BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evita Puspita Sari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikator kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar,

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

yang mana film tersebut mencapai rating di atas 40% pada saat episode terakhir ditayangkan dan juga pada negara Iran yang tercatat bahwa drama ini per

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP

BAB I `PENDAHULUAN. Demam korea atau yang dikenal sebagai K-pop di Indonesia telah sampai pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena Korean wave juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam idola (idols) akhir-akhir ini sepertinya sedang mewabah di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),

1. PENDAHULUAN. Di akhir 90-an, Pemerintah Korea Selatan melaksanakan kebijakan dan

BAB I PENDAHULUAN. terbuka seolah-olah batas-batas suatu Negara menjadi sempit dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bintang film, olahragawan, atau bahkan pelawak. Fenomena yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. musik pop yang berasal dari Negara Korea. Menurut Chua dan Iwabuchi 2008

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan negara-negara Eropa dalam memerkenalkan budayanya secara luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sejarah Masuknya Hallyu ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna

Studi Deskriptif mengenai Interaksi Parasosial pada Perempuan Dewasa Awal di Komunitas Fans Exo Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena K-Pop (Korean Pop) yang sedang booming di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di era saat ini. Selebriti seolah telah menjelma menjadi sosok nyaris sempurna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. pop transnasional, mengekspor berbagai produk budaya ke negara-negara

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. penggemar K-Pop di Indonesia untuk mengunduh secara ilegal melalui internet

Get Profit with Internet from Thousand Hallyu Nettizen

BAB I PENDAHULUAN. dinikmati secara lokal di tempat tertentu, dapat dinikmati juga oleh banyak orang,

BAB I PENDAHULUAN. di televisi ditayangkan, mulai dari acara talk show, sinetron/drama, live music,

Tinjauan Fenomena Hallyu Lovers di Indonesia

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI & SARAN

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Citra Octricia,2013

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya sekelompok laki-laki ataupun perempuan yang menari dan menyanyi

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada zaman modernisasi ini banyak dijumpai remaja yang sering ikutikutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.

KARYA ILMIAH DAMPAK MUSIK KOREA (K-POP) TERHADAP REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pasti akan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STATUS IDENTITAS AREA RELASI DENGAN LAWAN JENIS PADA REMAJA AKHIR YANG MENGALAMI RELASI PARASOSIAL DENGAN IDOLA K-POP GABRIELLA MALVISA ABSTRAK

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. metal yaitu Seringai sebagai bahan untuk penelitian. Kebanyakan lirik pada

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

BAB I PENDAHULUAN. antar pribadi (personal), komunikasi antar kelompok hingga kepada. tersebut dicari, digunakan, dikonsumsi, oleh audience.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi favorit banyak kalangan muda. Masyarakat juga sempat tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi yang diatur menjadi pola yang dapat menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP TERHADAP IDOLA K-POP (KOREAN POP) DENGAN PERILAKU IMITASI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. tingkatan yang lebih luas lagi yaitu menjalin sebuah interaksi dan hubungan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beberapa tahun belakangan ini di Indonesia. Hallyu Wave merupakan istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. girlband, boyband hingga idol grup yang mulai masuk kedalam keberagaman

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. LA DASA TEORI. Pengaruh tingkat pemujaan..., Rannu Rizki Fitriani, FPsi ui, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. terutama melalui produk-produk budaya populer. Anime (Kartun atau Animasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau Hallyu atau Korean Wave. Hallyu diartikan sebagai gelombang budaya populer

membantu mempopulerkan K-Pop, perusahaan entertainment di Korea Selatan pun tanpa segan menggunakan Youtube sebagai sarana untuk membantu mendongkrak

Pengaruh Budaya K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya SKRIPSI

Bab I. Pendahuluan. pemahaman secara mendalam dari fenomena yang terjadi pada gitaris rock dalam

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman dan tekhnologi, maka berkembang pula program-program di dalam penyiaran.

