Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Teknik Mesin, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014

Jurnal Teknik Mesin, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014

Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013

Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013

Jurnal Teknik Mesin, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI MOTOR DIESEL PERAWATAN MESIN DIESEL 1 SILINDER

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

Jurnal Teknik Mesin, Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BENSIN TYPE SOHC

BAB II. LANDASAN TEORI

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

BAB III PERAWATAN DUMP TRUCK HINO FM 260 JD

BAB II LANDASAN TEORI

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM)

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

BAB II KAJIAN TEORI. luar yang memungkinkan kendaraan dapat bergerak serta dapat mengatasi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Di unduh dari : Bukupaket.com

BAB. I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif, perkembangan dari bidang otomotif sendiri sangat pesat

PRAKTEK II TUNE UP MOTOR DIESEL. A. Tujuan:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam proses pengambilan data pada media Engine Stand Toyota Great

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

BAB II DASAR TEORI. dipakai saat ini. Sedangkan mesin kalor adalah mesin yang menggunakan

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum bahan bakar ini terbakar didalam silinder terlebih dahulu dijadikan gas

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

!"#$%&$'()*& LAMPIRAN

Fungsi katup Katup masuk Katup buang

MAKALAH DASAR-DASAR mesin

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

2.3.1.PERBAIKAN BAGIAN ATAS MESIN. (TOP OVERHAUL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: performa mesin menggunakan dynotest.pada camshaft standart

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Gerak translasi ini diteruskan ke batang penghubung ( connectiing road) dengan proses engkol ( crank shaft ) sehingga menghasilkan gerak berputar

BAB IV SISTEM BAHAN BAKAR MESIN DIESEL LOKOMOTIF

contoh makalah teknik mesin

BAB IV PROSES OVERHOUL DAN ANALISIS KOMPONEN

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN PERAWATAN DAN PERBAIKAN SISTEM PENDINGIN MESIN RUSTON TIPE 16 RKC DI PUSAT LISTRIK SUKAHARJA KETAPANG

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG

SILABUS KURIKULUM KEAHLIAN MOTOR

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

PENGARUH VARIASI PENYETELAN CELAH KATUP MASUK TERHADAP EFISIENSI VOLUMETRIK RATA - RATA PADA MOTOR DIESEL ISUZU PANTHER C 223 T

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA COROLA 1300 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB I LATAR BELAKANG. setiap orang menikmati manfaat yang dihasilkan oleh motor bakar. Pada tahun 1960 seorang Perancis bernama Lenoir berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

PENGARUH CELAH KATUP TERHADAP DAYA DAN EFISIENSI PADA MOTOR MATIC ABSTRAK

Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RPKPM).

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC. Bagian utama pada motor terdapat komponen atau bagian utama yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

PERHITUNGAN PERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR-UDARA MESIN TOYOTA CORONA 2000 CC

BAB I MOTOR PEMBAKARAN

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

Mesin Diesel. Mesin Diesel

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA


SISTEM PENDINGINAN ENGINE


Transkripsi:

23 PERENCANAAN PERAWATAN ALAT PERAGA MOTOR DIESEL HYUNDAI HD MIGHTY BERDASARKAN METODE ISMO Ahmad Dony Mutiara Bahtiar dan Moch. Prayodha Setyawan Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin Politeknik Kediri Abstrak Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran di Jurusan Teknik Mesin - Politeknik Kediri. Agar peralatan tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi siap pakai, maka perlu adanya tindakan perencanaan perawatan pada peralatan tersebut. Dalam perencanaan perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty diperlukan beberapa langkah pekerjaan berdasarkan metode ISMO, yaitu berupa: mengidentifikasi kegiatan perawatan, penjadwalan perawatan, dan mengestimasi biaya perawatan. Berdasarkan perencanaan perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty yang telah dilakukan, didapatkan: 1) kegiatan perawatan berupa sembilan kali inspection, enam kali small repair, dan dua kali medium repair ; 2) penjadwalan perawatan dilaksanakan selama periode 2014-2027 ; 3) estimasi biaya perawatan sebesar 2.053.000 rupiah untuk inspection, 279.500 rupiah untuk small repair, 2.391.500 rupiah untuk medium repair, dan 10.699.500 rupiah untuk overhaul. Kata Kunci: Perawatan, Alat Peraga, Motor Diesel, ISMO. PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi transportasi sangat cepat terutama dalam bidang otomotif, maka dari itu sangatlah penting jika kita mengadakan suatu perawatan untuk memperpanjang usia peralatan tersebut. Pentingnya perawatan dapat mencegah kerusakan-kerusakan yang akan terjadi dengan memeriksa suatu peralatan secara periodik dengan menggunakan indera maupun alat yang canggih. Dengan melakukan perawatan yang teratur dapat mencegah pengeluaran biaya yang banyak jika terjadi kerusakan dan mencegah kerusakan pada saat proses pembelajaran. Di Politeknik Kediri terdapat bebagai macam peralatan industri dan otomotif, seperti mesin bubut, engine trainer, mesin las, dan lain-lain. Salah satunya yaitu Alat Peraga Motor Diesel (Hyundai HD Mighty). Kondisi mesin ini masih dibilang belum bisa bekerja secara optimal, karena belum ada yang merawat mesin tersebut secara keseluruhan. Kebanyakan yang dilakukan hanya menjaga kondisi luarnya saja dan belum ada jadwal perawatannya secara menyeluruh atau overhaul. Maka pada Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, telah diajarkan tentang proses perawatan yang baik, dan bertujuan untuk merawat peralatan atau mesin-mesin yang ada di polteknik Kediri, untuk mencegah kerusakan yang akan terjadi. Berdasarkan uraian di atas untuk menjaga kualitas dan kinerja dari mesin agar tetap optimal maka dibuat suatu perencanaan perawatan Alat Peraga Motor Diesel (Hyundai HD Mighty), diantaranya:

