ENZIM PENCERNAAN : GETAH LAMBUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Pencernaan dan Penyerapan Makanan

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME DAN INFORMASI GENETIK PERCOBAAN 2 UJI AKTIVITAS SUKSINAT DEHIDROGENASE

Fraksinasi merupakan langkah awal untuk melakukan proses purifikasi. Prinsip fraksinasi menggunakan liquid IEF BioRad Rotofor yakni memisahkan enzim

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN

Proses pencernaan di dalam Rongga mulut Saliva gl.salivarius Proses mengunyah memecah makanan dengan menaikkan kelarutannya, memperluas daerah permuka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA

PENENTUAN DAYA CERNA PROTEIN IN VITRO DAN PENGUKURAN DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.4

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau

III. BAHAN DAN METODE

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.2

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

Pencernaan Protein. (ikatan peptida adalah ikatan amida)

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL SEMESTER GANJIL PENGARUH ph DAN PKa TERHADAP IONISASI DAN KELARUTAN OBAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

III. METODE PENELITIAN

Metabolisme Protein. dr.syazili Mustofa, M.Biomed Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

Pembahasan Video : :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

KARBOHIDRAT I Uji Molisch, Benedict, Barfoed, dan Fermentasi

KARBOHIDRAT II Uji Seliwanoff, Osazon, dan Iod

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. pedaging (Budiansyah, 2004 dalam Pratiwi, 2016).

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB I PENDAHULUAN. fosfor, besi atau mineral lain. Protein disusun dari 23 atau lebih unit yang

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan November Desember 2016 di

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.

AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Ikan rucah merupakan ikan-ikan kecil dengan ukuran maksimum 10 cm yang ikut

4 Hasil dan Pembahasan

Melakukan Uji Protein Urin

METODE PENELITIAN. A. Alat dan Bahan. B. Metode Penelitian. 1. Persiapan Sampel

UJI KUALITATIF ETANOL YANG DIPRODUKSI SECARA ENZAMATIS MENGGUNAKAN Z. MOBILIS PERMEABEL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

R E A K S I U J I P R O T E I N

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

THE ADDITION EFFECT OF THE METAL ION K + ON THE PAPAIN ENZYME ACTIVITIES

LAPORAN PRAKTIKUM PERANAN ENZIM KATALASE

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Isolasi dan Seleksi Mikroba. 2.2 Pangan Fermentasi

METODE. Bahan dan Alat

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

LAPORAN PERCOBAAN ENZIM KATALASE

I. PENDAHULUAN. protein yang lebih baik bagi tubuh dibandingkan sumber protein nabati karena mengandung

Transkripsi:

ENZIM PENCERNAAN : GETAH LAMBUNG Muhammad Alwin Azhari (G84130075) 1, Rachmat Saputra Biki 2, Syaefudin 3 1 Mahasiswa Praktikum, 2 Asisten Praktikum, 3 Dosen Praktikum Metabolisme Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor 2015 ABSTRAK Getah lambung mengandung berbagai enzim pencernaan, yaitu pepsin, renin, dan lipase. Getah lambung disekresikan oleh sel chief dan sel parietal. Enzim pepsin merupakan bentuk aktif dari pepsinogen. Pepsinogen diaktifkan oleh HCl dalam lambung. Renin berfungsi untuk mencerna protein susu dengan cara mengkoagulasi kasein. Lipase berfungsi dalam pencernaan lipid. Tujua percobaan ini adalah mengetahui sifat, aktivasi, dan aktifitas enzim pepsinogen dan pepsin. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah penambahan HCl untuk mengaktivasi pepsinogen, dan memberikan perlakuan suhu dan ph terhadap pepsin untuk mengetahui suhu dan ph optimum enzim pepsin dapat bekerja. Penambahan HCl pada ekstrak pepsinogen dapat mengaktifkannya menjadi pepsin. Pada perlakuan suhu, terjadi kesalahan saat percobaan sehingga suhu optimum tidak diketahui. Akan tetapi, secara literatur suhu optimum pepsin adalah 37 o C. Perlakuan ph memberikan hasil bahwa pepsin bekerja secara optimum pada ph 2. Indikator pengamatan pada percobaan ini adalah pelepasan warna fibrin. Kata kunci : fibrin, HCl, lambung, pepsin, pepsinogen. PENDAHULUAN Pepsinogen adalah prekursor tidak aktif dari pepsin. Pepsinogen disekresikan oleh sel-sel chief dan kelenjar parietal. Pepsinogen diubah menjadi pepsin oleh HCl. Sekresi pepsinogen dirangsang oleh simulasi vagal, gastrin, dan histamin. Pepsinogen stabil dalam larutan netral dan basa. Pepsinogen adalah proenzim aktif yang digunakan untuk membentuk pepsin untuk pencernaan protein. Ada 2 bentuk pepsinogen, yaitu pepsinogen I dan pepsinogen II, bergantung pada lokasi sekresinya. Pepsinogen I disekresikan oleh sel-sel utama, sedangkan pepsinogen II disekresikan oleh kelenjar pilorus. Pepsinogen I ditemukan dalam badan lambung tempat sebagian besar asam disekresikan.

