Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
CARA PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN DAN ANGKA KEMATIAN

TUTORIAL EPIDEMIOLOGI : 1. FREKUENSI MASALAH KESEHATAN DAN PENGUKURAN

UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

Tutorial Epidemiologi : 1. Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran

PENGUKURAN KEJADIAN PENYAKIT ETIH SUDARNIKA LABORATORIUM EPIDEMIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN IPB

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

Mengukur Kemunculan dan Risiko Penyakit

UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI

2. Proporsi Perbandingan 2 nilai kuantitatif yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Contoh: Proporsi 12/(12+20)= 0,375

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono

UKURAN-UKURAN FREKUENSI EPIDEMIOLOGI

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT. Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit

UU kes no 36 tahun 1992 NILUH WINDA ANGGRIANI

PENGUKURAN FREKUENSI PENYAKIT

Epidemiologi Kesehatan Reproduksi - 2

30/10/2015. Tujuan epidemiologi kebidanan :

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK

BAB 1 KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

BAB I PENDAHULUAN. Proportional Mortality Ratio (PMR) masing-masing sebesar 17-18%. 1

MORTALITAS & MORBIDITAS

EPIDEMIOLOGI K3 UKURAN-UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI &

UKURAN-UKURAN DEMOGRAFI

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

MUSLIM, MPH 5/8/2010. Akademi Kebidanan Anugerah Bintan

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

KONSEP DASAR EPIDEMIOLOGI. Putri Ayu Utami S. Kep, Ns.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

UKURAN MORTALITAS. Nunik Puspitasari, S.KM, M.Kes Dept. Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

1. UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGY

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) AKADEMI KEBIDANAN MITRA HUSADA MEDAN Jalan Pintu Air IV Pasar 8 Kel. Kwala Bekala, Kec. Medan Johor - Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

MORTALITAS (KEMATIAN)

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang

diantaranya telah meninggal dunia dengan Case Fatality Rate (CFR) 26,8%. Penyakit

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI

BAB 4 METODE PENELITIAN

FORMULIR PENCATATAN LAPORAN KEWASPADAAN KERACUNAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAHAN AJAR MATA KULIAH: PRINSIP-PRINSIP EPIDEMIOLOGI. (Frekuensi Masalah Kesehatan)

UKURAN DAMPAK DALAM EPIDEMIOLOGI. Putri Handayani, M.KKK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN

1. Masalah Jumlah Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

Pengukuran Kejadian Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. tanda-tanda awal berupa salesma disertai konjungtivitis, sedangkan tanda khas

KUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

Cross sectional Case control Kohort

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

MORTALITAS DAN MORBIDITAS

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

Ukuran-Ukuran dalam Kesehatan dan Epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

SISTEM MANAJEMEN K3 KULIAH 2: STATISTIK KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai di masyarakat, baik anak-anak, remaja, dewasa. maupun lanjut usia. Cedera kepala dapat dikaitkan

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN: STROKE HEMORAGIK DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sistem..., Levina Ardiati, FKM UI, 2009

Odds ratio = a/b = ad/bc c/d

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

b. Kematian (mortalitas) Faktor pendorong kematian al:

MANFAAT EPIDEMIOLOGI Membantu pekerjaan administrator dan perencana kesehatan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan, alokasi sumber d

ANALISIS DATA STUDI KOHORT

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

Transkripsi:

Oleh: SYAFRIANI, M.Kes Prinsip-prinsip Epidemiologi STIKES TUANKU TAMBUSAI RIAU

Ukuran Frekuensi; Ukuran Asosiasi; Ukuran Dampak.

