BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kondisi Risiko Pembiayaan Musyarakah di UJKS BMT Mitra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS MEKANISME MANAJEMEN RISIKO PADA PEMBIAYAAN MODAL KERJA UNTUK KOPERASI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Prosedur Pembiayaan Musyārakah Pada Bank Negara Indonesia. Syariah Kantor Cabang Banjarmasin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

By : Angga Hapsila, SE.MM

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Divisi Produk & Prosedur Pembiayaan. Sistem perbankan syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil,

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. ANALISIS TENTANG PEMBERIAN PEMBIAYAAN GRIYA ib HASANAH

BAB IV PEMBAHASAN. prosedur pembiayaan griya di BSM Kantor Area Padang dapat diuraikan. 1. Tahap permohonan dan pengajuan persyaratan.

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB V PEMBAHASAN. A. Implementasi Minimalisasi Risiko Pembiayaan Murabahah Di Bank. Muamalat Indonesia Cabang Pembantu Tulungagung.

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

PERSYARATAN MENGAJUKAN KREDIT DI BANK

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/24/PBI/2006 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Prudential Banking di KJKS BMT Bahtera Pekalongan

Banking Supervision School. Analisa Kredit PerBankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBIAYAAN MIKRO PADA BANK BRI SYARIAH. pembiayaan/penilaian pembiayaan yang dilakukan yaitu analisis 5C (Character,

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. A. Syarat-syarat Pemberian Kredit Umum BPR Nusamba

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank,

BAB II PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA BANK ISLAM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Strategi BMT Bahtera Pekalongan dalam Mengembangkan Pembiayaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB IV ANALISIS PROSEDUR MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA JAMINAN PADA GADAI EMAS DI BANK SYARIAH MANDIRI (BSM) CABANG PEKALONGAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB III ANALISIS SISTEM

ANALISA PEMBIAYAAN MITRA BINAAN PKBL BUMN SECARA CEPAT DAN AKURAT DENGAN SKORING pembiayaan. Ardito Bhinadi presents

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG A. PEMBERIAN KREDIT OLEH BANK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Kondisi Risiko Pembiayaan Musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan Pembiayaan musyarakah (syirkah) adalah suatu bentuk akad kerjasama perniagaan antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya dalam suatu usaha, di mana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen usaha tersebut. Keuntungan dibagi menurut proporsi penyertaan modal atau berdasarkan kesepakatan bersama. Musyarakah dapat diartikan pula sebagai pencampuran dana untuk tujuan pembagian keuntungan. Berikut disajikan pembiayaan musyarakah yang disalurkan oleh UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan: Tabel 4.1 Pembiayaan Musyarakah yang disalurkan UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan tahun 2011-2013 Tahun Tahun Tahun Keterangan 2011 2012 2013 Jumlah Nasabah 540 552 585 Nominal 1.919.017.050 2.788.096.900 4.919.475.202 Sumber : UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan 2014 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pembiayaan di UJKS BMT Mitra Umat semakin diminati masyarakat. Karena dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya masyarakat yang membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya. 88

89 Faktor lain yang menyebabkan peningkatan itu adalah keinginan masyarakat untuk bermuamalat secara syariah. 1 Berikut data kelancaran / pembiayaan musyarakah yang macet : Tabel 4.2 Data kelancaran / pembiayaan musyarakah yang macet Tahun Kategori Nasabah Jumlah Prosentase Pembiayaan Anggota (%) 2011 1 Lancar 465 86,1 % 2 Dalam Perhatian 7,8 % 42 Khusus 3 Diragukan 25 4,6 % 4 Macet 8 1,5 % Total Nasabah 540 100,00% 2012 1 Lancar 492 89,2 % 2 Dalam Perhatian 5,7 % 32 Khusus 3 Diragukan 21 3,8 % 4 Macet 7 1,3 % Total Nasabah 552 100,00% 2013 1 Lancar 527 90, 09 % 2 Dalam Perhatian 6,15 % 36 Khusus 3 Diragukan 17 2,91 % 4 Macet 5 0,85 % Total Nasabah 585 100,00% Sumber: UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan 2014 Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 dari total 585 nasabah hanya 9,91 % yang tergolong pembiayaan bermasalah. Hal ini juga ditunjukkan oleh tingkat NPF yang rendah (Tahun 2012 = 10,8%, Tahun 2011 = 13,9%). 1 Hasil wawancara dengan Bapak Zaenal muttaqien, SE (bendahara), UJKS BMT Mitra Umat, pada tgl 28 Mei 2014.

