DAMPAK INVESTASI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN KABUPATEN JOMBANG Junaedi Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang Email : Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran sektor pertanian terhadap perekonomian Jombang dan untuk mengetahui seberapa besar dampak investasi sektor pertanian dilihat dari daya penyebaran dan derajat kepekaan. Hasil penelitian ini mennujukkan bahwa sektor pertanian masih menjadi andalan kabupaten Jombang dalam perekonomiannya. Sementara itu juga, sektor ini mampu menyerap tenaga kerja, terutama yang kurang terdidik, memberikan multiplier efek yang besar serta dan daya sebar yang besar sehingga mampu menggerakan sektor-sektor perekonomian lainnya. Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output. PENDAHULUAN Kegiatan investasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan pembangunan karena investasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Harrod-Domar (1957) dalam Jhingan (2000) mengemukakan bahwa investasi merupakan kunci dari pertumbuhan ekonomi sebab investasi dapat menciptakan pendapatan dan dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal. Oleh karena itu, yang diharapkan dari investasi adalah dampak yang ditimbulkan dari investasi terhadap pembangunan nasional maupun wilayah. Perencana pembangunan sering menghadapi masalah adanya ketimpangan dalam pembangunan. Salah satu penyebab ketimpangan tersebut adalah penyebaran investasi yang tidak merata baik dalam lingkup regional ataupun sektoral. Upaya yang dapat ditempuh untuk mengurangi ketimpangan di dalam perencanaan adalah dengan mengetahui berbagai peran sek toral di dalam pembangunan. Peran dari berbagai sektor inilah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi pendapatan terhadap suatu pembangunan suatu wilayah. Berkaitan dengan investasi di era otonomi saat ini, setiap daerah harus mampu mengembangkan berbagai sektor yang potensial untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Demikian juga dengan Kabupaten Jombang harus mencari sumber-sumber pendapatan dari berbagai sektor yang menjadi unggulannya terutama dalam peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Berbagai sumber yang potensial tersebut, selanjutnya diupayakan untuk Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 48
dikembangkan melalui peningkatan investasi baik oleh swasta maupun oleh pemerintah daerah itu sendiri. Di Jombang, sektor pertanian memiliki protensi yang besar dengan memberikan kontribusi pendapatan sekitar 30 % terhadap PDRB (BPS Jombang, 2011). Selanjutnya diterangkan pula bahwa sektor pertanian di Jombang mengalami pertumbuhan yang selalu positif meskipun tak terlalu besar, yaitu rata-rata sekitar 3 % per tahun Angka ini masih di bawah angka pertumbuhan rata-rata PDRB Kabupaten Jombang yang berada pada kisaran 5 % per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berjalan lambat dibandingkan sektorsektor lainnya. Kondisi seperti ini harus kita benahi karena sektor pertanian masih menjadi sektor andalan bagi perekonomian Jombang. Salah satau yang perlu dibenahi adalah bidang investasi, khususnya investasi sektor pertanian yang selama ini kurang diperhatikan. Oleh karena itu, maka dalam rangka merencanakan pembangunan khususnya sektor pertanian diperlukan adanya kajian tentang dampak investas sektor pertanian di dalam perekonomian Kabupaten Jombang. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam mengkaji dampak investasi sektor pertanian adalah (1). Bagaimana peran sektor pertanian terhadap perekonomian Jombang, dan (2) Berapa besar dampak investasi sektor pertanian dilihat dari daya penyebaran dan derajat kepekaan. Adapun tujuan dari penelitian ini (1) Untuk mengetahui peran sektor pertanian terhadap perekonomian Jombang, dan (2) Untuk mengetahui seberapa besar dampak investasi sektor pertanian dilihat dari daya penyebaran dan derajat kepekaan. METODE PENELITIAN Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini sebagian besar berasal dari tabel I-O Jombang Tahun 2010 yang dihasilkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Untuk keperluan penelitian ini digunakan tabel dasar transaksi domestik atas dasar harga produsen klasifikasi 29 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 9 sektor. Untuk mendukung analisis penelitian ini, juga digunakan data sekunder dari instansi terkait, seperti Dinas Pertanian, Bappeda, dan sebagainya. Pengolahan dari data I-O ini menggunakan program Grim 6.0. Metode Analisis a. Analisis Keterkaitan Konsep keterkaitan yang biasa dirumuskan meliputi keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage). Keterkaitan ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor terhadap sektor-sekto yang menggunakan sebagian output sektor secara langsung perunit kenaikan permintaan total yang dirumuskan sebagai berikut: Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 49
n Xij n Fi = j=1 = a ij Xi j=1 Dimana: Fi Xij Xi aij = keterkaitan langsung ke depan = banyak output sektor i yang digunakan sektor ke-j = total output sektor i (antara dan akhir) = unsur matrik koefisien teknis Sedangkan keterkaitan ke depan menunjukkan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. n Xji n Bi = j=1 = a ij Xj j=1 Dimana: Bi X ij Xj a ij = keterkaitan langsung ke belakang = banyak output sektor j yang digunakan sektor ke i = total output sektor j (antara dan akhir) = unsur matrik koefisien teknis b. Analisis Multiplier Secara sederhana prosedur matematis untuk menurunkan multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja adalah sebagai berikut: X 1 = X 11 + X 12 +.. + X 1n + Y 1 X 2 = X 21 + X 21 +.. + X 2n + Y 2 X3 = X n1 + X n2 +.. + X nn + Y 3 di mana: Xi = Jumlah output total sektor i Xij = Jumlah output sektor i yang dibeli oleh sektor j Yj = Jumlah output total permintaan akhir untuk output sektor j Dengan membagi setiap elemen pada setiap kolom tabel transaksi I-O dengan jumlah total setiap kolom akan diperoleh koefisien Input-Output (aij) yang menunjukkan pembelian langsung setiap sektor antara untuk setiap peningkatan output total sebesar satu unit satuan moneter. Bila nilai aij tersebut dimasukkan ke dalam persamaan maka model persamaannya menjadi: Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 50
X 1 = a 11 X 1 + a 12 X 2 +.. + a 1n X n + Y 1 X 2 = a 21 X 1 + a 22 X 2 +.. + a 2n X n + Y 2 Xn = a n1 X 1 + a n2 X n2 +.. + a ij X n + Y n di mana: aij = Xij/Xj = koefisien input-output Persamaan itu dapat dinyatakan dalam bentuk matriks: X = AX + Y di mana A = [aij], adalah matriks koefisien input-output. Persamaan tersebut dilanjutkan menjadi: X - AX = Y X - (I-A) = Y Di mana: (I-A) = Matriks Leontif (I-A) -1 = Matriks kebalikan Leontif Dengan demikian, solusi umumnya dinyatakan dengan: Z = (I-A) = [Zij] untuk model I-O terbuka Z*= ((I-A) -1 = [Z*ij] untuk model I-O tertutup Berdasarkan matrik kebalikan Leontif di atas, maka dalam analisis multiplier ini nilai-nilai dampak awal, efek putaran pertama, efek dukungan industri, efek induksi konsumsi, efek total dan efek lanjutan baik dari sisi output, pendapatan, dan tenaga kerja dapat diperoleh. Sedangkan untuk melihat hubungan antara efek awal dan efek lanjutan per unit dari sisi pendapatan dan tenaga kerja, maka dihitung perbandingan/multiplier tipe I dan tipe II dengan rumus sebagai berikut: Tipe IA = efek awal + efek putaran pertaman / efek awal Tipe IB = efek awal + efek dukungan industri / efek awal Tipe IIA = (efek awal + efek putaran pertaman + efek dukungan industri + efek ind. Kons)/ efek awal Tipe IIB = efek lanjutan (flow on) / efek awal Multiplier Tipe I dan II mengukur efek pendapatan yang disebabkan karena adanya perubahan pendapatan. Demikian juga mulitplier tipe I dan tipe II dari sisi tenaga kerja mengukur efek ketenagakerjaan yang terjadi karena adanya perubahan tenaga kerja. Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 51