24 kegiatan perawatan komponen Motor Diesel, penjadwalan perawatan yang dilkukan sesuai dengan metode ISMO dan estimasi biaya perawatan yang dikeluarkan selama melakukan perawatan Motor Diesel tersebut. Kegiatan perawatan tersebuat adalah: inspeksi, small repair, medium repair, dan overhaul. Sehingga digunakan sebagai pedoman untuk pelaksanaan perawataan pada Motor Diesel tersebut agar berfungsi dengan baik dan dalam kondisi siap pakai utuk proses pembelajaran. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana membuat kegiatan perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty bedasarkan metode ISMO? 2. Bagaimana membuat penjadwalan perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty bedasarkan metode ISMO? 3. Bagaimana menentukan estimasi biaya perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty bedasarkan metode ISMO? Batasan Masalah Adapun batasan batasan yang perlu diambil sebagai berikut : 1. Perencanaan perawatan yang dilakukan meliputi: mengidentifikasi kegiatan perawatan, penjadwalan perawatan, dan pengestimasian biaya perawatan. 2. Perencanaan perawatan yang dilakukan tidak mencakuup Standard Operating Procedure (SOP) perawatan dan gambar teknik exploded. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Dapat membuat kegiatan perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty bedasarkan metode ISMO. 2. Dapat membuat penjadwalan perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty bedasarkan metode ISMO. 3. Dapat menentukan estimasi biaya perawatan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty bedasarkan metode ISMO. TINJAUAN PUSTAKA Definisi Perawatan Perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga peralatan dan mengatasi kerusakan-kerusakan untuk sedapat mungkin dikembalikan ke keadaan semula, agar terjaganya suatu peralatan dengan kondisi yang baik dalam waktu yang lama sesuai dengan yang direncanakan, dan menghindari dari kerusakan yang fatal (Clifton, 1974). Perencanaan Perawatan Berdasarkan Metode ISMO Pekerjaan pertama yang paling mendasar dalam perawatan adalah membersihkan peralatan dari debu maupun kotoran-kotoran lain yang dianggap tidak perlu. Debu ini akan menjadi inti bermulanya proses kondensasi dari uap air yang berada di udara. Butir air yang terjadi pada debu tersebut lambat laun akan merusak permukaan kerja dari peralatan tadi sehingga secara keseluruhan peralatan tersebut akan menjadi rusak. Pekerjaan membersihkan ini pada umumnya diabaikan orang karena dianggap tidak penting, dan dalam melakukan pekerjaan ini perlu adanya petunjuk tentang (Clifton, 1974): 1. Bagaimana cara melakukan pekerjaan tersebut? 2. Kapan pekerjaan tersebut dilakukan? 3. Alat bantu apa saja yang diperlukan?

25 4. Hal-hal apa saja yang harus dihindari dalam melakukan pekerjaan tersebut? Pekerjaan kedua adalah memeriksa bagian-bagian dari peralatan yang dianggap perlu. Pemeriksaan terhadap unit instalasi perlu dilakukan secara teratur mengikuti pola jadwal tertentu. Jadwal ini dibuat atas dasar pertimbanganpertimbangan yang cukup mendalam antara lain (Clifton, 1974): 1. Berdasarkan pengalaman yang lalu dalam suatu jenis perkerjaan yang sama diperoleh informasi mengenai selang waktu atau frekuensi untuk melakukan pemeriksaan seminimal mungkin dan seekonomis mungkin tanpa menimbulkan resiko yang berupa kerusakan pada unit instalasi yang bersangkutan. 2. Berdasarkan sifat operasinya yang dapat menimbulkan kerusakan setelah unit instalasi beroperasi dalam selang waktu tertentu. 3. Berdasarkan rekomendasi dari pabrik pembuat unit instalasi yang bersangkutan. Pekerjaan selanjutnya adalah memperbaiki bila terdapat kerusakankerusakan pada bagian unit instalasi sedemikian rupa sehingga kondisi unit instalasi tersebut dapat mencapai standar semula dengan usaha dan biaya yang wajar (Clifton, 1974). Dengan perkembangan teknologi secara pesat dalam bidang industri maka perawatan terhadap peralatan produksi secara sadar dinilai sangat penting. Pada permulaan tumbuhnya industri, perawatan terhadap peralatan biasanya baru mendapat perhatian setelah peralatan tersebut mengalami kerusakan, karena tidak pernah mendapat perhatian yang layak. Beberapa kerusakan pada peralatan produksi tidak hanya berakibat terhentinya sebagian alat produksi tetapi seluruh peralatan produksi lainnya juga akat ikut berhenti (Clifton, 1974). Dengan meningkatnya persaingan yang cukup ketat dalam bidang industri, jelas perhatian akan ditujukan kepada halhal yang menyangkut usaha-usaha untuk dapat meningkatkan produktifitas, meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya operasi produksi dengan segala cara yang memungkinkan. Dalam hal ini adalah mengarah kepada peningkatan efektifitas perawatan peralatan dengan cara yang lebih ilmiah yang dikenalkan dengan perawatan terencana. Dalam perawatan terencana suatu peralatan akan mendapat giliran perbaikan sesuai dengan interval waktu atau disebut repair cycle yang telah ditentukan, dengan demikian kerusakan yang lebih besar dapat dihindari. Interval waktu perbaikan ini dapat ditentukan berdasarkan beban dan repair complexity dari peralatan yang bersangkutan (Garg, 1976). Jadi dengan perawatan terencana diharapkan dapat memperpanjang umur pakai dari peralatan 3 sampai 4 kali lebih panjang dan dapat mengurangi terjadinya kerusakan yang tidak diharapkan. Disamping itu dengan perawatan terencana diharapkan pula dapat menjamin ketelitian peralatan produksi sehingga kualitas dan kelangsungan produksi dapat terpelihara dengan baik (Garg, 1976). Repair Complexity Repair complexity merupakan suatu nilai relatif dari tingkat kerumitan perawatan suatu mesin. Repair complexity setiap peralatan berbeda-beda. Repair complexity ditujukan untuk menentukan repair cycle, tipe produksi, bahan benda produksi yang dikerjakan, giliran kerja per hari (asumsi: 1 shift = 8 jam kerja per hari). Selain itu repair complexity juga berfungsi untuk menentukan periode antara dua masa dalam siklus dan dua masa bongkar total (overhoul) dalam tahun. Metode ini sangat berguna apabila tidak terdapat buku

