BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No PSAK Tentang Akuntansi Pembiayaan Ijarah Berdasarkan perkembangan per 1 September 2007, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah membuat standar baru untuk transaksi syariah berbagai entitas bisnis, yaitu PSAK 101 sampai dengan PSAK 108 sebagai pengganti PSAK 59. Dimana PSAK 107 sebagai pengganti PSAK 59, tentang Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan Ijarah. 2. PSAK 107 Akuntansi Ijarah PENDAHULUAN Tujuan 1) Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi ijarah. Ruang Lingkup 2) Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi ijarah. 8

2 9 3) Pernyataan ini mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan akad ijarah, namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah. Definisi 4) Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini: - Aset Ijarah adalah aset berwujud maupun tidak berwujud, yang atas manfaatnya disewakan. - Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sewa adalah sewa operasi (operating lease) - Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah ijarah dengan wa d perpindahan kepemilikan aset yang di ijarahkan pada saat tertentu. - Nilai Wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar (arms length transaction). - Obyek Ijarah adalah manfaat penggunaan aset berwujud atau tidak berwujud

3 10 - Sewa Operasi adalah sewa yang tidak mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. - Umur Manfaat adalah suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan atau jumlah produksi/unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset. - Wa d adalah janji dari satu pihak kepada pihak lain untuk melaksanakan sesuatu. Karakteristik 5) Ijarah merupakan sewa menyewa objek ijarah tanpa perpindahan risiko dan manfaat yang terkait kepemilikan aset terkait, dengan atau tanpa wa ad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu jir) kepada penyewa (musta jir) pada saat tertentu 6) Perpindahan kepemilikan suatu aset yang diijarahkan dari pemilik kepada penyewa, dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika akad ijarah telah berakhir atau diakhiri dan aset ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad terpisah secara: - Hibah; - Penjualan sebelum akhir masa akad; - Penjualan pada akhir masa akad; - Penjualan secara bertahap.

4 11 7) Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. 8) Spesifikasi obyek ijarah, misalnya jumlah, ukuran, dan jenis harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN Akuntansi Pemilik (Mu jir) Biaya perolehan 9) Obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh sebesar biaya perolehan. 10) Biaya perolehan obyek ijarah yang berupa aset tetap mengacu ke PSAK 16: Aset Tetap dan Aset Tidak Berwujud mengacu ke PSAK 19: Aset Tidak Berwujud. Penyusutan dan Amortisasi 11) Obyek ijarah disusutkan atau diamortisasi, jika berupa aset yang dapat disusutkan atau diamortisasi, sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk aset sejenis selama umur manfaatnya (umur ekonomis). 12) Kebijakan penyusutan atau amortisasi yang dipilih harus mencerminkan pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek ijarah. Umur ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang dapat dipakai

5 12 selama 10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntahiyah bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian, umur ekonomisnya adalah 5 tahun. 13) Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang berupa aset tetap sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap dan amortisasi aset tidak berwujud sesuai dengan PSAK 19: Aset Tidak Berwujud. Pendapatan dan Beban 14) Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas aset telah diserahkan kepada penyewa. 15) Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. 16) Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai berikut: - biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat terjadinya; dan - jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan persetujuan pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya. 17) Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan obyek ijarah yang dimaksud dalam paragraf 16 huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing atas obyek ijarah.

6 13 18) Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh penyewa atas persetujuan pemilik. Perpindahan Kepemilikan 19) Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara: a) hibah, maka jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai beban; b) penjualan sebelum berakhirnya masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian; c) penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian; d) penjualan secara bertahap, maka: - selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian obyek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; dan - bagian obyek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancar atau aset lancar sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut.

7 14 Akuntansi Penyewa (Musta jir) Beban 20) Beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset telah diterima. 21) Utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima. 22) Biaya pemeliharaan obyek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya. 23) Biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah. Perpindahan Kepemilikan 24) Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara: a) hibah, maka penyewa mengakui aset dan keuntungan sebesar nilai wajar obyek ijarah yang diterima; b) pembelian sebelum masa akad berakhirnya, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang disepakati;

8 15 c) pembelian setelah masa akad berakhir, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar atau pembayaran tunai yang disepakati; d) pembelian secara bertahap, maka penyewa mengakui aset sebesar nilai wajar. Jual dan Ijarah 25) Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling bergantung (ta alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar. 26) Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada lain dan kemudian menyewanya kembali, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa. 27) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah. Ijarah Lanjut 28) Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas aset yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam Pernyataan ini.

9 16 29) Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk disewa lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah (sewa) tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah (sewa) untuk sewa jangka pendek. 30) Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak penyewa lanjut. PENYAJIAN 31) Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya PENGUNGKAPAN 32) Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada: a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada: - keberatan wa d pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa d pengalihan kepemilikan); - pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut;

10 17 - agunan yang digunakan (jika ada); b) nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok aset ijarah; c) keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada). 33) Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas pada: a) penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada: - total pembayaran; - keberadaan wa d pemilik untuk pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa d pemilik untuk pengalihan kepemilikan); - pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjut; - agunan yang digunakan (jika ada); b) keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah). KETENTUAN TRANSISI 34) Pernyataan ini diterapkan secara prospektif. Penerapan secara retrospektif diperkanankan, tetapi tidak disyaratkan.