90 Ada prosedur-prosedur yang harus ditempuh dalam proses pembiayaan Musyarakah, hal inidikarenakan demi terlaksananya prinsip kehati-hatian. Prosedur pembiayaan adalah gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan kegiatan pembiayaan seseorang yang berhubungan dengan pembiayaan harus menempuh prosedur pembiayaan yang sehat. 2 Prosedur pembiayaan tersebut juga berlaku pada institusi Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Seseorang yang melakukan kegiatan pembiayaan baik dari pihak lembaga keuangan ataupun nasabah harus menempuh prosedur yang sehat. Prosedur yang sehat akan meminimalkan risiko pembiayaan. Adapun syarat-syarat pengajuan permohonan pembiayaan ini adalah sebagai berikut: 1. Warga negara Indonesia 2. Pengalaman dibidang usaha minimal 1 (satu) tahun 3. Identitas diri (Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP)) 4. Legalitas usaha lengkap dan masih berlaku (SIUP, TDP, HO dan SITU) atau Surat keterangan berusaha dari kelurahan/kecamatan khusus untuk pembiayaan sampai dengan Rp150.000.000 5. Bukti kepemilikan agunan yang sah dan masih berlaku 6. NPWP (perorangan/perusahaan) 7. Tidak termasuk daftar hitam Bank Indonesia serta tidak tercatat sebagai nasabah pembiayaan macet/bermasalah 8. Bukti kepemilikan agunan 2 Tri Muniarti, Prosedur Pemberian Pembiayaan dan Upaya Mencegah Pembiayaan Bermasalah, (Salatiga : STAIN Salatiga, 2012). Hlm. 3.

91 9. Laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir 10. Fotocopy rekening 6 (enam) bulan terakhir apabila ada. Sesuai hasil wawancara dengan Bapak Zainal Muttaqien, SE selaku bendahara UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan mengatakan: Persyaratan untuk pembiyaan musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan sangatlah mudah, yakni cukup Identitas diri (Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP)), Legalitas usaha lengkap dan masih berlaku (SIUP, TDP, HO dan SITU) atau Surat keterangan berusaha dari kelurahan/kecamatan khusus untuk pembiayaan sampai dengan Rp150.000.000 serta Bukti kepemilikan agunan yang sah dan masih berlaku. Selebihnya tinggal menunggu pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan memproses persyaratan tersebut. Jika di acc maka paling lama satu minggu dananya sudah cair, jika tidak maka akan ada pemberitahuan untuk penolakan pinjaman melalui surat resmi dari UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan. 3 Peneliti juga menanyakan tentang pembiayaan musyarakah kepada salah satu nasabah UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan, Muhaimin selaku nasabah pembiayaan musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalonganmengatakan: Sudah lama saya menggunakan akad pembiyaaan musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan, alhamdulillah usaha saya semakin maju. Saya sudah menggunakan jasa pembiayaan di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongansebanyak 3 kali dan angsurannya selama ini lancar dan saya juga tidak pernah mendapatkan kecurangan dari pihak BMT. 4 Berdasarkan wawancara di atas, maka dihasilkan informasi bahwa selama beliau menjadi nasabah belum pernah mendapatkan kecurangan dari 3 Hasil wawancara dengan Bapak Zaenal muttaqien, SE (bendahara), UJKS BMT Mitra Umat, pada tgl 28 Mei 2014. 4 Hasil wawancara dengan Bapak Muhaimin (nasabah), UJKS BMT Mitra Umat, pada tgl 29 Mei 2014.

92 pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan. Pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan pun selalu terbuka, pada awal akad kesepakatan nisbah bagi hasil juga ditentukan antara UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dan nasabah. Nasabah tersebut juga benar-benar mengetahui apa saja yang dilakukan oleh pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan, apalagi nasabah tersebut telah menjadi nasabah UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan 3kali. Walaupun pada pembiayaan yang pertama menggunakan akad musyarakah. Akan tetapi setelah UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan mengetahui karakter dan usaha nasabah tersebut maka untuk pembiayaan yang ke 2 dan 3 juga diterapkan dengan akad musyarakah.nasabah tersebut juga menjelaskan bahwa pemberian pembiayaan modal kerja dengan akad msusyarakah telah banyak membantu untuk kemajuan dan berlangsungnya usaha. Dimana nasabah mempunyai usaha yang cukup prospek yaitu bengkel dan cuci motor. Adapun tahapan dalam pemberian pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: 1. Analisa Pembiayaan a. Pengumpulan Data 1) Meneliti kelengkapan permohonan pembiayaan termasuk lampirannya, yang meliputi: Legalitas usaha, NPWP, laporan keuangan, studi kelayakan dan data lainnya yang dianggap perlu. 2) Menghubungi nasabah untuk melengkapi persyaratan dan membicarakan rencana kunjungan (on the spot).