26 instruksi perawatan tentang penentuan siklus perawatan (Garg, 1976). Repair complexity setiap peralatan ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1. Repair Complexity Peralatan N o. Type of Production 1 Rolling Mils (Steel) 15 2 Turbine (Steam and Hydro) 14 3 Boiler 12 4 Steam Turbine for Ships 11.5 Avitation Engines, Heavy 5 Diesel Engine, Heavy 11 Machine Tool 6 Automobile, Heavy Tractors, Ship, Aircraft 10 7 Tractor 9.5 8 Railway Wagon (Good and Passenger) 9 9 Machine Tool (Medium) 9 10 Ball or Roller Bearing Motor Cycles 8.5 Heavy Electrical 11 Machines, Electric Trains, 8.5 Precision Instruments 12 Cycles Tractor Spare Part, Machine for Chemicals,Iindustrial Paper Wood Pulp 8 Compressor, Hydraulic 13 Machine, Light Machine 8 Tools 14 Tool and Cutters 7.5 Textile, Food Industries 15 Latter, Fire Protection 7.5 Equipment 16 Gas Appararatus 7 17 Low Voltage Appararatus 7 18 Weighing Instruments 7 19 Electrical Instruments 6 20 Earth Moving Machinery Shower, Bulldozers, ect. 6 21 Watches and Light Instrument 5.5 Sumber: Garg, 1976 Average Repair Complexity of Equipment Repair Cycle Metode perawatan terencana merupakan suatu bentuk pelaksanaan perawatan yang terjadwal. Oleh karena itu repair cycle menjadi penting keberadaannya. Klasifikasi kegiatan perawatan dalam perawatan terencana dapat dibagi menjadi 4 kategori, yaitu (Garg, 1976): 1. Inspection (I). 2. Small Repair (S). 3. Medium Repair (M). 4. Overhaul (O). Inspection Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976): 1. Memeriksa fungsi dari mekanisme kecepatan putar dan kecepatan potong. 2. Memeriksa dan menyetel kopling gesek, kopling roda gigi, poros utama, bantalan, peluncur, rem, mur pembawa, dan lain-lain. 3. Membersihkan filter oli pelumas dan oli pendingin, sistem pengolian dan penyalur oli, serta serbuk kotoran dan debu dari pengarah. 4. Mengencangkan mur-mur dan bautbaut pengikat, ganti bila perlu. Small Repair Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976): 1. Kerjakan semua kegiatan yang dilakukan pada inspection. 2. Membongkar 2-3 unit bagian peralatan yang kemungkinan besar akan aus atau kotor dan membersihkannya, jika diperlukan lamak lagi kantong-kantong oli, ganti bagian yang sudah rusak lalu rakit dan setel. 3. Mengadakan perbaikan bila diperlukan atau yang telah dicatat pada inspection. Medium Repair Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976):