11 18 TANGGAL EFEKTIF 35) Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari Penerapan lebih dini dianjurkan. Jika entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode yang dimulai sebelum 1 Januari 2010, maka fakta tersebut harus diungkapkan. PENARIKAN 36) Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang berhubungan dengan perlakuan akuntansi untuk pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi ijarah. B. Pembiayaan Ijarah 1. Pengertian Ijarah Ijarah adalah akad sewa-menyewa antara pemilik mu jir (obyek sewa) dan musta jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewamenyewa antara pemilik obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakannya dengan opsi perpindahan hak milik obyek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

12 19 Perpindahan hak milik obyek sewa kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan: a) hibah; b) penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewa; c) penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal akad; dan d) penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad. Pemilik obyek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas ijarah untuk menghindari risiko kerugian. Jumlah, ukuran dan jenis obyek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. 2. Rukun dan Syarat Ijarah Rukun Ijarah adalah: 1. Musta jir / penyewa 2. Mu ajjir / pemilik barang 3. Ma jur / barang atau obyek sewaan 4. Ajran atau Ujrah / harga sewa atau manfaat sewa 5. Ijab Qabul Syarat-syarat Ijarah adalah: 1. Pihak yang terlibat harus saling ridha

13 20 2. Ma jur (barang/obyek sewa) ada manfaatnya : a) manfaat tersebut dibenarkan agama/halal b) manfaat tersebut dapat dinilai dan diukur/ diperhitungkan c) manfaatnya dapat diberikan kepada pihak yang menyewa d) Ma jur wajib dibeli Musta jir 3. Akuntansi Ijarah bagi Bank Syariah selaku Pemilik Aset (Mu jir) Pengakuan dan Pengukuran 1. Pada saat biaya perolehan persediaan ijarah yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 9 dan 10, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini: Dr Aset Ijarah Kr Kas/Rekening 2. Pada saat dilakukan penyusutan asset ijarah, dengan menggunakan metode penyusutan atau amortisasi sesuai dengan PSAK 107 paragraf 11 dan 12 yang terkait dengan masa manfaat sesuai kebijakan akuntansi bank syariah adalah : a) Pada saat transaksi ijarah yang akan dibeli dengan metode garis lurus, maka beban penyusutannya yaitu:

14 21 Dr Beban Penyusutan Aset Ijarah Kr Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah b) Pada saat transaksi Ijarah Muntahiyah Bittamlik yang akan dibeli dengan metode garis lurus, maka beban penyusutannya yaitu: Dr Beban Penyusutan Aset Ijarah Kr Akumulasi Penyusutan Aset Ijarah 3. Pada saat perbaikan/pemeliharaan asset ijarah, untuk mencatat pengeluaran beban perbaikan atau pemeliharaan asset ijarah adalah : Dr Beban Perbaikan Aset Ijarah Kr Kas/Rekening Nasabah 4. Pada saat Pengakuan Pendapatan dan Beban yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 14-18, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti: pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas asset yang telah diserahkan kepada penyewa. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. Terdapat 3 (tiga) klasifikasi yaitu: a) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan saat jatuh tempo, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah: Dr Kas/Rekening Nasabah Kr Pendapatan Ijarah

15 22 b) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan setelah tanggal jatuh tempo, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah : Dr Piutang Pendapatan Ijarah Kr Pendapatan Ijarah c) Pembayaran sewa oleh nasabah dilakukan sebagian pada saat jatuh tempo dan sebagian lagi setelah jatuh tempo, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah ada 2 (dua) yaitu (1) penerimaan kas dari nasabah dan (2) pengakuan pendapatan sewa akrual untuk sisa sebagian yang belum dibayar nasabah. Berikut kedua jurnalnya yang harus dicatat oleh bank syariah : Dr Kas/Rekening Nasabah Kr Pendapatan Ijarah Dr Piutang Pendapatan Ijarah Kr Pendapatan Ijarah Selanjutnya sisa yang belum dibayar nasabah, dapat dilunasi oleh nasabah di kemudian hari. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah atas penerimaan uang dari nasabah atas kekurangan pembayaran periode sebelumnya adalah : Dr Kas/Rekening Nasabah Kr Pendapatan Ijarah Dr Piutang Pendapatan Ijarah Kr Pendapatan Ijarah

16 23 5. Pada saat perpindahan kepemilikan objek ijarah dari pemilik kepada penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara : (PSAK 107, 2009, par. 19) a) Hibah, maka jumlah yang tercatat objek ijarah diakui sebagai beban; Dr Akumulasi penyusutan aset Ijarah Dr Beban pelepasan aktiva Ijarah Kr Aktiva Ijarah b) Pada saat penjualan sebelum masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah yang diakui sebagai keuntungan atau kerugian; Dr Kas Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Kr Keuntungan Penjualan aset ijarah Kr Aset Ijarah c) Pada saat penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercatat objek ijarah yang diakui sebagai keuntungan atau kerugian: Dr Kas Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Kr Keuntungan Penjualan aset ijarah Kr Aset Ijarah