Ukuran frekuensi merupakan ukuran dalam epidemiologi deskriptif; Ukuran frekuensi penyakit, mengukur kejadian penyakit, cacat ataupun kematian pada populasi. Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif. Ukurannya adalah Prevalens dan Insidens. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 3

Dasar Dalam Pengukuran Frekuensi Penyakit Digunakan salah satu dari tiga bentuk dari pecahan yaitu : Proporsi; Rasio; Rate. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 4

Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut. Biasanya dinyatakan dalam persen. Contoh pada populasi terdiri atas 100 orang, 20 orang diantaranya mendapat kasus kecelakaan. Proporsi kecelakaan adalah: 20 : 100 x 100 % = 20 %. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 5

Ciri Dari Proporsi Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dan pembilangnya sama, sehingga saling meniadakan Nilainya antara 0 dan 1

RASIO (Ratio) Rasio adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan bagian dari penyebut. Ini yang membedakan dari proporsi. Rasio menyatakan hubungan antara pembilang dan penyebut yang berbeda satu dengan yang lain. Rentangnya dari 0 s.d. tidak berhingga a/b. Contoh Rasio antara laki-laki dan perempuan = 100 : 105. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 7

Jenis Rasio Dikenal dua macam Rasio yaitu: Rasio yang mempunyai satuan misalnya: Jumlah dokter per 100.000 penduduk, Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran hidup. Rasio yang tidak mempunyai satuan karena pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan yang sama, contohnya: Rasio antara satu proporsi dengan proporsi yang lain atau rasio antara satu rate dengan rate yang lain, contohnya Relative Risk dan Odds Ratio. Contoh rasio yang mempunyai ukuran: rasio tempat tidur R.S per 100.000 orang dalam populasi. Rasio yang tidak mempunyai ukuran seperti perbandingan antara dua proporsi atau rate. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 8

RATE 1 Rate merupakan konsep yang lebih kompleks dibandingkan dua bentuk pecahan yang terdahulu. Rate (angka) yang sesungguhnya adalah merupakan kemampuan berubah suatu kuntitas bila terjadi perubahan pada kuantitas lain. Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini biasanya kuantitas waktu. Bentuk pecahan ini sering dicampur adukkan penggunaanya dengan proporsi.

Contoh Rate: RATE 2 Laju kecepatan kasus demam berdarah persatuan waktu ( 20 orang/bulan ). Kecepatan mobil pada saat tertentu (60 km per jam). Ciri dari Rate : Mempunyai satuan pengukuran yaitu per satuan waktu Nilai dari nol sampai takterhingga

RATE 3 Pemahaman rinci tentang konsep rate yang berubah-ubah, membutuhkan pemahaman tentang konsep matematik kalkulus yang rumit. Pembahasan rate dalam epidemiologi akan dibatasi pada rate rata-rata ( average rate ) yang lebih sederhana. Untuk lebih memudahkan pemahamannya ahli epidemiologi menyatakan rate itu merupakan jumlah kejadian (kelahiran, kasus penyakit, kecelakaan, atau kematian) dalam suatu populasi tertentu selama periode tertentu.

Secara umum terbagi dua macam ukuran penyakit yaitu: Prevalens yang menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu saat tertentu. Insidens yang menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi dalam satu periode tertentu. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 12

Untuk memudahkan pemahaman, setiap individu dalam populasi dianggap masuk dalam salah satu dari dua kategori ini: sakit atau tidak sakit. Prevalens menggambarkan proporsi populasi yang sakit pada saat tertentu. Insidens menggambarkan perpindahan dari kategori tidak sakit ke kategori sakit. Prevalens adalah sinonim dari status suatu penyakit sedangkan insidens adalah kejadian (event) penyakit atau perubahan dari status sehat ke status sakit.

Prevalens (Prevalence) Prevalens menggambarkan jumlah kasus yang ada pada saat tertentu. Jumlah individu yang sedang sakit Pada satu saat tertentu Prevalens = ------------------------------------------------- Jumlah individu dalam populasi tersebut Pada saat tertentu itu Ukuran Frekuensi Epidemiologi 14

Ciri Prevalens Berbentuk proporsi Menggambarkan status kondisi pada suatu waktu / periode tertentu Tidak mempermasalahkan adanya perubahan status Setiap kasus yang ditemui saat pengukuran dihitung, dan kasus yang sudah sembuh/mati tidak dihitung lagi. Tidak mempunyai satuan Besarnya antara 0 dan 1 Ukuran Frekuensi Epidemiologi 15