27 1. Kerjakan semua kegiatan perawatan yang dilakukan di small repair, ditambah dengan membongkar semua bagian yang kemungkinan akan aus dan harus diganti atau diperbaiki. 2. Mengecat permukaan mesin yang sudah rusak. 3. Kalibrasi ulang dengan melakukan levelling pada mesin. Overhaul Mempunyai batasan-batasan kerja secara umum, sebagai berikut (Garg, 1976): 1. Ulangi semua tindakan perawatan yang dilakukan pada medium repair, tetapi pembongkaran yang menyangkut setiap unit, semua komponen yang sudah rusak dan aus diganti dengan komponen baru. 2. Pemeriksaan pondasi mesin (pemasangan kedalaman pondasi) dan perbaiki jika diperlukan. 3. Gerinda/lamak semua permukaan pengarah (guide surface). 4. Mengecat semua permukaan yang harus dicat dengan cat yang baru. Repair cycle setiap peralatan ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 2. Repair Cycle Peralatan Periode Antara Dua Masa Perawatan Periode Antara Dua Overhaul Repair Cycle Dalam Bulan (t) Dalam Tahun (T) Repair Complexity Tipe Produksi Bahan Benda Produksi Jumlah Giliran Kerja/Hari Giliran Kerja/Hari Siklus M S I 1 2 3 1 2 3 0 s/d 30 2 6 9 O-I1-S1-I2-S2-I3-M1-I4-S3-I5-S4-I6-M2-I7-S5-I8- Baja Karbon dan Cor 6.0 3.0 2.0 9.5 4.5 3.0 S6-I9-O Aluminium Cor 6.5 3.5 2.5 10.0 5.0 3.5 Masal Perunggu 7.0 3.5 2.5 10.0 5.5 3.5 Baja Konstruksi 8.5 4.5 3.0 13.0 6.5 4.5 Baja Karbon dan Cor 8.0 4.0 3.0 12.0 6.0 4.0 Aluminium Cor 9.0 4.5 3.0 13.0 6.5 4.5 Seri Perunggu 9.5 4.5 3.0 13.5 7.5 4.5 Baja Konstruksi 11.5 6.0 4.0 17.0 8.5 6.0 Baja Karbon dan Cor 9.5 4.5 3.0 14.0 7.0 4.5 Aluminium Cor 10.0 5.0 3.5 15.0 7.5 5.0 Unit Perunggu 10.0 5.5 3.5 16.0 8.0 5.5 Baja Konstruksi 13.0 6.5 4.6 19.5 10.0 6.5 30 s/d 150 2 6 27 O-I1-I2-I3-S1-I4-I5-I6-S2-I7-I8-I9-M1-I10-I11-I12- Baja Karbon dan Cor 4.0 2.0 1.5 12.5 6.5 4.0 S3-I13-I14-I15-S4-I16-I17-I18-M2-I19-I20-I21-S5- Aluminium Cor 4.5 2.5 1.5 13.5 7.0 4.5 Masal I22-I23-I24-S6-I25-I26-I27-O Perunggu 5.0 2.5 1.5 14.5 7.0 5.0 Baja Konstruksi 6.0 3.0 2.0 18.0 9.0 6.0 Baja Karbon dan Cor 5.5 2.5 2.0 16.0 8.0 5.5 Aluminium Cor 5.5 3.0 2.0 17.5 9.0 6.0 Seri Perunggu 6.5 3.0 2.0 18.5 9.5 6.5 Baja Konstruksi 8.0 4.0 2.5 23.5 11.5 8.5 Baja Karbon dan Cor 6.5 3.0 2.0 18.5 9.5 6.5 Aluminium Cor 6.5 3.5 2.5 20.0 10.0 6.5 Unit Perunggu 7.0 3.5 2.5 21.5 11.0 7.0 Baja Konstruksi 7.0 3.5 2.5 26.5 26.5 9.0 Baja Karbon dan 5.0 2.5 2.0 21.0 10.5 7.5 Diatas 150 2 9 36 Seri O-I1-I2-S1-I4-I5- Cor Aluminium Cor 5.0 3.0 2.0 22.5 11.5 8.5 dst dst dst dst Sumber: Garg, 1976 Keterangan: T : Lamanya waktu dari repair cycle yaitu ditunjukan oleh waktu antara overhaul pertama dengan overhaul berikutnya (O ke O). t : Periode antara dua tingkatan yang berurutan dari kategori perawatan terencana (ISMO). Pada umumnya peralatan dapat dilakukan perawatan terencana berdasarkan metode ISMO hingga 2-3 kali repair cycle, selebihnya dari segi biaya perawatan sudah tidak ekonomis (Garg, 1976). Biaya Perawatan Biaya yang dikeluarkan untuk merawat suatu peralatan merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengelolaan perusahaan, sebab biaya sangat menentukan didalam perolehan keuntungan. Biaya perawatan diusahakan dengan biaya seminimum mungkin, dan peralatan dapat dioperasikan secara maksimum guna memperoleh kelancaran proses produksinya (Kodoatie, 2005). Biaya perawatan diklasifikasikan sebagai berikut (Pujawan, 2009): 1. Biaya Perawatan Pencegahan. Biaya untuk menjaga keawetan dan efisiensi peralatan. 2. Biaya Perawatan Koreksi. Biaya untuk menentukan komponenkomponen, baik yang untuk diperbaiki atau diganti. 3. Biaya Perawatan Overhaul. Biaya untuk pembongkaran peralatan yang telah mengalami penurunan efisiensi, baik secara per bagian atau menyeluruh. 4. Biaya Perawatan Total. Biaya yang merupakan penjumlahan seluruh biaya perawatan: pencegahan, koreksi, dan overhaul. Dalam perhitungan biaya perawatan (pencegahan, koreksi, dan overhaul) masing-masing menggunakan formula sebagai berikut (Pujawan, 2009): F = P ( 1 + i ) n Keterangan: F : Nilai uang masa depan, (Rp). P : Nilai uang masa sekarang, (Rp). i : Tingkat suku bunga bank per periode, (%). n : Lamanya periode penelaahan.

