utang sewa (ijiriah) 6. Berdasarkan klaim (akuntansi transaksi asuransi syariah) Akuntansi Umum 1. Berdasarkan empat item yaitu: a. Biaya historis b. Biaya kini c. Nilai realisasi/penyelesaian d. Nilai sekarang 2. Keempat sebagian diperlakukan di akuntansi syariah namun tidak keseluruhan 3. Berlaku untuk akuntansi keseluruhan dengan mengadopsi salah satu item dasar pengukuran. 2.4.3 PERLAKUAN AKUNTANSI Jurnal-jurnal standar berikut mengilustrasikan transaksi salam antara pembeli dan penjual. Contoh berikut mengasumsikan Bank Syariah yang berperan sebagai penjual dan pembeli pada saat menerima pesanan barang dari nasabah (pembeli akhir). Oleh karena itu, bank akan melakukan pemesanan kepada pihak lain (salam paralel) jika tidak memiliki produk yang dipesan oleh nasabah. Ø Akuntansi Pembeli: Bank/ LKS sebagai Pembeli (Salam Biasa) 1. Pada saat Bank/ LKS membeli modal kas (Dr) Piutang salam (Cr) Kas 2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal nonkas (Dr) Piutang salam (nilai wajar yang disepakati) (Cr) Aktiva non-kas (nilai wajar yang disepakati) 3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari penjual (Dr) Kas (Cr) Hutang jaminan 4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual (Dr) Aktiva jaminan (Cr) Hutang jaminan Fiqih Muamalah Bai Salam 10
5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari penjual a. Sesuai akad (Dr) Persediaan (barang pesanan) (Cr) Piutang salam b. Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang pesanan) (Dr) Persediaan (barang pesanan) (Dr) Kerugian salam (Cr) Piutang salam 6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh tempo (Dr) Persediaan (barang pesanan) (Cr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) 7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan (Dr) Piutang kepada penjual (Cr) Piutang salam 8. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi penjual telah memberikan jaminan a. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad (Dr) Kas (Dr) Kerugian penjualan aktiva jaminan (Cr) Aktiva jaminan b. Kompensasi kerugian (Dr) Piutang salam (Cr) Kerugian penjualan jaminan c. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad (Dr) Kas (Cr) Aktiva jaminan (Cr) Keuntungan penjualan jaminan d. Kompensasi keuntungan (Dr) Keuntungan penjualan jaminan (Cr) Hutang jaminan e. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang) Fiqih Muamalah Bai Salam 11
(Dr) Piutang produsen (Dr) Hutang jaminan (Cr) Piutang salam f. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang) (Dr) Hutang jaminan (Cr) Hutang produsen (Cr) Piutang salam 9. Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja (Dr) Kas (Cr) Rekening Dana Kebajikan Ø Akuntansi Penjual: Bank/ LKS sebagai Penjual (Salam Biasa) 1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli (Dr) Kas/ aktiva non-kas (sebesar nilai wajar yang telah disepakati) (Cr) Hutang salam (sebesar nilai wajar yang telah disepakati) 2. Pada saat bank/ LKS menyerahkan barang kepada pembeli (Dr) Hutang salam (Cr) Persediaan (barang pesanan) (Cr) Pendapatan bersih salam 3. Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan (Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) (Cr) Persediaan (barang pesanan) 4. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan (Dr) Hutang salam (Cr) Hutang kepada pembeli 5. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja (Dr) Kas (Cr) Rekening Dana Kebajikan Fiqih Muamalah Bai Salam 12
Ø Akuntansi Salam Paralel: Bank/ LKS sebagai Pembeli dan Penjual 1. Pada saat Bank/ LKS menerima modal dari pembeli (Dr) Kas/ aktiva non-kas (sebesar nilai wajar yang telah disepakati) (Cr) Hutang salam (sebesar nilai wajar yang telah disepakati) 2. Pada saat Bank/ LKS memberikan modal kas kepada produsen (Dr) Piutang salam (produsen) (Cr) Kas 3. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa uang dari produsen (Dr) Kas (Cr) Hutang uang jaminan 4. Pada saat Bank/ LKS menerima jaminan berupa barang dari penjual (Dr) Aktiva jaminan (Cr) Hutang jaminan 5. Pada saat Bank/ LKS menerima barang dari produsen a. Sesuai akad (Dr) Persediaan (barang pesanan) (Cr) Piutang salam (produsen) b. Berbeda kualitas dan nilai pasar lebih rendah dari nilai akad dari persediaan (barang pesanan) (Dr) Persediaan (barang pesanan) (Dr) Kerugian salam (produsen) (Cr) Piutang salam (produsen) 6. Bank/ LKS tidak menerima sebagian barang pesanan sampai dengan tanggal jatuh tempo (Dr) Persediaan (barang pesanan) (Cr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima dari produsen) 7. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan (Dr) Piutang kepada penjual (Cr) Piutang salam produsen Fiqih Muamalah Bai Salam 13