17 24 Apabila penjualannya dengan harga jual di bawah nilai sisa, maka akan diakui adanya kerugian. Maka jurnal yang harus dibuat oleh penyewa: Dr Kas Dr Akumulasi penyusutan aktiva ijarah Dr Kerugian Penjualan aset ijarah Kr Aset Ijarah d) Penjualan secara bertahap, maka : - Selisih antara harga jual dan jumlah nilai tercatat sebagai objek ijarah yang telah dijual diakui sebagai keuntungan atau kerugian; dan - Bagian objek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai aset tidak lancer atau aset lancer sesuai dengan tujuan penggunaan aset tersebut. (paragraph 19). 4. Akuntansi Ijarah bagi Bank Syariah selaku Penyewa (Musta jir) Pengakuan dan Pengukuran 1. Pada saat Pengeluaran Beban Sewa yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 20-23, secara lengkapnya dapat diukur dari jumlah yang harus dibayarkan atas manfaat yang telah diterima, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah pada saat pengeluaran beban sewa adalah :

18 25 a) Beban sewa yang diakui selama masa akad pada saat manfaat atas aset yang telah diterima, maka jurnal yang dibuat oleh penyewa : Dr Beban ijarah Kr Kas b) Pada saat Utang sewa yang diukur dari jumlah yang harus dibayar atas manfaat yang telah diterima, maka jurnal yang dibuat : Dr Beban ijarah Kr Utang Ijarah c) Biaya pemeliharaan objek ijarah yang disepakati dalam akad menjadi tanggungan penyewa diakui sebagai beban pada saat terjadinya, maka jurnal ynag dibuat oleh penyewa : Dr Beban ijarah Kr Kas d) Biaya pemeliharaan objek ijarah dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan objek ijarah secara bertahap, akan meningkat sejalan dengan peningkatan kepemilikan objek ijarah. 2. Pada saat Pengeluaran Beban Pemeliharaan/Perbaikan, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah sebagai penyewa yang menanggung biaya perbaikan adalah :

19 26 Dr Beban Perbaikan/Pemeliharaan Ijarah Kr Kas/Utang/Perlengkapan Apabila biaya perbaikan masih menjadi tanggung jawab dari pemilik objek sewa, namun pihak penyewa atas persetujuan dari pemilik membayar terlebih dahulu, maka jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah : Dr Piutang Kr Kas/Utang/ Perlengkapan 3. Pada saat Perpindahan Kepemilikan yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 24, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini dengan cara: a) Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar objek ijarah yang diterima. Maka jurnal yang harus dicatat oleh bank syariah adalah: Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan hibah asset ijarah b) Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset sebesar sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah: Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan selisih nilai wajar Kr Kas

20 27 c) Pembelian setelah masa akad selesai, maka penyewa mengakui asset sebesar pembayaran yang disepakati. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah : Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan selisih nilai wajar Kr Kas d) Pembelian objek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset sebesar biaya perolehan objek ijarah yang diterima. Jurnal yang harus dibuat oleh bank syariah adalah: Dr Aset Nonkas (mobil) Kr Keuntungan selisih nilai wajar Kr Kas 4. Pada saat transaksi menjual aset ijarah lanjut yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 25-27, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini: a) Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan tidak saling tergantung (ta alluq) sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai wajar b) Jika suatu entitas menjual obyek ijarah kepada pihak lain dan kemudian menyewanya kembali maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada periode terjadinya

21 28 penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan akuntansi penyewa c) Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah. Maka jurnal yang akan dibuat adalah : Dr. Kas Dr. Akumulasi Penyusutan Kr. Keuntungan pelepasan asset Kr. Mobil (misalnya) 5. Pada saat Ijarah lanjut yang telah diatur oleh PSAK 107 paragraf 28-30, yang secara lengkap dapat diuraikan seperti dibawah ini: a) Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan perlakukan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam pernyataan ini (PSAK 107) b) Jika suatu entitas menyewa obyek ijarah (sewa) untuk disewa lanjutkan, maka entitas mengakui sebagai beban ijarah atau sewa tangguhan untuk pembayaran ijarah jangka panjang dan sebagai beban ijarah atau sewa untuk jangka pendek c) Perlakuan akuntansi untuk penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas (sebagai penyewa) dengan pemilik

22 29 dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan untuk transaksi antara entitas sebagai pemilik dengan pihak penyewa lanjut. Penyajian Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan sebagainya. (paragraph 31) Pengungkapan Pengungkapan selengkapnya diatur dalam PSAK 107 paragraf sebagai berikut : Pemilik mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada : a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada : - Keberadaan wa ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa ad pengalihan kepemilikan); - Pembatasan-pembatasan, misalnya, ijarah lanjut; - Agunan-agunan yang digunakan (jika ada);