28 Definisi Alat Peraga Alat peraga adalah alat yang dapat dipertunjukkan dalam Proses pembelajaran dan berfungsi sebagai pembantu untuk memperjelas konsep atau pengertian contoh benda (www.mediadanperaga.com, 2014). Definisi Motor Diesel Pencipta motor Diesel adalah Rudolf Diesel, seorang Jerman, yang berhasil mempertunjukkan hasil karyanya pada tahun 1898. Motor Diesel merupakan salah satu bentuk motor pembakaran dalam (internal combustion engine), cara pembakaran dan pengatomisasian (atomizing) bahan bakar pada motor Diesel tidak sama dengan motor bensin. Pada motor bensin campuran bahan bakar dan udara melalui karburator dimasukkan ke dalam silinder dan dibakar oleh nyala listrik dari busi. Pada motor Diesel yang dihisap oleh torak dan dimasukkan ke dalam ruang bakar hanya udara, yang selanjutnya udara tersebut dikompresikan sampai mencapai suhu dan tekanan yang tinggi. Beberapa saat sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA) bahan bakar solar diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Dengan suhu dan tekanan udara dalam silinder yang cukup tinggi maka partikel-partikel bahan bakar akan menyala dengan sendirinya sehingga membentuk proses pembakaran. Agar bahan bakar solar dapat terbakar sendiri, maka diperlukan rasio kompresi diantara lima belas sampai dua puluh dua dan suhu udara kompresi kira-kira 600ºC. Meskipun untuk motor Diesel tidak diperlukan sistem pengapian seperti halnya pada motor bensin, namun dalam motor Diesel diperlukan sistem injeksi bahan bakar yang berupapompa injeksi (injection pump) dan pengabut (injector) serta perlengkapan bantu lain. Bahan bakar yang disemprotkan harus mempunyai sifat dapat terbakar sendiri. Motor Diesel memiliki efisiensi termal terbaik dibandingkan dengan mesin pembakaran dalam maupun pembakaran luar lainnya, karena memiliki rasio kompresi yang sangat tinggi. Mesin Diesel kecepatan-rendah (seperti pada mesin kapal) dapat memiliki efisiensi termal lebih dari 50% (Wiranto, 2004). Gambar 1. Motor Diesel Sumber: www.japaneseusedcar.com, 2014 Klasifikasi Motor Diesel Ditinjau dari proses kerja dibedakan (www.wikipedia.com, 2014). 1. Motor Diesel 2 tak, dimana dalam satu siklus kerja dibutuhkan satu kali putaran poros engkol atau dua kali langkah torak untuk satu kali kerja. 2. Motor Diesel 4 tak, dimana dalam satu siklus kerja dibutuhkan dua kali putaran poros engkol atau empat kali langkah torak untuk satu kali kerja. Gambar 2. Langkah Kerja Motor Diesel 4 Langkah Sumber: www.jonpurba.wordpress.com, 2014

29 Gambar 2. Langkah Kerja Motor Diesel 2 Langkah Sumber: www.jonpurba.wordpress.com, 2014 Bagian-bagian Utama Motor Diesel Gambar 3. Motor Diesel Sumber: www.japaneseusedcar.com, 2014 Keterangan: 1. Alternator. Fungsi: untuk penghasil daya listrik. 2. Injection Nozzle. Fungsi: untuk penginjeksian bahan bakar. 3. Penutup Katup (Cover Valve). Fungsi: untuk menutup mekanisme katup. 4. Saluran Hisap (Intake Manifold). Fungsi: untuk masuknya udara keruang bakar. 5. Katup (Valve). Fungsi: untuk mengatur masuknya gas baru dan keluarnya gas buang atau sisa pembakaran. 6. Poros Nok (CamShaft). Fungsi: untuk penggerak mekanisme katup. 7. Roda Gila (FlyWheel). Fungsi: untuk penerus daya dari mesin. 8. Bak Oli (Oil Pan). Fungsi: untuk tempat penyimpanan oli. 9. Poros Engkol (CrankShaft). Fungsi: untuk merubah gerak naik turun piston menjadi gerak putar. 10. Batang Penghubung (Conecting Rod). Fungsi: untuk penghubung torak dengan poros engkol. 11. Torak (Piston). Fungsi: untuk menerima tekanan pembakaran dan meneruskannya ke poros engkol melalui connecting rod. Prinsip Kerja Motor Diesel Berikut ini adalah prinsip kerja motor Diesel, adalah sebagai berikut: 1. Langkah hisap, yaitu waktu torak bergerak dari TMA ke TMB. Udara dihisap melalui katup hisap sedangkan katup buang tertutup. 2. Langkah kompresi, yaitu ketika torak bergerak dari TMB ke TMA dengan memampatkan udara yang dihisap, karena kedua katup hisap dan katup buang tertutup, sehingga tekanan dan suhu udara dalam silinder tersebut akan naik. 3. Langkah usaha, ketika katup hisap dan katup buang masih tertutup, partikel bahan bakar yang disemprotkan oleh pengabut bercampur dengan udara bertekanan dan suhu tinggi, sehingga terjadilah pembakaran. Pada langkah ini torak mulai bergerak dari TMA ke TMB karena pembakaran berlangsung bertahap. 4. Langkah buang, ketika torak bergerak terus dari TMA ke TMB dengan katup isap tertutup dan katup buang terbuka, sehingga gas bekas pembakaran terdorong keluar.