8. Jika Bank/ LKS membatalkan barang pesanan tetapi produsen telah memberikan jaminan a. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di bawah nilai akad (Dr) Kas (Dr) Kerugian penjualan aktiva jaminan (Cr) Aktiva jaminan b. Kompensasi kerugian (Dr) Piutang salam (Cr) Kerugian penjualan jaminan c. Penjualan jaminan berupa barang dengan harga pasar di atas nilai akad (Dr) Kas (Cr) Aktiva jaminan (Cr) Keuntungan penjualan jaminan d. Kompensasi keuntungan (Dr) Keuntungan penjualan jaminan (Cr) Hutang jaminan e. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan < piutang) (Dr) Piutang produsen (Dr) Hutang jaminan (Cr) Piutang salam f. Pengalihan hak milik jaminan (jaminan > piutang) (Dr) Hutang jaminan (Cr) Hutang produsen (Cr) Piutang salam 9. Pengenaan denda kepada penjual mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja (Dr) Kas (Cr) Rekening Dana Kebajikan 10. Pada saat Bank/ LKS menyerahkan barang kepada nasabah pembeli (Dr) Hutang salam (Cr) Persediaan (barang pesanan) (Cr) Rekening Dana Kebajiakan 11. Bank/ LKS hanya mengirimkan sebagian barang pesanan Fiqih Muamalah Bai Salam 14
(Dr) Piutang salam (sebesar jumlah yang diterima) (Cr) Persediaan (barang pesanan) 12. Pembeli membatalkan barang pesanan pesanan (Dr) Hutang salam (Cr) Hutang kepada pembeli 13. Pengenaan denda kepada pembeli yang mampu tetapi tidak memenuhi kewajiban dengan sengaja (Dr) Kas (Cr) Rekening Dana Kebajikan 2.4.5 PERBANDINGAN AKUNTANSI UMUM DENGAN AKUNTANSI SYARIAH TERKAIT SALAM Berdasarkan analisa kelompok, kami mengklasifikasikan salam dari segi mana yang lebih menguntungkan dalam hal penerapan salam secara dalam sistem akuntansi syariah dengan yang penerapan akuntansi konvensional. Dari perspektif akuntansi konvensional perlakuan salam didukung oleh standarisasi oleh PSAK sebagai pedoman pelaksanaan dalam pembuatan laporan keuangan dimana penjualan akan diakui dengan metode akrual basis sebagai perlakuan akuntansi begitu juga dengan pembelian yang terjadi. Dari perspektif akuntansi syariah kami salam dengan prinsip-prinsip islam lebih terjaga dalam sudut pandang agama karena bisa mencegah dari perbuatan dosa, selebihnya salam dalam akuntansi syariah tidak memiliki standart khusus seperti halnya akuntansi pada umumnya. Disini kami simpulkan bahwa hanya akuntansi konvensional lebih baik dalam hal regulasi dalam hubungannya dalam pembuatan laporan keuangan Fiqih Muamalah Bai Salam 15
BAB III CONTOH KASUS 3.1 URAIAN KASUS Bank Syariah menerima pesanan dari Bulog jagung HIBRIDA BISI-16 kualitas A sebanyak 100 ton seharga Rp.940.000.000,-- Penyerahan dilakukan empat bulan kemudian. (Akad salam parallel) Atas pesanan itu Bank Syariah melakukan pemesanan kepada KUD Amanah Karawang, jagung HIBRIDA BISI-16 kualitas A, sebanyak 100 ton dengan harga Rp. 800.000.000. Penyerahan dilakukan tiga bulan kemudian setelah akad ditanda tangani (Akad salam parallel) 3.2 PEMBAHASAN DAN SOLUSI KASUS (PERLAKUAN AKUNTANSI) Fiqih Muamalah Bai Salam 16
BAB IV KESIMPULAN 4.1 KESIMPULAN Salam adalah prinsip bai (jual beli) suatu barang tertentu antara pihak penjual dan pembeli sebesar harga pokok ditambah nilai keuntungan yang di sepakati, dimana waktu penyerahan barang dilakukan di kemudian hari sementara penyerahan uang dibayarkan dimuka (secara tunai). SAK yang pertama kali mengatur tentang Akuntansi salam adalah PSAK 59 paragraf 69 sampai dengan 80 tentang pengakuan dan pengukuran salam dan salam paralel kemudian disempurnakan oleh PSAK 103 Salam dapat diartikan sebagai suatu upaya mempertukarkan suatu nilai (uang) sekarang dengan suatu barang tertentu yang masih berada dalam perlindungan pemiliknya dan akan diserahkan kemudian. Fiqih Muamalah Bai Salam 17
DAFTAR PUSTAKA Sarwati, Ahmad, 2009. Fiqih Muamalah. Jakarta: Kampus syariah http://akuntansi2011a.blogspot.com/2014/04/teori-pengakuan-dan-pengukuran.html http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2014/05/13/perbedaan-cash-basis-dan-akrual-basisakuntansi-656326.html https://senyummu13.wordpress.com/2012/03/26/akuntansi-transaksi-salam/