Pemujaan terhadap Idola Pop sebagai Dasar Intimate Relationship pada Dewasa Awal: sebuah Studi Kasus

TALENTED ARTIST 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan. (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang

Konformitas dan Fanatisme Pada Remaja Korean Wave (Penelitian pada Komunitas Super Junior Fans Club ELF Ever Lasting Friend ) di Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. dapat dengan mudah mengakses berita-berita terbaru dari seluruh lapisan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

menyaksikan pertunjukan musik tersebut secara langsung atau live.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bunyi yang teratur. Musik diyakini sebagai bahasa universal yang bisa memberikan kehangatan insani dan makanan ruhani bagi si pendengar (Ibrahim, 2007:95). Musik sendiri memiliki beberapa genre atau aliran, diantaranya klasik, pop, jazz, blues, rock, hiphop, R n B, dan sebagainya. Di Indonesia, dalam beberapa dasawarsa terakhir dunia musik mengalami banyak perkembangan. Contohnya adalah musik triphop yang merupakan perpaduan musik pop dengan beat elektronik yang ringan dan enak untuk didengar, kemudian ada pula musik reggae, metal, dan sebagainya (Rapendik.com, 2012). Musik yang easy listening dan lirik yang mudah dicerna oleh masyarakat menjadi salah satu alasan suatu jenis musik dapat diterima dengan mudah di kalangan masyarakat. Industri musik Indonesia yang semula diwarnai oleh band dan penyanyi solo, mulai diramaikan dengan hadirnya boyband dan girlband. Hal ini merupakan pengaruh dari Korean Wave yang membawa genre musik pop Korea yang dikenal sebagai K-Pop. K-Pop merupakan salah satu jenis musik Korea Selatan yang mengusung musik pop dan dipadukan dengan gerakan dance yang dinamis (Nastiti, 2010). K-Pop diperkenalkan melalui idol group atau yang lebih dikenal dengan boyband dan girlband. DBSK (Dong Bang Shin Ki), Super Junior, Girl s Generation, Big Bang, 2NE1, 2PM dan lain-lain adalah idol group yang saat ini sedang populer di kalangan pecinta musik baik di Indonesia, maupun mancanegara (Korean Culture and Information Service, 2011). K-Pop menjadi populer karena adanya dukungan dari fans. Menurut Hills (2002), fans merupakan seseorang yang terobsesi dengan selebritis, artis, film, program televisi, band, dan lain-lain. Mereka mampu menghapal lirik lagu artis kesayangan dan kalimat dalam sebuah film favorit. Sedangkan menurut Lewis (1992), fans adalah seseorang yang akan memakai atribut yang berkaitan dengan 1

2 artis kesayangannya, rela mengantri tiket konser sang artis, dan mengetahui setiap detail kehidupan pribadi dan pekerjaan sang artis. Fans K-Pop merupakan fans yang memiliki ciri khas tersendiri. Mereka memiliki tingkat fanatisme yang dapat dikatakan cukup tinggi (Kapanlagi.com, 2011). Selain memakai atribut dan menonton konser, mereka juga terobsesi dengan kehidupan pribadi sang artis. Salah satu bentuk fanatisme seorang fans yang saat ini sedang menjadi kontroversi di Korea Selatan adalah sasaeng fans. Sasaeng berasal dari kata bahasa Korea sasaenghwal. Sasaenghwal berarti privasi atau kehidupan pribadi. Istilah sasaeng fans ditujukan pada fans yang tidak menghormati kehidupan pribadi sang artis (Steviani, 2012). Mereka membuntuti sang artis selama 24 jam dalam seminggu, mengirim surat yang ditulis dengan darah, menyelinap ke dalam apartemen sang artis bahkan melakukan kekerasan terhadap sang artis. Mereka yang membuntuti artis tersebut, biasanya akan membagikan informasi yang mereka dapatkan melalui blog atau jejaring sosial (Allkpop.com, 2012). Fenomena sasaeng fans tidak terjadi di kalangan fans K-Pop yang ada di Indonesia. Namun, fenomena yang mirip terjadi ketika terdapat artis Korea yang akan menggelar konser di Indonesia. Para fans biasanya akan menunggu kedatangan sang artis di bandara kemudian membuntuti artis tersebut sampai ke hotel tempat artis tersebut menginap. Mereka akan mengambil foto artis tersebut secara diam-diam dan mengunduhnya di situs jejaring sosial pribadi atau di fanpage. Pada tanggal 22 September 2012, Indonesia mengundang artis-artis Korea dalam konser bertajuk SM TOWN Live World Tour III yang diadakan di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan Jakarta Pusat (Steviani, 2012). Konser ini menghadirkan artis-artis Korea yang bernaung di bawah manajemen SM Entertainment, di antaranya DBSK (Dong Bang Shin Ki), Super Junior, f(x), SHINee, Girls Generation, Kangta, BoA, dan EXO (Rollingstone.co.id, 2012). Ribuan fans hadir untuk menyaksikan artis kesayangan mereka di atas panggung. Mereka rela mengantri di depan gerbang GBK sejak pagi meskipun acara baru dimulai pada malam hari (Steviani.com, 2012).