23 30 b) Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan atau amortisasi untuk setiap kelompok asset ijarah; c) Keberadaan transaksi jual dan ijarah (jika ada). Penyewa mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada : a) Penjelasan umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak terbatas pada : - Total pembayaran; - Keberadaan wa ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme yang digunakan (jika ada wa ad pengalihan kepemilikan); - Pembatasan-pembatasan, misalnya, ijarah lanjut; - Agunan-agunan yang digunakan (jika ada); b) Keberadaan transaksi jual dan ijarah dan keuntungan atau kerugian yang diakui (jika ada transaksi jual dan ijarah). 5. Landasan Hukum pada Akad Sewa Menyewa (Ijarah) dalam Praktik Perbankan Syariah: 1. Landasan syariah a) Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 233 yang artinya: Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan

24 31 pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang kamu perbuat b) Hadist Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad SAW mengemukakan: Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu. Juga dapat dilihat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan An Nasa i dari Abi Waqqash r.a, berkata : Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas atau perak. c) Ijmak Mengenai ijarah ini juga sudah mendapatkan ijmak ulama, berupa kebolehan seorang muslim untuk membuat dan melaksanakan akad ijjarah atau perjanjian sewa-menyewa. 2. Landasan Hukum Positif Landasan produk ijarah dalam hukum positif dapat kita jumpai dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Hal ini dapat kita baca dalam ketentuan Pasal 1 ayat (13) yang mendefenisikan mengenai Prinsip Syariah. Secara eksplisit ujarah dan ijarah dan ijarah wa iqtina

25 32 merupakan salah satu produk pembiayaan dalam perbankan syariah. Dewan Syariah Nasional menetapkan aturan tentang Ijarah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 09/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April Sedangkan fatwa yang berkaitan dengan al-ijarah Muntahiyah al-bittamlik (IMBT) sebagaimana tercantum dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No.27/DSN- MUI/III/2002 tanggal 28 Maret Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Ijarah dan IMBT PSAK No.59 (2002) mengelompokkan pengakuan dan pengukuran ijarah dan IMBT menjadi empat (4) kelompok, yakni: a. Bank sebagai Pemilik Obyek Sewa 1) Obyek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan obyek sewa dan disusutkan sesuai dengan : (a). kebijakan penyusutan pemilik obyek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi ijarah; dan (b). masa sewa jika merupakan transaksi IMBT 2) Pendapatan ijarah dan IMBT diakui selama masa akad secara proporsional kecuali pendapatan IMBT melalui penjualan

26 33 secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian obyek sewa pada saat periode tersebut. 3) Piutang pendapatan ijarah dan IMBT diukur sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. 4) Pengakuan biaya perbaikan obyek sewa adalah sebagi berikut: i. biaya perbaikan tidak rutin obyek sewa diakui pada saat terjadinya; ii. jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek sewa dengan persetujuan pemilik obyek sewa maka biaya tersebut dibebankan kepada pemilik obyek sewa dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut; dan iii. dalam IMBT melalui penjualan secara bertahap biaya perbaikan obyek sewa yang dimaksud dalam huruf (a) dan (b) ditanggung pemilik obyek sewa maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam obyek sewa. 5) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui hadiah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan obyek sewa yang telah diserahkan kepada

27 34 penyewa. Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa. 6) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui penjualan obyek sewa dengan harga sebesar sisi ciciln sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli obyek sewa. Pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih obyek sewa. 7) Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam IMBT melalui pembayaran sekedarnya adalh sebagai berikut : i. perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa. ii. obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik obyek sewa. iii. jika penyewa berjanji untuk membeli obyek sewa tetapi kemudian memutuskan tidak melakukannya dan nilai wajar obyek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya, maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik obyek sewa kepada penyewa; dan iv. jika penyewa tidak berjanji untuk membeli obyek sewa dan memutuskan untuk tidak melakukannya, maka obyek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang

28 35 lebih rendah dari nilai buku, maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. 8) Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam IMBT melalui penjualan obyek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut : i. perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik obyek sewa; ii. nilai buku bagian obyek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian obyek sewa; iii. pemilik obyek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian obyek sewa yang telah dijual; dan iv. jika penyewa tidak melakukan pembelian atas obyek sewa yang tersisa maka perlakuan akuntansinya sesuai dengan pragraf 115 huruf (c) dan (d). 9) Dalam IMBT jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar, maka selisih antara keduanya, (jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya)

29 36 diakui sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai. b. Bank sebagai Penyewa 1) Beban ijarah dan IMBT diakui secara proporsional selama akad 2) Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi baban ijarah atau IMBT selama masa akad 3) Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi obyek sewa berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya, biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam IMBT melalui penjualan obyek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan kepemilikan obyek sewa. 4) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui hadiah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan obyek sewa telah diterima penyewa. Obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar nilai wajar pada saat terjadinya. Penerimaan obyek sewa tersebut disisi lain akan menambah i. saldo laba, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank;

30 37 ii. dana investasi tidak terikat, jika sumber pendauran berasal dari simpanan pihak ketiga; atau iii. saldo laba dan dana investasi tidak terlihat secara proporsional, jika sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan pihak ketiga. 5) Perpindahan hak milik obyek sewa dalam IMBT melalui pembelian obyek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berkahirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli obyek sewa. Penyewa mengakui obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan. 6) Pengakuan penerimaan obyek sewa dalam IMBT melalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut : i. perpindahan hak milik obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan penyewa membeli obyek sewa dari pemilik obyek sewa; dan ii. obyek sewa yang diterima diakui sebagai aktiva penyewa sebesar kas yang dibayarkan. 7) Pengakun penerimaan obyek sewa diakui dalam IMBT melalui pembelian obyek sewa secara bertahap adalah sebagberikut : i. perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan

31 38 penyewa membeli sebagian obyek sewa dari pemilik sewa; dan ii. bagian obyek sewa yang diterima diakui sebagai ktiva penyewa sebesar biaya perolehannya. 8) Obyek sewa yang telah dibeli oleh penyewa disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan penyewa. 9) Jika obyek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurun nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaianya, serta jumlah ciciln sewa yang sudah dibayara melebihi nilai yang wajar, maka selisih antara keduanya (jumlah yang sudah diby penyewa untuk tujuan pembelian aktiva tersebut dan nilai sewa wajarnya) diakui sebagai piutang jatuh tempo penyewa kepada pemilik sewa dan mengoreksi beban IMBT c. Penjualan dan Penyewaan Kembali 1) Jika nasabah menjual aktiva kepda bank dan menyewany kembali, maka perlakuan akuntansi bnk sebagai pemilik obyek sewa diterapkan. 2) Jika bank menjual aktiva kepada nasabah dan menyewanya kembali, maka perlakuan akuntansi bank sebagai penyewa diterapkan sebagai berikut :

32 39 i. keutungan atau kerugian penjualan aktiva diakui bank pada saat terjadinya transaksi penjualan jika penyewaan kembali dilakukan secara ijarah; dan ii. keuntungan atau kerugian penjualan aktiva dialokasikan sebagai penyesuaian terhadap beban ijarah selama masa akad jika penyewaan kembali dilakukan secara IMBT d. Sewa dan Penyewaan Kembali Jika bank menyewakan kepada nasabah aktiva yang sebelumnya disewa oleh bank dari pihak ketiga, maka perlakuan akuntansi bank sebagai pemilik obyek sewa dan penyewa diterapkan. Beban pemeliharaan akan disajikan dilaporan laba rugi tahun berjalan. C. Akuntansi Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Sri Nurhayati Wasilah (2009 : 2), akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi tersebut sehingga meghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Definisi selanjutnya terdapat dalam APB No. 4 (Muhammah 2002 : 10) yang dapat menjelaskan :

33 40 Akuntansi sebagai suatu aktivitas jasa yang memiliki fungsi menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang satuan satuan ekonomi yang dapat bermanfaat dalam menetapkan pilihan pilihan yang logis diantara berbagai tindakan alternatif. Akuntansi Syariah adalah secara etimologi, kata akuntansi berasal dari bahasa inggris, accunting, dalam bahasa arabnya disebut Muhasabah yang berasal dari kata hasaba, hasiba, muhasabah atau wazan yang lain adalah hasaba, hasban, hisabah, artinya menimbang, memperhitungkan mengkalkulasikan, mendata atau menghisap, yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dlm pembukuan tertentu. 2. Pengertian Bank Islam (Bank Syariah) Menurut Muhammad (2004 : 1) bank syariah adalah lembaga keuangan perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Sedangkan menurut PSAK No. 59 (2002 : 1) syariah adalah bank yang berasaskan antara lain pada asas kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Ini berarti operasi perbankan mengikuti tata cara serta perjanjian berusaha berdasarkan Al Qur an dan Sunah Rasullah SAW, dan

34 41 bukan memakai tata cara perjanjian berusaha yang ditentang Al Qur an dan Sunah Rasullah SAW. 3. Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional No Bank Syariah Bank Konvensional 1 Melakukan investasi-investasi Investasi yang halal dan haram yang halal 2 Berdasarkan prinsip bagi Memakai perangkat bunga hasil,jual beli dan sewa 3 Hubungan dengan nasabah dalam Hubungan debitor-kreditor bentuk kemitraan 4 Penghimpun dan penyalur dana Tidak terdapat dewan sejenis sesuai dengan fatwa dewan syariah (sumber muhammad antonio syafi I 2001) 4. Prinsip Dasar Operasional Bank Syariah Dalam operasionalnya bank syariah didasarkan pada prinsip bagi hasil, jual beli, dan sewa sesuai dengan syariah islam. Prinsip prinsip syariah yang digunakan oleh bank syariah sebagai dasar kegiatan usahanya, yaitu : a) Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana,

35 42 sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian financial hanya di tanggung oleh pengelola dana. b) Musyarakah adalah akad kerjasama antara duapihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan risiko berdasarkan porsi kontribusi dana. c) Murabahah adalah akad jual beli dengan menyertakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. d) Salam adalah akad jual beli muslam fiih (barang pesanan) dengan pengiriman di kemudian hari oleh muslam illahi (penjual) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat syarat tertentu. e) Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara (pembeli, mustashni ) dengan penjual (pembuat, shani ). f) Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik ma jur (obyek sewa) dan musta jir (penyewa) untuk mendapatkan imbalan atas

36 43 obyek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan. g) Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. h) Pinjaman Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antar peminjam dengan pihak yang meminjamkan mewajibkan peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu. 5. Produk Operasional Bank Syariah Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan nisbahnya. Untuk membantu masyarakat dalam kegiatan bermuamalahnya, menurut Muhammad (2005:177) bank syariah mengelompokkan produk menjadi tiga kelompok, yaitu : a) Produk penghimpunan dana, seperti : giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah. b) Produk penyaluran dana, seperti : pembiayaan mudharabah, musyarakah, dan ijarah c) Produk jasa, seperti : kafalah, hiwalah, dan wakalah.