93 3) Mengumpulkan data via kunjungan, telepon dan surat, seperti informasi dari Bank Indonesia dan pihak ketiga sebagai bahan verifikasi data. b. Verifikasi Data UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan melakukan kunjungan (on the spot) dan pemeriksaan setempat (pemeriksaan fisik) dan melakukan verifikasi data barang agunan. Selain itu UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan juga meminta informasi kepada BI/Bank Lain/Lembaga pembiayaan lainnya. c. Analisa laporan Keuangan 1) Analisa laporan keungan, yang meliputi analisa rekonsilidasi modal harta tetap, analisa rasio dan analisa penyertaan pengadaan kas. Serta analisa proyeksi keuangan yang meliputi proyeksi arus kas, proyeksi rugi/laba, proyeksi neraca. 2) Melakukan analisa perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha, manajemen, serta untuk mengetahui risiko atau prospek usaha yang dijalani. 2. Penilaian Risiko. Penilaian risiko ini bertujuan untuk menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah (dengan mempertimbangkan aspek jaminan). 3. Evaluasi Kebutuhan Keuangan. Evaluasi ini adalah untuk menganalisa proyeksi arus kas untuk menentukan jumlah dan kapan terjadinya

94 kekurangan/surplus kas untuk menentukan jenis pembiayaan, agunan, dan syarat-syarat pembiayaan. 4. Struktur Fasilitas Pembiayaan. UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan menentukan jumlah pembiayaan yang akan diberikan serta menetapkan agunan yang tepat. 5. Persetujuan Pembiayaan Persetujuan pembiayaan musyarakah ini dilakukan oleh Kelompok Pemutus Pembiayaan (KPP), adapun nasabah yang disetujui permohonan pembiayaannya adalah nasabah yang dinilai sebagai berikut: a. Setelah tahap analisa bahwa usahanya layak untuk dibiayai b. Telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ada c. Telah mempertimbangkan keamanan pembiayaan 6. Pemantauan Nasabah Pemantauan atau monitoringini merupakan aktivitas untuk mengikuti perkembangan usaha nasabah dan perkembangan pembiayaan sejak pembiayaan tersebut diberiakan sampai dengan pembiayaan tersebut lunas. Adapun pemantauan nasabah ini, UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan mengfokuskan pada aspek-aspek sebagai berikut: a. Hasil prestasi nasabah, yaitu untuk mengetahui penggunaan pembiayaan yang diberikan, riwayat pembayaran (pokok, bagi hasil), perkembangan keuangan nasabah dan arus kas.

95 b. Jaminan, hal ini untuk mengetahui kesempurnaan jaminan, kelengkapan dokumentasi jaminan, dan integritas dokumentasi jaminan. Berikut adalah gambaran tentang prosedur pembiayaan musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan: Gambar 4.1 Skema Akad Musyarakah Bank Syari ah 4. 1. 2. 2. Proyek Usaha Nasabah 3. 3. Keuntungan Bagi hasil sesuai porsi konstribusi modal Sumber: UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan Tahun 2014 Keterangan: 1. Nasabah mengajukan proposal pembiayaan kepada bank, kemudian terjadi kesepakatan (akad) antara bank syariah dengan nasabah (mitra).

96 2. Bank syariah menyerahkan sebagian modal kepada nasabah untuk membiayai usahanya, dan nasabah juga memberikan modal dan tanaga (keahlian). Kemudian nasabah mengelola usahanya tersebut. 3. Keuntungan akan dibagi antara nasabah dan bank syraiah sesuai dengan porsi nisbah masing-masing pada saat perjanjian. 4. Nasabah mengangsur kepada bank, untuk mengembalikan modal bank yang diberikan. Ketentuan Umum Pembiayaan Musyarakah adalah: 1. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. 2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan, sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal. 3. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati. 5 5 Muhammad Firdaus dan Sofiniah Gufron, Konsep dan Implementasi Bank Syari ah, (Jakarta: Renaisan Anggota Ikapi, 2005), hlm.43.