30 Berikut ini adalah siklus kerja motor Diesel, adalah sebagai berikut: Gambar 4. Siklus Mesin Diesel Sumber: www.google.co.id, 2014 1. Langkah (0-1) adalah langkah hisap udara, pada tekanan konstan. 2. Langkah (1-2) adalah langkah kompresi, pada keadaan isentropik. 3. Langkah (2-3) adalah langkah pemasukan kalor, pada tekanan konstan. 4. Langkah (3-4) adalah langkah ekspansi, pada keadaan isentropik. 5. Langkah (4-1) adalah langkah pengeluaran kalor, pada tekanan konstan. 6. Langkah (0-1) adalah langkah buang, pada tekanan konstan. 7. Dalam kenyataannya tiada satu pun merupakan siklus volume-konstan, siklus tekanan-konstan, atau siklus tekanan-terbatas. Hal ini dikarenakan adanya penyimpangan, dan penyimpangan dari siklus udara ideal itu terjadi karena dalam keadaan yang sebenarnya terjadi kerugian yang antara lain disebabkan oleh hal berikut: a. Kebocoran fluida kerja karena penyekatan oleh cincin torak dan katup tak dapat sempurna. b. Katup tidak di buka dan ditutup tepat di TMA dan TMB karena pertimbangan dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja. Kerugian tersebut dapat diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup disesuaikan dengan besarnya beban dan kecepatan torak. c. Fluida kerja bukanlah udara yang dapat dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang konstan selama proses siklus berlangsung. d. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada waktu torak berada di TMA, tidak terdapat proses pemasukan kalor seperti pada siklus udara. Kenaikan tekanan dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran antara bahan bakar dan udara di dalam silinder. e. Proses pembakaran memerlukan waktu, jadi tidak berlangsung sekaligus. Akibatnya, proses pembakaran berlangsung pada volume ruang bakar yang berubahubah karena gerakan torak. Dengan demikian, proses pembakaran harus sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak mencapai TMA dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah torak bergerak kembali dari TMA menuju TMB. Jadi, proses pembakaran tidak dapat berlangsung pada volume atau pada tekanan yang konstan. Di samping itu, pada kenyataannya tidak pernah terjadi pembakaran sempurna. Karena itu daya dan efisiensinya sangatlah bergantung kepada perbandingan campuran bahan bakar-udara, kesempurnaan bahan bakar-udara itu bercampur, dan saat penyalaan. f. Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor

31 dari fluida kerja ke fluida pendingin, terutama pada langkah kompresi, ekspansi, dan pada waktu gas buang meninggalkan silinder. Perpindahan kalor tersebut terjadi karena terdapat perbedaan temperatur antara fluida kerja dan fluida pendingin. Fluida pendingin diperlukan untuk mendinginkan bagian mesin yang menjadi panas, untuk mencegah bagian tersebut dari kerusakan. g. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam silinder ke atmosfer sekitarnya. Energi tersebut tak dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja mekanik. h. Terdapat kerugian energi karena gesekan antara fluida kerja dengan dinding salurannya (www.wikipedia.com, 2014). PEMBAHASAN Kegiatan Perawatan Peralatan Dengan Metode ISMO Repair Complexity Berdasarkan tabel 1, tentang repair complexity peralatan, maka repair complexity untuk Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty: 10. Repair Cycle Berdasarkan tabel 2, tentang repair cycle peralatan, maka repair cycle untuk Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty ditentukan sebagai berikut (asumsi giliran kerja/hari : 1): Dengan demikian perawatan terhadap Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty dilakukan setiap 9,5 bulan sekali sesuai dengan tingkatan siklus perawatan. Sedangkan Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty tersebut akan di-overhaul setelah 14 tahun. Tabel 3. Repair Cycle Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty Repair Repair Cycle T T Complexity Siklus M S I (Bulan) (Tahun) 10 O-I1- S1-I2- S2-I3- M1-I4- S3-I5- S4-I6- M2-I7- S5-I8- S6-I9- O 2 6 9 9,5 14 Inspeksi (Inspection) Kegiatan Inspection pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty meliputi: 1. Memeriksa kerangka Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty. 2. Memeriksa bagian luar Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty (tanpa melakukan pembongkaran). 3. Memeriksa kinerja Amper Meter dan Temperatur Indikator. 4. Memeriksa dan menyetel kerenggangan Sabuk Penggerak. 5. Memeriksa Tangki Bahan Bakar dari kebocoran. 6. Memeriksa mekanisme Pompa Bahan Bakar. 7. Memeriksa kondisi Filter Bahan Bakar, melakukan pembersihan jika diperlukan. 8. Memeriksa dan menyetel Pompa Injeksi. 9. Memeriksa atau menyetel Injector Nozzle. 10. Memeriksa sirkulasi Air Radiator. 11. Memeriksa volume Air Radiator dan menambahkan air jika diperlukan. 12. Memeriksa kinerja Kipas Radiator. 13. Memeriksa Pompa Radiator, melakukan perbaikan kecil jika diperlukan. 14. Memeriksa volume Minyak Pelumas, menambahkan Minyak Pelumas jika diperlukan. 15. Memeriksa kondisi Minyak Pelumas.