Prevalens Ada 2 Macam: Point Prevalence Rate Untuk mengukur jumlah orang yang menderita penyakit atau kejadian pada satu saat tertentu Berguna untuk perencanaan kebutuhan fasilitas, tenaga, dan pemberantasan penyakit, terutama untuk penyakit kronis. Jumlah kasus baru dan lama penyakit X pada saat tertentu Point Prevalence Rate: -------------------------------------------------- x C Jumlah penduduk pada saat tersebut Ukuran Frekuensi Epidemiologi 16

Period Prevalence Rate Untuk mengukur jumlah kasus yang ada selama satu periode dengan memasukkan kasus point prevalence, kasus incidence (kasus baru), dan kasus-kasus yang kambuh selama observasi. Jumlah kasus penyakit X yang ada selama periode waktu tertentu Period Prevalence Rate: -------------------------------------------------- x C Populasi rata-rata pada saat tersebut (mid interval) Period Prevalence = Point Prevalence + Incidence Ukuran Frekuensi Epidemiologi 17

Kegunaan Prevalens Menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu tertentu Perencanaan dibidang kesehatan karena prevalens memberikan informasi tentang pengobatan, jumlah tempat tidur, peralatan kesehatan, biaya, tenaga dll. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 18

INSIDENS (INCIDENCE) Insidens ada dua jenis yaitu : 1). Incidence Risk (Cumulative Insidence ) Mengukur risiko untuk sakit Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk menjadi sakit selama periode waktu tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab lain. Risiko ini biasanya digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama pada orang sehat tersebut. Misalnya insidens penyakit jantung mengukur risiko serangan penyakit jantung pertama pada orang yang belum pernah menderita penyakit jantung. Jumlah individu yang menjadi sakittertentu selama periode tertentu Insidens Risk = --------------------------------------------- ------------------------------------ X C Jumlah individu yang berisiko dalam populasi pada periode tertentu

Ciri Insidens Risk (Cumulative Insidence): Berbentuk proporsi Harus jelas ada perubahan status dari tidak kasus menjadi kasus. Tidak memiliki satuan Nilainya antara 0 dan 1 Konsep risiko ini harus dinyatakan dalam periode waktu yang menunjukkan bentang waktu yang dibutuhkan untuk mencari kasus baru karena cummulative insidens tergantung pada lamanya periode pengamatan. Dalam menuliskan cumulative incidence lamanya periode pengamatan harus selalu disertakan. Untuk mudahnya Cumulative Incidence adalah proporsi individu sehat yang menjadi sakit pada periode tertentu

Contoh CI: Hasil sensus tahun 1960 di Swedia menunjukan dari 3076 orang laki-laki berumur 20 64 tahun yang bekerja di perusahaan plastik, berdasarkan dari data register kanker Swedia antara tahun 1961 1973, 11 orang dari pekerja itu terserang tomur otak. Cumulative Insidens ( CI ) tumor otak yang terjadi pada pekerja ini selama 13 tahun adalah : CI = 11 / 3076 = 0,004 atau 0,4 %

2). Insidence Rate ( Insidence Density ) Insidens Rate adalah potensi perubahan status penyakit per satuan waktu, relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu. Insidens Rate Jumlah kasus baru yang terjadi Selama periode tertentu = ----------------------------------------------- X C Jumlah orang-waktu yang disumbangkan Oleh seluruh individu yang diamati Selama periode waktu tersebut

Apa yang diukur oleh Insidence Rate ( Insidence Density )? Yang diukur oleh Insidens Density adalah: jumlah orang yang berpindah status dari tidak sakit menjadi sakit dalam periode waktu tertentu, hal ini merupakan hasil paduan dari : Ukuran besarnya populasi Lama periode pengamatan Kekuatan penyebaran penyakit ( force of morbidity ). Karena besarnya populasi dan lama periode pengamatan telah ditentukan oleh peneliti, maka yang diukur dengan Insidens Density ini adalah kekuatan penyebaran penyakit ( force or morbidyti ) Insidens Rate dalam keadaan wabah/klb Attack Rate.