97 B. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan UJKS BMT Mitra Umat Pekalonganmerupakan salah satu lembaga intermediary, yakni perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak kekurangan dana. Diperlukan manajemen yang baik untuk dapat mengelola dana-dana tersebut. Hal ini dilaksanakan dalam setiap kegiatan usaha bank, yang didalamnya pasti mengandung risiko. Risiko yang diakibatkan pembiayaan yaitu tidak kembalinya dana yang disalurkan oleh BMT, sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi BMT jika tidak dikelola dengan baik. Risiko pembiayaan terjadi karena terlalu mudahnya BMT dalam memberikan pinjaman, kurang cermatnya penilaian pembiayaan serta lemahnya antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya risiko. Hal ini bisa terjadi karena BMT terlalu memanfaatkan kelebihan dana yang ada. Itu dilakukan dengan harapan BMT akan memperoleh keuntungan. Namun, tidak jarang BMT mendapat kerugian akibat investasi yang dilakukannya. Perlu adanya antisipasi dan solusi dalam rangka meminimalisir risiko yang terjadi akibat pembiayaanmusyarakah. Untuk melakukannya diperlukan manajemen risiko terkait pembiayaan yang baik. Caranya yaitu dengan melakukan penyaringan terhadap calon nasabah dan proyek serta penyaluran dana yang akan dibiayai hal ini untuk melakukan penyelamatan pembiayaan yang dilakukan oleh UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan.

98 Penyelamatan pembiayaan dilakukan oleh UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan jika pembiayaan yang diberikan tidak seluruhnya berjalan dengan lancar. Hal ini merupakan suatu usaha UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan untuk mencegah kemungkinan timbulnya kerugian lebih lanjut, apalagi pembiayaan dengan akad musyarakah ini adalah pembiayaan yang harus berbagi risiko dan keuntungan. Dalam penyelamatan pembiayaan yang kurang atau tidak lancar maka pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan melakukan kebijakan restrukturisasi, yang terdiri dari rescheduling, reconditioning, dan restructuring (R3) yang terdiri dari kebijakan-kebijakan sebagai berikut: 1. Perubahan jadwal pembayaran atau perpanjangan jangka waktu pembiayaan. 2. Tambahan pembiayaan 3. Dan perubahan fasilitas atau konversi pembiayaan. Ada 4 (empat) dasar yang menjadi perhatian utama UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dalam analisis sebelum pembiayaan musyarakahterealisasi, yaitu: 1. Pendekatan jaminan (collateral), yaitu BMT dalam memberikan pembiayaan harus melihat kualitas dan kuantitas dari sebuah jaminan yang dimilliki oleh nasabah. Apakah jaminan tersebut dapat mengcover dari jumlah pembiayaan yang diinginkan oleh nasabah, dimana besarnya pembiayaan yang dapat diberikan oleh UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan adalah 80% dari nilai jaminan yang ada.

99 2. Pendekatan karakter, yaitu pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan harus benar-benar mengetahui sifat atau watak dari calon nasabah yang mengajukan pembiayaan. Sejauh mana tingkat kejujuran untuk memenuhi kewajibannya. Karakter ini merupakan kunci utama dari calon nasabah yang harus diketahui oleh pihak BMT, karena walaupun calon nasabah terlihat mampu menyelesaikan hutangnya namun jika tidak ada iktikad baik, tentu akan timbul berbagai kesulitan bagi BMT dikemudian hari. 3. Pendekatan kemauan pelunasan, yaitu BMT harus menganalisis kemampuan calon nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaannya. 4. Track record, yaitu pencapaian yang telah diraih oleh calon nasabah, baik positif maupun negatif. UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dapat mengetahui tentang pencapaian yang telah diraih oleh nasabah dengan melihat info dari Bank Indonesia. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rokhidin, SE selaku petugas survey di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan mengatakan: Ada 4 (empat) dasar yang menjadi perhatian utama UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dalam analisis sebelum pembiayaan musyarakah terealisasi, yaitu:pendekatan jaminan (collateral), Pendekatan karakter, Pendekatan kemauan pelunasan, dan Track record. 6 Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dalam analisis sebelum pembiayaan musyarakah terealisasi, yaitu:pendekatan jaminan (collateral), Pendekatan karakter, Pendekatan kemauan pelunasan, dan Track record. Akan tetapi, 6 Hasil wawancara dengan Bapak Rokhidin, SE (petugas survey), UJKS BMT Mitra Umat, pada tgl 30 Mei 2014.

100 keempat analisis tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari prinsip 5C (Capacity, Collateral, Capital, Caracter, dan Condition) yaitu: 1. Character Bahwa calon nasabah debitur memilki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, tanggungjawab, integritas dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dibuat meliputi riwayat hidup, riwayat usaha dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis. Karakter seorang debitur dapat dilihat melalui gaya bicara dalam memberikan informasi, gaya hidup, kondisi keluarga dan hubungan dengan stakeholder yang berkaitan dengan usaha yang dijalani. 2. Capacity Capacity yaitu penilaian menyangkut kemampuan pemohon dan usaha pemohon untuk dapat melunasi pembiayaan pada waktu yang dijanjikan. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman dalam mengelola usaha. Untuk mengetahui atau melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang terhubung langsung dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannnya dalam menjalankan usahanya, termasuk kekuatan yang bisa ia miliki.