Pepsinogen II ditemukan pada badan dan antrum lambung. Pepsinogen tidak dapat menghidrolisis protein. Pepsinogen harus diaktifkan terlebih dahulu menjadi pepsin agar dapat mencerna protein (Bintari et al 2014). Renin diproduksi oleh sel-sel lambung mamalia muda. Renin disekresi dalam jumlah besar tepat setelah dilahirkan dan produksinya secara bertahap menurun. Renin diproduksi sebagai prorenin tidak aktif. Ketika susu memasuki perut, prorenin diaktifkan oleh HCl dalam getah lambung dan diubah menjadi enzim renin aktif. Fungsi enzim renin adalah untuk mengentalkan atau koagulasi susu dan memisahkannya ke dalam dadih semi-padat dan dadih cair. Pengentalan susu diperlukan jika susu tersebut akan disimpan dalam perut cukup lama agar protein susu dapat dicerna dengan baik. Mamalia muda tidak akan mendapatkan manfaat yang banyak dari susu yang diminum jika susu melewati perut terlalu cepat (Mustakim et al. 2005). Enzim renin tidak dapat ditemui lagi pada lambung mamalia dewasa. Lipase adalah enzim yang disekresikan untuk menghidrolisis lemak. Enzim ini tidak begitu berperan dalam lambung karena aktivitasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas pepsin. Enzim lipase akan memiliki peran yang lebih besar pada saat pencernaan lipid pada usus halus. Enzim lipase pada lambung disekresikan dalam getah lambung, sedangkan lipase pada usus halus disekresikan oleh pankreas (Hehi et al. 2013). Setiap enzim memiliki ph dan suhu tertentu yang menjadikan enzim tersebut bekerja optimum. Enzim yang berada pada lambung memiliki suhu optimum 37 o C pada lingkungan ber-ph 1.0 2.0 (asam). Suhu optimum tersebut merupakan suhu tubuh normal dan ph optimum tersebut bersifat asam akibat adanya HCl pada lambung. Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat, aktivasi, dan aktivitas enzim pepsin yang terdapat dalam lambung. METODE Tempat dan Waktu Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Departemen Biokimia IPB pada hari Jumat, 18 September 2015 pukul 13.00 16.00 WIB. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain tabung reaksi, gelas piala, penangas air, penjepit tabung ph universal, dan pipet tetes. Adapun bahan yang digunakan antara lain ekstrak pepsinogen, HCl 0.4 %, akuades, Na-karbonat 0.5 %, HCl 1 N, ekstrak pepsin, dan fibrin.