Hubungan Antar Ukuran 1 Jika kejadian kasus baru (incidence) dan lamanya waktu perjalanan penyakit (duration) tidak berfluktuasi sepanjang waktu dan populasi dalam keadaan steady state maka maka angka kasus prevalens hampir sama dengan angka kasus insidens dikalikan rata-rata lamanya waktu perjalanan penyakit. P = I x D Hal ini berlaku bila tidak ada pencegahan dan tidak ada pengobatan untuk penyakit yang bersangkutan.

Hubungan Antar Ukuran 2 Pada penyakit kronis P > I Pada penyakit akut P < I

Hubungan Antara Point Prevalence dan Incidence Point Prevalence Kasus baru Kasus baru + kasus lama mati cacat Incidence sembuh Keberhasilan program pencegahan dapat menurunkan insiden. Nilai point prevalence tergantung pada insiden, beratnya penyakit, dan efektitifitas pengobatan.

Keberhasilan program pencegahan dapat menurunkan insidens; Informasi tentang insidens penting untuk: o Menentukan penyebab; o Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit. Nilai point prevalens tergantung pada: o Insidens; o Beratnya penyakit; o Keberhasilan pengobatan.

CONTOH STATISTIK KESAKITAN 1. Proportional Morbidity Rate: Ukuran ini digunakan untuk melihat proporsi suatu penyakit tertentu dalam satu bulan di suatu R. Sakit. Jumlah penderita penyakit X di RS. Y dalamwaktu 1 bulan Proportional Morbidity Rate: ---------------------------------------------------- x C Jumlah semua penderita penyakit di RS. Y dalam waktu 1 bulan Ukuran Frekuensi Epidemiologi 28

CONTOH STATISTIK KESAKITAN 2. Proportional Rate: Ukuran ini digunakan untuk memperkirakan kejadian wabah di wilayah tertentu. Jumlah penderita baru dari penyakit X yang berkunjung ke Puskesmas Y dalam periode waktu tertentu Proportional Rate: ------------------------------------------------------------------ x C Jumlah semua penderita baru yang berkunjung ke Puskesmas Y dalam periode waktu Ukuran Frekuensi Epidemiologi 29

CONTOH STATISTIK KEMATIAN 1. Crude Death Rate: Ukuran ini digunakan untuk perbandingan-perbandingan tingkat kematian kasar menurut waktu dan perbandinganperbandingan internasional. Jumlah kematian pada periode tertentu Crude Death Rate: ------------------------------------------------------ x C Populasi total rata-rata selama periode tersebut Ukuran Frekuensi Epidemiologi 30

2. (Group) Spesific Death Rate: Untuk mengetahui kematian pada segmen populasi tertentu seperti age specific death rate atau sex specific death rate. Jumlah kematian pada sekmen populasi tertentu selama periode tertentu (Group) Spesific Death Rate: --------------------------------------------------- Populasi total rata-rata selama periode tersebut x C Ukuran Frekuensi Epidemiologi 31

3. Cause Spesific Death Rate: Kejadian atau sebab tertentu yang merupakan penyebab kematian tersebut. Jumlah kematian akibat penyakit tertentu pada periode tertentu Cause Spesific Death Rate = ------------------------------ x C Populasi total rata-rata selama periode tersebut mid interval Ukuran Frekuensi Epidemiologi 32

4. Proportional Mortality Rate : Angka kematian akibat penyakit atau sebab tertentu selama periode waktu tertentu dapat pula dihitung proporsinya terhadap seluruh kematian akibat berbagai sebab atau penyakit yang terlaporkan selama periode waktu yang sama. Jumlah kematian akibat penyakit tertentu pada periode tertentu Proportional Mortality Rate = -------------------------------- x C Jumlah kematian akibat segala sebab yang dilaporkan pada periode tersebut Ukuran Frekuensi Epidemiologi 33