101 3. Capital Capital yaitu penilaian terhadap kemampuan keuangan perusahaan dan modal yang dimiliki perusahaan. Kemampuan perusahaan dalam mengelola dana atau modal yang dimiliki perusahaaan. Kemampuan perusahaan dalam mengelola dana atau modal, metode penilaian capital dengan melihat: a. Likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. b. Solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan di dalam memenuhi semua kewajiban keuangannya. c. Rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan di dalam memperoleh keuntungan yang maksimal. 4. Collateral Merupakan jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang juga dapat diartikan sebagai sarana pengaman atas risiko yang mungkin terjadi atas prestasi nasabah dikemudian hari. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit. 5. Condition Condition yaitu menganalisis kondisi ekonomi saat ini dan memprediksi masa yang akan datang. Kondisi yang dinilai adalah yang mempengaruhi positif dan negatif antara lain : ekonomi, politik, sosial, budaya, teknologi dan teknologi informasi.

102 Setelah analisa 5C, untuk selanjutnya dilakukan analisa pembiayaan yang merupakan suatu proses untuk memilki kelayakan permohonan pembiayaan dari calon nasabah. Analisa pembiayaan bertujuan untuk:dasar menetapkan layak atau tidak layak, dasar pengambilan keputusan yang tepat, akurat dan prudent. Sebagaimana dikatakan oleh Ida Rahmawati selaku manajer umum UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan mengatakan: UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan selalu melakukan analisis resiko dalam setiap pembiayaannya, hal ini bertujuan untuk menghindari kerugian dan menjaga profitabilitas UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan. analisis tersebut menggunakan prinsip 5C (Capacity, Collateral, Capital, Caracter, dan Condition). 7 Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan selalu melakukan analisis manajemen resiko terhadap produk pembiayaan di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan. Hal ini untuk menghindari kerugian serta menjaga profitablitas UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan. Sebagaimana dikatakan oleh bapak Zainal Muttaqien, SE selaku bendahara di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan: Analisis manajemen risiko pembiayaan musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan ada 6 (enam) macam, meliputi: analisis tujuan penggunaan pembiayaan, analisis keberdaan usaha, analisis kondisi usaha, analisis kemampuan usaha dan manajemen, analisis keuangan dan modal, analisis jaminan. Semua analisis ini dilakukan secara internal sehingga nasabah tidak mengetahuinya. Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan kinerja UJKS BMT Mitra Umat 7 Hasil wawancara dengan Ibu Ida Rahmawati (Manajer Umum), UJKS BMT Mitra Umat, pada tgl 31 Mei 2014.

103 Pekalongan dan kerahasiaan data nasabah UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan. 8 Berdasarkan wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa analisis manajemen risiko pembiayaan musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan meliputi: 1. Analisis tujuan penggunaan pembiayaan Bagian pembiayaan harus mengetahui secara pasti tentang tujuan penggunaan dana oleh calon mitra, apakah untuk modal kerja, investasi atau multiguna. 2. Analisis keberadaan usaha Analisis keberadaan usaha yaitu analisis keberadaan dan kelangsungan usaha dari calon mitra yang meliputi: a. Analisis syariah yaitu menilai apakah usaha yang dikelola oleh calon mitra tidak bertentangan dengan nilai-nilai syari ah. Apakah produk, proses produksi, sistem penjualan tidak ada yang melanggar normanorma dan syari ah. b. Analisis yuridis yaitu analisis terhadap identitas calon mitra dan usahanya harus dinilai aspek legalnya. Apakah (KTM/SIM/KK/Surat Nikah) masih berlaku, dan apakah usaha calon mitra (perorangan atau badan usaha) tidak mengganggu tetangga atau warga setempat dan telah memperoleh letalitas (perijinan) dari instansi yang berwenang (SIUP, TDP, TDR, NPWP, Akta Pendirian, dan lain sebagainya). 8 Hasil wawancara dengan Bapak Zaenal muttaqien, SE (bendahara), UJKS BMT Mitra Umat, pada tgl 28 Mei 2014.