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 107

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 107 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI IJARAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Syariah Menurut Triyuwono (2012:104), akuntansi syariah merupakan salah satu dekonstruksi akuntansi modern kedalam bentuk yang humanis dan syarat nilai dimana tujuan

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 7: Akuntansi Akad Ijarah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA DEFINISI 2 Bahasa: al Ajru = al Iwadhu (kompensasi) Terminologi: akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59 by KarimSyah Law Firm Level 11, Sudirman Square Office Tower B Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46, Jakarta

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No.107 AKUNTANSI IJARAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No.107 AKUNTANSI IJARAH 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. AKUNTANSI IJARAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf standar harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan

BAB II LANDASAN TEORI. transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Sri (2009:2), akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB VI AKUNTANSI IJARAH

BAB VI AKUNTANSI IJARAH BAB VI AKUNTANSI IJARAH A. Ijarah Atas Aset Berwujud 1. Pengertian Ijarah atas Aset Berwujud Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah)

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Akuntan Imdonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Akuntan Imdonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntan Imdonesia. 2010. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers. Muhammad. 2005. Manajemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN 4.1 Pengakunan Pembiayaan Musyarakah Wal Ijarah Muntahiya Bittamlik di Bank Muamalat Indonesia Cabang

Lebih terperinci

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193 Malang

Lebih terperinci

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah MODUL PERKULIAHAN Perbankan Syariah Akuntansi Ijarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi Dan Bisnis Akuntansi 13 Reskino, SE.,MSi., AK., CA Afrizon, SE.,MSi., AK., CA Abstract

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini, pencatatan didasarkan pada bank sebagai pemilik obyek Ijarah:

Lebih terperinci

BAGIAN V AKAD SEWA V.1. IJARAH ATAS ASET BERWUJUD

BAGIAN V AKAD SEWA V.1. IJARAH ATAS ASET BERWUJUD - 58 - BAGIAN V AKAD SEWA V.1. IJARAH ATAS ASET BERWUJUD A. Definisi 1. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna/manfaat atas suatu aset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti

Lebih terperinci

Dealin Mahaputri Leonika

Dealin Mahaputri Leonika Analisis Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik Berdasarkan PSAK 107 dan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27 Pada Bank Muamalat dan Bank DKI Syariah Dealin Mahaputri Leonika-21210718 Analisis Pembiayaan

Lebih terperinci

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI

BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI BAGIAN XI LAPORAN LABA RUGI XI.1. PENGERTIAN 01. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode yang menunjukkan komponen laba rugi.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum. Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian:

BAB II LANDASAN TEORI. II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum. Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gadai Konvensional II.1.1 Pengertian Gadai Secara Umum Beberapa pendapat mengenai definisi gadai dan pegadaian: 1. Menurut Kasmir (2010:262), secara umum pengertian usaha gadai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan ijarah pada Bank DKI Syariah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam

Lebih terperinci

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

Prinsip Sistem Keuangan Syariah TRANSAKSI SYARIAH 1 Prinsip Sistem Keuangan Syariah 1. Pelarangan Riba 2. Pembagian Risiko 3. Tidak menganggap Uang sebagai modal potensial 4. Larangan melakukan kegiatan spekulatif 5. Kesucian Kontrak

Lebih terperinci

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1 5.1. Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah (DPS) adalah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107 Produk gadai syariah: 1. AMANAH (Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor Bagi Karyawan) berdasarkan PSAK 102 : Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Syariah BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kieso (2002: 2), akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi yaitu pengidentifikasian,

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH IJARAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: IJARAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id 12.1 DEFINISI DAN PENGGUNAAN Ijarah dan ijarah Muntahiyah Bit tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB II LANDASAN TEORI

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi Dari segi istilah, kata akuntansi berasal dari kata bahasa Inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggungjawabkan akuntansi

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH PSAK No. 59 1 Mei 2002 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor. 6 tahun

Lebih terperinci

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak. Materi: 6 AKUNTANSI MURABAHAH Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin_aftariz@yahoo.co.id atau afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang) Jl. MT. Haryono 193

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 29 /SEOJK.05/2015 TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO -2- PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO YANG MENJALANKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH TRANSAKSI SALAM AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: TRANSAKSI SALAM Fakultas FEB AFRIZON Program Studi www.mercubuana.ac.id DEFINISI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) NO. 103 SALAM adalah akad jual beli muslam fiih

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH (Sulhan PA Bengkulu) 1. Perbankan Syari ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syari ah dan Unit Usaha

Lebih terperinci

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Penerapan dan Perhitungan Akad Sewa-Menyewa Ijarah Pada Bank DKI Syariah Ijarah adalah akad sewa menyewa atau akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan manfaat atau hak guna