3 Berdasarkan hasil observasi peneliti melalui media jejaring sosial pada tanggal 21 September 2012, ketika para artis SM TOWN datang ke Indonesia, para fans rela datang ke bandara untuk menjemput artis kesayangan mereka. Salah satu administrator fanpage dan beberapa fans lainnya, bahkan membuntuti artis dari bandara sampai ke hotel tempat artis tersebut menginap. Mereka mengambil foto diam-diam dan menyebarkan foto tersebut di jejaring sosial. Fenomena lain yang muncul di kalangan fans K-Pop Indonesia salah satunya adalah fenomena virtual husband and wife. Dalam fenomena ini, seorang fans tidak hanya melihat artis sebagai seorang idola, tetapi juga sebagai suami atau istri mereka (Kapanlagi.com, 2011). Fans mengibaratkan artis favorit mereka sebagai pasangan dan berperilaku seolah-olah sang artis berada dekat dengannya. Dalam tingkatan tertentu, seorang fans akan membayangkan bahwa ia hidup dalam satu rumah bersama sang artis dan memiliki anak. Fenomena sasaeng fans dan virtual husband and wife menunjukkan bahwa fans dapat menjadi terobsesi dengan artis favoritnya. Hal ini dapat dikategorikan sebagai celebrity worship. Celebrity worship merupakan sindrom perilaku obsesif dan adiktif terhadap artis dan segala sesuatu yang berhubungan dengan artis tersebut, termasuk kehidupan pribadinya (Chapman, 2003). Lebih lanjut McCutcheon, Ashe, Houran dan Maltby mendefinisikan celebrity worship sebagai bentuk hubungan atau interaksi parasosial individu yang terobsesi dengan satu selebriti atau lebih (McCutcheon et al, 2003). Rubin & McHugh (Roberts, 2007) mengatakan bahwa pada hubungan parasosial, fans merasa bahwa mereka mengenal dekat sang artis hanya dengan melihat penampilan, gestur, perkataan dan perbuatannya. Fans juga merasakan kedekatan dengan sang artis meskipun mereka belum pernah melakukan komunikasi secara langsung. Perilaku artis dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sang artis juga dapat memengaruhi perasaan dan emosi fans, seolah-olah fans memiliki hubungan yang dekat dengan sang artis di dunia nyata.