104 3. Analisis kondisi usaha Analisis kondisi usaha yaitu untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan calon mitra cukup baik, dalam artian hasilnya mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya secara wajar, mampu menutupi biaya operasional usaha dan ada kelebihan pendapatan yang bisa dijadikan sebagai akumulasi modal, sehingga usahanya akan terus berkembang. Dan apabila kebutuhan modal usahanya dibiayai oleh koperasi, maka usahanya tersebut mampu membayar kembali kepada koperasi dan mampu berkembang, sehingga volume usahanya semakin besar. 4. Analisis kemampuan usaha dan manajemen Analisis kemampuan usaha dan manajemen yaitu calon mitra haruslah memiliki kemampuan mengelola usaha secara profesional, tangguh dan ulet. Pengusaha akan memiliki kemampuan mengatasi permasalahan dalam usahanya apabihla telah memiliki pengalaman sekurangnya 2 (dua) tahun. Oleh karen aitu kebijakan pemberian pembiayaan di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan hanya diberikan apabila calon mitra harus memiliki sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. Selain itu calon mitra harus memiliki kecakapan dalam hal produksi, penjualan-pemasaran dan mengatur keuangan berdasar skala dan sektor usahanya. 5. Analisis keuangan dan modal Dalam mengelola usahanya calon mitra harus mampu mengatur keuangannya dengan baik, sehingga mampu menyisihkan sebagian

105 keuntungannya dalam bentuk tabungan yang akan terakumulasi menjadi modal usaha yang akan meningkatkan skala usahanya 6. Analisis jaminan Jaminan (agunan) dalam pembiayaan adalah sebagian komplemen dalam perikatan muamalah setelah diyakini benar atas kelayakan usaha calon mitra. Fungsi jaminan dapat dijadikan sebagai sumber terakhir pengganti pelunasan pembiayaan, apabila mitra sudah nyata-nyata tidak mempunyai kemampuan lagi untuk membayar walau sebelumnya pihak UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan telah berupaya memberikan masa tangguh dan upaya lain agar tidak terjadi pengambilan jaminan sebagai sumber pembayaran pelunasan pembiayaan. Jaminan (agunan) dijadikan sebagai pelunasan pembiayaan apabila mitra nyata-nyata melakukan tindakan ingkar janji dengan indikasi keculasan dan kesengajaan. Bentuk jaminan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu: a. Benda tak bergerak (tanah dan bangunan) Berdasarkan atas hak kepemilikan atas tanah, maka terbagi menjadi: 1) Akta jual beli Bukan merupakan tanda kepemilikan hak atas suatu tanah. Untuk jaminan ini, pemohon wajib melengkapi Surat Keterangan Riwayat Tanah (SKRT) yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dan Camat di mana jaminan tersebut berada. Surat ini menjelaskan sejarah pemindahalihan tanah. Akte jual beli yang dijadikan jaminan untuk

106 pembiayaan yang berjangka lebih dari satu tahun kepada pemohon disyaratkan untuk sertifikasi. 2) Hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai Untuk sertifikat selain hak milik, maka kepemilikan tanah mempunyai jangka waktu tertentu. Untuk jaminan tanah beserta bangunan namun tidak disertai dengan Surat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) maka dinilai oleh petugas penilai hanya tanahnya saja. b. Benda bergerak (kendaraan) Kebijakan UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan tentang jaminan kendaraan bermotor adalah: 1) Jaminan kendaraan roda 4 atau lebih (mobil, truk, bus, dll) a) Maksimal pencairan 50 juta, mulai pencairan 20 50 juga menggunakan pengikatan fidusia dan diasuransikan. b) Minimal tahun perakitan 25 tahun kebelakang. c) Prioritas jaminan atas nama sendiri d) Bukti cek fisik (foto, gesek nomor rangka dan mesin) e) Taksasi maksimal 50 %. 2) Jaminan kendaraan bermotor roda 2 a) Taksasi maksimal untuk motor jepang 60 %, motor cina 50 %. b) Minimal tahun perakitan 25 tahun kebelakang. c) Maksimal pencarian kredit tidak melebihi dari nilai taksasi dan disesuaikan dengan kondisi fisik jaminan.