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat. 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah pada Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1. Perhitungan Akuntansi Pembiayaan Ijarah Pencatatan akuntansi pembiayaan ijarah pada Bank

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menerapkan murabahah pesanan yang bersifat mengikat. PT. Bank Muamalat Indonesia,

Lebih terperinci

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh PRODUK PERBANKAN SYARIAH Imam Subaweh PENGHIMPUNAN DANA Dalam perbankan hanya ada tiga produk penghimpunan dana, yaitu: Giro Simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu atau berdasarkan kesepakatan dengan

Lebih terperinci

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM SESI 7: Akuntansi Akad Istishna Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 DEFINISI Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 04 /BL/2007 TENTANG AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM KEGIATAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH KETUA BADAN

Lebih terperinci

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Secara bahasa Rahn berarti tetap dan lestari. Sering disebut Al Habsu artinya penahan. Ni matun rahinah artinya karunia yang tetap dan lestari. Secara teknis menahan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegadaian sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat guna menetapakan pilihan dalam pembiayaan disektor riil. Biasanya kalangan yang berhubungan dengan pegadaian

Lebih terperinci

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia 2008 DAFTAR ISI A. Penghimpunan Dana I. Giro Syariah... A-1 II. Tabungan Syariah... A-3 III. Deposito Syariah... A-5 B. Penyaluran

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 108 AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI PENYELESAIAN UTANG PIUTANG MURABAHAH BERMASALAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menjadi data pendukung dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011)

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 103 AKUNTANSI SALAM

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 103 AKUNTANSI SALAM Akuntansi Salam ED PSAK 0 (Revisi 00) 0 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 0 AKUNTANSI SALAM Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL LAMPIRAN: Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-./BL/. Tanggal : DRAFT PERATURAN NOMOR IX.A.14 : AKAD-AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL 1. Definisi a. Ijarah adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha 50 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha BMT berdiri dalam rangka menumbuh dan mengembangkan sumberdaya ekonomi mikro yang bersumber pada syariat Islam.

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi. PERBANKAN SYARIAH Modul ke: SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH Fakultas FEB AFRIZON Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Definisi Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada BAB II, maka dalam hal ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bank Syariah 1. Prinsip Akutansi Bank Islam Laporan akuntansi Bank Islam menurut Pardede dan Gayo (2005) terdiri dari : Laporan posisi keuangan / neraca Laporan laba-rugi Laporan

Lebih terperinci

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A Dwi Kartini Wardaningsi A MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH (AKAD SALAM) OLEH : Dian Magfirawati A311 11 284 Dwi Kartini Wardaningsi A311 11 270 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan usaha

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 10: Akuntansi Akad Musyarakah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA 2 Kemitraan Umum (Syirkah) Kepemilikan Bersama (Syirkah Al Milk) Kontrak (Uqud) Pilihan (Ikhtia ri) Keharusan

Lebih terperinci

AKUNTANSI IJARAH (PSAK 107)

AKUNTANSI IJARAH (PSAK 107) Disampaikan oleh Wiroso AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI IJARAH (PSAK 107) This training material is solely for the use of training participants. No part of it may be circulated, quoted, or reproduced

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan sudah memiliki tempat yang memberikan cukup pengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Ada berbagai jurnal yang telah meneliti tentang PSAK 105 dan kesesuaiannya dengan system yang ada di lembaga keuangan syariah diantaranya : Turrosifa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank

Lebih terperinci

Akuntansi Salam ED PSAK 103 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED

Akuntansi Salam ED PSAK 103 (Revisi 2006) Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA ED Akuntansi Salam ED PSAK 3 (Revisi 06) Hak Cipta 06 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 3.1 ED 56789 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 3 AKUNTANSI SALAM Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.404, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Pasar Modal. Penerbitan Efek Syariah. Akad. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5822) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Materi 7 Produk Pembiayaan. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

Materi 7 Produk Pembiayaan. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. Materi 7 Produk Pembiayaan by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM. 1 Prinsip & Lingkup Pembiayaan Prinsip jual beli/ba i Ø Murabahah Ø Istishna, Istishna Paralel Ø Salam, Salam Paralel Prinsip bagi hasil Ø Pembiayaan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI Produk & Jasa Lembaga Keuangan Syariah Operasional Bank Syariah di Indonesia Penghimpunan Dana Penggunaan Dana Wadiah Mudharabah Equity Financing Debt Financing Giro

Lebih terperinci

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL

Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL Bab 10 AKUNTANSI TRANSAKSI SALAM DAN SALAM PARALEL SOAL-SOAL LATIHAN: A. Soal Teori 1. Jelaskanlah definisi jual beli dengan skema salam! Jawab : Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bank Islam memiliki ciri karakter sendiri yang berbeda dengan bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari ketiadaan sistem riba dalam seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu bagian dari konsep sistem ekonomi Islam yang lebih luas. Dalam menjalankan kegiatan bisnis dan usahanya, Lembaga

Lebih terperinci

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 102 AKUNTANSI MURABAHAH Akuntansi Murabahah ED PSAK (Revisi 00) 0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. AKUNTANSI MURABAHAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus

Lebih terperinci

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution.