4 Fans yang merasa memiliki hubungan dekat dengan artis favoritnya akan menumbuhkan rasa memiliki terhadap artis tersebut. Rasa memiliki ini sendiri disebut juga dengan psychological ownership. Menurut Pierce et al. (2002), psychological ownership merupakan suatu keadaan di mana seseorang merasa bahwa suatu benda atau target adalah bagian dari diri mereka. Seseorang yang mempunyai rasa memiliki terhadap sesuatu akan mendapatkan kepuasan tersendiri atas hal yang ia miliki itu. Menurut Porteus ((Pierce et al.,2002).), seseorang yang mengembangkan rasa memiliki terhadap sesuatu akan melakukan kontrol terhadap objek atau target yang ia miliki. Lebih lanjut, orang tersebut akan menjadikan objek atau target tersebut menjadi bagian dari dirinya. Terakhir, orang yang tersebut akan terus-menerus memikirkan dan mempertahankan apa yang dimilikinya tersebut. Penelitian mengenai celebrity worship telah beberapa kali dilakukan. Penelitian McCutcheon et al (2002) menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif yang kurang baik menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap celebrity worship. Penelitian Maltby et al (2005) menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki hubungan parasosial dengan selebriti yang memiliki bentuk tubuh yang indah cenderung memiliki gambaran tubuh (body image) yang kurang baik. Selanjutnya penelitian Sheridan et al (2007) menyimpulkan seseorang yang memuja selebriti cenderung mencari identitas diri dan mengidentifikasi diri dengan selebriti tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2009) terhadap fans Slank menunjukkan bahwa tingkat pemujaan selebriti yang tinggi tidak berpengaruh terhadap pembelian seluruh album Slank, namun berpengaruh pada pembelian kaset orisinal. Penelitian mengenai celebrity worship dengan psychological ownership belum ditemukan. Namun, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian mengenai hal tersebut sebab fenomena yang muncul menunjukkan bahwa fans, terutama fans K-Pop, menunjukkan kefanatikan mereka dengan menganggap artis sebagai orang terdekatnya. Fans K-pop terdiri dari berbagai macam fandom dan tiap fans memiliki artis favorit atau yang dikenal dengan bias. Penelitian ini akan dilakukan pada fandom ELF, yaitu fandom resmi Super Junior. Berdasarkan

5 observasi dan wawancara yang dilakukan Yusron (2009), ELF merupakan fandom yang sangat mudah menunjukkan kefanatikan mereka dan mudah tersinggung. Mereka menganggap member favorit mereka (bias) sebagai suami atau pacar mereka. Lebih lanjut, peneliti melakukan penelitian pendahuluan pada fandom ELF tersebut. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa dari segi usia, sebagian besar ELF berada dalam rentang usia remaja dan dewasa awal. Sejalan dengan Yusron (2009), peneliti juga menemukan bahwa ELF menganggap bahwa anggota Super Junior merupakan, pacar, suami ataupun kakak mereka. Mereka juga mengatakan bahwa mereka sering berkhayal tentang bias mereka. Jika bias dipasangkan atau dekat dengan artis perempuan, mereka akan merasa cemburu dan marah kepada artis perempuan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa fans K-pop adalah fandom yang tergolong memiliki fanatisme yang tinggi dan cenderung tergolong sebagai celebrity worship. Fanatisme yang tinggi tersebut berujung kepada rasa kepemilikan pada artis kesayangannya. Dari fenomena-fenomena yang muncul, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Hubungan Celebrity Worship dengan Psychological Ownership pada Fans K-Pop (Studi pada Fans Super Junior di Bandung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,masalah penelitian ini adalah Bagaimana hubungan antara celebrity worship dengan psychological ownership pada fans K-Pop?, maka dari masalah umum tersebut dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana gambaran Celebrity Worship pada fans K-Pop? 2. Bagaimana gambaran Psychological Ownership pada fans K-Pop? 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Celebrity Worship dengan Psychological Ownership pada fans K-Pop?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui gambaran Celebrity Worship pada fans K-Pop. 2. Mengetahui gambaran Psychological Ownership pada fans K-Pop. 3. Mengetahui hubungan antara Celebrity Worship dengan Psychological Ownership. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan celebrity worship dan psychological ownership. 2. Kegunaan Praktis Memberikan informasi mengenai perilaku fans, khususnya fans K-Pop. E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian antara lain: 1. Bab I akan membahas pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. 2. Bab II akan membahas landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu teori celebrity worship dan teori psychological ownership. 3. Bab III akan menguraikan metode penelitian yang berisi lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, pengembangan instrumen penelitian, dan metode analisis data penelitian. 4. Bab IV mengemukakan hasil penelitian yang meliputi tahap analisis data serta pembahasannya. 5. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dikemukakan dari hasil maupun pelaksanaan penelitian ini.