107 d) Prioritas jaminan atas nama sendiri dan Bukti cek fisik (foto, gesek nomor rangka dan mesin). e) Maksimal jangka waktu kredit 2 tahun untuk motor lama, dan 3 tahun untuk motor baru. c. Bendak tak berwujud (simpanan berjangka dan tabungan) 1) Jaminansimpanan berjangka ini dapat diterima apabila calon mitra menyerahkan sertifikat simpanan berjangka asli yang diterbitkan oleh koperasi atau bank yang bersangkutan dan telah dikonfirmasi keapda koperasi atau bank penerbit. 2) Jaminan simpanan dapat diterima apabila calon mitra adalah penabung aktif yang terlihat dari mutasi rekening tabungannya. Dalam analisis manajemen risiko pada pembiayaan musyarakah di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan, terdapat suatu analisis pembiayaan musyrakatyang tidak menggunakan pendekatan analisis pembiayaan ataupun prinsip-prinsip dalam analisis pembiayaan. Namun UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan memiliki suatu cara tersendiri dalam menganalisis pembiayaan musyarakah yang telah terangkum menjadi satu dengan tehnik pengumpulan data, verifikasi data, analisa laporan keuangan dan aspek-aspek lainnya, penilaian risiko, evaluasi kebutuhan nasabah, dan struktur penyediaan fasilitas. Dengan caranya tersendiri itulah UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan melakukan verifikasi data nasabah pembiayaannya. Hal itulah yang dilakukan dalam mengelola dan mengendalikan risiko yang mungkin terjadi pada pembiayaan musyarakah.

108 Langkah awal yang dilakukan oleh UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dalam pengelolaan risiko ini yaitu: 1. Memastikan data nasabah atau verifikasi data nasabah dengan benar. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengklarifikasi atau membuktikan kebenaran dan akurasi informasi yang disampaikan oleh calon debitur, baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu meliputi: a. Verifikasi data personal, seperti identitas diri, kebenaran domisili dan status. b. Verifikasi data legalitas, meliputi status kepemilikan dan perijinan usaha. c. Verifikasi data keuangan, meliputi omset penjualan produksi / layanan (jasa), biaya-biaya produksi dan operasional, laba (rugi) perusahaan, serta rasio keuangan perusahaan. d. Verifikasi data aktivitas, meliputi karakter dan reputasi, perjalanan aktivitas usaha, bidang usaha, sifat usaha (tetap/ berkala), kepemilikan dan pengurus, key person pengelola usaha, tenaga kerja, fasilitas usaha, pengelolaan administrasi, proses produksi / layanan, jenis produk / layanan, kapasitas produksi / layanan, pangsa dan persaingan pasar secara umum (regional / nasional) dan khusus (di lokasi usaha), strategi pemasaran, jumlah penjualan perbulan / pertahun, daftar pembeli dominan (jumlah, alamat, contact person,

109 dan cara pembayaran), serta pemenuhan bahan baku produksi, jenis dan sifat barang, daftar supplier. e. Verifikasi data kewajiban pada pihak ketiga, yaitu kelancaran pemenuhan kewajiban pihak ketiga. f. Verifikasi data Agunan, meliputi status kepemilikan agunan, kondisi agunan, kondisi lingkungan sekitar, harga pasar dan pembanding. 2. Standar nilai ukur risiko Setelah melakukan verifikasi data secara benar dan akurat, langkah selanjutnya UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan melakukan proses penilaian pembiayaan dengan standar nilai ukur risiko yang digunakan adalah Internal Rating System, sebab pembiayaan modal kerja untuk koperasi ini termasuk pembiayaan yang bersifat produktif. Proses internal rating system yaitu sebagai berikut: a. Terkait Aspek Bisnis, diantaranya: 1) Kondisi bisnis, seperti market share (mengenai prospek bisnis kedepannya). 2) Aspek pemasaran, meliputi strategi pemasaran, distribusi produksi dan promosi. 3) Aspek produksi, meliputi kapasitas produksi, sumber daya manusia, mesin dan peralatan, dan lain-lain. b. Terkait Aspek Manajemen, diantaranya: 1) Pengalaman, meliputi kompetensi, lama pengalaman, pengetahuan dan pengelolaan manajemen.

110 2) Integritas atau reputasi, meliputi kejujuran, keterbukaan, dan reputasi usaha. 3) Sistem organisasi, meliputi struktur organisasi, administrasi personalia (sudah tersusun secara rapi atau belum). 4) Kualitas informasi, yaitu mengenai penggunaan informasi dan teknologi. c. Terkait Aspek Likuiditas Keuangan, diantaranya: 1) Current ratio dan quick ratio. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dalam membiayai kembali kewajibannya kepada para nasabah yang menyimpan dananya dengan aktiva lancar yang lebih liquid yang dimilikinya. 2) Laverage ratio. Rasio Laverage dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dibiayai dengan utang. 3) Debt to equity ratio (DER). DER digunakan untuk melihat kemampuan modal UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan untuk menanggung utang. Semakin besar nilai perhitungan DER maka lembaga keuangan dinilai semakin jelek, sebab memiliki banyak utang. 4) Cash flow. Proyeksi Cash flow yaitu untuk nenentukan jumlah kebutuhan dana baik kebutuhan jangka pendek (musiman) atau kebutuhan jangka panjang (investasi). Juga untuk menentukan