Prosedur Percobaan Aktivasi Pepsinogen a. Sebanyak 2 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mlekstrak pepsinogen. Tabung 1 ditambahkan HCl 0.4 % sebanyak 1.5 ml dan tabung 2 ditambahkan akuades sebanyak 1.5 ml. Kedua tabung tersebut diinkubasi dalam penangas air bersuhu 37 o C selama 15 menit. Fibrin ditambahkan seujung sudip ke dalam masing masing tabung dan diamati perubahan warna fibrin yang terjadi. b. Sebanyak 2 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 2 mlekstrak pepsinogen. Tabung 1 ditambahkan HCl 0.4 % sebanyak 1.5 ml dan tabung 2 ditambahkan akuades sebanyak 1.5 ml. Kedua tabung tersebut diinkubasi dalam penangas air bersuhu 37 o C selama 15 menit. Lalu, tabung 1 ditambahkan Na-karbonat 0.5 % dan tabung 2 ditambahkan akuades masing-masing sebanyak 100 tetes. Kedua tabung ditambahkan Na-karbonat 0.5 % sebanyak 1.5 ml dan diinkubasi lagi selama 15 menit pada suhu 37 o C. Kedua tabung ditambahkan 10 tetes HCl 1 N dan fibrin seujung sudip ke dalam masing masing tabung. Tabung tersebut diinkubasi lagi selama 5 menit pada suhu 37 o C dan diamati perubahan warna fibrin yang terjadi. Aktivitas Pepsin a. Sebanyak 2 tabung reaksi masing-masing diisi dengan 1.5 ml ekstrak pepsin dan 1.5 ml HCl 0.4 %. Tabung reaksi yang berisi HCl dipanaskan selama 5 menit. Masing-masing tabung ditambahkan fibrin seujung sudip lalu diinkubasi pada suhu 37 o C selama 30 menit dan diamati perubahan warna fibrin yang terjadi. b. Sebanyak 3 tabung reaksi diisi dengan HCl 1 N, akuades, dan ekstrak pepsin dengan perbandingan sebagai berikut : Tabung HCl 1 N (ml) akuades (ml) pepsin (ml) ph 1 0.0 2.5 2.5 6.4 2 0.2 2.3 2.5 2.1 3 0.6 1.9 2.5 1.2 Campuran dihomogenkan dan ditambahkan fibrin seujung sudip, lalu diinkubasi pada suhu 37 o C. Waktu yang menunjukkan pelepasan warna fibrin diamati dan dicatat. HASIL DAN PEMBAHASAN Pepsinogen bentuk tak aktif pepsin. Pepsinogen harus diaktivasi terlebih dahulu oleh HCl. Adapun data hasil aktivasi pepsinogen tertera pada Tabel 1.

Tabel 1 Aktivasi pepsinogen tabung perlakuan pelepasan warna fibrin gambar 1 HCl 0.4 % + 2 akuades + 3 HCl 0.4 % + Na-karbonat + 4 akuades + Na-karbonat + Keterangan : (+) : sedikit (++) : banyak (+++) : sangat banyak Data pada tabel satu menunjukkan bahwa semua tipe perlakuan memberikan respon yang sama terhadap aktivasi pepsinogen. Pepsinogen yang telah aktif menjadi pepsin ditandai dengan adanya aktivitas pelepasan warna fibrin. Fibrin merupakan protein yang berperan sebagai substrat pepsin pada percobaan ini. Perlakuan tabung 1 digunakan untuk mengamati aktivasi pepsinogen dengan HCl 0.4 %, sedangkan tabung 2 digunakan sebagai kontrol terhadap tabung 1. Hasil dari aktivasi pada kedua tabung tersebut adalah timbulnya pelepasan warna fibrin dengan intensitas yang sama. Seharusnya intensitas pada tabung 1 lebih besar daripada tabung 2. Hal ini dapat disebabkan adanya kontaminasi dalam penyiapan larutan. Perlakuan tabung 3 digunakan untuk mengamati aktivasi pepsinogen dengan HCl 0.4 % yang diganggu oleh Na-karbonat, sedangkan tabung 4 digunakan sebagai kontrol terhadap tabung 3. Na-karbonat dapat mengganggu proses aktivasi pepsinogen karena Na-karbonat dapat meningkatkan ph larutan. Hasil dari aktivasi pepsinogen pada tabung 3 dan 4 adalah timbulnya pelepasan warna fibrin dengan intensitas yang sama.