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Ekonomi Jombang Kabupaten Jombang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah sebesar 1.159,50 km². Penggunaan lahan di Kabupaten Jombang dari tahun ke tahun didominasi untuk peruntukan lahan pertanian sebesar 43,21 % dari luas wilayah Kabupaten Jombang keseluruhan. Kabupaten Jombang memiliki keunggulan dalam sektor pertanian sehingga perekonomiannya masih dititikberatkan pada kegiatan pada sektor pertanian. Dari data yang di lansir BPS Jombang tahun 2011 menunujkkan bahwa bahwa antara 2000-2010 tampak perekonomian Jombang cukup stabil. Tetapi pada triwulan tahun 2008 perekonomian dunia sedang digoncang oleh krisis finansial global yang cukup mencemaskan, bahkan terus berlanjut sampai triwulan pertama tahun 2009. Dampaknya tak hanya pada perrekonomian nasional tetapi juga perekonomian Jombang. Ini bisa dilihat dari data-data yang ada yaitu mengalami penurunan yang sebelumnya 6,07% (2007) menjadi 5,79% (2008) dan 5,27% (2009). Namun seiring dengan pulihnya perekonomian internasional dan nasional, mengalami pertumbuhan seperti sebelum krisis, yaitu 6,12% (2010). Sementara itu laju pertumbuhan sektoral menunjukkan bahwa sektor pertanian berjalan lebih lambat yang juga meliputi seluruh subsektornya. Subsektor tanaman bahan makanan melambat dari 2,03 % (2009) menjadi 1,58 % (2010). Subsektor perkebunan dari 5,29% menjadi 3,19%, subsektor peternakan dari 7,72% menjadi 3,36%; subsektor perikanan dari 1,84% menjadi 1,15%. Sementara itu subsektor kehutanan melambat drastis dari 1,03 % menjadi 0,56 %. Sebaliknya sektor perdagangan mencatat pertumbuhan dari 7,01% (2009) menjadi 10,76% (2010). Percepatan sektor ini tentu merupakan dampak dari peningkatan daya beli masyarakat dengan didukung oleh laju inflasi yang relatif rendah. Tabel 1. Laju Pertumbuhan Sektoral Kabupaten Jombang 2006 2010 Sumber: BPS Jombang, 2011. Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 52
Demikian juga sektor keuangan kecepatannya dari 5,01 % menjadi 10,81 % karena pada tahun 2010 iklim usaha membaik dan permintaan akan kredit investasi cukup deras. Selanjutnya adalah jasa-jasa swasta, pertumbuhannya melemah yaitu dari 6,16 % menjadi 4,64 %, karena ekspektasi orang belum sepenuhnya pulih, hal ini tentunya punya dampak yang cukup luas, karena sektor ini juga memuat subsektor informal yang menghidupi masyarakat kelas bawah. Peran Sektor Pertanian di Jombang Sebagai daerah yang masih menitikberatkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan, sudah selayaknya fokus pembangunan dititikberatkan pada sektor pertanian yang memberikan kotribusi terbesar bagi pendapatan Jombang. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk meningkatkan sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Jombang dari tahun 2006-2010 memperlihatkan pertumbuhan yang menurun. Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh mulai abainya penganan sektor ini dibanding dengan sektor lain, misalnya industri manufaktur dan perdagangan. Namun demikian sektor pertanian dengan subsektor-subsektornya, tetap menunjukkan nilai positif dan relatif stabil meskipun ada guncangan ekonomi, seperti krisis finansial pada tahun 2008. Tabel 2. Kontribusi Per Sektor terhadap PDRB Kabupaten Jombang Sumber: BPS Jombang, 2011 Dampak Investasi Sektor Pertanian Hasil analisis dampak penyebaran terhadap seluruh sektor perekonomian di Jombang dengan menggunakan Tabel Input-Output yang dan hanya menggunakan sembilan sektor menunjukkan bahwa sektor pertanian di Jombang Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 53