32 16. Memeriksa Filter Minyak Pelumas, melakukan penggantian jika diperlukan. 17. Memeriksa tegangan yang dikeluarkan Alternator, melakukan perbaikan kecil jika diperlukan. 18. Memeriksa Kabel-kabel Kelistrikan. 19. Memeriksa tegangan Baterai, dan melakukan pengisian Fluida Baterai jika diperlukan. 20. Memeriksa kondisi Fuse. 21. Memeriksa mekanisme Katup. 22. Memeriksa Saluran Udara Masuk (Intake Manifold). 23. Melakukan pemeriksaan terakhir dari peralatan. Perbaikan Kecil (Small Repair) Kegiatan Small Repair pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty meliputi: 1. Melakukan kegiatan inspeksi secara keseluruhan. 2. Menyetel kerenggangan Sabuk Penggerak. 3. Melakukan pembersihan Tangki Bahan Bakar. 4. Melakukan pembersihan dan menyetel Pompa Bahan Bakar. 5. Membersihkan Filter Bahan Bakar. 6. Menyetel Pompa Injeksi. 7. Membersihkan Injector Nozzle. 8. Menambah volume Air Radiator. 9. Melakukan perbaikan Pompa Radiator. 10. Melakukan penggantian Minyak Pelumas Motor. 11. Melakukan penggantian Filter Minyak Pelumas. 12. Memeriksa dan melakukan perbaikan Alternator. 13. Melakukan penggantian Fluida Baterai. 14. Melakukan penggantian Fuse. 15. Menyetel kerenggangan Katup. 16. Membersihkan Saluran Udara Masuk (Intake Manifold). 17. Melakukan pemeriksaan ulang dan pemasang kembali peralatan. Perbaikan Menengah (Medium Repair) Kegiatan Medium Repair pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty meliputi: 1. Melakukan Inspection dan Small Repair secara keseluruhan. 2. Memeriksa dan mengukur keausan dari komponen. 3. Melakukan penggantian Amper Meter dan Indikator Temperatur. 4. Melakukan penggantian Sabuk Penggerak. 5. Melakukan perbaikan Puli. 6. Melakukan penggantian Filter Bahan Bakar. 7. Melakukan pengantian Pompa Bahan Bakar. 8. Melakukan pembongkaran mekanisme Katup. 9. Melakukan pembersihan pada Poros Nok dan Rocker Arm. 10. Mengganti atau menggerinda Katup. 11. Menggati Pegas Katup. 12. Mengganti Seal Katup. 13. Mengganti Gasket Penutup Katup pada komponen yang dibongkar. 14. Melakukan pemasangan kembali dan menyetel mekanisme Katup. 15. Mengganti Air Radiator. 16. Mengganti Pompa Air Radiator. 17. Melakukan penggantian atau pengisian kembali Baterai. 18. Melakukan perbaikan Alternator. 19. Melakukan pemasangan komponen yang dibongkar. 20. Melakukan permeriksaan dan mengencangkan Mur atau Baut dari komponen yang dilepas. Perbaikan Berat (Overhaul) Kegiatan Overhaul pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty meliputi: 1. Melakukan Inspection, Small Repair, dan Medium Repair secara keseluruhan.

33 2. Melakukan pembongkaran komponen Injection Pump, Silinder Block, dan Oil Pan. 3. Melakukan penggantian Injection Pump. 4. Melakukan pembongkaran Silinder Block, dan membersihkan komponen. 5. Melakukan penggantian Ring Piston. 6. Melakukan penggantian Piston dan over size Silinder. 7. Melakukan penggantian Connecting Rod. 8. Membersihkan crankshaft. 9. Melakukan pemasangan komponen Silinder Block. 10. Membersihkan Oil Pan. 11. Melaukan perbaikan atau penggantian Pompa Minyak Pelumas. 12. Melakukan pemasangan komponen yang dibongkar. 13. Mengganti Seal dan Gasket motor keseluruhan. Melakukan permeriksaan dan mengencangkan Mur atau Baut dari komponen yang dilepas. HD Mighty tahun 2016 HD Mighty tahun 2017 HD Mighty tahun 2018 HD Mighty tahun 2019 Penjadwalan Perawatan Peralatan HD Mighty tahun 2014 HD Mighty tahun 2020 HD Mighty tahun 2015 HD Mighty tahun 2021

34 HD Mighty tahun 2022 Estimasi Biaya Perawatan Inspection Estimasi Biaya Perawatan Inspection HD Mighty tahun 2023 Estimasi Biaya Perawatan Small Repair Estimasi Biaya Perawatan Medium Repair HD Mighty tahun 2024 Estimasi Biaya Perawatan Overhaul HD Mighty tahun 2025 HD Mighty tahun 2026 HD Mighty tahun 2027 Estimasi Biaya Perawatan Per Tahun Dalam perhitungan biaya perawatan (inspection, small repair, medium repair, dan overhaul) masing-masing menggunakan persamaan 2.1. 1. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2014 Pada tahun 2014, kegiatan perawatan meliputi I1 dan S1, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]I1 + [P ( 1 + i ) n ]S1 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 1 ]I1 + [279.500 ( 1 + 0,075 ) 1 ]S1 F = 2.507.438 Rupiah 2. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2015 Pada tahun 2015, kegiatan perawatan meliputi I2, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]I2 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 2 ]I2