5. Infant Mortality Rate: Ukuran ini merupakan statistik dalam menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan dan pembangunan lainnya, karena ukuran ini cukup sensitif terhadap perubahan sosio ekonomi dan intervensi pelayanan kesehatan. Jumlah kematian bayi pada periode waktu tertentu Infant Mortality Rate: --------------- x C (1000 per mil) Jumlah kelahiran hidup dalam periode waktu yang sama Infant adalah anak-anak berusia dibawah satu tahun Ukuran Frekuensi Epidemiologi 34

6. Maternal Mortality Rate: Ukuran ini untuk menentukan besarnya angka kematian ibu, tapi sering diabaikan karena kesukarannya untuk menghitung secara akurat. Kematian berkaitan dengan kehamilan ibu dalam 1 tahun Maternal Mortality Rate:------------------ x C (100.000/100.000) Jumlah total kelahiran hidup dalam tahun yang sama Ukuran Frekuensi Epidemiologi 35

7. Case Fatality Rate: Untuk mengukur keparahan/keganasan suatu penyakit yang berakibat fatal dalam kurun waktu tertentu Jumlah kematian pada kasus tertentu pada periode tertentu Case Fatality Rate: -------------- ---- x C (100 %) Jumlah kasus tertentu yang terdiagnosis selama periode tersebut Ukuran Frekuensi Epidemiologi 36

Ukuran Untuk Kecelakaan Kerja Accident Frequency Rate: Merupakan angka banyaknya kecelakaan. Jumlah seluruh kecelakaan Accident Frequency Rate: ------------------------------x C (1.000.000/ 1.000.000) Jumlah seluruh man-hour Di USA berkisar 1-33 dengan rata-rata 5-6. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 37

Accident Incidence Rate: Angka banyaknya kecelakaan pada suatu waktu Jumlah seluruh kecelakaan Accident Incidence Rate: ---------------------------------- x C (1000 permil) Jumlah rata-rata orang dengan risiko kecelakaan Perhitungan ini dipakai bila man-hour tidak dapat ditentukan pasti. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 38

Angka Beratnya Kecelakaan: Jumlah /hari terbuang Angka Beratnya Kecelakaan: ----------------------------- x C (1000 permil) Jumlah seluruh man-hour Di USA angka ini berkisar antara 50-6000 dengan rata-rata 700. Untuk perhitungan kematian dan cacat menetap seluruhnya dipergunakan 6000 atau 7500 hari terbuang. Ukuran Frekuensi Epidemiologi 39

Sekian dan terima kasih Ukuran Frekuensi Epidemiologi 40

CONTOH SOAL Sebuah perusahaan X mempunyai tenaga kerja 2500 orang di kota P yang berpenduduk 1000.000 orang pada pertengahan tahun 2009. Pada bulan Oktober 2009 terjadi KLB (outbreak) keracunan makanan yang diduga berasal dari kantin perusahaan. Dari 1000 tenaga kerja yang mendapat jatah makanan, sebanyak 100 orang karyawan dirawat di Rumah Sakit dengan gejala muntah-muntah, mual, dan pusing (gejala yang parah), 50 orang rawat jalan dengan gejala yang sama tetapi agak ringan. Kemudian dari sisa 1500 tenaga kerja yang tidak makan di kantin tersebut (tidak sedang bekerja) 25 orang juga sakit dengan gejala yang sama. Dari kasus ini 40 orang meninggal. Hitunglah: a) Prevalens Rate b) Insidens kumulatif (Insidens Risk), dan Insidens Rate c) Case Fatality Rate (CFR) d) Apa arti angka yang didapat tersebut Ukuran Frekuensi Epidemiologi 41

JAWABAN a) Prevalens Rate = 175/1000000= 0.0175 % b) Insidens kumulatif (Insidens Risk), dan Insidens Rate IRisk = 175/2500= 7 % I Rate = 175/2500 orang bulan= 7 % orang bulan (orang per bulan) a) Case Fatality Rate (CFR) = 40/175 = 22.86 % b) Apa arti angka yang didapat tersebut? Ukuran Frekuensi Epidemiologi 42