mempunyai derajat kepekaan sebesar 0,89 atau kurang dari satu, sedangkan nilai daya penyebarannya sebesar 1,24. Tabel 3. Derajat Kepekaan dan Daya Penyebaran Seluruh Sektor Perekonomian di Jombang Sektor Derajat Kepekaan Pertanian 0,89 1,24 Pertambangan dan Galian 0,78 0,85 Industri Pengolahan 1,96 1,38 Listrik, Gas dan Air 0,83 1,21 Bangunan/ Konstruksi 0,87 1,18 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,25 1,07 Transportasi dan Komunikasi 0,97 1,11 Keuangan, Usaha Bangunan, dan Jasa 1,08 0,85 Perusahaan Jasa-jasa 0,92 0,99 Daya Penyebaran Oleh karena nilai daya penyebaran lebih besar dari satu, maka hal ini menunjukkan bahwa keberadaan sektor pertanian akan direspon oleh sektorsektor lainnya (sektor hulu, seperti industri pupuk, peralatan dan mesin, industri benih, dan sebagainya) untuk menanamkan investasinya. Dengan demikian, sektor pertanian ini mampu mendorong tumbuhnya sektor-sektor hulu yang menopang keberadaan sektor pertanian. Akan tetapi, sektor pertanian sendiri tidak mampu mendorong keberadaan sektor-sektor hilirnya yang ditandai dengan nilai derajat kepekaannya yang kurang dari satu. Dengan nilai derajat kepekaan kurang dari satu dan daya penyebaran lebih dari satu, maka sektor pertanian dapat dikategorikan dalam prioritas pembangunan nomer dua di Jombang. Oleh karena itu, agar sektor pertanian menjadi sektor unggulan, maka pengembangan produksi dan memperkecil input produksi dari bahan baku impor harus dilakukan agar sektor ini mampu menjadi sektor unggulan. Berdasarkan Tabel 3, maka dapat disusun skala prioritas investasi atau pembangunan sektor dan subsektor perekonomian di wilayah Jombang yang menyesuaikan rumusan prioritas sebelumnya. Sementara itu beberapa paket kebijakan yang memungkinkan pemerintah untuk menarik para investor adalah adanya paket pengurangan pajak, mempermudah perijinan, deregulasi beberapa paket kebijakan investasi dan sebagainya. Langkah-langkah ini bisa dijadikan sebagai langkah awal bagi penarikan investor ke wilayah Indonesia. Langkah pemerintah ini harus diiringi Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 54
dengan sektor-sektor mana yang akan dipromosikan oleh pemerintah untuk dilirik oleh para investor. KESIMPULAN Berdasarkan hasila analisis dampak investasi sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Jombang, dapat disimpulkan: Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Jombang masih besar dan sebagai penyerap tenaga kerja, terutama yang unskilled (tidak terdidik) Dampak investasi sektor pertanian mampu membentuk 1,33 kali lipat dari investasi yang ada. Daya sebar sektor pertanian (1,24) mampu menggerakan sektor-sektor lain sehingga aktivitas ekonomi lainnya bisa berjalan. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Regional Bruto 2010. Biro Pusat Statistik Kaupaten Jombang. Jombang. Daryanto, Arief. 1995. Peranan Sektor Pertanian dalam Pemulihan Ekonomi. Agremedia, 6(3):42-47. Esmara, Hendra. 1993. Perencanaan Pembangunan. Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Jensen, R.C and G.R. West. 1986. Input-Output for Practitioners: Theory and Application. Australian Government Publishing Service. Canberra. Jhingan, M. L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. D. Guritno (pentj). PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Miller, R.E and Blair. P.D. 1985. Input-Output Analysis: Foundation and Extention. Prentice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey. Jurnal Eba Vol. 1 No. 1 Februari 2014 55