Porsi. Nasabah. Porsi. Bank. SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity. Profit Distribution. Bagi Hasil: Mudharabah Musyakarah SUMBER DANA: Giro Wadiah Tab Wadiah Tab. Mudharabah Dep. Mudharabah Equity POOLING DANA Alhamdulillah... Pembiayaan/Jual Beli: Murabahah Angsuran Murabahan Sekaligus Sewa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Akuntansi dan Bank Syariah 1. Pengertian Akuntansi Syariah Akuntansi syariah adalah teori yang menjalankan bagaimana mangalokasikan sumber-sumber yang ada secara adil bukan pelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Industri Perbankan Pengertian Perbankan menurut Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1, pengertian bank adalah : Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008 PERBANKAN SYARIAH Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi Bengkulu, 13 Februari 2008 1 Bank Syariah BANK yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, serta tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KODIFIKASI PRODUK DAN AKTIVITAS STANDAR BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Umun dan Akuntansi Syariah akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi: identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

SESI : 07 ACHMAD ZAKY SESI : 07 ACHMAD ZAKY akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri (MUI,2000)

Lebih terperinci

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah

Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah Soal UTS Semester Gasal 2015/2016 Mata Kuliah : Akuntansi Syariah 1. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari revenue sharing,gross profit sharing dan profit sharing dalam mudharabah! Buatlah contoh perhitungannya!

Lebih terperinci

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 13: Akuntansi Pegadaian Syariah dan Obligasi Syariah (Sukuk) Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA PEGADAIAN SYARIAH (rahn) PENGERTIAN AKAD RAHN Bahasa: tetap, kekal, jaminan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735

BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH. Pasal 735 205 BUKU IV AKUNTANSI SYARI AH BAB I CAKUPAN AKUNTANSI SYARI AH Pasal 735 (1) Akuntansi syari ah harus dilakukan dengan mencatat, mengelompokkan, dan menyimpulkan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008 1 FUNGSI BANK SYARIAH Manajer Investasi Mudharabah Agen investasi Investor Penyedia jasa keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan bank sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan memegang peranan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan dana. Sehubungan dengan hal tersebut sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang.

Lebih terperinci

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur dalam pembiyaan murabahah, yaitu : 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah 2) Kontrak yang pertama harus sah sesuai dengan rukun yag

Lebih terperinci

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer Yaya R., Martawiredja A.E., Abdurahim A. (2009). Salemba Empat Tujuan Instruksional Pembelajaran Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia lembaga keuangan berkembang dengan begitu pesatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia lembaga keuangan berkembang dengan begitu pesatnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini di Indonesia lembaga keuangan berkembang dengan begitu pesatnya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pertumbuhan lembaga keuangan yang ada dari tahun ke tahun

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Metodologi Pengembangan Standar Akuntansi Keuangan Syariah 1. Add Pendekatan Your Text Ideologis Tujuan dan berbagai Kaidah Akuntansi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta. 70 DAFTAR PUSTAKA Antonio, Muhammad Syafi i, 2002, Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta. Baiquni, M. S, 2010, Akuntansi Istishna Paralel Perbankan. http://ekonomipolitikislam.blogspot.com/2010/08/akuntansi-istishnaparalel-perbankan.html,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Pengertian Bank Syariah Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan yang merupakan perubahan dari Undang-Undang

Lebih terperinci

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. 0 Juni 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MURABAHAH IKATAN AKUNTAN INDONESIA PSAK No. 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNT UNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak memiliki

Lebih terperinci

ED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft

ED PSAK 102. akuntansi murabahah. exposure draft ED PSAK 0 exposure draft PERNYATAAN Standar Akuntansi Keuangan akuntansi murabahah Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia Grha Akuntan, Jalan Sindanglaya No. Menteng,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam PSAK No. 59 (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut : Bank Syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI SALAM IKATAN AKUNTAN INDONESIA

PSAK No Juni 2007 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI SALAM IKATAN AKUNTAN INDONESIA PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK No. Juni 00 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI SALAM IKATAN AKUNTAN INDONESIA Akuntansi Salam PSAK PSAK No. PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /POJK.04/2015 TENTANG AKAD YANG DIGUNAKAN DALAM PENERBITAN EFEK SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah Islam, (Kamaen dan Antonio, 1992:1). Secara formal perkembangan perbankan Islam di Indonesia baru dimulai

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/46/PBI/2005 TENTANG AKAD PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BAGI BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN KEGIATAN USAHA BERBASIS SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen. 1 BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen. Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bittamlik mulai

Lebih terperinci

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si. Syarat Transaksi sesuai Syariah a.l : Tidak Mengandung unsur kedzaliman Bukan Riba Tidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain.

Lebih terperinci

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah : CONTOH SOAL AKUNTANSI SYARIAH SOAL PILIHAN GANDA 1. Badan Internasional yang menerbitkan standar akuntansi syariah untuk institusi keuangan islam pada saat ini adalah: a. The Accounting and Auditing Organization

Lebih terperinci

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, Produk Bank Syariah dan Unit Usaha

Lebih terperinci