35 F = 2.372.498 Rupiah 3. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2016 Pada tahun 2016, kegiatan perawatan meliputi S2, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]S2 F = [279.500 ( 1 + 0,075 ) 3 ]S2 F = 347.222 Rupiah 4. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2017 Pada tahun 2017, kegiatan perawatan meliputi I3 dan M1, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]I3 + [P ( 1 + i ) n ]M1 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 4 ]I3 + [2.391.500 ( 1 + 0,075 ) 4 ]M1 F = 5.935.493 Rupiah 5. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2018 Pada tahun 2018, kegiatan perawatan meliputi I4, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]I4 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 5 ]I4 F = 2.947.347 Rupiah 6. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2019 Pada tahun 2019, kegiatan perawatan meliputi S3, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]S3 F = [279.500 ( 1 + 0,075 ) 6 ]S3 F = 431.353 Rupiah 7. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2020 Pada tahun 2020, kegiatan perawatan meliputi I5, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]I5 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 7 ]I5 F = 3.406.028 Rupiah 8. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2021 Pada tahun 2021, kegiatan perawatan meliputi S4 dan I6, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]S4 + [P ( 1 + i ) n ]I6 F = [279.500 ( 1 + 0,075 ) 8 ]S4 + [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 8 ]I6 F = 3.661.480 Rupiah 9. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2022 Pada tahun 2022, kegiatan perawatan meliputi M2, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]M2 F = [2.391.500 ( 1 + 0,075 ) 9 ]M2 F = 4.858.076 Rupiah 10. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2023 Pada tahun 2023, kegiatan perawatan meliputi I7, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]I7 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 10 ]I7 F = 4.231.298 Rupiah 11. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2024 Pada tahun 2024, kegiatan perawatan meliputi S5, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]S5 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 11 ]S5 F = 619.263 Rupiah 12. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2025 Pada tahun 2025, kegiatan perawatan meliputi I8 dan S6, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]I8 + [P ( 1 + i ) n ]S6 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 12 ]I8 + [279.500 ( 1 + 0,075 ) 12 ]S6 F = 5.555.501 Rupiah 13. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2026 Pada tahun 2026, kegiatan perawatan meliputi I9, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) 13 ]I9 F = [2.053.000 ( 1 + 0,075 ) 13 ]I9 F = 5.922.235 Rupiah 14. Estimasi Biaya Perawatan Tahun 2027 Pada tahun 2027, kegiatan perawatan meliputi O, sehingga biaya F = [P ( 1 + i ) n ]O F = [10.699.500 ( 1 + 0,075 ) 14 ]O F = 29.449.775 Rupiah KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

36 Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Kegiatan perawatan pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty berdasarkan metode ISMO diperlukan sembilan kali inspection, enam kali small repair, dan dua kali medium repair. 2. Penjadwalan perawatan pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty berdasarkan metode ISMO dilaksanakan selama periode tahun 2014-2027. 3. Perhitungan estimasi biaya perawatan pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty berdasarkan metode ISMO didapatkan biaya inspection sebesar 2.053.000 rupiah, biaya small repair sebesar 279.500 rupiah, biaya medium repair sebesar 2.391.500 rupiah, dan biaya overhaul sebesar 10.699.500 rupiah. Saran Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka didapatkan saran sebagai berikut: 1. Perlu dilanjutkan dengan pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) perawatan pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty untuk menunjang perencanaan perawatan tersebut. 2. Perlu dilanjutkan dengan pembuatan gambar teknik exploded untuk menunjang pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) perawatan pada Alat Peraga Motor Diesel Hyundai HD Mighty. Anonim. (2012). Mesin Diesel. http://mediadanperaga.wordpress.com. Diakses tanggal 2 Februari 2014. Anonim. (2010). Mesin Diesel. https://www.google.co.id/search?q=sikl us+motor+ diesel&client=firefoxa&hs=lf3&rls=org. Diakses tanggal 4 Januari 2014. Anonim. (2009). Mesin Diesel. http://jonpurba.wordpress.com/2010/02 /07/sistem-mesin-diesel. Diakses tanggal 24 Januari 2014. Anonim. (2004). Mesin Diesel. http://id.wikipedia.org/wiki/mesin_die sel. Diakses tanggal 22 Januari 2014. Arismunandar, Wiranto., dan Tsuda, Koichi. (2004). Motor Diesel Putaran Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita. Clifton, R. H. (1974). Principles of Planned Maintenance. London: Arnold. Garg, H. P. (1976). Industrial Maintenance. New Delhi: S. Chand. Kodoatie, R. J. (2005). Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi Pujawan, I. N. (2009). Ekonomi Teknik. Surabaya: Guna Widya. Wahjudi, S. (2012). Inspeksi. Malang: Politeknik Negeri Malang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2013). Mesin Diesel. http://www.japaneseusedcar.ca/recond ition_ DetailingService.htm. Diakses tanggal 8 Februari 2014.