111 jenis pembiayaan, jangka waktu, prepayment capacity 9, tingkat kelayakan suatu usaha yang akan dibiayai, dan untuk mengetahui tingkat likuiditas suatu usaha. 5) Profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan suatu jenis rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen yang dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan. 6) Efisiensi ratio (perputaran persediaan dan piutang). Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja suatu usaha apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna dan hasil guna ataukah belum, sehingga dapat di ukur secara kuantitatif tingkat efesiensi yang telah dicapai. 7) Rasio pertumbuhan (prospek usaha). Rasio pertumbuhan menjadi penting karena rasio ini dapat mengukur seberapa baik UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dalam mempertahankan posisi ekonomi dan industrinya. Setelah terkait dengan ketiga aspek di atas dan telah dinilai sesuai dengan skor dan bobot yang menjadi standarisasi di UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan maka akan muncullah nilai unadjusted initial rating 10 (nilai yang belum disesuaikan dengan faktor-faktor/ kondisi eksternal). Kemudian nilai dari Unadjusted Initial Rating disesuaikan 9 Prepayment capacity adalah kemampuan debitur dalam memenuhi kewajiban pembayaran angsuran. 10 Nilai unadjusted initial rating adalah nilai yang akan muncul dalam standar nilai ukur risiko yang belum disesuaikan dengan faktor-faktor ekternal di atas. Nilai ini dalam bentuk skor/bobot.

112 dengan kondisi khusus, seperti force major, permasalahan hukum dan legalitas, serta bagaimana kesejahteraan karyawan. Dari kondisi khusus tersebut dilihat first way out nya (kemampuan membayar angsuran), dan akan muncullah nilai adjusted initial rating 11. Nilai adjusted initial rating (rating-rating yang sudah disesuaikan), disesuaikan lagi dengan adanya kewajiban off balance sheet dan transaksi derivatif (first way out). Sehingga dari dua kondisi penyesuaian tersebut akan muncul nilai initial rating (rata-rata nilai unadjusted initial rating dan nilai adjusted initial rating). UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan akan melihat kondisi nasabahnya, apakah dalam pembiayaan termasuk kategori lancar atau kurang lancar. Nasabah melakukan restrukturisasi atau tidak sehingga akan memunculkan nilai Customer Risk Rating (CRR). Total nilai CRR semakin tinggi semakin bagus. Tahapan kedua setelah penyesuaian first way out, maka selanjutnya second way out. Dilihat dari faktor jaminan akan muncul nilai pertama yaitu nilai rating awal jaminan. Nilai rating awal jaminan disesuaikan dengan empat faktor yaitu: a. Kesempurnaan pengikatan b. Marketabilitas jaminan c. Permasalahan hukum d. Lamanya taksasi terakhir (kurang dari 6 bulan) 11 Nilai adjusted initial rating adalah nilai-nilai yang muncul pada standar nilai ukur risiko yang telah disesuaikan dengan kondisi khusus. Nilai ini dalam bentuk skor/bobot.

113 Setelah disesuaikan dengan empat faktor di atas akan muncul nilai yang kedua yaitu nilai rating akhir jaminan. Hasil akhir dari proses internal rating system adalah nilai customer credit risk (CCR). Nilai customer credit risk diambil dari rata-rata nilai customer risk rating (CRR) dengan nilai rating akhir jaminan. Nilai ini digunakan untuk mengukur sejauhmana nasabah mengembalikan pinjaman dan seberapa besar kerugian Bjika terjadi wanprestasi. Hal inilah yang dilakukan oleh UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan dalam mengelola risiko pembiayaan produktif yang terkait dengan koperasi (lembaga keuangan lain), yang merupakan pembiayaan linkage program. UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan memiliki suatu cara tersendiri dalam menganalisis pembiayaan modal kerja untuk koperasi yang telah terangkum menjadi satu dengan tehnik pengumpulan data, verifikasi data, analisa laporan keuangan dan aspek-aspek lainnya, penilaian risiko, evaluasi kebutuhan nasabah, dan struktur penyediaan fasilitas. Dengan caranya tersendiri itulah UJKS BMT Mitra Umat Pekalongan melakukan verifikasi data nasabah pembiayaannya. Hal itulah yang dilakukan dalam mengelola dan mengendalikan risiko yang mungkin terjadi pada pembiayaan musyarakah.