Tabel 2 Pengaruh suhu terhadap aktivitas pepsin Tabung Suhu ( o C) Pelepasan warna fibrin Gambar 1 100-2 25 - Keterangan : - : tidak ada + : sedikit ++ : cukup banyak Setiap enzim memiliki suhu tertentu agar dapat bekerja secara optimum. Adapun hasil penentuan suhu optimum enzim pepsin tertera pada Tabel 2. Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa aktivitas pepsin diukur pada suhu 100 o C dan 25 o C. Aktivitas enzim pepsin juga diukur berdasarkan pelepasan warna fibrin. Aktivitas enzim pada suhu 100 o C dan 25 o C pada percobaan sama sekali tidak menghasilkan pelepasan warna fibrin. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Protein penyusun enzim pepsin akan terdenaturasi jika berada pada suhu 100 o C sehingga memungkinkan enzim tidak aktif dan warna fibrin tidak terlepas. Akan tetapi, suhu 25 o C merupakan suhu yang dianggap cukup normal dan mendekati suhu tubuh sehingga memungkinkan enzim pepsin masih dapat bekerja dan dapat menghidrolisis fibrin. Perbedaan hasil percobaan tersebut dengan literatur dapat disebabkan oleh adanya kesalahan dalam mejalankan prosedur percobaan. Kesalahan tersebut dapat berupa kesalahan pada penyiapan larutan sampel, maupun kesalahan dalam penggunaan suhu percobaan. Selain suhu, kerja enzim juga dipengaruhi oleh kondisi ph lingkungan. Adapun hasil pengamatan terhadap ph optimum enzim pepsin tertera pada Tabel 3. Pepsin merupakan enzim yang terdapat di lambung dan bekerja pada ph yang bersifat asam. Aktivitas enzim pepsin pada percobaan ini diukur pada ph 1, 2, dan 6. Adapun hasil percobaan menunjukkan bahwa pepsin bekerja optimal pada ph 2. Pada ph 2, aktivitas enzim pepsin menghasilkan pelepasan warna fibrin paling banyak daripada yang lain, kemudian disusul oleh ph 1, dan terakhir ph 6. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa ph optimum pepsin adalah ph 1 2.

Tabel 3 Pengaruh ph terhadap aktivitas pepsin Tabung ph Pelepasan warna fibrin Gambar 1 6 + 2 2 +++ 3 1 ++ Keterangan : + : sedikit ++ : cukup banyak +++ : sangat banyak Pepsinogen berbeda dengan pepsin, baik secara fungsi maupun strukturnya. Pepsinogen tidak dapat menghidrolisis protein, sedangkan pepsin dapat menghidrolisis protein. Pepsin terdiri atas 6 bagian heliks dan setiap bagian berisi kurang dari 10 asam amino. Pepsin juga memiliki sedikit residu asam amino esensial dan 44 residu asam. Oleh karena itulah pepsin sangat stabil pada ph yang sangat rendah. Selain itu, struktur dan ikatan hidrogen tersier yang kompleks juga mendukung stabilitas asam struktur pepsin (McMurry 2008). Porcine pepsin A adalah pepsin yang paling banyak dipelajari dan tersedia secara komersial, yang diisolasi dari mukosa lambung babi. (Yusmarini et al.2013). SIMPULAN Getah lambung mengandung berbagai jenis enzim, yaitu pepsinogen, renin, dan lipase yang berperan sebagai biokatalisator pada reaksi hidrolisis protein. Pepsinogen harus diaktivasi oleh HCl menjadi pepsin agar dapat menghidrolisis protein. Enzim ini bekerjaoptimum pada suhu 37 o C dan ph 1-2. Pepsin menghidrolisis protein substrat yang ditunjukkan oleh pelepasan warna fibrin.

DAFTAR PUSTAKA Bintari GS, Windarti I, Fiana DN. 2014. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) as gastroprotector of mucosal cell damage. Medical Journal. 5(5): 77-84. Hehi FK, Loho L, Durry MF. 2013. Gambaran hispatologi lambung tikus wistar pasca pemberian metanol. Jurnal e-biomedik. 1(2): 890-895. McMurry J. 2008. Organic Chemistry Eight Edition. New York (US): W.H. Freeman and Company. Mustakim, Muarifah RF, Al-Awwaly KU. 2005. Pembuatan keju dengan menggunakan enzim renin Mucor pusillus amobil. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan. 19(2): 137-149. Yusmarini, Indrati R, Utami T, Marsono Y. 2013. Peningkatan garam empedu oleh susu kedelai terfermentasi dan stabilitasnya terhadap pepsin dan pankreatin. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 24(1): 105-109.